PENGGAMBARAN KESETARAAN GENDER PADA LIRIK LAGU “RAHASIAKU” (Studi Semiotik Dalam Lirik Lagu “Rahasiaku” yang Dibawakan oleh Grup Band Gigi).

(1)

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar

Sarjana pada FISIP UPN : “Veteran” Jawa Timur

DISUSUN OLEH : MEYTA TRI WAHYUNI

NPM. 0643010171

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

SURABAYA

2010


(2)

Disusun Oleh : Meyta Tri Wahyuni

0643010171

Telah Dipertahankan Dihadapan dan Diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal 22 Juli 2010

Menyetujui

PEMBIMBING TIM PENGUJI :

1. Ketua

Ir. H. Didiek Tranggono, M.Si Ir. H. Didiek Tranggono, M.Si NIP : 19581225 199001 1 00 1 NIP : 19581225 199001 1 00 1

2. Sekretaris

Drs. Syaifuddin Zuhri, MSi NPT : 3 7006 94 0035 1 3. Anggota

Dra. Dyva Claretta, M.Si       NPT : 3 6601 94 0027 1   

Mengetahui, DEKAN FISIP

Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si. NIP : 030 175 349 


(3)

Nama Mahasiswa : Meyta Tri Wahyuni

NPM : 0643010171

Program Studi : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi

Menyetujui, PEMBIMBING

Ir. H. Didiek Tranggono, M.Si NIP. 19581225 199001 1 00 1

Mengetahui, DEKAN

Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si. NIP : 030 175 349


(4)

ix

“Rahasiaku” yang Dibawakan oleh Grup Band Gigi).

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui penggambaran kesetaraan gender dalam lirik lagu “Rahasiaku” yang dipopulerkan oleh Gigi. Penelitian ini di dasarkan pada konsep gender yang terdapat kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan terhadap lirik lagu tersebut. Dalam lirik tersebut mengisahkan tentang seorang laki-laki lemah, dia berharap pasangannya memberi kesempatan untuknya agar bisa membuktikan bahwa dia mampu menjadi sosok laki-laki sempurna layaknya laki-laki sejati yang gagah, kuat, dan perkasa.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan semiotik yang dikemukakan oleh Ferdinand de Saussure. Analisis dilakukan melalui pandangan mengenai Signifier (penanda) dan Signified (petanda); Form (bentuk) dan Content (isi); Langue (bahasa) dan Parole (tuturan, ujaran); Synchronic (sinkronik) dan Diachronic (diakronik); Syntagmatic (sintagmatik) dan Associative (paradigmatik).

Dari data yang dianalisis peneliti mengenai penggambaran kesetaraan gender dalam lirik lagu “Rahasiaku” yang dibawakan Gigi, peneliti dapat menyimpulkan, bahwa kesetaraan gender digambarkan sebagai bentuk kekuasaan perempuan atas ketidakberdayaan seorang laki-laki yang tidak mampu menjadi sosok yang kuat dan perkasa. Karena terdapat konsep gender yang dapat dipertukarkan, bahwa perempuan mempunyai posisi peran yang sama atau setara dengan laki-laki. Stereotipe gender laki-laki sebagai makhluk yang paling kuat tidak nampak dalam lirik lagu ini. Karena yang nampak dalam lirik lagu ini perempuan yang menjadi sosok yang lebih kuat dan perkasa. Selain itu peneliti juga menyimpulkan bahwa terdapatnya kontradiksi antara stereotipe gender yang oleh masyarakat dianggap ideal.


(5)

iv

yang pantas peneliti panjatkan atas terselesaikannya skripsi yang berjudul, Penggambaran Kesetaraan Gender dalam Lirik Lagu “Rahasiaku” (Studi Semiotik Dalam Lirik Lagu “Rahasiaku” yang Dibawakan oleh Grup Band Gigi) . Walaupun banyak kesulitan yang peneliti hadapi dalam menyelesaikan skripsi. Namun bersyukur, peneliti mampu menyelesaikan meski masih banyak kekurangannya.

Selama proses menyelesaikan skripsi ini, tidak lupa peneliti menyampaikan ucapan terima kasih pada pihak-pihak yang telah membantu peneliti. Adapun peneliti sampaikan rasa terima kasih, kepada:

1. Allah SWT, atas karunia kesehatan baik secara fisik dan mental yang diberikanNya.

2. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Juwito, S.Sos., M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi.

4. Bapak Drs. Saifuddin Zuhri, S.Sos., M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi, dan dosen penguji.

5. Ibu Dra. Soemardjijati, M.Si, selaku dosen wali.

6. Bapak Ir. H. Didiek Tranggono, M.Si, selaku dosen pembimbing. 7. Serta ibu Dra. Dyva Claretta, M.Si, selaku dosen penguji.


(6)

v

2. Terima kasih buat maz Rizanu Afrilaksono yang sebagai sumber inspirasi, selalu setia untuk memberi semangat dan motivasi adek selama mengerjakan skripsi ^_^ 3. Teman-teman angkatan 2006 zulianah, ayu kartika, nur hasanah, dan teman-teman

lainnya terima kasih atas dukungannya, dan yang telah memberikan masukan. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, dengan harapan skripsi ini Insya Allah berguna bagi rekan-rekan di Jurusan Ilmu Komunikasi. Maka saran serta kritik yang membangun sangatlah dibutuhkan untuk memperbaiki kekurangan yang ada.

