Konsep Gender KAJIAN PUSTAKA

2.2. Konsep Gender

Sejak awal mulanya kehidupan manusia, dikenal adanya laki-laki dan perempuan, di mana masing-masing mempunyai cirri-ciri sendiri. Dalam kehidupan manusia dengan adanya perbedaan jenis kelamin ini, maka manusia dapat mempunyai keturunan karena laki-laki dapat menghamili, kemudian perempuan dapat dihamili dan melahirkan anak. Setelah lahir keturunan, lahir pula peran yang berbeda-beda untuk mengurus anak, membesarkan, mencari nafkah, dan peran kemasyarakatan lainnya, yang membedakan peran laki-laki dan perempuan yang dikelompokkan ke dalam bidang reproduktif domestik dan produktif publik. Maka inilah yang disebut sebagai peran gender. Gender pertama kali diperkenalkan oleh Robert Stoller 1968 untuk memisahkan pencirian manusia yang didasarkan pada pendefinisian yang bersifat sosial budaya dengan ciri-ciri fisik biologis. Dalam ilmu sosial, orang yang sangat berjasa dalam mengembangkan istilah dan pengertian gender adalah Ann Oakley 1972 yang mengartikan gender sebagai konstruksi sosial atau atribut yang dikenakan pada manusia yang dibangun oleh kebudayaan manusia. Istilah Gender mulai terdengar melalui Konferensi Kependudukan dan Pembangunan ICPD di Kairo Tahun 1994.kemudian berkembang di Konferensi Wanita Sedunia ke-4 di BeijingTahun 1995,yang menghasilkan Beijing Platform for Action yang isinya tentang 12 Critical Area bagi wanita. selanjutnya Gender menjadi Kesetaraan dan Keadilan Gender KKG dengan strategi Gender Mainstreaming Pengarusutamaan GenderPUG. Pemahaman maupun pembedaan antara konsep seks dan konsep gender sangatlah diperlukan dalam melakukan analisis untuk memahami persoalan- persoalan ketidak adilan sosial baik yang menimpa kaum laki-laki maupun perempuan. Hal ini disebabkan karena ada kaitan yang erat antara perbedaan gender gender differences dan ketidakdilan gender inequalities dengan struktur ketidakadilan masyarakat secara lebih luas. Sering kali Gender disama artikan dengan Seks. Maka dari itu, untuk memahami konsep gender perlu mengetahui perbedaan antara Seks dan Gender. Pengertian Seks yaitu perbedaan organ biologis laki-laki dan perempuan khususnya pada bagian reproduksi. Seks merupakan ciptaan Tuhan, bersifat kodrat, tidak dapat berubah, tidak dapat ditukar, berlaku sepanjang zaman dan di mana saja. Sedangkan pengertian Gender yaitu perbedaan peran, fungsi, dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan hasil konstruksi sosial. Gender merupakan buatan manusia, tidak bersifat kodrat, dapat berubah, dapat ditukar, tergantung waktu dan budaya setempat. http:www.scribd.comdoc2591144- Konsep-Gender Atau bisa juga dikatakan, gender adalah konstruksi sosial dan kodifikasi perbedaan antarseks. Konsep ini menunjuk pada hubungan sosial antara perempuan dan laki-laki. Gender merupakan rekayasa sosial, tidak bersifat universal dan memiliki identitas yang berbeda-beda yang dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, etnik, adat istiadat, golongan, faktor sejarah, waktu dan tempat serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Subandy, 2007:6-7 Perbedaan sifat, fungsi, ruang dan peran gender dalam masyarakat : PERBEDAAN LAKI-LAKI PEREMPUAN Sifat Maskulin Feminin Fungsi Produksi Reproduksi Ruang Publik Domestik Peran tanggung jawab Nafkah Utama Nafkah Tambahan http:www.scribd.comdoc2591144-Konsep-Gender Dalam upaya mengubah perilaku seseorang terhadap pemahaman gender, ada beberapa istilah yang perlu diketahui: a. Buta Gender gender blind, yaitu kondisi keadaan seseorang yang tidak memahami tentang pengertiankonsep gender karena ada perbedaan kepentingan laki-laki dan perempuan. b. Sadar Gender gender awareness, yaitu kondisi keadaan seseorang yang sudah menyadari kesamaan hak dan kewajiban antara perempuan dan laki- laki. c. Peka atau Sensitif Gender gender sensitive, yaitu kemampuan dan kepekaan seseorang dalam melihat dan menilai hasil pembangunan dan aspek kehidupan lainnya dari perspektif gender disesuaikan kepentingan yang berbeda antara laki-laki dan perempuan. d. Mawas Gender gender perspective, yaitu kemampuan seseorang memandang suatu keadaan berdasarkan perspektif gender. e. Peduli atau Responsif Gendergender concern responcive, yaitu kebijakan, program, kegiatan, kondisi yang sudah dilakukan dengan memperhitungkan kepentingan kedua jenis kelamin. http:docs.google.comviewer?a=vq=cache:49TdSBU9DJcJ:lip4.bkkbn.go.idfil e.php1moddataforum9143Konsep-dan-Teori-gender.pdf Kesetaraan gender adalah kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, hukum, ekonomi, sosial budaya, pendidikan dan pertahanan dan keamanan