Contoh Proposal Tesis Ilmu Kesehatan Masyarakat | Makalah Dan Jurnal Gratis Agustina Mayasari

(1)

ANALISIS PENGARUH PERSEPSI FAKTOR MANAJEMEN

KEPERAWATAN TERHADAP TINGKAT KEPUASAN

KERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RSUD KOTA

SEMARANG

PROPOSAL TESIS

Untuk memenuhi persyaratan Mencapai derajat Sarjana S2

Program Studi

Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsentrasi

Administrasi Rumah sakit

OLEH Agustina Mayasari

NIM : E4A007005

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2009


(2)

Pengesahan Tesis

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa tesis yang berjudul:

ANALISIS PENGARUH PERSEPSI FAKTOR MANAJEMEN KEPERAWATAN

TERHADAP TINGKAT KEPUASAN PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP

RSUD KOTA SEMARANG

Disusun oleh :

Nama : Agustina Mayasari NIM : E4A007005

Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 11 Maret 2009 dan

dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima.

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping dr. Sudiro,MPH.,Dr.PH Dra.Atik Mawarni,M.Kes

NIP: 131 252 965 NIP: 131 918 670

Penguji Penguji

dr. Niken Widyah Hastuti,M.Kes Bambang Edi warsito,Skp,M.kes

NIP: 140 120 877 NIP: 140 239 056 Semarang, 11 Maret 2009

Universitas Diponegoro

Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Ketua Program

dr. Martha Irene Kartasurya,MSc,PhD. NIP : 131 964 515

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Agustina Mayasari


(3)

Menyatakan bahwa tesis judul : ANALISIS PENGARUH PERSEPSI FAKTOR MANAJEMEN KEPERAWATAN TERHADAP TINGKAT KEPUASAN PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RSUD KOTA SEMARANG, merupakan:

1. Hasil karya yang dipersiapkan dan disusun sendiri.

2. Belum pernah disampaikan untuk mendapatkan gelar pada gelar magister ini ataupun pada program lainnya.

Oleh karena itu pertanggungjawaban tesis ini sepenuhnya berada pada diri saya.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Semarang, 11 Maret 2009

Penyusun

Agustina Mayasari NIM: E4A007005

RIWAYAT HIDUP

Nama : Agustina Mayasari

Tempat & Tgl lahir : Tanjungkarang, 23 agustus 1973 Jenis Kelamin : Perempuan


(4)

Pendidikan : 1. Lulus Sekolah Dasar tahun1986 2. Lulus SMP Xaverius Kotabumi 1989 3. Lulus SMA Regina Pacis Bogor 1992 4. Lulus FK Undip 1998

Pekerjaan : 1.Dokter RSUD Ryacudu Kotabumi 2000-2001

2.Dokter puskesmas Tanjungraja Lampung Utara 2001-2003.

3.Kepala puskesmas Bumi agung Lampung Utara 2003-2006.

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan kurniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “ Analisis Pengaruh Persepsi Faktor Manajemen Keperawatan Terhadap Tingkat Kepuasan Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Kota Semarang tahun 2009”. Tesis ini disusun dalam rangka


(5)

memenuhi persyaratan pendidikan program Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang.

Penyusunan tesis ini terselenggara berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. dr. Martha Irene Kartasurya,MSc,PhD selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat.

2. dr. Sudiro,MPH,Dr.PH selaku Ketua Konsentrasi Administrasi Rumah Sakit dan Pembimbing Utama yang telah memberi kemudahan dan arahan penulis sampai terselesainya tesis ini.

3. Dra. Atik Mawarni, M.Kes selaku Pembimbing Kedua yang telah dengan sabar dan bijaksana memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan tesis ini.

4. dr. Niken Widyah Hastuti,M.kes selaku Penguji yang telah memberikan masukan sangat berarti untuk kepuasan tesis ini.

5. Bambang Edi Warsito,SKp,M.Kes selaku Penguji yang telah dengan sabar memberi saran yang sangat berguna pada tesis ini.

6. Direktur beserta staf RSUD Kota Semarang yang telah memberi ijin untuk pengambilan data dalam penelitian ini.

7. Direktur RSUD TUGUREJO Semarang yang telah memberi ijin penulis untuk pengambilan data untuk menguji validitas dan reliabiitas kuesioner.


(6)

8. Seluruh dosen dan staf Program Pascasarjana Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam penyelesaian tesis ini.

9. dr. Rifki Agung, Raras, Syakira , suami dan anak-anakku tercinta yang telah memberikan pengertian, dorongan dan doanya dalam penyusunan tesis ini.

10.Teman-teman sahabat ARS angkatan 2007, yang tidak ada hentinya bahu-membahu dalam memberikan semangat menyelesaikan tesis. 11.Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu-persatu yang telah

membantu dalam penyelesaian tesis ini.

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dan melimpahkan rahmat serta hidayahNYa kepada semua pihak yang membantu penulisan tesis ini.

Penulis menyadari penulisan tesis ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan.

Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat sebagai bahan untuk menyusun tesis khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

Semarang, 2009

Penulis


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…..………... i

HALAMAN PERSETUJUAN……….. ii

HALAMAN PERNYATAAN…..………... iii

RIWAYAT HIDUP……… iv

KATA PENGANTAR……… v

DAFTAR ISI….………. vii

DAFTAR TABEL….………. ix

DAFTAR GAMBAR…. ………... xii

DAFTAR LAMPIRAN………... xiii

ABSTRAK ……….. xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang……… ... 1

B. Perumusan Masalah……..

……….. 1

C. Pertanyaan Penelitian……

……….. 12


(8)

1. Tujuan Umum………….

………. 12

2. Tujuan Khusus……….. ………. 12

E. Manfaat Penelitian ……….………. 13

F. Keaslian Penelitian……… ………. 14

G. Ruang Lingkup Penelitian………. 16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rumah Sakit ... 17

B. Rawat Inap ... 18

C. Manajemen Rumah Sakit ... 18

D. Manajemen Keperawatan ... 19

E. Kepuasan Kerja ... 27

F. Persepsi ... 46

G. Landasan Teori Pengaruh Manajemenen Terhadap Kepuasan ... 47

H. Kerangka teori ... 49

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Variabel Penelitian……….. 50 B. Hipotesis Penelitian……… ……… 50

C. Kerangka Konsep…….……….. 51 D. Rancangan Penelitian…… ……… 52


(9)

A. Deskriptif Karakteristik Responden……… ………. 67

B. Deskriptif Responden Menurut Variabel Penelian ……….. 69

C.Hubungan Antara Variabel Confounding Dengan Variabel Terikat.. 87

D. Hubungan Antara Variabel Bebas Dengan Variabel Terikat……… 91

E. Pengaruh Antara Variabel Bebas Dengan Variabel Terikat……….. 99

F. Keterbatasan Penelitian……… 101

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan……….. 103

B. Saran………. 104

Daftar Pustaka……….. 107

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Pencapaian kunjungan pelayanan rawat jalan RSUD Kota

Semarang tahun2005 sampai dengan tahun 2007………. 4 Tabel 1.2 Pencapaian pelayanan rawat inap RSUD Kota Semarang

tahun 2005 sampai dengan tahun 2007……… 4 Tabel 1.3 Kepesertaan pasien rawat inap RSUD Kota Semarang


(10)

Tabel 1.4 Hasil perhitungan ratio perawat terhadap TT pada tahun 2007.. 6 Tabel 1.5 Hasil pelaksanaan penerapan Standar Asuhan Keperawatan

(SAK) RSUD Kota Semarang tahun2007……… 7 Tabel 1.6 Hasil studi pendahuluan tentang persepsi kepuasan kerja

perawat terhadap manajemen di RSUD Kota Semarang………. 10 Tabel 1.7 Perbedaan penelitian dengan penelitian terdahulu……….. 15

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kelompok umur di ruang rawat inap RSUD Kota Semarang……….

67

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kelompok jenis Kelamin di ruang rawat inap RSUD Kota Semarang………

67

Tabel 4.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kelompok

pendidikan diruang rawat inap RSUD Kota Semarang………… 68

Tabel 4.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kelompok

masa kerja diruang rawat inap RSUD Kota Semarang………… 68

Tabel 4.5 Distribusi jawaban responden pesepsi tentang kepemimpinan diruang rawat inap RSUD Kota Semarang……….

69

Tabel 4.6 Distribusi frekuensi persepsi tentang kepemimpinan diruang Rawat inap RSUD Kota Semarang……….

71

Tabel 4.7 Distribusi jawaban responden pesepsi tentang insentif

diruang rawat inap RSUD Kota Semarang……… 73

Tabel 4.8 Distribusi frekuensi persepsi tentang insentif diruang

Rawat inap RSUD Kota Semarang……….. 74


(11)

Lingkungan kerja diruang rawat inap RSUD Kota Semarang… 75

Tabel 4.10 Distribusi frekuensi persepsi tentang kondisi lingkungan kerja diruang rawat inap RSUD Kota

Semarang……… 76

Tabel 4.11 Distribusi jawaban responden pesepsi tentang kesempatan Promosi diruangrawatinapRSUDKota Semarang………

78

Tabel 4.12 Distribusi frekuensi persepsi tentang kesempatan promosi

diruang rawat inap RSUD Kota Semarang………. 79

Tabel 4.13 Distribusi jawaban responden pesepsi tentang supervisi

diruang rawat inap RSUD Kota Semarang……….. 80

Tabel 4.14 Distribusi frekuensi persepsi tentang supervisi

diruang rawat inap RSUD Kota Semarang………. 81

Tabel 4.15 Distribusi jawaban responden pesepsi tentang kepuasan

diruang rawat inap RSUD Kota Semarang………. 83

Tabel 4.16 Distribusi frekuensi persepsi tentang kepuasan

diruang rawat inap RSUD Kota Semarang………. 85

Tabel 4.17 Tabel silang kelompok umur dengan kepuasan perawat

pelaksana diruang rawat inap RSUD Kota Semarang……….. 87

Tabel 4.18 Tabel silang kelompok jenis kelamin dengan kepuasan perawat

pelaksana diruang rawat inap RSUD Kota Semarang………… 88


(12)

pelaksana diruang rawat inap RSUD Kota Semarang………… 89

Tabel 4.20 Tabel silang kelompok masa kerja dengan kepuasan perawat pelaksana diruang rawat inap RSUD Kota Semarang…………

90

Tabel 4.21 Ringkasan hubungan antara variabel confounding dengan variabel terikat………

91

Tabel 4.22 Tabel silang persepsi tentang kepemimpinan dengan

kepuasan perawat pelaksana……… 91

Tabel 4.23 Tabel silang persepsi tentang insentif dengan

kepuasan perawat pelaksana………. 93

Tabel 4.24 Tabel silang persepsi tentang kondisi lingkungan kerja

dengan kepuasan perawat pelaksana……… 95

Tabel 4.25 Tabel silang persepsi tentang kesempatan promosi dengan kepuasan perawat pelaksana………

96

Tabel 4.26 Tabel silang persepsi tentang supervisi dengan

kepuasan perawat pelaksana……… 97

Tabel 4.27 Ringkasan hubungan variabel bebas dengan variabel terikat.. 98

Tabel 4.28 Ringkasan hasil analisis bivariat mneggunakan regresi

logistik metode enter………... 99

Tabel 4.29 Hasil analisis multivariat menggunakan regresi logistik

metode enter……… 100


(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Rumah sakit sebagai suatu sistem 19

Gambar 2.2 Proses manajemen keperawatan 21

Gambar 2.3 Kerangka teori 49


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lembar penjelasan untuk responden 2. Lembar persetujuan menjadi responden 3. Kuesioner penelitian perawat pelaksana

4. Hasil uji validitas dan reliabilitas variabel bebas dan variabel terikat 5. Deskripsi variabel-variabel penelitian

6. Hasil crosstab variabel-variabel penelitian 7. Hasil analisis multivariat


(15)

ProgramMagister Ilmu Kesehatan masyarakat Admnistrasi RumahSakitUniversitas Diponegoro

Semarang Th.2009

ABSTRAK Mayasari A.