Surabaya, 22 Juli 2010 Peneliti


(7)

vi

HALAMAN PERSETUJUAN & PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI……….ii

HALAMAN PERSETUJUAN & PENGESAHAN SKRIPSI………..iii

KATA PENGANTAR………...iv

DAFTAR ISI.………vi

DAFTAR LAMPIRAN….………...…. viii

ABSTRAKSI……….ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah.……...………..1

1.2.Perumusan Masalah…..………..………....8

1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian……...………....9

1.3.2. Manfaat Penelitian……...………...9

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Musik dan Lirik Lagu………10

2.2. Konsep Gender…….……….16

2.3. Konstruksi Sosial Gender………….………...22

2.4. Laki-laki Lemah Dalam Potensi Seksualitas………...24


(8)

vii

3.1. Metode Penelitian…………..………34

3.2. Unit Analisis………...………...………35

3.3. Corpus………...…...36

3.4. Teknik Pengumpulan Data………...….37

3.5. Metode Analisis data………...…..37

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian 4.1.1. Profil Grup Band Gigi………39

4.2. Penyajian Data………...49

4.3. Lirik Lagu “Rahasiaku” Menurut Teori Ferdinand de Saussure…………...51

4.4. Pemaknaan Lirik Lagu “Rahasiaku”……….53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan………75

5.2. Saran………..76

DAFTAR PUSTAKA……….77


(9)

viii


(10)

1 1.1. Latar Belakang Masalah

Perkembangan industri musik di Indonesia mengalami kemajuan yang cukup pesat, hal ini ditandai dengan banyak lahirnya sebuah karya musik yang dilahirkan dari sang pencipta musik. Serta banyak lahirnya grup band dan penyanyi saat ini. Bagi penikmat musik, musik bisa memberikan semangat dalam kehidupannya. Sedangkan bagi para pencipta musik, musik adalah ungkapan yang berkaitan dengan konsumsi publik yang secara psikologis merupakan kebutuhan untuk hiburan. Melalui komunikasi secara ekspresif artinya harus diakui masyarakat, musik juga dapat mengekspresikan perasaan, kesadaran, dan pandangan hidup manusia.

Musik dapat dikatakan sebagai sebuah medium dalam penyampaian pesan. Karena dengan alunan bunyi nada musik merupakan ungkapan pikiran, isi hati, dan perasaan manusia dalam bentuk suara. Musik juga dapat dikatakan sebagai bahasa yang universal, yaitu sebagai media ekspresi masyarakat dan musik mampu menyatukan banyak kalangan masyarakat, baik kalangan bawah hingga sampai lapisan paling atas. Tanpa disadari musik telah mempengaruhi kehidupan sosial di dalam kehidupan masyarakat. Sehingga musik banyak tercipta dari pengungkapan fenomena-fenomena yang terjadi di masyarakat.


(11)

Sehingga musik diartikan sebagai suatu ungkapan perasaan yang dituangkan dalam bentuk bunyi-bunyian atau suara. Ungkapan yang dikeluarkan melalui suara manusia disebut vocal, sedangakan ungkapan yang dikeluarkan melalui bunyi alat musik disebut instrumental. (Subagyo, 2006:4)

Jhon Storey dalam bukunya mempunyai asumsi yang dibuat bahwa musik sebagai sebuah industri, industri musik menentukan nilai guna produk-produk yang dihasilkan. Paling jauh, khalayak secara pasif mengkonsumsi apa yang ditawarkan oleh industri musik. Paling buruk, mereka menjadi korban budaya yang secara ideologis dimanipulasi melalui musik yang mereka konsumsi. Seperti argument Leon Rosselson menyatakan bahwa industri musik memberikan “publik apa yang mereka inginkan”. (Storey, 2007:121)

Para pencipta lagu telah membuat hasil karya musiknya dengan lirik lagu yang bisa diterima agar menarik perhatian para penikmat musik sehingga bisa dinikmati oleh masyarakat untuk mendapat hasil peningkatan produk penjualan. Bahkan untuk mendapatkan penghargaan berupa platinum dari angka penjualan, yang kemudian mampu mengangkat popularitas dari pencipta maupun penyanyi. Musik atau lagu berkaitan erat dengan setting sosial kemasyarakatan dan gejala khas akibat interaksi sosial, dan lirik lagu menjadi penunjang dalam musik tersebut untuk menjembatani isu-isu sosial yang terjadi. Lagu, biasanya terdiri dari tiga komponen yang saling melengkapi dan bergantung. Komponen tersebut antara lain terdiri dari paduan alat musik atau instrument, suara atau vocal dari penyanyi, dan terakhir adalah lirik lagunya.


(12)

Lirik sebuah lagu di era sekarang merupakan sebuah kunci utama meski tidak dipungkiri sentuhan musik tidak kalah pentingnya untuk menghidupkan lagu tersebut secara keseluruhan. Lirik merupakan energi yang mampu mengungkapkan banyak hal. Dapat dikatakan musik yang ada didalamnya terdapat lirik sebuah lagu adalah sebuah proses komunikasi, hal ini seperti diungkapkan Tubbs and Moss dalam Human Communication, bahwa proses komunikasi itu sebenarnya mencakup pengiriman pesan dari sistem saraf kepada sistem saraf orang lain, dengan maksud untuk menghasilkan sebuah makna yang sama dengan yang ada di benak pengirim. Pesan verbal melakukan hal tersebut melalui kata-kata yang merupakan unsur dasar bahasa dan kata-kata, sudah jelas merupakan simbol verbal. (Tubs dan Moss, 1994:66)

Lirik dari lagu merupakan representasi dari sebuah realitas atau fenomena yang dirasakan pencipta. Kekuatan lirik lagu merupakan unsur penting bagi keberhasilan bermusik. Melalui lirik lagu, pencipta berusaha menyampaikan apa yang diungkapkannya. Pesan yang disampaikan oleh seorang pencipta lagu bersumber pada pola pikir serta kerangka acuan dan pengalaman sebagai hasil interaksinya dengan lingkungan sosial sekitarnya. Suatu lirik lagu dapat menggambarkan realitas sosial yang terjadi di masyarakat. Termasuk fenomena mengenai masalah gender antara laki-laki dan perempuan, meskipun banyak teori dan penelitian yang bermunculan dalam kaitannya dengan masalah gender.

Bidang studi perempuan telah membidani lahirnya konsep gender, istilah gender yang sebelumnya hanya digunakan dalam konteks studi bahasa


(13)

selanjutnya telah memperoleh arti yang sama sekali baru dalam akademis tentang perempuan. Berbagai peristiwa mutakhir seputar dunia perempuan di berbagai belahan bumi telah menyebabkan masyarakat peneliti di bidang ini membutuhkan konsep baru untuk memahami kondisi dan kedudukan perempuan. Perspektif gender harus senantiasa dipertimbangkan dalam kajian perempuan dan pembangunan.

