c. Tujuan bimbingan klasikal pada aspek psikomotor berorientasi kepada
keterampilan motorik yang berhubungan dengan anggota tubuh atau tindakan yang memerlukan koordinasi syaraf dan otot. Secara hirarkis
tujuan bimbingan klasikal pada aspek psikomotor dari tingkatan paling rendah meliputi: persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan
terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerak dan kreativitas. Menurut Winkel 2004:31 tujuan layanan bimbingan ialah supaya
sesama manusia mengatur kehidupan sendiri, menjamin perkembangan dirinya sendiri seoptimal mungkin, memikul tanggung jawab sepenuhnya
atas arah hidupnya sendiri, menggunakan kebebasannya sebagai manusia secara dewasa dengan berpedoman pada cita-cita yang mewujudkan semua
potensi yang baik padanya, dan menyelesaikan semua tugas yang dihadapi dalam kehidupan ini secara memuaskan. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa tujuan dari bimbingan klasikal ialah supaya peserta didik nantinya dapat mengatur kehidupannya dengan seimbang dan
menggunakan segala kemampuan serta mengembangkan keterampilan- keterampilan yang dimilikinya secara optimal untuk pemenuhan setiap
kebutuhan hidupnya.
3. Manfaat Bimbingan Klasikal
Depdiknas, Bimbingan dan Konseling 2004 memaparkan manfaat bimbingan klasikal antar lain sebagai berikut:
a. Siswa semakin memahami dirinya sendiri seperti bakat, minat, sifat,
sikap, kemampuan, kebiasaan, perasaan, tingkah laku, dan lain sebagainya.
b. Siswa semakin bersikap baik dan berhasil dalam proses bersosialisasi
terhadap orang lain atau lingkungannya. c.
Siswa semakin tertarik, termotivasi dan berminat untuk belajar lebih giat sehingga hasil belajarnya menjadi baik.
d. Siswa semakin mampu menyelesaikan masalahnya dan mengambil
keputusan sendiri dalam hidupnya, serta mampu merencanakan kegiatan-kegiatan yang berguna untuk pengembangan hidupnya.
e. Siswa semakin mampu mengembangkan nilai dan sikap secara
menyeluruh, serta perasaan sesuai dengan penerimaan diri. f.
Siswa semakin mampu menerima dan memahami tingkah laku manusia.
g. Siswa semakin mampu untuk mempersiapkan diri dalam menghadap
masa depannya.
4. Prinsip-prinsip Pelaksanaan Bimbingan Klasikal
Model ASCA American School Counselor Association Makhrifah Wiryo Nuryono, 2014:1-2 menyatakan bimbingan klasikal merupakan
bentuk kegiatan yang termasuk ke dalam komponen layanan dasar guidance curriculum. Komponen layanan dasar bersifat developmental,
sistematik, terstruktur, dan disusun untuk meningkatkan kompetensi belajar, pribadi, sosial dan karier. Layanan dasar merupakan layanan
terstruktur untuk semua peserta didik guidance for all, tanpa mengenal
perbedaan gender, ras, atau agama mulai taman kanak-kanak sampai tingkat SMA disajikan melalui kegiatan kelas untuk memenuhi kebutuhan
perkembangan dalam bidang belajar, pribadi, sosial, dan karir.
5. Teknikstrategi dalam Pelayanan Bimbingan Klasikal
Penggunaan teknik dalam kegiatan bimbingan klasikalkelompok mempunyai banyak fungsi. Selain dapat lebih memfokuskan kegiatan
bimbingan klasikalkelompok terhadap tujuan yang ingin dicapai, dapat juga membuat suasana yang terbangun dalam kegiatan bimbingan agar
lebih bergairah dan tidak cepat membuat siswa jenuh mengikutinya, seperti yang dikemukakan oleh Tatiek Roml
ah 2001:86 “Bahwa teknik bukan merupakan tujuan tetapi sebagai alat untuk mencapai tujuan”.
Beberapa teknik yang biasa digunakan dalam pelaksanaan bimbingan
klasikalkelompok yaitu, antara lain :
a. Teknik pemberian informasi expository
Teknik pemberian informasi disebut juga dengan metode ceramah, yaitu pemberian penjelasan oleh seorang pembicara kepada
sekelompok pendengar. Pelaksanaan teknik pemberian informasi mencakup tiga hal, yaitu : perencanaan, pelaksanaan, penilaian.
Keuntungan teknik pemberian informasi antara lain adalah : 1
Dapat melayani banyak orang, 2
Tidak membutuhkan banyak waktu sehingga efisien, 3
Tidak terlalu banyak memerlukan fasilitas, 4
Mudah dilaksanakan dibandingkan dengan teknik lain.
Sedangkan kelemahannya adalah antara lain : 1
Sering dilaksanakan secara monolog, 2
Individu yang mendengarkan kurang aktif, 3
Memerlukan keterampilan berbicara, supaya penjelasan menjadi menarik.
b. Diskusi kelompok
Diskusi kelompok adalah percakapan yang telah direncanakan antara tiga orang atau lebih dengan tujuan untuk memecahkan masalah atau
untuk memperjelas suatu persoalan. Dinkmeyer Munro dalam Romlah, 2001:89 menyebutkan tiga macam tujuan diskusi kelompok
yaitu: 1 untuk mengembangkan terhadap diri sendiri, 2 untuk mengembangkan kesadaran tentang diri, 3 untuk mengembangkan
pandangan baru mengenai hubungan antar manusia. c.