Analisis Pengaruh Persepsi Faktor Manajemen Keperawatan Terhadap Tingkat Kepuasan Perawat Di Ruang Rawat Inap RSUD Kota SemarangTahun 2009.

Halaman : 112, Tabel: 36, Gambar: 4, Lampiran: 3

Manajemen keperawatan merupakan pengelolaan aktivitas keperawatan oleh manajer keperawatan, melalui kegiatan manajerial terhadap perawat pelaksana. Kepuasan kerja perawat perlu mendapat perhatian serius dari pihak manajemen RS, karena perawat merupakan karyawan terbesar yang menjadi ujung tombak pelayanan. Kepuasan kerja yang dirasakan perawat diharapkan akan memberikan dampak terhadap kualitas kinerja. Meningkatnya beban kerja perawat disebabkan karena meningkatnya BOR, masih rendahnya pencapaian standar asuhan keperawatan 62,04%, adanya keluhan perawat terhadap manajemen keperawatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh manajemen keperawatan terhadap tingkat kepuasan perawat di ruang rawat inap RSUD Kota Semarang.

Jenis penelitian observasional dengan metode survey dan pendekatan

cross sectional . Instrumen penelitian menggunakan kuesioner terhadap 37 perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Kota Semarang mengenai kepemimpinan, insentif, kondisi lingkungan kerja, kesempatan promosi, supervisi dan kepuasan. Data penelitian diolah secara kuantitatif dengan metode univariat, bivariat dengan chi square dan analisis multivariat dengan uji regresi logistik.

Hasil penelitian menunjukkan persentase tinggi tentang persepsi kepemimpinan tidak baik (56,8%), insentif tidak baik (59,6%), kesempatan Promosi tidak baik (70,3%), supervisi tidak baik (56,8%) dan kepuasan kerja kurang puas (51,4%) serta persepsi kondisi lingkungan kerja baik ( 62,2%). Hasil penelitian menyatakan ada hubungan antara kepemimpinan, insentif, kesempatan promosi, dan supervisi terhadap kepuasan. Hasil analisis multivariat menunjukkan ada pengaruh kepemimpinan (Exp β: 12,358), insentif (Exp β: 16,005), dan supervisi (Exp β:10,099) terhadap kepuasan kerja perawat.

Saran yang dapat direkomendasikan adalah menambah tenaga perawat, melakukan perencanaan terhadap metode asuhan keperawatan, mengatur dan mengendalikan kinerja perawat, bersifat terbuka, memberikan umpan balik, sosialisasi sistem remunerasi oleh Kepala ruang, memperbaiki sistem remunerasi didasari dengan penilaian kinerja yang obyektif, serta diupayakan ketepatan dan keteraturan penerimaan insentif, adanya sistem pengawasan yang terencana, melakukan kajian SOP, mengembangkan metode pengisian dokumen dan sistem evaluasi keterampilan dan pengetahuan perawat.

Kata kunci : Perawat ,manajemen keperawatan, kepuasan Kepustakaan : 48, 1980 – 2007


(16)

Master’s Degree of Public Health ProgramMajoring in Hospital administration Diponegoro university 2009 ABSTRACT

Mayasari A.

Analysis of influence perception of nursing management factors to nurse’s satisfaction level at inpatient ward in RSUD Kota Semarang in 2009.

Page: 112, Table: 36, Figure: 4, Appendix: 3

Nursing management defined as managed of nursing activity by nursing manager. Nurse’s satisfaction work needed attention seriously by hospital management, because nurse is the biggest employee is service spear’s end. Work satisfaction that supposed toward performance quality. The increasing of nurse work load because BOR increasing, upbringing nursing care is low: 62,04%, there is nursing’s complaint toward management. This aim of this research is to know nursing management influence to nurse’s satisfaction level at inpatient ward in RSUD Kota Semarang.

This was observational research using survey method and cross sectional approach. A research instrument used questionnaires to 37 nurses at inpatient ward in RSUD Kota Semarang involves leadership, incentive, work environment condition, promotion, supervise, and satisfaction. Data were analyzed quantitatively using the methods of univariate, bivariate with Chi-quare, and multivariate with logistic regression test.

The result of this research show that high percentase about perception is bad leadership (56,8%), bad incentive (59,6%), bad promotion (70,3%), bad supervise (56,8%), bad satisfaction (51,4%) and good work environment condition (62,2%). Bivariate analyse shows that there is significant between leadership, incentive, promotion and supervise to satisfaction. Multivariate analyse shows that there is a similiar influence between leadership (Exp β: 12,358), incentive (Exp β: 16,005) and supervise (10,099) to nurse’s satisfaction.

Suggestion that can be recommended should do to add nurses, to plan nursing care method, to manage of nurse duty, to make procedure standart involve nurse, open mind and feedback response, system’s remuneration system socialication by ward head, repair remuneration system so that provided a basis for with objective’s performance evaluation, with strived incentive continuously and on time, supervision’s planning system, do SOP study, develop document’s admission filling’s method, and there is evaluation’s system for nurses know and skill. Key word : Nurses, nursing management, satisfaction


(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Rumah sakit merupakan bagian integral dari keseluruhan sistem pelayanan kesehatan yang melayani pasien dengan berbagai jenis pelayanan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia telah menggariskan bahwa rumah sakit umum mempunyai tugas melaksanakan upaya kesehatan secara berdayaguna dan berhasilguna dengan mengutamakan upaya kuratif dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya promotif dan preventif serta melaksanakan upaya rujukan. i

Pelayanan RS di Indonesia sudah bersifat padat modal, padat karya dan padat teknologi, yang diandalkan untuk memberikan pengayoman medik untuk pusat – pusat pelayanan kesehatan. Untuk melaksanakan pelayanan tersebut sangat erat kaitannya dengan profesionalisme staf rumah sakit.ii

Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan di rumah sakit, yang mempunyai posisi yang sangat strategis dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan dan pemuasan konsumen yang datang ke rumah sakit. Jumlah tenaga keperawatan mendominasi tenaga kesehatan secara menyeluruh, juga sebagai penjalin kontak pertama dan terlama dengan pelanggan (pasien dan keluarganya). Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan


(18)

berbentuk pelayanan biologis, psikologis, sosiologis dan spiritual yang komprehensif / holistic yang ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat baik dalam keadaan sehat atau sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia yang mengacu pada standar professional keperawatan dan menggunakan etika keperawatan sebagai tuntutan utama.iii

Upaya penyelenggaraan menjaga kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit tidak terlepas dari peran penting profesi keperawatan. Di unit rawat inap tenaga keperawatan berada di tatanan pelayanan kesehatan terdepan dengan kontak pertama dan terlama dengan pasien, yaitu selama 24 jam perhari dan 7 hari perminggu karenanya perawat memegang posisi kunci dalam membangun citra rumah sakit.4

Kusuma Praja menyebutkan bahwa pelayanan keperawatan di rumah sakit adalah penghasil aktivitas terbesar sehingga mencerminkan mutu pelayanan rumah sakitnya. Mengingat kedudukan tenaga keperawatan yang cukup penting tersebut , maka hubungan yang baik antara manajemen rumah sakit dan tenaga keperawatan diperlukan.5 Perawat di rumah sakit tidak hanya mempunyai kewajiban untuk memberikan pelayanan kepada pasien tetapi juga mengharapkan pelayanan dari pihak rumah sakit agar apa yang menjadi haknya dapat diterima dengan baik.6

Manajemen keperawatan merupakan pengelolaan aktivitas keperawatan oleh manajer keperawatan melalui kegiatan manajerial


(19)

terhadap perawat pelaksana dalam penyelenggaraan pelayanan keperawatan kepada pasien/ keluarga / masyarakat secara profesional. Manajer keperawatan dituntut untuk merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, mengendalikan dan mengevaluasi sarana dan prasarana yang tersedia untuk dapat memberikan asuhan keperawatan yang seefektif dan seefisien mungkin bagi individu, keluarga dan masyarakat sesuai kode etik dan standard praktek keperawatan.3

Kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau sikap umum terhadap perbedaan penghargaan yang diterima dan yang seharusnya diterima. Kepuasan kerja dipengaruhi beberapa faktor yaitu balas jasa yang adil dan layak, penempatan yang sesuai dengan keahlian, berat ringannya pekerjaan, suasana dan lingkungan kerja, peralatan yang menunjang pelaksanaan pekerjaan, sikap pemimpin dan kepemimpinan dan sifat pekerjaan yang monoton atau tidak.7 Kepuasan kerja perawat perlu mendapat perhatian serius dari pihak manajemen rumah sakit, karena perawat merupakan karyawan terbesar dan menjadi ujung tombak pelaksana pelayanan keperawatan serta tenaga yang berinteraksi langsung dengan pasien dan keluarga pasien.

Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang yang dalam

perkembangannya mampu meraih akreditasi tipe B non pendidikan dengan status Badan Layanan Umum (BLU), diharapkam mampu memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, sesuai


(20)

kaidah-kaidah yang berlaku. Rumah sakit tersebut memberikan pelayanan kuratif, rehabilitatif, preventif, dan promotif serta menjadi pusat rujukan dan penelitian dalam pengembangan ilmu dan teknologi kesehatan . Rumah sakit Umum Kota Semarang memiliki Sumber daya

manusia, tenaga perawat sebanyak 175 orang yang terdiri dari 110 orang PNS dan 65 tenaga kontrak, dimana berdasarkan strata pendidikan 15 orang tamat SPK, 2 orang tamat D2, 144 orang tamat D3, dan 14 orang tamat S1. Keseluruhan tenaga perawat bertugas di 13 ruang yaitu 8 ruang rawat inap, 1 ruang ICU, 1 ruang IBS, 1 ruang IRj, 1 ruang hemodialisa dan 1 ruang IGD.iv

Kinerja RSUD Kota Semarang dalam kurun waktu 3 tahun sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2007, sebagai berikut :

Tabel 1.1 Pencapaian kunjungan pelayanan rawat jalan RSUD Kota Semarang Tahun 2005 sampai dengan 2007. tahun Kunjungan baru Kunjungan lama Total

2005 29.781 30.802 60.583

2006 37.082 38.237 75.319

2007 43.400 52.034 92.434

Sumber: Rekam Medik RSUD Kota Semarang

Dari data diatas dapat dilihat adanya peningkatan kunjungan rawat jalan setiap tahunnya. Kunjungan pasien lama dan baru sama-sama mengalami kenaikan hal ini mengambarkan bahwa RSUD Kota Semarang sudah cukup dikenal dan sebagian besar pasien merasa cukup puas dengan layanan yang ada dilihat dengan meningkatnya kunjungan pasien lama.