Gender adalah konstruksi sosial dan kodifikasi perbedaan antarseks. Konsep ini menunjuk pada hubungan sosial antara perempuan dan laki-laki. Gender merupakan rekayasa sosial, tidak bersifat universal dan memiliki identitas yang berbeda-beda yang dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti ideology, politik, ekonomi, sosial budaya, etnik, adat istiadat, golongan, faktor sejarah, waktu dan tempat serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. (Subandy, 2007:6-7)

Stereotipe perempuan selalu dilekatkan pada citra feminitas, yang diartikan selalu pada sifat pasrah mendahulukan kepentingan orang lain, mempertahankan ketergantungan pada laki-laki serta dituntut untuk mengedepankan peran domestiknya saja sebagai bagian dari ‘kodrat’. Sementara laki-laki dilekatkan sebagai sosok prima, maskulinitas, yang mengcitrakan keberanian, tegas dalam bertindak, sosok yang harus dipatuhi, dilayani, sehingga secara sosial laki-laki diposisikan lebih tinggi dari pada perempuan.


(14)

Perempuan pun masih hidup dalam sosialisasi yang semakin mengukuhkan citra bakunya. Konsep yang mempercayai bahwa kodrat perempuan sebagai makhluk dengan tugas utama (dan mulia) sebagai penyambung keturunan, lemah lembut, lebih emosional dan fisiknya kurang kuat. Maka dengan “kodrat” seperti itu, perempuan dianggap lebih pantas bekerja di sektor domestik. Jika dalam bahasa Jawa dikenal “3M”, manak (melahirkan), masak, dan macak (berhias). Meskipun tidak sedikit data disuguhkan untuk menumbangkan asumsi ini, tetapi kebudayaan semacam ini terus berlangsung. (Subandy, 2007:7)

Di ruang publik, kini kekerasan fisik di dalam rumah tangga tampak telah diperkukuh lagi dengan kekerasan simbolik (symbolic violence) yang menemukan tempatnya paling subur dalam media. Sebab media memungkinkan terjadinya berbagai corak kekerasan “tak tampak tapi terasa” (seperti distorsi, pelencengan, pemalsuan, plesetan). (Subandy, 2007:34)

Masyarakat Indonesia menerapkan standar ganda terhadap norma maskulinitas dan feminitas, menjadi penting untuk lebih memahami relasi gender antara laki-laki dan perempuan. Serta relasi gender di antara laki-laki sendiri dalam area sosial tertentu (social setting).

Sedangkan konsep gender lainnya yaitu sifat yang melekat pada kaum laki-laki dan perempuan yang dikonstruksikan secara social cultural, dimana sifat-sifat ini dapat dipertukarkan. Menurut Mansour Fakih (1996:8), diberikan beberapa contoh :


(15)

“Misalnya, bahwa perempuan itu dikenal lemah lembut, cantik, emosional, atau keibuan. Sementara laki-laki dianggap : kuat, rasional, jantan, perkasa. Ciri dari sifat itu sendiri merupakan sifat-sifat yang dapat dipertukarkan. Artinya ada laki-laki yang emosional, lemah lembut, keibuan. Sementara ada juga perempuan yang kuat, rasional, perkasa.”

Seperti halnya dalam lirik lagu “Rahasiaku” milik grup band Gigi dimana terdapat konsep gender yang dapat dipertukarkan, bahwa perempuan mempunyai posisi peran yang sama atau setara dengan laki-laki. Jika dalam artikel redaksi MusikMu.com lagu tersebut diinformasikan :

“Dalam album Salam Kedelapan Gigi, secara keseluruhan para personel Gigi kali ini mengerjakan lirik dengan cara penuturan yang lebih lugas dan positif. Malah ada satu lagu yang liriknya agak nyeleneh, yakni Rahasiaku.” Armand Maulana vokalis Gigi memaparkan, "Lirik lagu ini lebih merupakan penggambaran fenomena yang banyak terjadi di kota-kota besar. Liriknya bisa diintepretasikan pada sosok seorang gigolo, playboy, sex addict atau sejenisnya. Pokoknya menceritakan kesombongan laki-laki terhadap wanita". (http://forumm.wgaul.com/archive/index.php/t-5831.html)

Berdasarkan paparan Armand, kemudian menarik perhatian peneliti untuk meneliti lebih mendalam mengenai lirik lagu “Rahasiaku”. Sehingga peneliti mempunyai interpretasi tersendiri mengenai lagu tersebut.

Jika diperhatikan penggalan dari lirik lagu “Rahasiaku”, adalah sebagai berikut :

“Apa yang kau mau hanya birahiku. Lihatlah padaku beri aku waktu.

Mungkin hanya aku bisa memuaskan. Seluruh maumu dan seluruh nafsumu. Berilah aku kesempatan tuk buktikan bahwa aku lelaki sejati. Berilah aku satu saat tuk menunjukkan padamu keperkasaanku.”

diceritakan seorang laki-laki memohon kepada pasangannya untuk membuktikan keperkasaannya sebagaimana menjadi ukuran yang harus dimiliki untuk menjadi laki-laki sejati. Karena dia merasa tidak mampu untuk memuaskan pasangannya.


(16)

Padahal seperti yang dikenal masyarakat umumnya mengenai pelabelan laki-laki bahwa kehebatan laki-laki dilekatkan pada maskulinitas maupun kemampuan seksualnya. Namun dalam lirik lagu “Rahasiaku” sosok laki-laki tidak nampak sebagai makhluk paling kuat. Karena yang nampak pada lirik lagu ini laki-laki sebagai makhluk yang lemah. Sehingga dalam hal ini menjadikan posisi perempuanlah lebih kuat, dan mempunyai kekuasaan lebih tinggi daripada laki-laki. Karena hal itu akan menjadi sebuah penentu keputusan dari pihak perempuan untuk mempertahankan hubungannya atas ketidakberdayaan seorang laki-laki yang tidak mampu menjadi sosok yang kuat dan perkasa. Kemungkinan yang dapat terjadi adalah sang istri berwenang menggugat cerai suami karena merasa suaminya lemah dalam potensi seksualitas.

Kasus perceraian yang terjadi saat ini menurut Humas Pengadilan Tinggi Agama, Mohammad Dardiri SH, bahwa dari semua perkara perceraian sebagian besar adalah istri yang menggugat cerai suami, sekitar 50-70 persennya adalah istri menuntut cerai suaminya.

