atau non teknik keperawatan, 2 penugasan dan pengarahan, manajer keperawatan bertanggung jawab dalam hal ketepatan dan
kebenaran pelaksanaan proses pelayanan keperawatan pasien, 3 pemberian bimbingan, manajer keperawatan mampu menjadi media
konsultasi dan fasilitator pelaksanaan proses pelayanan keperawatan, 4 mendorong kerjasama dan partisipasi, manajer
keperawatan dituntut agar dapat membangun kinerja dalam tim, 5 koordinasi, diperlukan sebagai sarana konsolidasi proses pelayanan
keperawatan yang dilaksanakan, 6 evaluasi penampilan kerja, manajer keperawatan perlu melakukan penilaian terhadap efektifitas
dan efisiensi pelaksanaan tugas dan fungsi bawahannya.
18
2. Persepsi tentang insentif
Tabel 4.7. Distribusi jawaban responden tentang persepsi tentang insentif di ruang rawat inap RSUD Kota Semarang 2009
No Pernyataan STS TS S
SS Total 1
Sistem remunerasi yang ada mudah dipahami dan sudah
disosialisasikan 12
32,4 19
51,4 6
16,2 37
100 2
Sistem pembagian insentif yang diterima sesuai dengan yang
diharapkan 17
45,9 16
43,2 4
10,8 37
100 3
Sistem pembagian insentif yang di terima sesuai dengan profesi
9 24,3
20 54,1
8 21,6
37 100
4 Sistem pembagian insentif yang
diterima sesuai dengan beban kerja
9 24,3
27 73
1 2,7
37 100
5 Insentif yang diterima selalu
tepat waktu 22
59,5 15
40,5 37
100 6
Sistem pembagian insentif yang diterima tidak sebanding
dengan resiko pekerjaan 3
8,1 8
21,6 10
27 16
43,2 37
100 7
Perbedaan sistem pembagian insentif berdasarkan penilaian
yang obyektif 9
24,3 21
56,8 7
18,9 37
100
Dari tabel jawaban responden terhadap persepsi insentif sebagian besar jawaban tidak sesuai tentang pernyataan sistem
remunerasi yang ada mudah dipahami dan sudah disosialisasikan 51,4, sistem pembagian insentif yang diterima sesuai dengan
yang diharapkan 43,2 , sistem pembagian insentif yang diterima sesuai dengan profesi 54,1, sistem pembagian insentif yang
diterima sesuai dengan beban kerja73, insentif yang diterima selalu tepat waktu 40,5, perbedaan sistem pembagian insentif
berdasarkan penilaian yang obyektif 56,8 dan jawaban yang sesuai tentang pernyataan sistem insentif yang diterima tidak
sebanding dengan resiko pekerjaan 43,2.
Tabel 4.8. Distribusi frekuensi persepsi tentang insentif di ruang rawat inap RSUD Kota Semarang 2009
Persepsi tentang insentif
frekuensi Persentase Tidak baik
22 59,5
Baik 15
40,5 Jumlah 37
100,0 Dari tabel diatas menunjukkan persepsi insentif oleh perawat
pelaksana di ruang rawat inap RSUD Kota Semarang 59,5 tidak baik dan 40,5 baik .
Dari persepsi tentang insentif yang menyatakan tidak baik 59,5 hal ini dapat dilihat dari pernyataan yang tidak sesuai tentang
pernyataan sistem remunerasi yang ada mudah dipahami dan sudah
disosialisasikan 51,4, sistem pembagian insentif yang diterima sesuai dengan yang diharapkan 45,9 , sistem pembagian insentif
yang diterima sesuai dengan profesi 54,1, sistem pembagian insentif yang diterima sesuai dengan beban kerja 73, insentif yang
diterima selalu tepat waktu 59,5, perbedaan sistem pembagian insentif berdasarkan penilaian yang obyektif 56,8 dan jawaban
yang sesuai tentang pernyataan sistem insentif yang diterima tidak sebanding dengan resiko pekerjaan 43,2.
Hal ini ada relevansinya dengan data awal penelitian yaitu bahwa insentif yang diberikan sering tidak tepat waktu, sistem
pembagian yang tidak jelas, pembagian tidak didasarkan pada penilaian yang obyektif tentang kinerja sehingga pembagian hampir
sama. Sistem remunerasi yang belum disosialisasikan menyebabkan
kecurigaan perawat kepada manajemen tentang bagaimana mereka menghitung insentif yang akan diterima setiap bulannya, sehingga
dengan mengetahui bagaimana cara menghitung insentif yang diterima akan memenuhi harapan setiap perawat yang tentunya
berkaitan dengan profesi, beban kerja, dan resiko pekerjaan. Penilaian yang obyektif menjadi hal yang paling penting mengingat
insentif menjadi salah satu alat dalam pemberian reward dan punishment. Sistem pembagian insentif yang terkadang tidak tepat
waktu berkaitan dengan pembayaran Jamkesmas mengingat
sebagian besar pasien RSUD Kota Semarang adalah pasien Askeskin, dimana pembayaran sering tidak tepat waktu.
3. Persepsi tentang kondisi lingkungan kerja