Rumusan Masalah Tujuan Penelitian KECERDASAN EMOSIONAL

kecerdasan emosional Aryaguna, 2001, dan pola permainan sosial dengan kecerdasan emosional Hartini, 2004. Sedangkan penelitian atau jurnal yang berkaitan dengan meditasi adalah meditasi dan sikap kreatif Ndoen, 1999, pengembangan kepribadian melalui olah rasa Nanik, 1999, dan kebermaknaan hidup meditator Widiana, 1996. Hal inilah yang menarik minat peneliti untuk melakukan penelitian ini.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini yaitu apakah ada perbedaan kecerdasan emosional antara meditator dan non meditator.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan kecerdasan emosional antara meditator dan non meditator.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini mampu menambah pemahaman dan memberikan sumbangan secara teoritis bagi perkembangan ilmu psikologi pada umumnya. 6 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2. Manfaat Praktis a. Bagi Meditator Peneliti berharap hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada meditator tentang pentingnya meditasi dalam meningkatkan kecerdasan emosional sehingga meditator dapat lebih mengintensifkan latihan meditasi. b. Bagi Non Meditator Peneliti berharap hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada non meditator bahwa ada alternatif lain dalam upaya meningkatkan kecerdasan emosional yaitu melakukan meditasi. c. Bagi Pembaca Peneliti berharap hasil penelitian ini bermanfaat bagi pembaca untuk menambah atau memberikan wacana atau informasi tentang perbedaan kecerdasan emosional antara meditator dan non meditator. d. Bagi Peneliti Selanjutnya Peneliti berharap hasil dari penelitian ini dapat memberikan informasi serta referensi bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian baru yang lebih relevan. 7 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II DASAR TEORI

A. KECERDASAN EMOSIONAL

1. Pengertian Emosi

Dari akar katanya, emosi berasal dari kata kerja bahasa latin “movere” yang berarti mengerakkan atau bergerak, ditambah awalan “e” untuk memberi arti bergerak menjauh. Hal ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi Goleman, 1997. Emosi adalah perasaan yang dialami oleh seseorang Albin, 1986. Albin menambahkan pula bahwa emosi dapat merangsang pikiran baru, khayalan baru dan tingkah laku baru. Namun Djuwarijah 2002 menjelaskan bahwa emosi merupakan kondisi kejiwaan yang jauh lebih intens daripada perasaan dan dapat menyebabkan hubungan individu dengan lingkungan menjadi terganggu. Cooper dan Sawaf 2000 mengemukakan pengertian emosi yang dapat didefinisikan secara sederhana sebagai penerapan “gerakan” baik secara metafora maupun harafiah untuk mengeluarkan emosi. Goleman 1997 menambahkan bahwa semua emosi adalah dorongan untuk bertindak, rencana seketika untuk mengatasi masalah yang telah ditanamkan secara berangsur-angsur oleh evolusi. 8 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Menurut Goleman 2002, emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran-pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis, dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Berdasarkan beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa emosi merupakan perasaan yang dialami seseorang yang dapat merangsang munculnya pikiran baru, khayalan baru serta tingkah laku baru.

2. Pengertian Kecerdasan Emosional

Goleman mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa www.e-psikologi.com . Selanjutnya, Goleman 1999 juga mengungkapkan kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dalam hubungan dengan orang lain. Howard Gardner dalam Goleman, 1995 mengartikan kecerdasan emosional sebagai kemampuan yang bersifat “pribadi” yang meliputi kecerdasan antarpribadi dan kecerdasan intrapribadi. Kecerdasan antarpribadi adalah kemampuan untuk memahami orang lain: apa yang memotivasi mereka, bagaimana mereka bekerja, dan bagaimana bekerja 9 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI bahu-membahu dengan mereka. Sedangkan yang dimaksud kecerdasan intrapribadi adalah kemampuan yang korelatif, akan tetapi terarah dalam diri. Tokoh lain yang mengemukakan pendapatnya adalah Salovey dan Mayer dalam Goleman, 1999 menyatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan memantau dan mengendalikan perasaan sendiri dan orang lain, serta menggunakan perasaan-perasaan itu untuk memandu pikiran dan tindakan. Sementara Howes dan Herald dalam Goleman, 1999 mengatakan pada intinya, kecerdasan emosional merupakan komponen yang membuat seseorang menjadi pintar menggunakan emosi. Dari beberapa definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenali perasaan sendiri dan orang lain, memotivasi diri serta mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dalam hubungannya dengan orang lain.

3. Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional

Kecerdasan emosional dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain: a. Faktor internal Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu untuk menanggapi lingkungan sekitar. Yang termasuk ke dalam faktor internal adalah faktor neurologis dan mekanisme 10 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI kerja otak. Goleman 2002 menguraikan tentang bagaimana otak manusia itu tumbuh sebagai berikut: 1 Pertumbuhan dimulai dari batang otak untuk mengatur fungsi- fungsi dasar kehidupan seperti bernapas dan metabolisme otak lain serta mengendalikan reaksi dan gerakan dengan pola yang sama. Otak ini telah diprogram untuk menjaga agar tubuh berfungsi sebagaimana mestinya dan bereaksi dengan cara yang tidak membahayakan kelangsungan hidup. 2 Kemudian lobus olfaktori sebagai tempat tumbuhnya pusat emosi primitif 3 Sistem limbik yang menambah emosi dan mempertajam pembelajaran dan ingatan. Bila seseorang sedang dikuasai oleh hasrat atau amarah, jatuh cinta atau ketakutan maka sistem limbik inilah yang sedang bekerja. 4 Rhinencephalon atau “otak hidung” yaitu bagian saluran limbik dan dasar rudimeter neokorteks yakni otak yang berpikir terdiri dari hippocampus dan amigdala. Hippocampus dan amigdala merupakan dua bagian penting “otak hidung” primitif yang dalam evolusi memunculkan korteks serta kemudian neokorteks. Hingga saat ini, kedua struktur limbik itu melakukan sebagian besar atau banyak ingatan dan pembelajaran otak. Amigdala adalah spesialis masalah-masalah emosional. Apabila amigdala dipisahkan dari bagian otak 11 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI lainnya, hasilnya adalah ketidakmampuan yang amat mencolok dalam menangkap makna emosional suatu peristiwa yang disebut kebutaan afektif. Amigdala berfungsi sebagai semacam gudang ingatan emosional, dan dengan demikian makna emosional itu sendiri hidup tanpa makna pribadi sama sekali. Semua nafsu dan perasaan kasih sayang terikat pada amigdala. Fungsi-fungsi amigdala dan pengaruhnya pada neokorteks merupakan inti kecerdasan emosional. Neokorteks sebagai otak berpikir yang menumbuhkan perasaan tentang seni, ide, simbol, dan khayalan serta menambah nuansa pada kehidupan emosional. b. Faktor Eksternal Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar individu yang mempengaruhimengubah kecerdasan emosional individu. Faktor-faktor itu diantaranya adalah keluarga, pendidikan, budaya dan jenis kelamin. Shapiro 2001 mengemukakan bahwa keluarga adalah salah satu tempat pendidikan dalam pembelajaran emosional. Kagan dalam Shapiro, 1998 mengatakan bahwa secara harafiah perkembangan otak seseorang dapat berubah jika orang tua mau membantu mereka dalam mengatasi suatu masalah. Goleman 1999 mengatakan bahwa pembelajaran emosi yang diberikan orang tua pada anak memiliki pengaruh besar terhadap 12 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI temperamen anak. Pembelajaran emosi ini bukan hanya melalui hal-hal yang diucapkan oleh orang tua secara langsung pada anaknya melainkan juga melalui contoh-contoh yang mereka berikan sewaktu menangani perasaannya sendiri. Secara garis besar pola asuh orang tua kepada anak dapat digolongkan menjadi 3 yaitu otoriter, permisif dan otoritatif. Orangtua otoriter memberlakukan peraturan yang ketat dan menuntut anaknya untuk menaati segala peraturan yang ada. Pada prinsipnya membatasi ruang kehidupan anak. Orang tua tidak memberi kesempatan kepada anak untuk mengatur dirinya sendiri. Jika anak menolak atau tidak patuh pada perintah ataupun aturan yang ditetapkan oleh orang tua, maka mereka akan mendapatkan hukuman. Akan tetapi jika anak mematuhi perintah orang tua, maka mereka tidak akan mendapat penghargaan atau pujian dari orang tuanya. Orang tua tidak pernah mengekspresikan perasaannya di depan anak dan cenderung mengutamakan kedudukannya sebagai orang tua. Dengan kondisi demikian, anak tidak pernah belajar bagaimana merasakan perasaannya sendiri, bagaimana orang lain menanggapi perasaannya serta belajar mengungkapkan harapan dan rasa takut atau dengan kata lain pembelajaran emosi tidak didapatkan dengan pola asuh orang tua yang demikian. Akhirnya dengan siapapun mereka berhadapan, mereka akan selalu menempatkan diri mereka lebih rendah 13 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI daripada orang lain, suka tergantung pada orang lain dan mudah mengalami kekecewaaan. Orangtua permisif membesarkan anak tanpa adanya batasanaturan yang mengikat sehingga terkesan bebas. Akhirnya anak menjadi terbiasa untuk mendapatkan segala sesuatu dengan cara yang mudah dan cepat. Jika ia tidak mendapatkan apa yang diinginkannya, anak akan mudah kecewa dan marah. Selain itu anak tidak akan belajar berpikir tentang perasaan dan pilihan- pilihan apa yang dimiliki untuk bereaksi karena orang tua tidak pernah memberi contoh tentang pembelajaran emosi secara langsung. Pola asuh seperti ini tidak membantu anak mencerdaskan emosinya. Orangtua otoritatif menghargai kemandirian anak-anaknya namun juga menuntut mereka untuk memenuhi tanggung jawab kepada keluarga, teman, maupun masyarakat. Selain itu orang tua otoritatif bersikap empati untuk menghibur tanpa memperbesar kesedihankecemasan serta menetapkan batas-batas yang tegas dan mewajibkan sikap patuh akan membuat anak belajar untuk mengatasi dan menghadapi emosi tersebut. Sikap orang tua yang demikian akan mengembangkan kecerdasan emosional pada anak. Faktor pendidikan memiliki peranan yang penting dalam mendukung perkembangan kecerdasan emosional. Menurut Gie dalam Pertiwi 1997, pendidikan dapat diperoleh melalui 14 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI pendidikan formal, pendidikan informal dan pendidikan nonformal. Pendidikan formal merupakan program kelembagaan pendidikan yang ditentukan oleh pihak yang berwenang yang layak diberikan oleh sekolah, institut, sekolah tinggi, dan universitas yang dibentuk untuk tujuan tunggal serta memberikan pengajaran dalam suatu cara yang tertib, terencana, dan sistematik. Melalui sistem pendidikan yang berada dalam institusi resmi ini maka potensi kecerdasan emosional dapat dikembangkan. Pendidikan informal diberikan di luar sistem pendidikan yang tersusun formal, misalnya dalam keluarga dan kelompok- kelompok lainnya. Tumbuhnya kecerdasan emosional seseorang dapat terjadi karena adanya peran pada masing-masing anggota keluarga yang ada. Pendidikan nonformal merupakan pendidikan dan pelatihan non sekolah yang tersusun sistematik, biasanya untuk jangka waktu pendek yang selama jangka waktu itu badan yang mendidik mengusahakan suatu perubahan perilaku khususnya pada sekelompok orang yang dituju. Misalnya program pelatihan outbound dan seminar. Melalui kegiatan-kegiatan semacam itu maka kemampuan seseorang dalam mengelola diri, khususnya pengelolaan diri ke dalam jalur emosi akan terbentuk sehingga seseorang akan memiliki kecerdasan emosional. 15 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Faktor yang turut mempengaruhi kecerdasan emosional adalah faktor budaya dan jenis kelamin. Latar belakang budaya dianggap dapat mempengaruhi seseorang dalam mengungkapkan emosi. Perbedaan terkadang nampak pada bentuk respon seseorang terhadap stimulus tertentu sebagaimana yang biasa diberikan oleh masyarakatlingkungan yang melatarbelakanginya. Menurut Gottman dan De Claire 1997, pengaruh budaya semacam itu tidak mengganggu kemampuan seseorang untuk merasa, sehingga orang dari semua latar belakang budaya memiliki kemampuan untuk peka terhadap perasaan mereka masing-masing. Faktor jenis kelamin dianggap dapat mempengaruhi seseorang dalam mengungkapkan emosi yaitu terdapat perbedaan cara mengungkapkan emosi antara laki-laki dan perempuan. Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional, yaitu: faktor internal yang berasal dari dalam diri individu untuk menanggapi lingkungan sekitar serta faktor eksternal yang meliputi keluarga, pendidikan, budaya dan jenis kelamin.

