1. Pemilihan dosis asam asetat
Orientasi ini dilakukan untuk mendapatkan dosis asam asetat yang memberikan respon geliat dalam jumlah yang optimal. Asam asetat sendiri
merupakan suatu iritan yang akan merusak jaringan secara lokal yang apabila di injeksikan secara intraperitonial akan memberikan rasa nyeri pada perut. Rasa
nyeri tersebut timbul karena kenaikan ion H
+
atau penurunan pH yang mengakibatkan luka pada membran sel. Rasa nyeri ini ditanggapi oleh mencit
dengan menggeliatkan badan. Konsentrasi asam asetat yang digunakan adalah konsentrasi yang biasa
digunakan di penelitian–penelitian sebelumnya, yaitu 1. Dosis yang digunakan dalam orientasi adalah 25; 50; dan 75 mgkg BB. Hasil orientasi berupa rata–rata
geliat pada ketiga peringkat dosis adalah sebagai berikut : Tabel I. Rata–rata jumlah geliat pada orientasi dosis asam asetat
Kelompok perlakuan mgkg BB Rata – rata geliat X ± SE
25 70 ± 22,87
50 81 ± 7,23
75 92,7 ± 15,86
Keterangan : X
= Mean
rata–rata SE
= Standard Error
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70 81
92,7
20 40
60 80
100
ra ta - r
a ta
j u
m la
h
g e
lia t
1 2
3
kelompok
Grafik orientasi penetapan dosis asam asetat
Gambar 7. Grafik rata–rata geliat pada orientasi dosis asam asetat Keterangan :
1 = kelompok perlakuan asam asetat dosis 25 mgkg BB 2 = kelompok perlakuan asam asetat dosis 50 mgkg BB
3 = kelompok perlakuan asam asetat dosis 75 mgkg BB
Tabel II. Hasil analisis variansi satu arah penetapan dosis asam asetat
ANOVA
geliat Sum of
Squares df
Mean Square F
Sig. Between Groups
770,889 2
385,444 ,466
,648 Within Groups
4960,667 6
826,778 Total
5731,556 8
Dari data analisis satu arah diketahui bahwa nilai probabilitasnya 0,648 0,05, ini menunjukkan bahwa pada ketiga kelompok berbeda tidak bermakna.
Dosis ini juga dipakai pada penelitian lain Mardiani, 2005. Penulis memutuskan untuk memakai dosis 50 mgkg BB.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Penentuan selang waktu pemberian asam asetat
Setelah dilakukan pemberian sari jeruk lemon secara per oral dilakukan pemberian asam asetat secara i.p. Di antara keduanya terdapat selang waktu, yang
memberikan kesempatan untuk mengabsorbsi zat aktif yang ada dalam sari buah jeruk lemon. Selang waktu ini perlu diorientasi untuk mengetahui waktu yang
paling tepat di mana zat aktif dapat diabsorbsi dengan optimal. Orientasi ini dilakukan dengan menyuntikkan parasetamol secara per oral dan kemudian selang
beberapa menit kemudian mencit disuntik dengan asam asetat secara i.p. Dosis parasetamol yang digunakan adalah dosis terapi dari parasetamol 500 mg yang
apabila dikonversikan ke mencit menjadi 91 mgkg BB. Selang waktu yang digunakan dalam orientasi ini yaitu 5, 10, dan 15 menit. Berikut merupakan hasil
geliat dari orientasi tersebut : Tabel III. Rata–Rata geliat orientasi selang waktu pemberian asam asetat
Selang waktu menit Rata – Rata geliat X ± SE
5 25,7 ± 4,63
10 25 ± 4,58
15 32,7 ± 1,20
Keterangan : X
= Mean
rata–rata SE
= Standard Error
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25,7 25
32,7
10 20
30 40
ra ta
- r a
ta
ju mla
h g
e lia
t
1 2
3
kelompok
Grafik penetapan selang waktu pemberian asam asetat
Gambar 8. Grafik penetapan selang waktu pemberian asam asetat Keterangan
1 = selang waktu 5 menit 2 = selang waktu 10 menit
3 = selang waktu 15 menit
Dari data di atas diketahui bahwa rata–rata geliat kelompok 2 lebih sedikit daripada kelompok 1 dan 3. Untuk melihat adanya perbedaan pada ketiga
kelompok tersebut maka dilakukan analisis variansi satu arah. Hasilnya dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel IV. Hasil analisis variansi satu arah penetapan selang waktu pemberian asam asetat
ANOVA
geliat Sum of
Squares df
Mean Square F
Sig. Between Groups
97,556 2
48,778 1,111
,389 Within Groups
263,333 6
43,889 Total
360,889 8
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai signifikansinya lebih besar daripada 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa pada ketiga kelompok tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
berbeda tidak bermakna, sehingga tidak perlu dilakukan uji Scheffe. Pada penelitian terdahulu Widhianata, 2007 juga dipilih selang waktu 10 menit, maka
penulis memutuskan untuk memakai 10 menit sebagai selang waktu.
3. Pemilihan dosis parasetamol