Tabel 1.2 Pencapaian pelayanan Rawat Inap RSUD Kota Semarang


(21)

No Indikator Tahun 2005 Tahun 2006 Tahun 2007 Standar depkes 1 BOR (%) 61,39 % 73,90 % 77,78% 60 -80 % 2 ALOS

(hari)

4,26 hari 4,57 hari 4,43 hari 6 – 9 hari

3 TOI (hari) 2,68 hari 1,6 hari 1,26 hari 1 – 3 hari 4 BTO (kali) 52,27 X 63,01 X 63,10 X 40 – 50

X 5 GDR (%) 9,19 % 12,73 % 15,60 % 2,5 % 6 NDR (%) 2,55 % 5 % 4,17 % 2,5% Sumber : Rekam Medik RSUD Kota Semarang

Berdasarkan tabel 1.2 tersebut diatas dapat dilihat bahwa BOR dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2007 terus meningkat. Hal ini menunjukkan kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan RSUD Kota Semarang semakin baik. Dengan meningkatnya BOR rumah sakit maka beban kerja yang harus ditanggung perawat sebagai ujung tombak pelayanan semakin meningkat.

Tabel 1.3 Berdasarkan kepersertaan pasien Rawat inap RSUD Kota Semarang Tahun 2005 sampai dengan tahun 2007 Segmen

pasar

2005 2006 2007 Kenaikan rata2 per

th

% Rata2 kenaikan dari th ke

th

Trend

Umum 4.255 3.480 3.994 4.370 -7 % turun Askes 1.225 1.441 1.426 1.238 10% Naik

Astek 1.010 963 1.149 978 9% Naik

Askin 1.904 3.875 4.261 2.215 93% Naik Jumlah 8.394 9.759 10.830 8.802 9% Naik

Sumber : Rekam Medik RSUD Kota Semarang

Berdasarkan data diatas dapat kita lihat adaya penurunan jumlah pasien umum berdasarkan kepersertaannya, hal ini dikarenakan karena banyaknya pasien umum yang mendapatkan kartu askeskin,


(22)

atau meningkatnya kesadaran masyarakat untuk mengikuti asuransi swasta lainnya seperti kita lihat pasien yang mengunakan askes juga meningkat. Tetapi hal ini juga harus menjadi perhatian manajemen untuk tetap memberikan pelayanan yang bermutu.

Tabel 1.4 Hasil perhitungan ratio perawat terhadap jumlah TT pada tahun 2007

Nama ruang Ratio TT : PRWT BOR 2007 Yudistira 36 : 13 = 3 : 1,08 91,76 %

Parkesit 36 : 13 = 3 : 1,08 70,69 % Prabukesna 24 :12 = 2 : 1 82,56% Dewi kunti 25 : 13 = 1,9 : 1,08 62,21% Arimbi 15 : 12 = 1,25 : 1 85,20% Banowati 15 : 13 = 1,17 : 1 79,59% ICU 10 : 12 = 0,83 : 1 74,5 %

Sumber : Rekam Medik RSUD Kota Semarang

Dengan melihat ratio diatas dapat dilihat bahwa ratio perawat dan tempat tidur belum memenuhi standard yang ditetapkan oleh Depkes yaitu 1 : 1, berarti bahwa dengan semakin meningkatnya BOR maka beban kerja perawat meningkat tentunya akan berpengaruh terhadap tingkat pelayanan kepada pasien.

Dari hasil pengkajian Siti Umik Hadik dkk didapatkan 35 % pasien tidak puas terhadap pelayanan keperawatan dan 31,5 % perawat tidak puas terhadap manajemen keperawatan . Kegiatan operan jaga masih belum optimal dikarenakan adanya keterlambatan


(23)

kehadiran perawat, pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan belum optimal hanya diagnosis keperawatan, rencana perawatan dan tindakan keperawatan.

Tabel 1.5 Hasil pelaksanaan penerapan Standar Asuhan Keperawatan (SAK) RSUD Kota Semarang tahun 2007 No Aspek yang dinilai 2007

1 Pengkajian keperawatan 56,97 % 2 Diagnose keperawatan 70,50 % 3 Rencana keperawatan 67,29 % 4 Tindakan keperawatan 62,10 % 5 Evaluasi keperawatan 57,20 % 6 Catatan keperawatan 58,21 %

Total 372,27 Pencapaian rata – rata 62,04%

Sumber : Bidang Keperawatan RSUD Kota Semarang

Dari hasil yang tercantum diatas dapat dilihat bahwa pencapaian rata-rata hasil pelaksanaan penerapan standard asuhan keperawatan masih dibawah pencapaian rata-rata standard yang ditetap oleh RSUD Kota Semarang sebesar 80 %, hal ini terjadi karena belum ada format yang jelas penilaian dokumentasi asuhan keperawatan dari bidang keperawatan.

Dalam rangka meningkatkan kinerja perawat yang bertugas di RSUD Kota Semarang, bidang manajemen keperawatan telah melakukan beberapa kegiatan melalui upaya-upaya sebagai berikut : 1. Mengadakan pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap

dan keterampilan secara bertahap antara lain pelatihan pelayanan prima dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan, pelatihan


(24)

kepemimpinan, manajemen supervisi, pelatihan clinical intructure, pelatihan penangganan infeksi nosokomial, kegawat daruratan (PPGD, ICU), dan seminar-seminar yang berhubungan dengan bidangnya masing-masing, pelatihan dialokasikan setiap tahun dengan pemilihan tenaga didasarkan senioritas dan kinerja.

2. Melaksanakan program pengembangan sumber daya manusia dengan cara memberikan kesempatan untuk mengikuti pendidikan berkelanjutan S1 keperawatan dan program ners, walaupun dengan biaya pribadi. Ada 4 orang yang mendapatkan dana dari APBD propinsi.

3. Menambah jumlah tenaga perawat dengan melakukan usulan kepada pemerintah daerah Kota Semarang , serta melakukan rekrutmen tenaga honorer.

4. Memenuhi sarana dan prasarana yang memadai, berupa fasilitas peralatan medis dalam rangka praktek asuhan keperawatan, berupa: alat-alat kesehatan, membuat counter bagi ruang jaga perawat.

5. Melakukan pengkajian dan penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) di unit pelayanan keperawatan rawat inap dengan cara tiap unit diberi panduan SOP pelayanan keperawatan.

6. Melakukan pengkajian terhadap rewardsystem bagi tenaga keperawatan dengan tujuan mempertahankan kompetensi yang ada, menjamin keadilan, menghargai profesi yang dimiliki, memenuhi peraturan legal yang berlaku.


(25)

7. Mengadakan supervisi langsung sekaligus pertemuan antara sub bidang keperawatan dengan tenaga perawat di bangsal rawat inap dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan bidang keperawatan yang tidak dapat ditangani kepala ruang.

8. Mengadakan Out bound setiap tahun untuk meningkatkan kerjasama dan refresing bagi perawat.

9. Mengadakan lomba dokumentasi asuhan keperawatan saat ulang tahun rumah sakit.

Hasil wawancara dengan perawat pelaksana ruang rawat inap terhadap manajer keperawatan dan timnya di RSUD Kota Semarang adalah ;

1. Kepemimpinan; bahwa bidang keperawatan belum menetapkan visi, misi, tujuan keperawatan pasien dalam pelayanan keperawatan, belum membuat perencanaan tenaga yang dibutuhkan ruangan perawatan, belum membentuk model keperawatan yang jelas, masih tumpang tindih antara fungsional dan tim.

2. Pengembangan/ kesempatan promosi tenaga keperawatan; belum ada prosedur seleksi bagi karyawan yang akan melanjutkan pendidikan maupun penempatan bagi yang sudah melaksananakan pendidikan, belum adanya sistem penjenjangan karier yang jelas hanya berdasarkan senioritas, belum ada mekanisme yang jelas penunjukkan tenaga yang mengikuti pelatihan, belum ada acara sosialiasasi hasil pelatihan dari perawat yang ikut pelatihan terhadap perawat ruangan lainnya.


(26)

3. Fasilitas keperawatan / Sarana prasarana; masih ada kekurangan peralatan dibeberapa ruangan, belum ada sistem dan prosedur pengawasan dan evaluasinya.

4. Insentif: pemberian insentif melalui rewardsystem masih dirasa belum memuaskan sebagian perawat, pembagian insentif sering kurang tepat waktu, sistem pembagian tidak jelas, penilaian tidak didasarkan pada penilaian yang obyektif tentang kinerja, penghargaan dalam bentuk tunjangan lain tidak ada.

5. Supervisi: belum ada jadwal supervisi dari bidang keperawatan terhadap masing-masing ruang rawat inap, hanya apabila ada permintaan dari ruangan, belum dilakukan penilaian pencapaian stándar asuhan keperawatan secara optimal, belum ada format supervisi yang jelas.

Dari hasil wawancara dengan kepala ruang keperawatan didapatkan bahwa masih ada keterlambatan kehadiran perawat saat operan harus dilakukan, permintaan pindah karena tidak mendapatkan jabatan sesuai dengan kompetensinya setelah lulus dari pendidikan lanjutan, masih kurangnya minat untuk melengkapi dokumentasi asuhan keperawatan, SOP yang ada belum dilaksanakan secara optimal.

Tabel 1.6 Hasil Studi pendahuluan Tentang persepsi Kepuasan kerja Perawat terhadap Manajemen Keperawatan di RSUD Kota Semarang

No Pernyatan Baik % Kurang %

Jum % lah 1 Kepemimpinan 7 13 20


(27)

35% 65% 100% 2 insentif 7

35%

13 65%

20 100% 3 Kondisi lingkungan kerja 13

65%

7 35%

20 100% 4 Kesempatan promosi 6

30%

14 70%

20 100% 5 Supervisi 6

30%

14 70%

20 100% 6 Kepuasan kerja terhadap

fungsi manajemen 7 35% 13 65% 20 100% Dari hasil diatas didapatkan 65% orang menyatakan

kepemimpinan kurang baik, 65% orang menyatakan insentif kurang baik, 35% orang menyatakan kondisi lingkungan kerja kurang, 70% orang menyatakan kesempatan promosi kurang dan 70% orang menyatakan supervisi kurang. Namun sebagian besar para perawat merasa kurang puas terhadap berbagai aspek manajemen keperawatan sebanyak 65%.

B. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang penelitian diatas didapatkan bahwa dengan semakin meningkatnya BOR setiap tahunnya menyebabkan semakin meningkatnya beban kerja perawat, dimana tidak dibarengi dengan peningkatan jumlah perawat, yang dapat dilihat dari ratio tempat tidur dan jumlah perawat yang masih dibawah standar depkes. Dari hasil kajian Siti Umik dkk didapatkan bahwa 31,5 % perawat tidak puas dengan manajemen keperawatan dan kegiatan operan belum optimal karena masih ada keterlambatan kehadiran saat operan jaga, belum optimalnya pendokumentasian asuhan keperawatan. Hasil kajian rata-rata pelaksanaan penerapan standar asuhan keperawatan


(28)

pada tahun 2007 sebesar 62,04% masih jauh dibawah satandar yang ditetapkan bidang keperawatan sebesar 80%.

Untuk meningkatkan kinerja perawat manajemen keperawatan telah melakukan upaya-upaya mengirim perawat dalam berbagai pelatihan-pelatihan dan seminar, mengembangkan SDM keperawatan dengan mengijinkan ikut dalam pendidikan berkelanjutan, menambah jumlah tenaga, berusaha memenuhi sarana dan prasarana, pembuatan SOP, kajian terhadap rewardsystem, melakukan Supervisi, melakukan Out Bound untuk refresing perawat serta lomba dokumentasi keperawatan.