(http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2009/08/06/75558/Meningkat -Kasus-Istri-Gugat-Cerai)

Maka dari hal tersebut dapat dianggap sebagai suatu bentuk kontradiksi antara stereotipe gender yang oleh masyarakat dianggap ideal. Sedangkan istilah gender sering kali disama artikan dengan seks. Maka dari itu, untuk mengetahui konsep gender perlu memahami perbedaan antara seks dan gender. Pengertian seks yaitu perbedaan organ biologis laki-laki dan perempuan khususnya pada


(17)

bagian reproduksi. Seks merupakan ciptaan Tuhan, bersifat kodrat, tidak dapat berubah, tidak dapat ditukar, berlaku sepanjang zaman dan di mana saja. Sedangkan pengertian gender yaitu perbedaan peran, fungsi, dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan hasil konstruksi sosial. Gender merupakan “buatan” manusia, tidak bersifat kodrat, dapat berubah, dapat ditukar, tergantung waktu dan budaya setempat.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah secara keseluruhan, yang menjadi permasalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah penggambaran kesetaraan gender yang dibawakan grup band Gigi. Untuk menganalisa sistem tanda komunikasi berupa lirik lagu tersebut, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan semiotik Ferdinand de Saussure.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

Bagaimanakah penggambaran kesetaraan gender yang terdapat dalam lirik lagu “Rahasiaku” yang dibawakan oleh grup band Gigi?


(18)

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penggambaran kesetaraan gender yang terdapat dalam lirik lagu “Rahasiaku” yang dibawakan oleh grup band Gigi.

1.3.2. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapakan bermanfaat untuk menambah literature penelitian komunikasi khusunya pada kajian analisis tanda komunikasi berupa lirik lagu dengan pendekatan semiotik.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat membantu pembaca dan penikmat musik dalam memahami makna tentang penggambaran kesetaraan gender yang terdapat dalam lirik lagu ”Rahasiaku” yang dibawakan oleh grup band Gigi. Serta diharapkan dapat dijadikan sebagai kerangka acuan bagi pencipta lagu agar semakin kreatif dalam menggambarkan suatu lirik lagu.


(19)

12 2.1. Musik dan Lirik Lagu

Musik, diartikan sebagai suatu ungkapan perasaan yang dituangkan dalam bentuk bunyi-bunyian atau suara. Ungkapan yang dikeluarkan melalui suara manusia disebut vocal, sedangakan ungkapan yang dikeluarkan melalui bunyi alat musik disebut instrumental. (Subagyo, 2006:4)

Jika menurut Jhon Storey, musik sebagai sebuah industri, industri musik menentukan nilai guna produk-produk yang dihasilkan. Paling jauh, khalayak secara pasif mengkonsumsi apa yang ditawarkan oleh industri musik. Paling buruk, mereka menjadi korban budaya yang secara ideologis dimanipulasi melalui musik yang mereka konsumsi. Seperti argument Leon Rosselson menyatakan bahwa industri musik memberikan “publik apa yang mereka inginkan”. (Storey, 2007:121)

Musik juga merupakan bagian dari komunikasi, seperti yang dikemukakan oleh William I. Gorden menyatakan bahwa komunikasi itu mempunyai empat fungsi. Keempat fungsi tersebut meliputi komunikasi sosial, komunikasi ekspresif, komunikasi ritual dan instrumental, tidak saling meniadakan (mutually exclusive). Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi itu sangat penting untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk


(20)

memperoleh kebahagiaan terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang bersifat menghibur dan memupuk hubungan dengan orang lain. (Mulyana, 2005:5)

Musik dapat dikatakan sebagai bahasa dunia, serta sebagai media ekspresi diri masyarakat. Karena musik mampu menyatukan dan menyentuh banyak kalangan elemen masyarakat. Baik kalangan bawah hingga sampai ke lapisan yang paling atas. Apapun dan bagaimanapun suasana hati kita musik senantiasa menjadi kebutuhan.

Dimanapun dan kapanpun kita berada, musik senantiasa hadir di semua sendi kehidupan kita. Hal ini dikarenakan musik disampaikan melalui berbagai macam media komunikasi elektronik, diantaranya melalui radio, tape recorder, compact disk, internet ataupun melalui sarana yang lain seperti konser musik, acara pesta, dan lain sebagainya.

Lirik sebuah lagu di era sekarang merupakan sebuah kunci utama meski tidak dipungkiri sentuhan musik tidak kalah pentingnya untuk menghidupkan lagu tersebut secara keseluruhan. Lirik merupakan energi yang mampu mengungkapkan banyak hal. Dapat dikatakan musik yang ada didalamnya terdapat lirik sebuah lagu adalah sebuah proses komunikasi, hal ini seperti diungkapkan Tubbs and Moss dalam Human Communication, bahwa proses komunikasi itu sebenarnya mencakup pengiriman pesan dari sistem saraf kepada sistem saraf orang lain, dengan maksud untuk menghasilkan sebuah makna yang sama dengan yang ada di benak pengirim. Pesan verbal melakukan hal tersebut


(21)

melalui kata-kata yang merupakan unsur dasar bahasa dan kata-kata, sudah jelas merupakan simbol verbal. (Tubs dan Moss, 1994:66)

Lirik dari lagu merupakan representasi dari sebuah realitas atau fenomena yang dirasakan pencipta. Kekuatan lirik lagu merupakan unsur penting bagi keberhasilan bermusik. Melalui lirik lagu, pencipta berusaha menyampaikan apa yang diungkapkannya. Pesan yang disampaikan oleh seorang pencipta lagu bersumber pada pola pikir serta kerangka acuan dan pengalaman sebagai hasil interaksinya dengan lingkungan sosial sekitarnya. Suatu lirik lagu dapat menggambarkan realitas sosial yang terjadi di masyarakat. Termasuk fenomena mengenai masalah gender antara laki-laki dan perempuan, meskipun banyak teori dan penelitian yang bermunculan dalam kaitannya dengan masalah gender.

Dalam lirik lagu “Rahasiaku” milik grup band Gigi terdapat konsep gender yang dapat dipertukarkan, bahwa perempuan mempunyai posisi yang sama atau setara dengan laki-laki. Jika diperhatikan penggalan dari lirik lagu “Rahasiaku” adalah sebagai berikut :

“Apa yang kau mau hanya birahiku. Lihatlah padaku beri aku waktu.

