Metode HPHT Penentuan Usia Kehamilan

baik 10. Ultrasonografi diameter biparietal pada 26-30 minggu ±2-3 minggu 11. Tanggal HPHT dari ingatan riwayat baik 3-4 minggu 12. Ultrasonografi diameter biparietal setelah 30 minggu 3-4 minggu 13. Pengukuran tinggi fundus uteri 4-6 minggu 14. Tanggal HPHT dari ingatan riwayat buruk 4-6 minggu 15. Denyut jantung fetus pertama kali terdengar 4-6 minggu 16. Persepsi adanya gerakan janin 4-6 minggu Keterangan: Kaidahnya adalah untuk selalu menggunakan pilihan indikator yang lebih akurat daripada yang kurang akurat. Riwayat baik mewajibkan adanya pengetahuan panjang siklus sebelumnya dengan siklus menstruasi yang teratur dan tidak adanya penggunaan pil kontrasepsi selama 6 bulan dihitung dari hari pertama haid terakhir. Sumber : Bowie Andreotti, 1983

2.2.1. Metode HPHT

Estimasi usia kehamilan berdasarkan Hari Pertama Haid Terakhir HPHT merupakan metode estimasi usia kehamilan yang paling banyak digunakan di dunia karena mudah digunakan dan tidak memerlukan biaya Lynch Zhang, 2007. Namun metode ini mengharuskan terpenuhinya beberapa syarat agar memberikan keakuratan yang baik Bowie Andreotti, 1983, yaitu: 1. Mengetahui tanggal HPHT yang akurat dan panjang siklus sebelumnya dengan siklus menstruasi yang teratur. Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus disertai pelepasan endometrium. Siklus menstruasi adalah jarak antara tanggal mulainya menstruasi yang lalu dan mulainya menstruasi berikutnya. Hari pertama keluarnya darah menstruasi pada siklus menstruasi yang terakhir disebut hari pertama haid terakhir. Interval rata-rata pengulangan menstruasi diperkirakan 28 Universitas Sumatera Utara hari, tetapi terdapat variasi yang cukup besar diantara wanita secara umum Hanafiah, 2009. Gambar 1. Variasi Siklus Menstruasi Sumber: Johnson, 2008 Panjang siklus menstruasi yang normal adalah 21-35 hari Palter Olive, 2002 dan kira-kira 97 wanita yang berovulasi siklus haidnya berkisar 18-42 hari. Jika siklusnya kurang dari 18 hari atau lebih dari 42 hari dan tidak teratur, biasanya siklusnya tidak berovulasi anovulatoar Hanafiah, 2009. Siklus menstruasi normal dapat dipahami dengan baik dengan membaginya atas dua fase dan satu saat, yaitu fase folikuler, saat ovulasi, dan fase luteal. Universitas Sumatera Utara Gambar 2. Siklus Menstruasi Sumber: Womack, 2011 Hari 1-5 adalah menstrual phase disebut juga haid atau menstruasi saat lapisan dalam uterus lepas dan keluar dalam bentuk darah, jaringan endometrium, dan mukus. Aktivitas ovarium minimal, sehingga level hormon estrogen dan progesteron menjadi relatif rendah. Ketika kadar hormon estrogen rendah, hipofisis anterior akan memfasilitasi pengeluaran follicle-stimulating hormone FSH lebih banyak dari luteinizing hormone LH – proses ini sebenarnya terjadi pada akhir di siklus sebelumnya dan berlanjut sampai menstrual phase pada siklus berikutnya. Hari 6-12 adalah proliferative, estrogenic, atau follicular phase. Pada fase ini FSH dan LH yang disekresi oleh hipofisis anterior menstimulasi pembentukan kantong berisi cairan yang disebut folikel. Setiap folikel merupakan tempat dari ovum yang berkembang, namun hanya satu folikel yang akan mencapai maturitas penuh. FSH kemudian menstimulasi folikel di dalam ovarium untuk mengeluarkan estrogen. Pengeluaran estrogen ini menyebabkan