Dari hasil wawancara dengan perawat pelaksana masih didapatkan keluhan perawat terhadap manajer keperawatan dalam hal kepemimpinan : belum menetapka visi,misi belum membuat perencanaan tenaga, belum menetukan model keperawatan, kesempatan promosi: belum ada prosedur seleksi bagi yang akan mengikuti pendidikan maupun yang selesai, belum ada sistem penjenjangan karier, belum ada sosialisasi hasil pelatihan kepada perawat lain, fasilitas keperawatan: masih ada kekurangan peralatan dibeberapa ruang, belum ada sistem dan prosedur pengawasan dan evaluasinya, Insentif: pemberian insentif melalui rewardsystem dirasa belum memuaskan sebagian perawat, kurang tepat waktu, pembagian insentif tidak jelas, pembagian tidak didasari penilaian kinerja yang obyektif, penghargaan dalam bentuk tunjangan lain tidak ada dan supervisi: jadwal supervisi belum ada, belum ada penilaian


(29)

pencapaian SAK secara optimal, format supervisi belum jelas. Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan didapatkan ketidakpuasan perawat terhadap manajemen keperawatan.

Pentingnya kepuasan pelanggan internal dalam hal ini perawat merupakan permasalahan yang harus diperhatikan manajemen keperawatan RSUD Kota Semarang karena tingkat kepuasan perawat sangat mempengaruhi kinerja perawat. Kinerja perawat akan mempengaruhi kualitas pelayanan yang nantinya akan berdampak minat masyarakat untuk menggunakan fasilitas rawat inap RSUD Kota Semarang. Oleh karena itu perlu diketahui aspek-aspek manajerial dalam hal ini manajemen keperawatan yang mempengaruhi kepuasan perawat khususnya di instalasi rawat inap RSUD Kota Semarang.

C. PERTANYAAN PENELITIAN

Dari rumusan permasalahan dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: “Apakah faktor persepsi manajemen keperawatan berpengaruh terhadap kepuasan kerja perawat di ruang rawat inap RSUD Kota Semarang”.

D. TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan Umum

Mengetahui persepsi faktor manajemen keperawatan yang berpengaruh terhadap kepuasan kerja perawat di ruang rawat inap RSUD Kota Semarang.


(30)

a. Mengetahui karakteristik faktor manajemen keperawatan dan kepuasan kerja perawat di ruang rawat inap RSUD Kota Semarang

b. Mengetahui hubungan persepsi kepemimpinan dengan kepuasan kerja perawat di rawat inap RSUD Kota Semarang.

c. Mengetahui hubungan persepsi insentif dengan kepuasan kerja perawat di ruang rawat inap RSUD Kota Semarang.

d. Mengetahui hubungan persepsi kondisi lingkungan kerja dengan kepuasan kerja perawat di ruang rawat inap RSUD Kota Semarang.

e. Mengetahui hubungan persepsi kesempatan promosi dengan kepuasan kerja perawat di ruang rawat inap RSUD ota Semarang.

f. Mengetahui hubungan persepsi supervisi dengan kepuasan kerja perawat di ruang rawat inap RSUD Kota Semarang.

g. Mengetahui pengaruh persepsi faktor-faktor manajemen keperawatan secara bersama-sama terhadap kepuasan kerja perawat di ruang rawat inap RSUD Kota Semarang.

E. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang dapat diharapkan dari hasil penelitian yang dilakukan adalah:


(31)

Menjadi masukan untuk pihak manajemen dalam pengelolaan kepuasan kerja perawat sehingga perawat tersebut dapat bekerja sesuai dengan peraturan rumah sakit dan melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan etika yang telah ditetapkan.

2. Bagi Program Studi MIKM UNDIP

Pengembangan ilmu dan untuk menambah kepustakaan tentang penerapan manajemen sumber daya manusia rumah sakit dan dapat menjadi masukan bagi peneliti selanjutnya.

3. Bagi peneliti

Pengembangan ilmu dan manfaat tambahan pengetahuan dan praktek dalam proses penelitian tentang pengaruh faktor manajemen terhadap kepuasan kerja perawat di RSUD Kota Semarang, dan penerapan ilmu yang telah dipelajari selama mengikuti pendidikan.

F. KEASLIAN PENELITIAN

Penelitian ini belum pernah dilakukan oleh penelitian lain namun ada beberapa penelitian sebelumnya yang materinya ada kemiripan.

1. Pada tahun 2001 Eny Akuisita dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Karakteristik dan Faktor Kondisi Pekerjaan dengan Kepuasan Kerja Perawat puskesmas di Kabupaten Pati. Penelitian bersifat eksploratif dengan penelitiannya adalah


(32)

kepuasan kerja yang berhubungan dengan umur, Kondisi kerja, promosi, insentif, supervisi dan teman kerja.

2. Pada tahun 2004 Arir Hamzah dalam penelitiannya yang berjudul Analisis pengaruh suasana kerja terhadap tingkat kepuasan kerja perawat di bangsal Rawat Inap RSU Ungaran. Penelitian bersifat deskriptif analitik dengan penelitiannya adalah kepuasan kerja yang berhubungan dengan kesesuaian perasaan, tanggung jawab, standar penghargaan, keterbukaan dan kerjasama tim. 3. Pada tahun 2005 Sriningsih Dhini Iswanti dalam penelitian

berjudul Analisis Faktor-Faktor yang berpengaruh terhadap kepuasan Tenaga Medis Poliklinik Rawat Jalan RSUD Tugurejo dengan variabel terikat adalah kepuasan kerja dan variabel bebasnya adalah gaji, kepemimpinan, hubungan denghan teman kerja, kondisi lingkungan kerja kerja, pekerjaan itu sendiri dan kesempatan promosi

4. Pada tahun 2006 Susi Herawati dalam penelitiannya Analisis Pengaruh Faktor-faktor manajemen terhadap kepuasan dokter di RSUD Kota Semarang, dengan variabel terikat adalah kepuasan kerja dan variabel bebasnya adalah kejelasan jasa pelayanan,kesesuaian jasa pelayanan, pembuatan keputusan pemimpin, ketanggapan pemimpin, dukungan pemimpin, kebersihan tempat kerja kenyamanan tempat kerja, kelengkapan tempat kerja, sarana dan prasarana, kesempatan promosi .

Tabel1.7 Perbedaan penelitian yang dilakukan dengan penelitian terdahulu


(33)

peneliti Judul penelitian Jenis penelitian Populasi penelitian Variabel penelitian Eny Akuisita 2001 Pengaruh karakteristik dan faktor kondisi pekerjaan dengan kepuasan kerja perawat

puskesmas di Kab Pati

ekploratif Perawat puskesmas di Kab Pati

Umur,kondisi pekerjaan,prom osi,insentif,sup ervisi,teman kerja terhadap kepuasan kerja Arir Hamzah 2004 Analisis pengaruh suasana kerja thd tingkat kepuasan kerja perawat di bangsal rawat inap RSU Ungaran

Observasional Perawat di rawat inap RSU ungaran Kesesuaian perasaan, tanggung jawab,standar penghargaan, kerterbukaan, kerja sama tim terhadap kepuasan kerja Sriningsih

Dini 2005

Analisis Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kepuasan tenaga medis poliklinik rawat jalan RSUD Tugurejo observasional Tenaga medis RSUD tugurejo Gaji,kepemimpi nan,hubungan dgn teman kerja,kondisi lingk kerja,pekerjaan itu sendiri,kesemp atan promosi terhadap kepuasan kerja Susi herawati 2006 Analisis pengaruh faktor-faktor manajemn terhadap kepuasan kerja dokter di RSUD Kota Semarang observasional Tenaga medis RSUD Kota Semarang Kejelasan jasa medis,kesesuai an jasa medis,pembuat an keputusan pemimpin,ketan gapan pemimpin,duku angan pemimpin,keber sihan tempat kerja,kenyaman an tempat kerja, kelengkapan sarana dan prasarana,kese mpatan promosi terhadap kepuasan kerja Agustina Mayasari2 009 Analisi pengaruh persepsi faktor manajemen keperawatan terhadap

observasional Perawat di ruang rawat inap RSUD Kota Semarang Insentif, kepemimpinan, kondisi lingkungan kerja,


(34)

kepuasan perawat di ruang raway inap RSUD Kota Semarang

kesempatan promosi, supervisi terhadap kepuasan kerja

G. RUANG LINGKUP PENELITIAN 1. Lingkup Waktu :

Pelaksanaan penelitian pada bulan Januari 2009 – Maret 2009 2. Lingkup Tempat :

Lokasi penelitian ini adalah RSUD Kota Semarang 3. Lingkup Materi :

Materi dibatasi pada faktor – faktor manajemen keperawatan yang berpengaruh terhadap kepuasan kerja perawat.


(35)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Rumah sakit

Rumah sakit merupakan institusi yang integral dari organisasi kesehatan dan organisasi sosial, berfungsi menyediakan pelayanan kesehatan lengkap, baik kuratif maupun preventif bagi pasien rawat jalan dan rawat inap melalui kegiatan pelayanan medis serta keperawatan. Institusi ini merupakan pusat latihan personil dan riset kesehatan.8

Rumah sakit memfasilitasi penyelenggaraan perawatan rawat inap, pelayanan observasi, diagnosa dan pengobatan aktif untuk individu dengan keadaan medis, bedah, kebidanan, penyakit kronis dan rehabilitasi ynag memerlukan pengarahan dan pengawasan dokter setiap hari serta perawatan kesehatan pribadi dengan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki secara efektif untuk kepentingan masyarakat.9

Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan bersifat dasar, spesialitik dan sub spesialistik. Rumah sakit umum mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat. Rumah sakit umum mempunyai tugas melaksanakan upaya kesehatan yang efektif dan efisien, mengutamakan penyembuhan dan pemulihan kesehatan pasien secara serasi dan terpadu. Untuk upaya tersebut fungsi praktis


(36)

rumah sakit umum menyelenggarakan : pelayanan medis, pelayanan penunjang medis, pelayanan keperawatan ,pelayanan rujukan, pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan, administrasi dan keuangan.10

B. Rawat Inap

Rawat inap merupakan komponen dari pelayanan rumah sakit. Kapasitas itu diukur dengan jumlah tempat tidur. Dalam dekade terakhir jumlah tempat tidur tetap digunakan sebagai ukuran tingkat hunian, pelayanan dan keuangan rumah sakit meskipun hanya (10%) dari seluruh pelayanan membutuhkan rawat inap.11

Sebuah institusi dapat dikategorikan sebagai rumah sakit apabila paling sedikit memiliki 6 tempat tidur untuk merawat orang sakit dengan lama perawatan di rumah sakit di atas 24 jam setiap kali admisi.12

Rawat inap adalah pelayanan terhadap pasien masuk rumah sakit yang menempati tempat tidur untuk keperluan observasi, diagnosis dan terapi, rehabilitasi medik atau pelayanan medik lainnya.10

Dengan demikian rawat inap adalah pelayanan yang diberikan kepada pasien yang perlu menginap untuk keperluan observasi, diagnosis dan terapi keadaan medis, bedah, kebidanan, penyakit kronis atau rehabilitasi yang memerlukan pengawasan dokter dan pelayanan keperawatan setiap hari.