Mungkin hanya aku bisa memuaskan. Seluruh maumu dan seluruh nafsumu. Berilah aku kesempatan tuk buktikan bahwa aku lelaki sejati. Berilah aku satu saat tuk menunjukkan padamu keperkasaanku.”

diceritakan seorang laki-laki memohon kepada pasangannya untuk membuktikan keperkasaannya sebagaimana menjadi ukuran yang harus dimiliki untuk menjadi laki-laki sejati. Karena dia merasa tidak mampu untuk memuaskan pasangannya. Padahal seperti yang dikenal masyarakat umumnya mengenai pelabelan laki-laki bahwa kehebatan laki-laki dilekatkan pada maskulinitas maupun kemampuan


(22)

seksualnya. Namun dalam lirik lagu “Rahasiaku” sosok laki-laki tidak nampak sebagai makhluk paling kuat. Karena yang nampak pada lirik lagu ini laki-laki sebagai makhluk yang lemah. Sehingga dalam hal ini menjadikan posisi perempuanlah lebih kuat, dan mempunyai kekuasaan lebih tinggi daripada laki-laki. Karena hal itu akan menjadi sebuah penentu keputusan dari pihak perempuan untuk mempertahankan hubungannya atas ketidakberdayaan seorang laki-laki yang tidak mampu menjadi sosok yang kuat dan perkasa. Kemungkinan yang dapat terjadi adalah sang istri berwenang menggugat cerai suami karena merasa suaminya lemah dalam potensi seksualitas.

Sehingga dari hal tersebut dapat dianggap sebagai suatu bentuk kontradiksi antara stereotipe gender yang oleh masyarakat dianggap ideal. Maka yang menjadi permasalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah penggambaran kesetaraan gender yang terdapat dalam lirik lagu ”Rahasiaku” yang dibawakan grup band Gigi.

Band pada umunya berjumlah tiga sampai tujuh orang, dilihat dari kebutuhan bermusik dan visi para personil terhadap musik yang dimainkan. Salah satunya grup band Gigi, dengan modal keinginan yang sama khususnya di bidang musik Aria Baron, Thomas Ramdhan, Ronald Fristianto, Dewa Budjana dan Armand Maulana pada 22 Maret 1994 mendirikan grup band Gigi .

Album perdana “Angan“ terjual 100.000 copy, sebuah angka penjualan yang sebenarnya cukup lumayan untuk sebuah group baru pada masa itu, apalagi kalau didengar dengan teliti bahwa pada album tersebut warna musik Gigi belum


(23)

terlihat jelas, mereka masih dalam proses pencarian, mereka masih memainkan musiknya menurut kata hatinya sendiri-sendiri, kebutuhan group pada saat itu dipikirkan dan hasilnya belum seperti yang diharapkan.

September 1995 adalah tahun cobaan, pada saat dimana Gigi sedang tegar berkibar di atas, Aria Baron meninggalkan Gigi, pasalnya ingin melanjutkan sekolahnya di Amerika. Akhirnya dilepaslah Baron dan Gigi tetap berjalan dengan komitmen tidak juga menambah personil pengganti (walau banyak guitarist yang mau audisi).

Lagi-lagi cobaan, semua masalah yang ada di tahun 1995 dapat terselesaikan datang lagi ditahun 1996, Thomas Ramdhan pada Mei 1996 mengundurkan diri disusul Ronald Fristianto pada November 1996. Bukan saja management yang menyesalkan permasalahan ini terjadi tapi masyarakat musik pun demikian adanya. Akhirnya demi memberikan pertanggunganjawaban atas kewajibannya, Gigi (yang personelnya tinggal Dewa Budjana dan Armand Maulana saja) didukung sepenuhnya oleh Management memutuskan untuk tetap berjalan dan mencari pemain pengganti. Pilihannya adalah Opet Alatas (Bass) dan Budhy Haryono (drum).

Bersamaan dengan HUTnya yang ke 5 bulan April 1999 yang ditandai dengan konser tunggal Gigi di Gedung Kesenian Jakarta yang bertajuk “Konser Balas Budi”, diluncurkan pula album ke-6 Gigi yang berjudul “Baik”. Ada yang istimewa di album keenam ini. “Si anak hilang” Thomas Ramdhan kembali memperkuat jajaran formasi Gigi yang posisinya di tiga tahun kemarin diisi oleh


(24)

Opet Alatas. Dan Gigi seakan menemukan kembali komponennya yang sempat hilang, yang membuat formulasi komposisi-komposisi Gigi kian kokoh saja.

Tahun 2003 Gigi meluncurkan album ke-8 yaitu Salam Kedelapan. Materi lagu sebenarnya banyak tercipta di luar studio, seperti inspirasi lirik yang tiba-tiba datang ketika terkena macet atau inspirasi lagu ketika di tengah-tengah tur. Dari segi musik Gigi merasa Salam Kedelapan cerminan dari kondisi mereka yang sedang santai hasil istirahat selama 6 bulan yang ternyata berguna sekali dalam mengendurkan tekanan. Begitu santai, ide-ide positif yang terbenam bisa muncul begitu saja. Alhasil album ini penuh dengan warna-warni Gigi yang mungkin bakal sedikit mengejutkan, tapi tentunya menyegarkan. Seperti pada lagu pembuka album ini berjudul Terima Saja. Selebihnya, Gigi lebih sering memainkan tempo yang medium dan lebih cepat seperti pada lagu Kucari Yang Kau Mau, Salam, Wanita, Untukmu Teman, Ketakpastian, Rahasiaku dan Akhir Cerita. Mereka juga banyak bermain dalam irama dan lirik lagu yang lebih ceplas-ceplos. Seperti keunikan komposisi gagah berjudul Rahasiaku yang menceritakan kesombongan seorang laki-laki atas kejantanannya.