penebalan Universitas Sumatera Utara endometrium. Peningkatan kadar estrogen akan menghambat sekresi FSH dan meningkatkan kadar LH yang mencolok. Lonjakan LH membuat satu folikel menjadi matur. Hari 13-15 adalah ovulatory phase. Kira-kira 16-24 jam setelah lonjakan LH. Folikel yang matur akan ruptur dan mengeluarkan ovum yang telah berkembang. Fertilisasi dapat terjadi dalam rentang waktu ini. Peristiwa ini disebut ovulasi, yang secara khas terjadi pada hari ke-14. Hari 16-23 adalah secretory, progestational, atau luteal phase disaat folikel yang telah kosong berubah menjadi struktur sel endokrin yang disebut korpus luteum. Korpus luteum ini mensekresikan progesteron dalam jumlah yang banyak dan estrogen dalam jumlah sedikit. Progesteron mempertahankan penebalan dinding uterus dan menyebabkan sel-sel uterus mengeluarkan hormon dan enzim lain untuk mempersiapkan endometrium sebagai tempat implantasi dari ovum yang sudah difertilisasi. Hari 24-28 adalah premenstrual phase. Jika ovum yang telah difertilisasi tidak implantasi pada lapisan uterus, korpus luteum akan berdegenerasi sehingga kadar progesteron dan estrogen akan menurun. Penurunan hormon ini akan berakibat dalam spasme pembuluh darah arteriol yang menyebabkan luluhnya endometrium. Akhirnya, kadar prostaglandin yang tinggi akan menyebabkan kontraksi otot uterus, yang akan mengeluarkan jaringan endometrium, darah, dan mukus Johnson, 2008. 2. Tidak menggunakan pil kontrasepsi dalam 6 bulan terakhir. Kontrasepsi ialah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan Albar, 2009. Metode kontrasepsi dibagi menjadi kontrasepsi hormonal dan kontrasepsi non-hormonal. Kontrasepsi hormonal adalah kontrasepsi yang menggunakan hormon seks steroid wanita seperti estrogen dan progesteron sintetis Stubblefield Olive, 2002. Kontrasepsi ini tersedia dalam bentuk oral, injeksi dan implan. Kontrasepsi oral adalah kombinasi estrogen dan progestin atau hanya progestin—mini pil dan merupakan jenis kontrasepsi hormonal yang paling banyak digunakan di dunia. Universitas Sumatera Utara Efek kontraseptif obat-obat yang mengandung steroid bersifat multipel, tetapi efek yang paling penting adalah mencegah ovulasi dengan menekan gonadotropin-releasing factors dari hipotalamus. Dengan penekanan gonadotropin releasing factors ini maka sekresi follicle stimulating hormone dan luteinizing hormone dari hipofisis ikut terhambat. Estrogen saja dalam dosis yang memadai akan menghambat ovulasi dengan menekan gonadotropin. Estrogen ini juga mungkin akan menghambat implantasi dengan mengubah pematangan endometrium. Estrogen mempercepat transportasi ovum; namun progestin menyebabkan perlambatan. Progestin menyebabkan terbentuknya mukus serviks yang kental, sedikit, selular, dan menghambat perjalanan sperma. Kapasitasi sperma juga mungkin terhambat. Seperti estrogen, progestin juga menyebabkan endometrium menjadi kurang memungkinkan untuk implantasi blastokista. Akhirnya, progestin juga dapat menghambat ovulasi dengan menekan gonadotropin Cunningham et al., 2006. Setelah kontrasepsi oral dihentikan, siklus ovulasi kembali dalam beberapa bulan Stubblefield Olive, 2002. Serupa dengan masa pascapartum, dalam 3 bulan setelah penghentian, paling tidak 90 persen wanita yang sebelumnya berovulasi secara teratur akan kembali mengalaminya. Bracken