(37)

Organisasi rumah sakit mempunyai bentuk yang unik dan berbeda dengan organisasi lain pada umumnya. Rumah sakit mempunyai kekhususan yang lahir dari adanya hubungan yang terjadi antara Medical staff beserta tenaga fungsional lain dan Administrator atau CEO (manajemen) serta Governing Body. Akibat adanya hubungan-hubungan tersebut otoritas formal yang direpresentasikan oleh Administrator atau CEO (manajemen) harus mampu mengakomodasi otoritas keilmuan dan keahlian yang dimiliki oleh kelompok dokter dan perawat, dimana secara historis mereka memegang peran yang sangat besar menjamin berjalannya roda sistem pelayanan kesehatan yang dijalankan.9

Dengan demikian CEO (manajemen) dituntut untuk mampu melakukan pengelolaan rumah sakit sebagai suatu sistem yang menghasilkan pelayanan jasa medis dan non medis menggunakan pemikiran dan pendekatan sistem.

PROSES LUARAN HASIL

¾ PELANGGA

N

¾ DOKTER

¾ PERAWAT

¾ SARANA

PRASARAN

PELAYANAN MEDIK, PELAYANAN PENUNJANG ,

ADMINISTRA SI

PASIEN SEMBUH, CACAT, MENINGGAL, RUJUKAN

. PASIEN PUAS/TIDAK PUAS .RS

MAJU/TIDAK MASUKAN

LINGKARAN LUAR


(38)

Gambar 2.1

Rumah sakit sebagai suatu sistem

D. Manajemen Keperawatan 1. Definisi

Manajemen keperawatan menurut Gillies, management is the process of getting work done others. Nursing management is the process of working through nursing personnel to provide care, cure, anf comfort to groups of patients. The nurse manager's task is to plan, organize, direct and control available financial, material and human resources in order to provide effective, economic care to patients.13

Manajemen keperawatan merupakan koordinasi dan integrasi sumber-sumber keperawatan dengan menerapkan proses manajemen untuk mencapai tujuan dan objektifitas pelaksanaan pelayanan keperawatan.14 Keberhasilan pelayanan keperawatan sangat dipengaruhi oleh bagaimana manajer keperawatan melaksanakan peran dan fungsinya.

Secara operasional manajemen keperawatan merupakan bentuk kepemimpinan dan pengelolaan oleh departemen /devisi/ bidang/ seksi keperawatan melalui tiga tingkatan manajerial yaitu manajemen puncak, manajemen menengah, dan manajemen bawah. Dalam pelaksanaannya manajer keperawatan harus memiliki beberapa faktor yaitu: 1)kemampuan menjalankan peran sebagai pemimpin 2) kemampuan melaksanakan fungsi-fungsi manajemen


(39)

(pengorganisasian dan pengawasan), dan 3) kemampuan menerapkan pengetahuan.15

2. Proses Manajemen Keperawatan a. Pengkajian pengumpulan data

Seorang manajer dituntut untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan pasien, tenaga keperawatan, administrasi, dan bagian keuangan yang akan mempengaruhi fungsi pelaksanaan proses pelayanan keperawatan secara keseluruhan.3

b. Perencanaan

Dimaksudkan menyusun perencanaan strategis dalam mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Perencanaan tersebut juga untuk menentukan kebutuhan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan, menegakkan tujuan, mengalokasikan anggaran belanja, menetapkan ukuran dan tipe tenaga keperawatan yang dibutuhkan, membuat pola struktur organisasi yang dapat mengoptimalkan efektifitas staf, serta menegakkan kebijaksanaan dan prosedur operasional. 3

c. Pelaksanaan

Merupakan implementasi kegiatan manajerial terdiri atas kemampuan kepemimpinan terhadap anak buah untuk menjalankan kegiatan yang sudah direncanakan. Dalam tahapan ini terdapat tiga komponen penting yaitu kemampuan kepemimpinan, kemampuan komunikasi dan kemampuan motivasi. 3


(40)

Gambar 2.2

Proses manajemen keperawatan mendukung proses keperawatan Berdasarkan gambar 2.2 di atas menunjukkan bahwa proses manajemen keperawatan mendukung proses keperawatan. Proses keperwatan dilaksanakan untuk mengelola pasien yang perlu asuhan keperawatan termasuk mengumpulkan data dengan melaksanakan pengkajian, mengdiagnosa masalah keperawatan, merencanakan intervensi keperawatan, mengimplementasikan rencana dan mengevaluasi hasil proses keperawatan. Sementara proses manajemen keperawatan bekerja melalui personel dengan melaksanakan fungsi manajerial keperawatan yaitu mengarahkan, mengorganisasikan, mengontrol keuangan dan material serta sumber daya keperawatan untuk pelaksanaan pelayanan keperawatam yang efektif dan ekonomis kepada pasien.13.

3. Kepemimpinan dalam keperawatan

Kepemimpinan merupakan gaya memimpin yang dapat menghasilkan keluaran melalui pengaturan kinerja orang lain. Pemimpin harus mampu memastikan bahwa bawahan melaksanakan pekerjaannya berdasarkan keterampilan yang dimiliki dan komitmen terhadap pekerjaan untuk menghasilkan keluaran yang terbaik. Oleh karena itu, kepemimpinan timbul sebagai hasil sinergis berbagai keterampilan mulai dari administratif


(41)

(perencanaan, pengorganisasian, pengendalian dan pengawasan), keterampilan teknis (pengelolaan, pemasaran, dan teknis prosedural), dan keterampilan interpersonal.16

Robbins menyatakan kepemimpinan merupakan kemampuan untuk mempengaruhi kelompok dalam mencapai tujuan, yang dapat bersumber dari formal seperti posisi atau kedudukan dalam suatu organisasi dan terdapat enam ciri yang terlihat dari seorang pemimpin yaitu : 1) ambisi dan energi, 2) hasrat untuk memimpin, 3) kejujuran dan integritas, 4) kepercayaan diri, 5) kecerdasan, dan 6) pengetahuan yang relevan dengan tugas pekerjaannya.17

Kepemimpinan dalam keperawatan merupakan kemampuan dan keterampilan seorang manajer keperawatan dalam mempengaruhi perawat lain dibawah pengawasannya untuk melaksanakan tugas dan tanggungjawab dalam memberikan pelayanan keperawatan sehingga tujuan keperawatan tercapai. Pemberian pelayanan keperawatan merupakan suatu kegiatan yang komplek dan melibatkan berbagai individu. Agar tujuan keperawatan tercapai diperlukan kegiatan dalam menerapkan keterampilan kepemimpinan.16

Menurut Kron, kegiatan tersebut meliputi : 1) perencanaan dan pengorganisasian, manajer keperawatan dituntut untuk mampu membuat rencana kegiatan keperawatan baik yang bersifat teknik atau non teknik keperawatan, 2) penugasan dan pengarahan,


(42)

manajer keperawatan bertanggung jawab dalam hal ketepatan dan kebenaran pelaksaan proses pelayanan keperawatan pasien, 3) pemberian bimbingan, manajer keperwatan mampu menjadi media konsultasi dan fasilitator pelaksanaan proses pelayanan keperawatan, 4) mendorong kerjasama dan partisipasi, manajer keperawatan dituntut agar dapat membangun kinerja dalam tim 5) koordinasi, diperlukan sebagai sarana konsolidasi proses pelayanan keperawatan yang dilaksanakan, 6) evaluasi penampilan kerja, manajer keperawatan perlu melakukan penilaian terhadap efektifitas dan efisiensi pelaksanaan tugas dan fungsi bawahannya.18

Kepemimpinan dalam keperawatan dapat ditumbuhkan lebih optimal, selain dengan menguasai keterampilan di atas tetapi juga apabila seorang manajer keperawatan mampu memperlihatkan keterampilan dalam menghadapi orang lain dengan efektif. Keterampilan tersebut yaitu : 1) kepiawayan dalam menggunakan posisi, 2) kemampuan dalam memecahkan masalah secara efektif, 3) ketegasan sikap dan komitmen dalam pengambilan keputusan, 4) mampu menjadi media dalam penyelesaian konflik kinerja, dan 5) mempunyai keterampilan dalam komunikasi dan advokasi.13 4. Pengorganisasian Keperawatan

Pengorganisasian adalah keseluruhan pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas, kewenangan dan tanggung jawab sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat


(43)

digerakkan sebagai suatu kegiatan kesatuan yang telah ditetapkan pada proses pelaksanaan pelayanan keperawatan. Szilagji mengemukakan bahwa fungsi pengorganisasian merupakan proses mencapai tujuan dengan koordinasi kegiatan dan usaha, melalui penataan pola struktur, tugas, otoritas, tenaga kerja dan komunikasi.19

Tiga aspek penting dalam pengorganisasian, yaitu: 1) Pola struktur yang berarti proses hubungan interaksi yang dikembangkan secara efektif, 2) Penataan tiap kegiatan yang merupakan kerangka kerja dalam organisasi, 3) Struktur kerja organisasi termasuk kelompok kegiatan yang sama, pola hubungan antar kegiatan yang berbeda, penempatan tenaga yang tepat dan pembinaan cara komunikasi yang efektif antar perawat.3

Prinsip – prinsip Pengorganisasian keperawatan meliputi yaitu:19 a. Pembagian Kerja

Prinsip dasar untuk mencapai efisiensi yaitu pekerjaan dibagi-bagi sehingga setiap orang atau petugas di ruang memiliki tugas tertentu. Untuk itu manajer keperawatan perlu mengetahui tentang : 1)Pendidikan dan pengalaman setiap staff, 2) Peran dan fungsi perawat yang diterapkan di RS tersebut, 3) perawat yang diterapkan di RS tersebut,4) mengetahui ruang lingkup tugas keperawatan mulai dari manajemen puncak sampai manajemen bawah dan staf dalam organisasi RS, 5) mengetahui batas wewenang dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya,


(44)

6) mengetahui hal-hal yang dapat didelegasikan kepada staf dan kepada tenaga non keperawatan.

b. Pendelegasian Tugas

Pendelegasian adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab kepada staf untuk bertindak dalam batas-batas tertentu. Dengan pendelegasian, seorang pimpinan dapat mencapai tujuan dan sasaran kelompok melalui usaha orang lain, hal mana merupakan inti manajemen. Dengan pendelegasian manajer keperawatan mempunyai waktu lebih banyak untuk melakukan hal lain yang lebih penting seperti perencanaan dan evaluasi. Pendelegasian juga merupakan alat pengembangan dan latihan manajemen yang bermanfaat. Staf yang memiliki minat terhadap tantangan yang lebih besar akan menjadi lebih komit dan puas bila diberikan kesempatan untuk memegang tugas atau tantangan yang penting.

Keuntungan bagi staf dengan melakukan pendelegasian adalah mengambangkan rasa tanggung jawab, meningkatkan pengetahuan dan rasa percaya diri, berkualitas, lebih komit dan puas pada pekerjaan. Sementara bagi manajer keperawatan dapat memberikan pengaruh dan power baik internal maupun eksternal, dapat mencapai pelayanan dan sasaran keperawatan melalui usaha orang lain.


(45)

Koordinasi adalah upaya yang dilakukan oleh manajer keperawatan dalam rangka keselarasan tindakan, usaha, sikap dan penyesuaian antar tenaga dalam lini organisasi pelayanan keperawatan. Keselarasan ini dapat terjalin antara pimpinan dan perawat dengan anggota tim kesehatan lain maupun dengan tenaga dari bagian lain.

Agar mencapai kegiatan koordinasi dengan efektif dan efisien maka koordinasi sebaiknya dilakukan dengan cara yaitu : 1) komunikasi terbuka, 2)dialog, 3) pertemuan/rapat, 4) pencatatan dan pelaporan, 5) pembakuan formulir yang berlaku. d. Manajemen Waktu

Dalam mengorganisir sumber daya, manajer keperawatan perlu mengatur / mengendalikan dan membuat prioritas waktu terhadap pelaksanaan pelayanan keperawatan. Oleh karena itu perlu dilakukan pengontrolan waktu sehingga dapat digunakan lebih efektif.mengalami kesulitan dalam mengatur dan mengendalikan waktu. Banyak waktu pengelola dihabiskan untuk orang lain. Oleh karena itu perlu pengontrolan waktu sehingga dapat digunakan lebih efektif.