nasional hankamnas serta kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan. Sedangkan pengertian keadilan gender adalah suatu proses dan perlakuan adil terhadap perempuan dan laki-laki. Adanya keadilan gender berarti tidak ada pembakuan peran, beban ganda, subordinasi, marginalisasi dan kekerasan terhadap perempuan maupun laki-laki. Berikut bentuk-bentuk ketidakadilan gender : 1. Marginalisasi peminggiran : perempuan sebagai pencari nafkah tambahan, di sektor produksi atau publik, sering dibedakan pendapatannya atau upah perempuan lebih kecil, izin usaha perempuan harus diketahui ayah jika masih lajang dan suami jika sudah menikah, pembatasan kesempatan di bidang pekerjaan terhadap perempuan, kemajuan teknologi industri meminggirkan peran serta perempuan. 2. Subordinasi penomorduaan : pekerja perempuan sedikit di posisi pengambil keputusan dan penentu kebijakan, status perempuan dianggap rendah perempuan tidak menikah atau tidak punya anak dinilai secara sosial lebih rendah daripada laki-laki sehingga muncul alas an untuk poligami, perempuan sebagai “konco wiking” orang belakang, hak kawin perempuan dinomor duakan, bagian waris perempuan lebih sedikit. 3. Pelabelan atau citra baku atau stereotipe pelabelan negatif : Perempuan : sumur-dapur-kasur, macak-masak-manak, janda mudah dirayu. Laki-laki : tulang punggung keluarga, kehebatannya dilekatkan pada kemampuan seksual dan karirnya, mata keranjang. Sehingga label sebagai “ibu rumah tangga” membatasi gerak perempuan dalam kegiatan politik, bisnis maupun birokrasi. 4. Beban ganda double burden : pekerjaan dalam rumah tangga 90 dikerjakan perempuan, perempuan bekerja di luar maupun di dalam rumah, laki-laki bekerja masih harus siskamling, perempuan sebagai perawat, pendidik anak sekaligus pendamping suami, pencari nafkah tambahan, perempuan pencari nafkah utama sekaligus. 5. Tindakan kekerasan atau violence fisik dan non fisik : pembedaan karakter feminine dan maskulin memunculkan kekerasan dan kesemena-menaan bisa dalam rumah tangga KDRT atau ditempat umum, eksploitasi terhadap perempuan, pelecehan seksual terhadap perempuan, perkosaan, perempuan menjadi obyek iklan, pria diharuskan atau diharapkan sebagai perncari nafkah, pria bertubuh pendek dianggap kurang laki-laki, gagal di bidang karir dan dilecehkan. http:www.scribd.comdoc2591144-Konsep-Gender Di ruang publik, kini kekerasan fisik di dalam rumah tangga tampak telah diperkukuh lagi dengan kekerasan simbolik symbolic violence yang menemukan tempatnya paling subur dalam media. Sebab media memungkinkan terjadinya berbagai corak kekerasan “tak tampak tapi terasa” seperti distorsi, pelencengan, pemalsuan, plesetan. Subandy, 2007:34 Mansour Fakih 1996 : 16 menyatakan : “Secara umum stereotipe adalah pelabelan atau penandaan terhadap suatu kelompok tertentu. Celakanya stereotipe selalu merugikan dan menimbulkan ketidakadilan. Salah satu jenis stereotipe itu adalah yang bersumber dari pandangan gender. Banyak sekali ketidakadilan terhadap jenis kelamin tertentu, yang bersumber dari penandaan stereotipe yang dilekatkan kepada mereka.” Perempuan selalu dilekatkan pada citra feminitas, yang diartikan selalu pada sifat pasrah mendahulukan kepentingan orang lain, mempertahankan ketergantungan pada laki-laki serta dituntut untuk mengedepankan peran domestiknya saja sebagai bagian dari ‘kodrat’. Sementara laki-laki dilekatkan sebagai sosok prima, maskulinitas, yang mengcitrakan keberanian, tegas dalam bertindak, sosok yang harus dipatuhi, dilayani, sehingga secara sosial laki-laki diposisikan lebih tinggi dari pada perempuan. Bagaimana seandainya pihak perempuan yang lebih berkuasa, berkedudukan, dan lebih tinggi statusnya daripada laki-laki? Sejarah budaya masyarakat pada umumnya masih berputar pada lingkaran ideologi patriarki, yaitu budaya yang dibangun di atas dasar struktur dominasi dan subordinasi yang mengharuskan suatu hirarki di mana laki-laki dan pandangan laki-laki menjadi suatu norma. http:www.hariankomentar.comarsiparsip_2007mar_08lkOpin001.html Perempuan pun masih hidup dalam sosialisasi yang semakin mengukuhkan citra bakunya. Konsep yang mempercayai bahwa kodrat perempuan sebagai makhluk dengan tugas utama dan mulia sebagai penyambung keturunan, lemah lembut, lebih emosional dan fisiknya kurang kuat. Maka dengan “kodrat” seperti itu, perempuan dianggap lebih pantas bekerja di sektor domestik. Jika dalam bahasa Jawa dikenal “3M”, manak melahirkan, masak, dan macak berhias. Meskipun tidak sedikit data disuguhkan untuk menumbangkan asumsi ini, tetapi kebudayaan semacam ini terus berlangsung. Subandy, 2007:7