Bongkar pasang personil terjadi kembali di tahun 2004, Hendy dipilih Gigi untuk menggantikan posisi Budhy Haryono (drummer). Sepanjang perjalanan karir mereka berjuang untuk tetap eksis walaupun harus berganti-gnti personil. Sehingga kini personil tetap Gigi terdiri dari Armand Maulana (vocal), Dewa Budjana (gitar), Thomas Ramdhan (bass), dan Gusti Hendy (drum). (http://www.gigionline.com/v2/profile.php)


(25)

2.2. Konsep Gender

Sejak awal mulanya kehidupan manusia, dikenal adanya laki-laki dan perempuan, di mana masing-masing mempunyai cirri-ciri sendiri. Dalam kehidupan manusia dengan adanya perbedaan jenis kelamin ini, maka manusia dapat mempunyai keturunan karena laki-laki dapat menghamili, kemudian perempuan dapat dihamili dan melahirkan anak.

Setelah lahir keturunan, lahir pula peran yang berbeda-beda untuk mengurus anak, membesarkan, mencari nafkah, dan peran kemasyarakatan lainnya, yang membedakan peran laki-laki dan perempuan yang dikelompokkan ke dalam bidang reproduktif (domestik) dan produktif (publik). Maka inilah yang disebut sebagai peran gender.

Gender pertama kali diperkenalkan oleh Robert Stoller (1968) untuk memisahkan pencirian manusia yang didasarkan pada pendefinisian yang bersifat sosial budaya dengan ciri-ciri fisik biologis. Dalam ilmu sosial, orang yang sangat berjasa dalam mengembangkan istilah dan pengertian gender adalah Ann Oakley (1972) yang mengartikan gender sebagai konstruksi sosial atau atribut yang dikenakan pada manusia yang dibangun oleh kebudayaan manusia.

Istilah Gender mulai terdengar melalui Konferensi Kependudukan dan Pembangunan (ICPD) di Kairo Tahun 1994.kemudian berkembang di Konferensi Wanita Sedunia ke-4 di BeijingTahun 1995,yang menghasilkan Beijing Platform for Action yang isinya tentang 12 Critical Area bagi wanita. selanjutnya Gender


(26)

menjadi Kesetaraan dan Keadilan Gender (KKG) dengan strategi Gender Mainstreaming (Pengarusutamaan Gender/PUG).

Pemahaman maupun pembedaan antara konsep seks dan konsep gender sangatlah diperlukan dalam melakukan analisis untuk memahami persoalan-persoalan ketidak adilan sosial baik yang menimpa kaum laki-laki maupun perempuan. Hal ini disebabkan karena ada kaitan yang erat antara perbedaan gender (gender differences) dan ketidakdilan (gender inequalities) dengan struktur ketidakadilan masyarakat secara lebih luas.

Sering kali Gender disama artikan dengan Seks. Maka dari itu, untuk memahami konsep gender perlu mengetahui perbedaan antara Seks dan Gender. Pengertian Seks yaitu perbedaan organ biologis laki-laki dan perempuan khususnya pada bagian reproduksi. Seks merupakan ciptaan Tuhan, bersifat kodrat, tidak dapat berubah, tidak dapat ditukar, berlaku sepanjang zaman dan di mana saja. Sedangkan pengertian Gender yaitu perbedaan peran, fungsi, dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan hasil konstruksi sosial. Gender merupakan "buatan" manusia, tidak bersifat kodrat, dapat berubah, dapat ditukar, tergantung waktu dan budaya setempat. (http://www.scribd.com/doc/2591144/-Konsep-Gender)

Atau bisa juga dikatakan, gender adalah konstruksi sosial dan kodifikasi perbedaan antarseks. Konsep ini menunjuk pada hubungan sosial antara perempuan dan laki-laki. Gender merupakan rekayasa sosial, tidak bersifat universal dan memiliki identitas yang berbeda-beda yang dipengaruhi oleh


(27)

faktor-faktor seperti ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, etnik, adat istiadat, golongan, faktor sejarah, waktu dan tempat serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. (Subandy, 2007:6-7)

Perbedaan sifat, fungsi, ruang dan peran gender dalam masyarakat :

PERBEDAAN LAKI-LAKI PEREMPUAN

Sifat Maskulin Feminin

Fungsi Produksi Reproduksi

Ruang Publik Domestik

Peran (tanggung jawab) Nafkah Utama Nafkah Tambahan (http://www.scribd.com/doc/2591144/-Konsep-Gender)

Dalam upaya mengubah perilaku seseorang terhadap pemahaman gender, ada beberapa istilah yang perlu diketahui:

a. Buta Gender (gender blind), yaitu kondisi/ keadaan seseorang yang tidak memahami tentang pengertian/konsep gender karena ada perbedaan kepentingan laki-laki dan perempuan.

b. Sadar Gender (gender awareness), yaitu kondisi/ keadaan seseorang yang sudah menyadari kesamaan hak dan kewajiban antara perempuan dan laki-laki.

c. Peka atau Sensitif Gender (gender sensitive), yaitu kemampuan dan kepekaan seseorang dalam melihat dan menilai hasil pembangunan dan aspek kehidupan lainnya dari perspektif gender (disesuaikan kepentingan yang berbeda antara laki-laki dan perempuan).


(28)

d. Mawas Gender (gender perspective), yaitu kemampuan seseorang memandang suatu keadaan berdasarkan perspektif gender.

e. Peduli atau Responsif Gender(gender concern/ responcive), yaitu kebijakan, program, kegiatan, kondisi yang sudah dilakukan dengan memperhitungkan kepentingan kedua jenis kelamin.

(http://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:49TdSBU9DJcJ:lip4.bkkbn.go.id/fil e.php/1/moddata/forum/9/143/Konsep-dan-Teori-gender.pdf)

Kesetaraan gender adalah kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, hukum, ekonomi, sosial budaya, pendidikan dan pertahanan dan keamanan nasional (hankamnas) serta kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan.

Sedangkan pengertian keadilan gender adalah suatu proses dan perlakuan adil terhadap perempuan dan laki-laki. Adanya keadilan gender berarti tidak ada pembakuan peran, beban ganda, subordinasi, marginalisasi dan kekerasan terhadap perempuan maupun laki-laki. Berikut bentuk-bentuk ketidakadilan gender :

1. Marginalisasi (peminggiran) : perempuan sebagai pencari nafkah tambahan, di sektor produksi atau publik, sering dibedakan pendapatannya atau upah perempuan lebih kecil, izin usaha perempuan harus diketahui ayah (jika masih lajang) dan suami (jika sudah menikah), pembatasan kesempatan di


(29)

bidang pekerjaan terhadap perempuan, kemajuan teknologi industri meminggirkan peran serta perempuan.