5. Pengawasan Keperawatan

Pengawasan dalam keperawatan merupakan aktivitas manajerial yang dilakukan olehh manajer keperawatan untuk mencapai keberhasilan pelayanan keperawatan melalui kegiatan supervisi, audit internal, penilaian prestsi dan disiplin.13 Supervisi


(46)

keperawatan adalah proses pemberian sumber-sumber yang dibutuhkan perawat untuk menyelesaikan tugas dalam rangka pencapaian tujuan. Adapun tujuan dari supervisi keperawatan adalah pemenuhan dan peningkatan kepuasan pelayanan pada pasien dan keluarganya.

Di rumah sakit manajer keperawatan yang melakukan tugas supervisi adalah kepala ruang, pengawas keperawatan, kepala seksi, kepala bidanga dan wakil direktur keperawatan. Maka semua manajer keperawatan perlu mengetahui, memahami dan melaksanakan peran dan fungsinya sebagai supervisor.

Tanggung jawab supervisor dalam manajemen pelayanan keperawatan adalah : 1) menetapkan dan mempertahankan standar praktek pelayanan dan asuhan keperawatan, 2) menilai kualitas pelayanan asuhan keperawatan yang diberikan, 3) mengembangkan peraturan dan prosedur yang mengatur pelayanan keperawatan, bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain yang terkait, 4) memantapkan kemampuan perawat, 5) memastikan praktek keperawatan profesional dijalankan.

Audit internal, penilaian prestasi/ kinerja dan disiplin merupakan bagian pengawasan manajerial termasuk dalam katagori evaluasi kinerja. Menurut Bradshaw dalam Nursalam ada tiga metode dalam melakukan evaluasi pelaksanaan pelayanan keperawatan yaitu : 1) metode observasi langsung, 2) metode ujji kompetensi, 3) metode tertulis dan lisan. Kemudian ada dua aspek


(47)

yang perlu dilakukan evaluasi yaitu : 1) performa teknis/ klinis, 2) performa non teknis/ independent.3

E. Kepuasan Kerja

Kepuasan kerja merupakan suatu sikap yang positif yang menyangkut penyesuaian diri yang sehat dari para karyawan terhadap kondisi dan situasi kerja, termasuk didalamnya masalah upah ,kondisi sosial, kondisi fisik dan kondisi psikologis.20

Kenyataan menunjukkan bahwa orang mau bekerja bukan hanya mencari dan mendapatkan upah saja, akan tetapi dengan bekerja dia mengharapkan akan mendapatkan kepuasan kerja.

Kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau sikap umum terhadap perbedaan penghargaan yang diterima dan yang seharusnya diterima serta terhadap faktor - faktor pekerjaan, penyesuaian diri dan hubungan sosial individu diluar kerja.

Cormick dan Ilgen menyatakan kepuasan kerja merupakan sikap seseorang terhadap pekerjaanya. Dengan kata lain, kepuasan kerja merupakan respon afektif seseorang terhadap pekerjaan. Pandangan tentang kepuasaan kerja adalah bahwa individu menghitung sejauh mana pekerjaan itu menghasilkan hasil bernilai. Diasumsikan bahwa individu memiliki sejumlah penilaian tentang berapa banyak mereka menghargai hasil tertentu serta gaji , kondisi lingkungan kerja , promosi yang baik.21


(48)

Cue dan Gianarkis menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah hal penting dalam teori dan praktek karena mempengaruhi kapasitas kerja agar menghasilkan kinerja yang efisien dan dapat memenuhi pekerjaan dengan sukses. 22

Ostroff menyatakan bahwa organisasi - organisasi yang memiliki lebih banyak karyawan yang puas cenderung menjadi lebih efektif dibandingkan dengan organisasi-organisasi yang memiliki lebih sedikit jumlah pegawai yang puas. Seorang karyawan akan memberikan pelayanan dengan sepenuh hatinya kepada organisasi sangat tergantung pada apa yang dirasakan karyawan itu terhadap pekerjaan rekan kerja, dan supervisor. Perasaan dan kepuasan karyawan mempengaruhi perkembangan pola interaksi rutin. Kepuasaan dan sikap karyawan merupakan faktor penting dalam menentukan tingkah laku dan respon mereka terhadap pekerjaan dan melalui tingkah laku serta respon inilah dapat dicapai efektifitas organisasional. 23

Robbins mendefinisikan kepuasan kerja sebagai sikap umum seorang individu terhadap pekerjaannya, dimana dalam pekerjaan tersebut seseorang dituntut untuk berinteraksi dengan rekan sekerja dan atasan, mengikuti aturan dan kebijaksaan organisasi, memenuhi standar kinerja.24


(49)

1. Teori – teori kepuasan kerja

Beberapa teori kepuasan kerja yang telah dikenal luas adalah sebagai berikit :25

a. Teori Hirarki Kebutuhan – Maslow

Teori Malsow, hierarcy of needs menyatakan bahwa kebutuhan manusia dapat disusun menurut hirarki, dimana kebutuhan paling atas akan menjadi motivator utama bila kebutuhan pada tingkat di bawahnya telah terpenuhi.

Kebutuhan – kebutuhan tersebut tersusun mulai dari kebutuhan yang paling rendah kepada kebutuhan yang lebih tinggi yaitu ;

1) Kebutuhan fisik. 2) Kebutuhan keamanan 3) Kebutuhan social

4) Kebutuhan akan harga diri 5) Kebutuhan akan aktualisasi diri b. Teori Dua Faktor – Frederick Herzberg

Ahli psikologi dan konsultan manajemen Frederick Herberg mengembangkan Teori Dua Faktor yang menempatkan faktor – faktor pekerjaan dalam dua kelompok, yaitu ;

1) Faktor pemuas / motivator

Terdiri dari faktor instrinsik pekerjaan, yang meliputi aspek : a) Pekerjaan itu sendiri, b) Tanggung jawab, c)


(50)

Penghargaan, d) Pencapaian prestasi, d) Kemajuan, e) Kemungkinan berkembang, f) Komformitas

Bila faktor pemuas terpenuhi maka dapat menimbulkan kepuasan kerja yang akan membentuk motivasi yang kuat untuk menghasilkan kinerja yang baik.

2) Faktor pemelihara / higienis

Merupakan kelompok kondisi ekstrinsik dari pekerjaan, yang meliputi : a) Upah, b) Keamanan kerja, c) Kondisi kerja, d) Status, e) Prosedur, f) Perusahaan, g) Mutu penyeliaan, h) Mutu hubungan interpersonal

Terpenuhinya kebutuhan akan kondisi ekstrinsik kerja tidak menjamin timbulnya kepuasan kerja karyawan, tetapi merupakan faktor yang memelihara kondisi kerja agar tidak terjadi ketidakpuasan kerja. Ketidakberadaan faktor pemelihara ini dapat mengakibatkan timbulnya ketidakpuasan.

c. Teori ERG ( Exixtence, Relatedness, Growth ) – Adelfer

Adelfer setuju dengan Maslow, bahwa kebutuhan individu tersusun secara hirarki, namun hirarki kebutuhan yang diajukannya hanya terdiri tiga set kebutuhan, yaitu ;

1) Existence / eksistensi ; kebutuhan – kebutuhan yang terpuaskan oleh faktor – faktor seperti gaji dan kondisi pekerjaan.


(51)

2) Relatedness / keterkaitan ; kebutuhan – kebutuhan yang terpuaskan dengan adanya hubungan sosial dan interpersonal yang berarti.

3) Growth / pertumbuhan ; kebutuhan – kebutuhan yang terpuaskan oleh produktifitas atau kreatifitas individu.

d. Teori Kebutuhan yang Dipelajari – Mclelland

David Mclelland mengemukakan teori kebutuhan motivasi yang dipelajari, yang erat hubungannya dengan konsep belajar. Teori ini mengatakan bahwa seseorang dengan suatu kebutuhan yang kuat akan termotivasi untuk menggunakan tingkah laku yang sesuai untuk memuaskan kebutuhan. Kebutuhan seseorang dipelajari dari kebudayaan masyarakat di lingkungannya. Tiga kebutuhan yang dipelajari tersebut adalah ; 1) Kebutuhan berprestasi, 2) Kebutuhan berafiliasi, 3) Kebutuhan berkuasa

e. Teori Diskrepensi dan Teori Keadilan

Teori Diskrepensi dan teori Keadilan dapat menjelaskan hubungan kepuasan dengan penghargaan yang diterima secara ekstrinsik.

1). Teori Diskrepensi

Teori ini menjelaskan bahwa keadilan ditentukan oleh keseimbangan antara apa yang dirasakan seseorang


(52)

sebagai hal yang seharusnya ia terima dengan apa yang secara nyata ia terima. Jika tingkat penghargaan yang secara nyata ia terima sebanding dengan apa yang diharapkannya, maka ia akan merasa puas. Setiap diskrepensi atau ketidakseimbangan antara kedua tingkatan tersebut akan menimbulkan perasaan tidak puas.

2). Teori Keadilan

Menurut teori ini, perilaku individu dipengaruhi oleh rasa keadilan dan ketidakadilan. Dalam menilai keadilan tersebut individu memperhatikan faktor – faktor sebagai berilkut ; a) Input, yaitu segala sesuatu yang diserahkan individu

dalam menyelengarakan tugas pekerjaan, seperti pengetahuan, kecerdasan, ketrampilan dan pengalaman.

b) Output,yaitu segala sesuatu yang diterima dari tempat kerja sebagai imbalan atas tugas yang dikerjakan, seperti gaji, fasilitas kerja, perumahan, jaminan kesehatan.

c) Comparison person, yaitu individu lain sebagai pembanding bagi karyawan dalam hal input dan outcome.8.

2. Aspek pekerjaan yang memberikan kepuasan kerja

Kepuasan kerja terutama ditentukan oleh jenis, jumlah dan harapan penghargaan. Berbagai karakteristik yang menentukan


(53)

kepuasan atas pekerjaan digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu 26

a. Karakteristik pekerjaan

Karakteristik yang mempengaruhi kepuasan kerja adalah kejelasan peran, keluasaan dalam kerja dan penghargaan intrinsik. Kejelasan peran menyebabkan individu mengerti akan tugas dan tanggung jawabnya. Individu akan lebih berhasil dalam pekerjaan apabila ia mengetahui apa yang diharapkan dan memahami tujuan tugas dengan jelas.

Keleluasaan dalam kerja menekankan perhatian pada otonomi, variasi tugas, tanggung jawab dan umpan balik dari pekerjaan. Penghargaan intrinsik memiliki dampak kuat untuk timbulnya kepuasan kerja. Penghargaan intrinsik berkaitan dengan psikis atau perasaan individu yang merupakan akibat dari kinerjanya.

Faktor – faktor karakteristik pekerjaan yang memberi sumbangan terhadap kepuasan kerja diantaranya adalah manajemen, supervisi langsung, lingkungan sosial, komunikasi, keamanan, pekerjaan yang monoton, penghasilan.27

b. Karakteristik organisasi

Pada karakteristik organisasi terdapat dua variabel yang berhubungan dengan kepuasan kerja yaitu keterlibatan dalam pembuatan keputusan organisasi dan tingkatan pekerjaan. Individu yang dilibatkan dalam pembuatan keputusan organisasi


(54)

mendapatkan kepuasan kerja lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang tidak terlibat.

c. Karakteristik individu

Karakterisitk individu yang berhubungan dengan kepuasan kerja adalah usia, pendidikan dan jabatan yang dipegang.

