24 Pemebentukan kepribadian anak ini dilakukan, agar peserta didik
menjadi manusia dewasa dari sudut usia dan intelektualnya serta terampil dan bertanggung jawab sebagai upaya mempersiapkan generasi pengganti yang
mampu mempertahankan eksistensi kelompok atau masyarakat bangsanya dengan budaya yang mendukungnya. Sekolah melaksanakan fungsi sosial yang penting
dalam bentuk kombinasi tertentu yang selalu harus dilaksanakan. Sekolah sebagai pencipta realita sosial, tidak cukup dengan peserta didik, tetapi juga menciptakan
kinerja yang berkualitas bagi guru-guru disekolah. Tugas pokok dan fungsi sekolah adalah meneruskan, memprtahankan, dan mengembangkan kebudayaan
masyarakat melalui pembentukan kepribadian peserta didik dengan memberikan ilmu pengetahuan dan penanaman nilai-nilai yang mendukungnya. Sekolah
membuat kebijakan yang mendukung pelaksanaan tugas pokok dan fungsi sekolah.
Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi sekolah diperlukan beberapa langkah, yaitu: 1 menyusun rencana dan pelaksanakan program sekolah
didukung anggaran yang tersedia dan yang mungkin dapat disediakan; 2 mengkoordinasikan dan menyerasikan sumber daya sekolah terhadap program
sekolah; 3 melaksanakan manajemen sekolah yang efektif dan efisien; 4 melaksanakan pengawasan dan pembimbingan; 5 melakukan evaluasi pencapaian
target; 6 menyusun laporan sekolah; dan 7 mempertanggungjawabkan penyelenggaraan sekolah secara periodik. Fungsi dan tugas utama sekolah
menunjukkan perlu dibangun sistem persekolahan yang dapat memberikan kemampuan dasar bagi peserta didiknya dengan menata manajemen sekolah dan
25 meredesain serta memodifikasi struktur organisasinya yang mampu memenuhi
kebutuhan tersebut Gorton, W. A, 1976: 84. .
7. Kebijakan Pendidikan, Perumusan Kebijakan Pendidikan, dan
Implementasi Kebijakan Pendidikan
a. Pengertian Kebijakan Menurut PBB, seperti yang dikutip oleh Arif Rohman, kebijakan
diartikan sebagai pedoman untuk bertindak. Pedoman tersebut bisa yang berwujud amat sederhana atau kompleks, bersifat umum ataupun khusus, luas
ataupun sempit, kabur atau jelas, longgar atau terperici, kualitatif atau kuantitatif, publik atau privat. Kebijakan dalam maknanya seperti ini mungkin
berupasuatu deklarasi mengenai suatu dasar pedoman bertindak, suatu arah tindakan tertentu, suatuprogram mengenai aktivitas-aktivitas tertentu atau suatu
rencana Arif Rohman, 2001: 49. Suatu kebijakan sebenarnya terdiri dari banyak komponen. Menurut
Charles O. Jones, komponen-komponen dari suatu kebijakan tersebut adalah mencangkup lima hal yaitu: goal, plans, program, decision, dan effects.
Pertama kali suatu kebijakan yang hendak diwujudkan harus memiliki tujuan goal yang diinginkan. Tujuan yang diinginkan harus direncanakan plans
atau harus ada proposal, yakni pengertian yang spesifik dan operasional untuk mencapai tujuan. Ketiga, harus ada program, yaitu upaya yang berwenang
untuk mencapai tujuan. Keempat adalah decision, yaitu segenap tindakan untuk mencapai tujuan, membuat rencana, melaksanakan dan mengevaluasi program.
Serta kelima adalah effect, yaitu akibat-akibat dari program baik yang
26 diinginkan atau disengaja maupun tidak disengaja, baik yang primer maupun
yang sekunder Arif Rohman, 2001: 49. b. Kebijakan pendidikan
Istilah kebijakan dalam dunia pendidikan sering disebut dengan istilah perencanaan pendidikan educational planning, rencana induk tentang
pendidikan master plan of education, pengaturan pendidikan educational regulation, kebijakan tentang pendidikan policy of education namun istilah-
istilah tersebut itu sebenarnya memiliki perbedaan isi dan cakupan makna dari masing-masing yang ditunjukan oleh istilah tersebut Arif Rohman, 2001: 60.
Menurut Arif Rohman, kebijakan pendidikan merupakan bagian dari kebijakan publik pada umumnya. Kebijakan pendidikan merupakan kebijakan
publik yang mengatur regulasi berkaitan dengan penyerapan sumber, alokasi dan distribusi sumber, serta pengaturan perilaku dalam pendidikan. Kebijakan
pendidikan educational policy merupakan keputusan berupa pedoman bertindak baik yang bersifat sederhana maupun kompleks, baik umum maupun
khusus, baik terperinci maupun longgar yang dirumuskan melalui proses politik untuk suatu arah tindakan, program, serta rencana-rencana tertentu
dalam menyelenggarakan pendidikan Arif Rohman, 2009: 108. Suatu kebijakan pendidikan dirancang dan dirumuskan untuk
selanjutnya dapat diimplementasikan. Dalam proses perumusannya, para pemegang kewenangan pengambilan kebijakan terlebih dahulu telah
mempertimbangkan secara masak-masak proses, hasil, serta efek samping yang ada. Secara teoritik, suatu kebijakan pendidikan dirumuskan dengan