2. Subordinasi (penomorduaan) : pekerja perempuan sedikit di posisi pengambil keputusan dan penentu kebijakan, status perempuan dianggap rendah (perempuan tidak menikah atau tidak punya anak dinilai secara sosial lebih rendah daripada laki-laki sehingga muncul alas an untuk poligami), perempuan sebagai “konco wiking” (orang belakang), hak kawin perempuan dinomor duakan, bagian waris perempuan lebih sedikit.

3. Pelabelan atau citra baku atau stereotipe (pelabelan negatif) :

Perempuan : sumur-dapur-kasur, macak-masak-manak, janda mudah dirayu. Laki-laki : tulang punggung keluarga, kehebatannya dilekatkan pada kemampuan seksual dan karirnya, mata keranjang.

Sehingga label sebagai “ibu rumah tangga” membatasi gerak perempuan dalam kegiatan politik, bisnis maupun birokrasi.

4. Beban ganda (double burden) : pekerjaan dalam rumah tangga 90% dikerjakan perempuan, perempuan bekerja di luar maupun di dalam rumah, laki-laki bekerja masih harus siskamling, perempuan sebagai perawat, pendidik anak sekaligus pendamping suami, pencari nafkah tambahan, perempuan pencari nafkah utama sekaligus.

5. Tindakan kekerasan atau violence (fisik dan non fisik) : pembedaan karakter feminine dan maskulin memunculkan kekerasan dan kesemena-menaan bisa dalam rumah tangga (KDRT) atau ditempat umum, eksploitasi terhadap


(30)

perempuan, pelecehan seksual terhadap perempuan, perkosaan, perempuan menjadi obyek iklan, pria diharuskan atau diharapkan sebagai perncari nafkah, pria bertubuh pendek dianggap kurang laki-laki, gagal di bidang karir dan dilecehkan. (http://www.scribd.com/doc/2591144/-Konsep-Gender)

Di ruang publik, kini kekerasan fisik di dalam rumah tangga tampak telah diperkukuh lagi dengan kekerasan simbolik (symbolic violence) yang menemukan tempatnya paling subur dalam media. Sebab media memungkinkan terjadinya berbagai corak kekerasan “tak tampak tapi terasa” (seperti distorsi, pelencengan, pemalsuan, plesetan). (Subandy, 2007:34)

Mansour Fakih (1996 : 16) menyatakan :

“Secara umum stereotipe adalah pelabelan atau penandaan terhadap suatu kelompok tertentu. Celakanya stereotipe selalu merugikan dan menimbulkan ketidakadilan. Salah satu jenis stereotipe itu adalah yang bersumber dari pandangan gender. Banyak sekali ketidakadilan terhadap jenis kelamin tertentu, yang bersumber dari penandaan (stereotipe) yang dilekatkan kepada mereka.”

Perempuan selalu dilekatkan pada citra feminitas, yang diartikan selalu pada sifat pasrah mendahulukan kepentingan orang lain, mempertahankan ketergantungan pada laki-laki serta dituntut untuk mengedepankan peran domestiknya saja sebagai bagian dari ‘kodrat’. Sementara laki-laki dilekatkan sebagai sosok prima, maskulinitas, yang mengcitrakan keberanian, tegas dalam bertindak, sosok yang harus dipatuhi, dilayani, sehingga secara sosial laki-laki diposisikan lebih tinggi dari pada perempuan. Bagaimana seandainya pihak perempuan yang lebih berkuasa, berkedudukan, dan lebih tinggi statusnya daripada laki-laki? Sejarah budaya masyarakat pada umumnya masih berputar


(31)

pada lingkaran ideologi patriarki, yaitu budaya yang dibangun di atas dasar struktur dominasi dan subordinasi yang mengharuskan suatu hirarki di mana laki-laki dan pandangan laki-laki menjadi suatu norma.

(http://www.hariankomentar.com/arsip/arsip_2007/mar_08/lkOpin001.html) Perempuan pun masih hidup dalam sosialisasi yang semakin mengukuhkan citra bakunya. Konsep yang mempercayai bahwa kodrat perempuan sebagai makhluk dengan tugas utama (dan mulia) sebagai penyambung keturunan, lemah lembut, lebih emosional dan fisiknya kurang kuat. Maka dengan “kodrat” seperti itu, perempuan dianggap lebih pantas bekerja di sektor domestik. Jika dalam bahasa Jawa dikenal “3M”, manak (melahirkan), masak, dan macak (berhias). Meskipun tidak sedikit data disuguhkan untuk menumbangkan asumsi ini, tetapi kebudayaan semacam ini terus berlangsung. (Subandy, 2007:7)

2.3. Konstruksi Sosial Gender

Sedangkan konsep gender lainnya yaitu sifat yang melekat pada kaum laki-laki dan perempuan yang dikonstruksikan secara social cultural, dimana sifat-sifat ini dapat dipertukarkan. Menurut Mansour Fakih (1996:8), diberikan beberapa contoh :

“Misalnya, bahwa perempuan itu dikenal lemah lembut, cantik, emosional, atau keibuan. Sementara laki-laki dianggap : kuat, rasional, jantan, perkasa. Ciri dari sifat itu sendiri merupakan sifat-sifat yang dapat dipertukarkan. Artinya ada laki-laki yang emosional, lemah lembut, keibuan. Sementara ada juga perempuan yang kuat, rasional, perkasa.”


(32)

Mansour Fakih juga menegaskan bahwa setiap sifat melekat pada jenis kelamin tertentu dan sepanjang sifat itu bisa dipertukarkan, maka sifat tersebut adalah hasil konstruksi masyarakat dan sama sekali bukan kodrat. (Fakih, 1996:10)

Keberadaan konstruksi gender yang berlangsung dalam masyarakat dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu adat istiadat, kultur, lingkungan dan pranata membesarkan dan mendidik anak, lingkungan dan pranata gender, differensiasi (perbedaan gender), struktur yang berlaku, kekuasaan. Kemudian dari hal-hal tersebut terjadi pembentukan stereotipe yaitu pelabelan yang dilekatkan pada laki-laki (maskulinitas) dan perempuan (feminitas) secara obyektif.