2.3. Konstruksi Sosial Gender

Dokumen yang terkait

PEMAKNAAN LIRIK LAGU “PALING SUKA 69” (Studi Semiotik Tentang Pemaknaan Lirik Lagu ”Paling Suka 69” yang Dibawakan oleh Julia Perez).

1 11 90

PEMAKNAAN LIRIK LAGU (Studi Semiotik Pemaknaan Pada Lirik lagu “ABG Tua” oleh Pl4t Band).

0 1 149

PEMAKNAAN LIRIK LAGU (Studi Semiotik Pemaknaan Pada Lirik lagu “ABG Tua” oleh Pl4t Band).

0 1 149

PENGGAMBARAN LAKILAKI DALAM LIRIK LAGU “SELIR HATI” ( Studi Semiotik Tentang Penggambaran Laki-laki Dalam Lirik Lagu “Selir Hati” yang dipopulerkan oleh grup band TRIAD Dalam Album TRIAD).

5 38 114

PENGGAMBARAN KEPASRAHAN DALAM LIRIK LAGU “Jangan Menyerah” (Studi Semiotik Tentang Penggambaran Kepasrahan Dalam Lirik Lagu “Jangan Menyerah” Karya Grup Band D’Masiv).

9 66 75

REPRESENTASI CINTA DAMAI DALAM LIRIK LAGU ” PERDAMAIAN ’’ (Studi Semiologi Representasi Dalam Lirik Lagu ’’ Perdamaian ’’ Oleh Band GIGI).

0 5 64

PENGGAMBARAN KESETARAAN GENDER PADA LIRIK LAGU “RAHASIAKU” (Studi Semiotik Dalam Lirik Lagu “Rahasiaku” yang Dibawakan oleh Grup Band Gigi).

0 0 18

LIRIK LAGU “GENERASI FRUSTASI” (Studi Semiotik Tentang Representasi Kehidupan Keluarga Dalam Lirik Lagu “Generasi Frustasi” yang dibawakan oleh Iwan Fals)

0 3 20

PENGGAMBARAN LAKILAKI DALAM LIRIK LAGU “SELIR HATI” ( Studi Semiotik Tentang Penggambaran Laki-laki Dalam Lirik Lagu “Selir Hati” yang dipopulerkan oleh grup band TRIAD Dalam Album TRIAD).

0 0 20

PEMAKNAAN LIRIK LAGU (Studi Semiotik Pemaknaan Pada Lirik lagu “ABG Tua” oleh Pl4t Band)

0 0 82