et al. mengamati penurunan angka konsepsi selama paling tidak enam siklus setelah penghentian kontrasepsi ini Cunningham et al., 2006. Rumus Naegele dilakukan dengan cara menambahkan 7 hari ke hari pertama haid terakhir dan menghitung mundur 3 bulan. Rumus Naegele dilakukan dengan asumsi bahwa siklus haid rata-rata adalah 28 hari dengan ovulasi terjadi pada hari ke-14 dan lama kehamilan rata-rata 280 hari dari hari pertama haid terakhir. Kemungkinan kesalahan dalam perkiraan usia kehamilan dalam metode ini dapat terjadi dalam setidaknya 4 aspek Ananth, 2007, yaitu: a. Panjang siklus menstruasi normal yang dapat berbeda-beda pada wanita. Bahkan pada wanita dengan panjang siklus menstruasi rata-rata, waktu terjadinya ovulasi dapat berbeda. Baird et al. melaporkan bahwa hanya 10 wanita dengan siklus menstruasi 28 hari dan teratur ovulasi terjadi tepat pada hari Universitas Sumatera Utara ke-14. Ditemukan dari 75 wanita yang diteliti, ovulasi terjadi dalam ± 4 hari dari hari ke-13 Lynch Zhang, 2007. b. Wanita dengan siklus menstruasi yang tidak teratur atau anovulatoar tidak dapat disertakan dalam asumsi bahwa ovulasi terjadi pada hari ke-14; pada kenyataannya episode perdarahan yang tidak teratur terkadang dapat merupakan keguguran kandungan spontan yang tidak diketahui. c. Perdarahan pada awal kehamilan mungkin sering disalahartikan sebagai periode menstruasi yang terlambat. Dengan demikian, dapat terjadi kesalahan dalam tanggal periode menstruasi terakhir sebanyak 4 minggu. d. Kesalahan dalam mengingat tanggal hari pertama haid terakhir. Dari penelitian yang dilakukan, Hall et al menemukan bahwa diantara 11.602 wanita yang diteliti, 79 mengetahui tanggal HPHT pastinya pasti dalam ± 1 minggu, 13 secara mengira-ngira mengetahui tanggal HPHT pastinya pasti dalam ± 2 minggu, dan 7 tidak dapat mengetahui tanggal HPHT pastinya pasti dalam ± 4 minggu Lynch Zhang, 2007. Untuk itu dalam menentukan usia kehamilan dengan menggunakan rumus Naegele diperlukan anamnesis yang cermat. Riwayat menstruasi sangatlah penting. Wanita yang mengalami menstruasi secara spontan dan teratur setiap sekitar 28 hari kemungkinan besar berovulasi pada pertengahan daur. Apabila daur menstruasinya secara bermakna lebih lama daripada 28 sampai 30 hari, maka ovulasi lebih besar kemungkinannya terjadi jauh setelah 14 hari; atau apabila interval terlalu lama dan tidak teratur, maka kemungkinan besar sebagian dari episode-episode perdarahan vagina yang diidentifikasi sebagai menstruasi didahului oleh anovulasi kronik. Tanpa menstruasi yang teratur, spontan, siklik, dan dapat diperkirakan yang mengisyaratkan siklus ovulatorik, maka usia kehamilan yang akurat sulit ditentukan. Perlu dipastikan juga apakah wanita yang bersangkutan menggunakan kontrasepsi steroid sebelum hamil. Wanita yang mengalami perdarahan lucut berulang teratur selagi menggunakan kontrasepsi biasanya menghentikan pemakaian kontrasepsi tersebut secara siklis dan langsung hamil tanpa mengalami perdarahan mirip menstruasi lebih lanjut. Namun, ovulasi mungkin belum pulih Universitas Sumatera Utara dalam 2 minggu setelah awitan perdarahan lucut terakhir, tetapi mungkin terjadi pada tanggal-tanggal selanjutnya yang sangat bervariasi. Dalam hal ini kita sulit memperkirakan waktu ovulasi Cunningham et al., 2006.

2.2.2. Metode USG