4. Aspek-aspek Kecerdasan Emosional

Goleman 2003 menjelaskan mengenai 5 wilayah utama kecerdasan emosi yang merupakan hasil adaptasi dari Salovey yaitu 16 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI kemampuan individu yang terdiri atas kemampuan pribadi dan kemampuan sosial yang terdiri dari: a. Mengenali Emosi Diri Mengenali emosi diri merupakan kemampuan mengenali dan mengidentifikasi emosi. Kemampuan mengenali emosi diri sendiri meliputi kemampuan untuk merasakan dan memberi penilaian pada perasaan atau emosi diri sendiri pada situasi serta mampu memahami penyebab timbulnya suatu perasaan. b. Mengelola Emosi Mengelola emosi merupakan kemampuan untuk mengatasi rasa takut, cemas, amarah dan sedih dengan cara yang benar dan proporsional. c. Memotivasi Diri Sendiri Merupakan kemampuan untuk menguasai diri dalam mengendalikan doronganhasrat terhadap suatu tujuan. Kemampuan ini meliputi adanya rasa bertanggung jawab, mampu menguasai diri, memiliki kontrol emosi untuk mencapai tujuan, menunda kepuasan, mampu bekerja efektif untuk mencapai tujuan, dan mengharapkan sukses. d. Mengenali Emosi Orang Lain Hal ini sering dikenal dengan istilah empati yaitu kemampuan mengenali perasaan orang lain untuk memahami 17 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI perspektif mereka dalam upaya menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan berbagai macam orang. e. Membina Hubungan Ini merupakan ketrampilan mengelola emosi orang lain. Kemampuan ini meliputi kemampuan menangani konflik interpersonal secara konstruktif atau membangun hubungan yang baik serta mampu menjalin hubungan dengan orang lain. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional memiliki 5 aspek yaitu a mengenali emosi diri, b mengelola emosi, c memotivasi diri sendiri, d mengenali emosi orang lain, dan e membina hubungan.

B. MEDITASI