3. Karakteristik biografi yang mempengaruhi kepuasan kerja Kepuasan kerja juga dipengaruhi oleh karakteristik biografi, antara lain ; 28

a. Umur

Hubungan umur dengan kepuasan kerja menunjukkan hubungan yang positif artinya makin tua umur karyawan makin tinggi tingkat kepuasan kerjanya, setidak tidaknya sampai umur karyawan menjelang pensiun pada pekerjaan yang dikuasainya. Sebaliknya mudah menduga bahwa bagi karyawan yang lebih muda usia, keinginan pindah lebih besar. Kepuasan kerja meningkat pada usia 30-an, kemudian menurun pada usia 40-an dan akan meningkat lagi pada usia 50-an sampai mereka pensiun. Tenaga yang lebih senior cenderung puas dengan pekerjaannya karena mereka lebih mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja berdasarkan pengalamannya.

b. Masa kerja

Karyawan baru cenderung kurang puas dibandingkan dengan karyawan yang lebih senior. Terdapat berbagai alasan terjadinya hal ini karena karyawan baru datang di tempat kerja


(55)

dengan harapan tinggi yang tidak memungkinkan untuk dipenuhi atau mungkin untuk pekerjaan tersebut hanya dibutuhkan pendidikan atau kemampuan yang lebih rendah daripada kemampuan yang dipunyai karyawan baru tersebut. Karyawan yang lebih berpengalaman lebih tinggi kepuasan kerjanya dari pada mereka yang kurang pengalaman kerjanya .29

c. Pendidikan

Adanya hubungan yang negatif antara tingkat pendidikan dengan kepuasan terhadap gaji disebabkan perbedaan harapan. Klien dan Mahe mengatakan bahwa pekerja dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi berpengharapan dapat berpenghasilan lebih tinggi di perusahaan / pekerjaan lain.30

d. Kepangkatan

Adanya konsistensi hubungan antara kepuasan kerja dengan kepangkatan yaitu kepuasan kerja akan meningkat seiring dengan meningkatnya tingkat kepangkatan / jabatan.31 e. Unit kerja

Unit kerja yang berbeda memiliki karakteristik pekerjaan yang berbeda, tingkat tanggung jawab yang berbeda, hubungan atasan bawahan yang berbeda sehingga diasumsikan turut mempengaruhi suasana dan kepuasan kerja dari tenaga keperawatan.


(56)

Kepuasan kerja akan memberikan dampak terhadap beberapa aspek, antara lain; 22

a. Kinerja

Banyak penelitian yang menghubungkan kepuasan dengan kinerja. Dikatakan bahwa individu yang puas otomatis akan produktif. Riset terakhir yang mendukung hubungan kepuasan kerja dengan kinerja adalah pada tingkat organisasi. Organisasi dengan pekerjaan yang terpuaskan cenderung lebih efektif dibandingkan dengan organisasi dengan pekerjaan yang kurang puas.

b. Kemangkiran dan keterlambatan

Beberapa penelitian menemukan hubungan yang secara konsisten negatif antara kepuasan kerja dan kemangkiran dan keterlambatan. Pekerja yang tidak terpuaskan akan besar kemungkinan untuk terlambat atau tidak masuk kerja.

c. Pindah kerja

Ada hubungan yang negatif antara kepuasan kerja dengan pindah kerja.

d. Komitmen terhadap organisasi

Komitmen terhadap organisasi merupakan perasaan memiliki individu terhadap organisasi dan komitmennya dalam mencapai tujuan organisasi. Beberapa penelitian menunjukkan hubungan positif antara kepuasan kerja dan komitmen organisasi.


(57)

e. Kesehatan fisik dan mental

Kepuasan kerja memberikan sumbangan pada kondisi kesehatan fisik dan mental para pekerjaan.

5. Hal-hal yang berhubungan dengan kepuasan kerja memerlukan manajemen antara lain adalah:

1. KEPEMIMPINAN

Pada hakekatnya pengertian kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain. Dengan kata lain kepemimpinan dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain untuk menggerakkan orang-orang tersebut agar dengan penuh pengertian dan senang hati bersedia mengikuti kehendak pemimpin tersebut. Kepemimpinan manajerial ditandai dengan sifat manajerial dan keterampilan manajerial yang mengarah ke pemberdayaan. 25 Pembuatan keputusan pemimpian dalam sebuah

organisasi tergantung pada gaya kepemimpinan.

Ada 4 gaya kepemimpin menurut Malayu S.P Hasibuan yaitu

32

a. Kepemimpinan Otoriter

Kepemimpinan otoriter adalah jika kekuasaan atau wewenang mutlak pada pimpinan. Pengambilan keputusan dan kebijaksanaan hanya ditetapkan sendiri oleh pemimpin, bawahan tidak diikutsertakan untuk memberikan saran, ide, dan pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan. b. Kepemimpinan Partisipatif


(58)

Kepemimipinan Partisipatif adalah apabila kepemimpinan dilakukan dengan cara persuasif, menciptakan kerjasama yang serasi, menumbuhkan loyalitas, dan partisipasi para bawahan. Pemimpin memotivasi bawahan agar merasa ikut memiliki perusahaan. Pengambilan keputusan tetap dilakukan pada pemimpin dengan mempertimbangkan saran atau ide yang diberikan bawahannya.

c. Kepemimpinan Delegatif

Kepemimpinan Delegatif apabila seseorang pemimpin mendelegasikan ewenang kepada bawahannya scara lengkap, dengan demikian bawahan dapat mengambil keutusan dan kebijaksanaan dengan bebas atau leluasa dalam melaksanankan pekerjaannya , sepenuhnya diserahkan kepada bawahannya.

d. Kepemimpinan Situasional

Teori kepemimpinan situasional adalah suatu pendekatan terhadap kepemimpinan yang menyatakan bahwa pemimpin memahami perilakunya sifat-sifat bawahannya, dan situasi sebelum menggunakan suatu gaya kepemimpinan tertentu. Pemikiran dasarnya adalah seorang pemimpin yang efekif harus cukup fleksibel untuk menyesuaikan terhadap perbedaan- perbedaan diantara bawahan dan situasi.


(59)

Agar tujuan keperawatan dapat tercapai diperlukan kegiatan dalam menerapkan keterampilam kepemimpinan. Menurut Kron, kegiatan tersebut meliputi : 1) perencanaan dan pengorganisasian, manajer keperawatan dituntut untuk mampu membuat rencana kegiatan keperawatan baik yang bersifat teknik atau non teknik keperawatan, 2) penugasan dan pengarahan, manajer keperawatan bertanggung jawab dalam hal ketepatan dan kebenaran pelaksaan proses pelayanan keperawatan pasien, 3) pemberian bimbingan, manajer keperwatan mampu menjadi media konsultasi dan fasilitator pelaksanaan proses pelayanan keperawatan, 4) mendorong kerjasama dan partisipasi, manajer keperawatan dituntut agar dapat membangun kinerja dalam tim, 5) koordinasi, diperlukan sebagai sarana konsolidasi proses pelayanan keperawatan yang dilaksanakan, 6) evaluasi penampilan kerja, manajer keperawatan perlu melakukan penilaian terhadap efektifitas dan efisiensi pelaksanaan tugas dan fungsi bawahannya.18

Koteen menyatakan bahwa peran pemimpin saat ini adalah sebagai berikut :33

a. Arsitek penyusun visi organisasi,

b. Pembentuk budaya organisasi dari nilai-nilai yang ada, c. Pemimpin dalam mengembangkan managemen strategis, d. Pengamat untuk memahami lingkungan


(60)

f. Penjamin mutu tinggi dalam kinerja. Disamping itu apabila ada kemacetan seorang pemimpin harus berperan sebagai penggerak agar suasana kerja dapat bergairah untuk berubah. Elemen-elemen kunci sebagai sifat yang menempel pada

pemimpin menurut Ulrich adalah : 34 a. Menetapkan arah,

b. Memobilisasi komitmen individu, c. Memicu kemampuan organisasi dan d. Menunjukkan karakter pribadi.

2. KOMPENSASI

Kompensasi merupakan istilah luas yang berkaitan dengan imbalan - imbalan yang diterima oleh orang - orang melalui hubungan kepegawaian mereka dalam organisasi. Pada umumnya bentuk kompensasi adalah finansial karena pengeluaran moneter yang dilakukan sebuah organisasi. Pengeluaran moneter dapat

bersifat segera atau tertangguh. Gaji mingguan atau bulanan karyawan adalah contoh moneter yang bersifat segera (immediate payment) sedangkan pensiunan, pembagian laba atau bonus merupakan moneter bersifat tertangguh (deferred payment). Kompensasi bisa diberikan dalam bentuk non moneter. 35

Terminologi –terminologi dalam kompensasi adalah sebagai berikut : 36


(61)

a. Upah dan Gaji

Upah (wages) biasanya berhubungan dengan tarif per jam (semakin lama jam kerja , semakin besar pula bayarannya) yang kerap digunakan bagi pekerja – pekerja produksi dan pemeliharaan ( pekerjaan-pekerjaan kerah putih ) biasanya di gaji.

b. Insentif

Insentif adalah tambahan – tambahan diluar gaji atau upah yang diberikan oleh organisasi. Program-program insentif disesuaian dengan memberikan bayaran tambahan berdasarkan produktivitas penjualan keuntungan-keuntungan atau upaya-upaya pemangkasan biaya. Tujuan utama program insentif adalah mendorong dan mengimbangi produktifitas karyawan dan efektifitas biaya. Program insentif terdiri dari dua jenis :

1).Program insentif individu yang membeikan kompensasi berdasarkan penjualan - penjualan , produktivitas, atau penghematan-penghematan biaya yang dapat dihubungkan dengan karyawan tertentu.

2).Program insentif kelompok yang mengalokasikan kompensasi kepada sebuah kelompok karyawan (berdasarkan departemen, divisi atau kelompok kerja) karena melampaui standar-standar probabilitas produktivitas, atau penghematan biaya yang sudah ditentukan sebelumnya.


(62)

c. Tunjangan

Contoh - contoh tunjangan (benefit) asuransi kesehatan dan jiwa, liburan-liburan yang ditanggung perusahaan, program pensiunan, tunjangan-tunjangan lain yang berhubungan dengan hubungan kepegawaian.

d. Fasilitas

Contoh - contoh fasilitas (perquisitas) adalah fasilitas seperti mobil perusahaan yang diperoleh karyawan, keanggotaan klub, tempat parkir khusus, atau akses ke pesawat perusahanan yang diperoleh karyawa. Fasilitas dapat mewakili jumlah subtansial dari kompensasi, terutama bagi eksekutif - eksekutif yang dibayar mahal.

Rumah sakit harus mengembangkan sistem insentif yang memadai dan dapat ditanggung oleh penerimaan fungsionalnya. Rumah sakit juga perlu mencapai kesepakatan dengan para perawat tentang pengaturan pembayaran jasanya (jasa pelayanan) yang memuaskan semua pihak yang meliputi dokter, perawat dan staf lainnya dan pihak manajemen rumah sakit.