Teknik pemecahan masalah problem solving Teknik pemecahan masalah mengajarkan pada individu bagaimana
pemecahan masalah secara sistematis. Langkah-langkah pemecahan masalah secara sistematis adalah :
1 Mengidentifikasi dan merumuskan masalah
2 Mencari sumber dan memperkirakan sebab-sebab masalah
3 Mencari alternatif pemecahan masalah
4 Menguji masing-masing alternatif
5 Memilih dan melaksanakan alternatif yang paling menguntungkan
6 Mengadakan penilaian terhadap hasil yang dicapai
d. Permainan peranan role playing
Bennett dalam Romlah 2001:99 mengemukakan: “bahwa permainan peranan adalah suatu alat belajar yang menggambarkan
keterampilan-keterampilan dan
pengertian-pengertian mengenai
hubungan antar manusia dengan jalan memerankan situasi-situasi yang paralel dengan yang terjadi dalam kehidupan yang sebenarnya”. Di
dalamnya Bennett menyebutkan ada dua macam permainan peranan, yaitu sosiodrama adalah permainan peranan yang ditujukan untuk
memecahkan masalah sosial yang timbul dalam hubungan antar manusia. Dalam kesempatan itu individu akan menghayati secara
langsung situasi masalah yang dihadapinya. Dari permainan peranan itu kemudian diadakan diskusi mengenai cara-cara pemecahan
masalahnya. Sedangkan kedua adalah psikodrama adalah permainan yang
dimaksudkan agar individu yang bersangkutan dapat memperoleh pengertian yang lebih baik tentang dirinya, dapat menemukan konsep
dirinya, menyatakan kebutuhan-kebutuhannya, dan menyatakan reaksi terhadap tekanan-tekanan terhadap dirinya. Dengan memerankan suatu
peranan tertentu, konflik atau ketegangan yang ada dalam dirinya dapat dikurangi atau dihindari.
e. Permainan simulasi simulation games
Adams dalam Romlah 2001:109 menyatakan bahwa permainam simulasi adalah permainan yang dimaksudkan untuk merefleksikan
situasi- situasi yang terdapat dalam kehidupan sebenarnya. Permainan simulasi dapat dikatakan merupakan permainan peranan dan teknik
diskusi. f.
Home room Home room yaitu suatu program kegiatan yang dilakukan dengan
tujuan agar guru dapat mengenal murid-muridnya lebih baik, sehingga dapat membantunya secara efisien. Kegiatan ini dilakukan dalam kelas
dalam bentuk pertemuan antara guru dengan murid diluar jam-jam pelajaran untuk membicarakan beberapa hal yang dianggap perlu.
Dalam program home room ini hendaknya diciptakan suatu situasi yang bebas dan menyenangkan, sehingga murid-murid dapat
mengutarakan perasaannya seperti di rumah. Dalam kesempatan ini diadakan tanya jawab, menampung pendapat, merencanakan suatu
kegiatan, dan sebagainya. g.
Karyawisatafield trip Kegiatan rekreasi yang dikemas dengan metode mengajar untuk
bimbingan klasikalkelompok dengan tujuan siswa dapat memperoleh penyesuaian dalam kelompok untuk dapat kerjasama dan penuh
tanggungjawab. Metode karyawisata berguna bagi siswa untuk membantu mereka memahami kehidupan ril dalam lingkungan beserta
segala masalahnya. Misalnya, siswa diajak ke museum, kantor, percetakan, bank, pengadilan, atau ke suatu tempat yang mengandung
nilai sejarahkebudayaan tertentu. Kegiatan karya wisata berkaitan dengan kegiatan mendapatkan informasi, karena pada kegiatan karya
wisata berlangsung maka secara langsung siswa dapat meninjau objek- objek menarik dan mereka mendapatkan informasi yang lebih baik dari
objek itu. Selain itu siswa-siswa juga mendapat kesempatan untuk memperoleh penyesuaian dalam kehidupan kelompok, serta dapat
mengembangkan bakat dan cita-citanya. h.
Pengajaran Remedial Merupakan suatu usaha pembimbing untuk membantu siswa yang
mengalami kesulitan dalam menguasai pelajaran tertentu, terutama yang tidak dapat diatasi secara klasikal.
i. Organisasi Siswa atau Kegiatan Kelompok
Organisasi siswa atau kegiatan kelompok baik dalam lingkungan sekolah maupun di luar sekolah, merupakan salah satu cara dalam
bimbingan kelompok, karena melalui organisasi banyak masalah yang bersifat individual maupun kelompok dapat diselesaikan. Dalam
organisasi, siswa mendapatkan kesempatan untuk mengenal berbagai aspek kehidupan sosial, siswa juga dapat mengembangkan bakat
kepemimpinanya, memupuk rasa tanggung jawab dan harga diri. Berdasarkan beberapa teknik yang telah dipaparkan di atas, dapat
disimpulkan bahwa teknik pemberian informasi, diskusi kelompok,
problem solving, permainan simulasi, home room, serta kegiatan kelompokorganisasi berkaitan erat dengan pembelajaran eksperiensial.
Hal ini
dikarenakan siswapeserta
didik mengalami
langsung kegiatanperistiwa
yang dapat
membantu mereka
memperoleh pengetahuan baru, dan membantu mereka menjadi pribadi yang dapat
melihat suatu kondisi dari berbagai sisi. Dengan demikian tercapailah tujuan dari layanan bimbingan klasikal dan pendekatan experiential
learning bahwa peserta didik harus mampu memikul tanggung jawab sepenuhnya atas arah hidupnya sendiri, dan menyelesaikan semua tugas
yang dihadapi dalam kehidupan ini secara memuaskan, serta mampu memecahkan masalah yang dihadapinya dengan dewasa
6. Langkah-langkah Layanan Bimbingan Klasikal