Adanya kesepakatan antara semua pihak akan memberikan kepastian bagi manajemen dalam merencanakan anggaran dan kepastian bagi pasien dalam memperkirakan biaya yang harus dikeluarkan.34


(63)

Kepuasan kerja diperoleh dari tingkat imbalan atau hasil yang diperoleh dari pekerjaan, dibandingkan dengan apa yang diharapkan atau dinilai karyawan. Semakin dekat perbandingan tersebut, lebih banyak yang akan diperoleh dari pekerjaan dibandingkan dengan yang diinginkan, semakin tinggi kepuasan kerja tersebut. Teori ini menjelaskan bahwa dapat diketahui nilai-nilai individu mengenai kerja dan hasil, maka hal ini dapat digunakan sebagai informasi untuk memperkirakan pengaruh - pengaruh faktor - faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja. 37 Robins menyatakan bila upah diberikan secara adil

sesuai tuntutan pekerjaan, tingkat keterampilan individu dan standard pengupahan komunitas, kemungkianan besar menghasilkan kepuasan pada pekerja. 17

Moekijad dalam bukunya administrasi gaji dan upah menyatakan bahwa upah yang diterima oleh pegawai harus mudah dipahami, tepat waktu, upah yang terlambat diberikan mengakibatkan kemarahan dan rasa tidak puas pegawai yang pada gilirannya akan dapat mengurangi produktivitas pekerja. 38 Edward menyatakan bahwa, perbedaan antara jumlah insentif / upah yang diterima oleh karyawan dan insentif/upah yang juga diterima orang lain merupakan penyebab langsung kepuasan atau ketidak puasan kerja. Jika mereka merasa bahwa jumlah keduanya setara maka mereka merasa puas. Perbedaan dalam tingkat penerimaan insentif / upah harus


(64)

didasarkan evalusi jenis tindakan yang obyektif. Perasaaan puas terhadap insentif / upah mempengaruhi keputusan karyawan tersebut tentang seberapa keras dia akan bekerja. 39 Insentif yang proporsional akan memotivasi dan

memuaskan karyawan serta sebaiknya insentif yang tidak proporsional akan menimbulkan keluhan, penurunan prestasi, kepuasan kerja dan menurunya moral kerja.

3. KONDISI LINGKUNGAN KERJA

Faktor lingkungan kerja merupakan salah satu faktor lain yang mampu mempengaruhi kepuasan kerja karyawan. Lingkungan kerja yang baik dalam arti sempit tempat / lokasi kerja aman, nyaman, bersih dan tenang, peralatan yang baik, teman sejawat akrab, pimpinan yang pengertian akan memberikan kepuasan karyawan. Demikian pula yang dinyatakan Flippo, kondisi kerja yang nyaman aman dan menarik merupakan keinginan karyawan untuk dipenuhi perusahaan. 40

Teori hubungan manusiawi menggunakan faktor kondisi lingkungan kerja sebagai salah satu variabel motivator. Asumsi manajemen yang dipakai adalah orang ingin bekerja dalam suatu lingkungan kerja yang aman dan menyenangkan dengan seorang atasan yang adil dan penuh pengertian. Karyawan yang bahagia akan bekerja lebih giat karena kepuasan kerja meningkat. 41


(65)

Sebagian besar sumber daya manusia rumah sakit mempunyai tingkat status intelek dan sosial ekonomi yang tinggi, akan tetapi keadaan rumah sakit yang bersangkutan berada pada keadaan yang sebaliknya, misalnya kumuh secara fisik, mutu rendah, dan pelayanan yang tidak menyenangkan, keadaan ini sering didapatkan pada rumah sakit pemerintah. 33 Hal tersebut pada akhirnya sampai pada suasana kerja

yang tidak menyenangkan karena ada ketidakcocokan antara sumber daya manusia berlatar belakang tinggi dengan keadaan rumah sakit yang memprihatinkan. 33

4. KESEMPATAN PROMOSI

Robbins menyebutkan bahwa rewardsystem / kesempatan untuk memperoleh promosi melalui jenjang kepangkatan mempengaruhi kepuasan kerja karyawan. Kepuasan kerja mempengaruhi produktivitas kerja karyawan, dengan demikian untuk meningkatkan produktivitas kerja karyawan perlu memperhatikan kepuasan kerja karyawan. 23 Promosi merupakan kesempatan untuk menumbuhkan

pribadi, tanggung jawab yang lebih banyak dan status sosial yang ditingkatkan oleh karena itu individu-individu yang mempersepsikan bahwa keputusan promosi dibuat dengan cara adil (fair and just) kemungkinan besar akan mengalami kepuasan dari pekerjaan mereka. 42


(1)

A. Karakteristik demografi perawat pelaksana

1. umur ; ……..tahun

2. Jenis kelamin ; 1. Pria 2. Wanita

3. Pendidikan terakhir ; 1. SPK 2. D2 Keperawatan

3. DIII Keperawatan 4. S1Keperawatan

4. Masa kerja ; …… tahun

B. Daftar pernyataan tentang persepsi faktor manajemen keperawatan terhadap kepuasan kerja perawat


(2)

KEPEMIMPINAN

No PERNYATAAN STS TS S SS

1 Ada kejelasan sistem kerja untuk

mencapai visi dan misi yang telah disosialisasikan pihak manajemen keperawatan

2 Ada perencanaan yang jelas tentang

pelaksananan manajemen keperawatan terhadap metode kegiatan asuhan keperawatan

3 Dalam proses pembuatan prosedur

operasional dan pengambilan keputusan manajemen selalu melibatkan perawat

4 Peraturan, tugas dan tanggungjawab

untuk masing-masing perawat sudah dilakukan secara adil dengan

mempertimbangkan kemampuan yang dimilikinya

5 Manajemen keperawatan tidak mengatur

dan mengendalikan dengan baik kinerja perawat di ruang rawat inap

6 Arahan yang diberikan bidang

keperawatan tidak bermanfaat untuk memberikan pelayanan yang

memuaskan pasien

7 Manajemen keperawatan telah

memberikan bimbingan terhadap perawat dalam melakukan asuhan keperawatan

8 Motivasi yang diberikan mendorong saya

untuk meningkatkan kinerja

9 Pemimpin terlibat dalam pemecahan

persoalan perawat

10 Pemimpin memberikan umpan balik

terhadap informasi yang masuk

11 Pemimpin selalu menjalin komunikasi

informal dengan semua perawat

12 Pemimpin bersifat terbuka dalam setiap

kebijakan

INSENTIF


(3)

1 Sistem remunerasi yang ada mudah dipahami dan sudah disosialisasikan

2 Sistem pembagian Insentif yang

diterima sesuai dengan yang diharapkan

3 Sistem pembagian Insentif yang

diterima sesuai dengan profesi

4 Sistem pembagian Insentif yang

diterima sesuai dengan beban kerja

5 Insentif yang diterima selalu tepat

waktu

6 Sistem pembagian insentif yang

diterima tidak sebanding dengan resiko pekerjaan

7 Perbedaan sistem pembagian insentif

berdasarkan penilaian kinerja yang obyektif

KONDISI LINGKUNGAN KERJA

No PERNYATAAN STS TS S SS

1 Kebersihan ruangan yang ada

membuat kenyamanan dalam melaksanakan tugas

2 Dalam menjalankan tugas diharuskan

mengikuti petunjuk keselamatan kerja yang ada demi menjaga kesehatan kerja

3 Disiplin rekan kerja yang ada

memberikan kenyamanan dalam melaksanankan tugas

4 Sentuhan perhatian dari manajemen

keperawatan yang ada membuat suasana kerja lebih menyenangkan

5 Alat-alat yang digunakan mengikuti

perkembangan teknologi kesehatan

6 Peralatan yang tersedia tidak terpenuhi

dengan baik untuk melakukan pelayanan

7 Peralatan yang tersedia selalu dalam

keadaan baik untuk digunakan

8 Tidak pernah kekurangan bahan habis

pakai untuk melayani pasien

KESEMPATAN PROMOSI


(4)

1 Ada perencanaan untuk

pengembangan profesi perawat

2 Ada kejelasan sistem pengembangan

pendidikan perawat

3 Tersedia dana untuk pengembangan

profesi perawat

4 Setiap perawat sudah diberikan

kesempatan yang sama mengikuti pelatihan keperawatan

5 Tersedia dana untuk mengikuti

pelatihan bagi perawat

6 Ada kejelasan sistem penjenjangan

karier keperawatan

7 Setiap perawat yang berprestasi tidak

selalu mendapatkan promosi jabatan dari pihak manajemen RS

8 Perawat yang rajin mempunyai

kesempatan naik pangkat lebih cepat dari perawat yang malas

SUPERVISI

No PERNYATAAN STS TS S SS

1 Bidang keperawatan sudah

menentukan target standar setiap pelaksanaan program asuhan keperawatan

2 Sistem pengawasan sudah terencana

dengan baik

3 Standard operating prosedur untuk

pelaksanaan keperawatan sudah tersedia dan ada sistem penilaian pelaksanaannya

4 Ada metode penilaian standar mutu

pelayanan asuhan keperawatan

5 Manajemen keperawatan berusaha

mengembangkan peraturan dan perbaikan standard operating prosedur sesuai dengan keadaan ideal yang ada

6 Atasan saya selalu memberikan

bimbingan setiap ada kesulitan dalam melakukanan asuhan keperawatan

7 Tidak ada sistem evaluasi terhadap

pengetahuan dan keterampilan perawat dalam pemberian pelayanan

8 Kemajuan dan kualitas pelayanan untuk

kepuasan pasien salah satunya didukung dengan supervisi


(5)

KEPUASAN KERJA

No PERNYATAAN STS TS S SS

1 Saya merasa bahagia karena pekerjaan

ini dapat menjanjikan status kepegawaian saya lebih baik

2 Saya merasa kecewa karena tidak ada

arah,perencanaan yang jelas dalam memberikan asuhan keperawatan

3 Saya merasa senang karena dilibatkan

dalam pengambilan keputusan

4 Saya merasa senang karena sistem

pembagian insentif yang saya terima sesuai dengan apa yang saya kerjakan

5 Saya merasa dapat bekerja dengan baik

karena beban kerja yang diberikan sesuai dengan kemampuan saya

6 Saya merasa senang dengan kebersihan

dan keamanan tempat saya bertugas

7 Saya merasa senang dengan peralatan

dan perlengkapan yang tersedia untuk melaksananakan asuhan keperawatan

8 Saya merasa kecewa dengan kebijakan

sistem penjenjangan karier di rumah sakit

9 Saya merasa sistem penempatan

perawat yang menempati jabatan struktural dan fungsional sesuai latar belakang pendidikan

10 Saya merasa senang karena ada

prosedur / aturan/ protap yang mudah dilaksanakan dalam melaksanakan pekerjaan

11 Saya merasa kecewa terhadap sistem

pengawasan asuhan keperawatan yang dilakukan pihak manajemen

12 Saya merasa kecewa karena supervisi

yang dilakukan belum memberikan feedback yang diharapkan

13 Saya merasa senang atas perhatian

manajemen dalam membimbing bawahannya

iDepartemen kesehatan RI, Petunjuk Pelaksanaan Penetapan Indikator menuju

Indonesia Sehat 2010 Jakarta,2001

ii

Sitorus Ratna, Model Praktek Keperawatan Profesional di Rumah Sakit, EGC, Jakarta, 2006


(6)

iii Nursalam, Manajemen keperawatan ; Aplikasi Dalam Praktek keperawatan

professional, edisi 2 Salemba Medika, 2007.

ivLumenta, B, Hospital Citra Peran dan fungsi , Yogyakarta, Penerbit