Gender sebagai konsep merupakan hasil pemikiran atau hasil rekayasa manusia, sehingga sama sekali tidak bisa disebut sebagai kodrat Tuhan karena sifat-sifat yang ada di dalamnya bisa dipertukarkan. Sebagai pendapat Caplan dalam Fakih (1996:72) bahwa perebedaan perilaku antara laki-laki dan perempuan tidaklah sekedar biologis, namun melalui proses sosial dan kultural. Oleh karena itu gender berubah dari waktu ke waktu, dari tempat ke tempat bahkan dari kelas ke kelas, sedangkan jenis kelamin biologis (sex) akan tetap tidak berubah.

Maka struktur patriarki memiliki peran yang penting dalam melanggengkan keberadaan gender. Hal ini sebenarnya tidak terlepas dari sejarahnya dimana pengaruh ideologi patriarki dalam tatanan hidup sehari-hari


(33)

kemasyarakatan kita yang meletakkan secara tegas peran antara laki-laki dan perempuan, seperti yang dikemukakan oleh Mosse (1996:65) :

“Pada awalnya, patriarki memang untuk menunjukkan bahwa sebagai kepala rumah tangga, laki-laki mempunyai kekuasaan namun pada akhirnya, istilah patriarki mulai digunakan di seluruh dunia untuk menggambarkan dominasi laki-laki atas perempuan dan anak-anak di dalam keluarga dan ini berlanjut kepada dominasi laki-laki dalam semua lingkup kemasyarakatan lainnya.”

Dari pendapat Julia Claves Mosse di atas dapat disimpulkan bahwa konstruksi sosial gender yang berasal dari patriarki mengakibatkan struktur sosial yang tidak adil bersifat tidak setara antara mayoritas dan minoritas. Minoritas disini tidak di dasarkan pada jumlah melainkan posisi dalam konstruksi sosial di mana perempuan berada di posisi subordinasi terhadap laki-laki akibat nilai yang mendasari peran-peran sosial, karenanya berada pada posisi minoritas. Sehingga timbulnya ketidakadilan gender adalah implikasi dari konstruksi sosial yang bersifat menindas terhadap minoritas.

2.4. Laki-laki Lemah Dalam Potensi Seksualitas

Gender sering dipandang sebagai masalah ketimpangan hubungan laki-laki dan perempuan, tetapi ketimpangan hubungan itu perlu dikaji lebih mendalam. Karena ketimpangan gender yang diikur semata-mata oleh pandangan luar, bisa menjadi bias makna, sebab memahami persoalan gender (dan hubungan tidak seimbang itu) harus dengan memahami kebudayaan (jaringan makna) masyarakat pendukungnya. Teori Blau sendiri menyatakan bahwa :


(34)

1. Selama seorang individu secara nyata memperoleh ganjaran yang menguntungkan dirinya, baik secara ekstrinsik dan instrinsik, maka hubungan yang oleh orang luar dianggap tidak seimbang menjadi tidak kontekstual.

2. Selama ketimpangan seksual dan gender itu merupakan sistem norma dan nilai yang didukung masyarakatnya, maka pengalaman dalam hubungan seksual akan senantiasa tidak seimbang.

3. Kelanggengan hubungan yang bercorak penguasa dan yang dikuasai ditentukan oleh kesepakatan kedua belah pihak. (Hidayana, 2004:61)

Dalam lirik lagu “Rahasiaku” memposisikan laki-laki sebagai pihak yang lemah dan pihak perempuan lebih kuat. Laki-laki tersebut merasa tidak mampu untuk menjadi laki-laki yang kuat dan perkasa. Sehingga dia memohon kepada pasangannya untuk membuktikan keperkasaannya sebagaimana menjadi ukuran yang harus dimiliki untuk menjadi laki-laki sejati. Seperti yang dikenal masyarakat umumnya mengenai pelabelan laki-laki bahwa kehebatan laki-laki dilekatkan pada maskulinitas maupun kemampuan seksualnya.

Mansour Fakih (1996:17) juga menegaskan bahwa masyarakat memiliki anggapan bahwa tugas utama kaum perempuan adalah melayani suami. Namun dalam lirik lagu “Rahasiaku” telah dipertukarkan peranan tersebut, karena diceritakan bahwa pihak laki-laki juga melayani pihak perempuan. Bahkan perempuan bisa menjadi sosok yang lebih perkasa. Sehingga dalam hal ini perempuan mempunyai posisi peran yang sama atau setara dengan laki-laki.


(35)

Jika dalam hal tersebut perempuan mempunyai kekuasaan lebih tinggi maka pihak perempuan yang berhak menentukan untuk mengambil keputusan dalam mempertahankan hubungannya atas ketidakberdayaan seorang laki-laki yang tidak mampu menjadi sosok yang kuat dan perkasa. Kemungkinan yang dapat terjadi adalah sang istri berwenang menggugat cerai suami karena merasa suaminya lemah dalam potensi seksualitas.

Kasus perceraian yang terjadi saat ini menurut Humas Pengadilan Tinggi Agama, Mohammad Dardiri SH, bahwa dari semua perkara perceraian sebagian besar adalah istri yang menggugat cerai suami. 50-70 persennya adalah istri menuntut cerai suaminya. Terkadang penyebabnya sangat sepele. Pada periode Januari - Juli 2009 perkara masuk sebanyak 24.416 kasus. Dari jumlah yang masih diproses 37.887 dan yang sudah diputus sebanyak 23.346 kasus. Sampai sejauh ini sisa perkara perceraian tercatat 14.531 kasus.

(http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2009/08/06/75558/Meningkat -Kasus-Istri-Gugat-Cerai)

Memang kenyataannya, salah satu aspek yang menentukan kebahagiaan dalam pernikahan adalah potensi seksual yang dimiliki suami. Kemampuan seksual ini bagi suami memegang peranan utama dalam usaha membina kerukunan dan kebahagiaan rumah tangga.

Menurut Maskers dan Johnson, apabila ada masalah seksual tidak mungkin dalam suatu pernikahan hanya satu pihak yang “salah”. Respons seksual menyangkut suatu interaksi antara dua pihak. Pada dasarnya partner


(36)

seksual yang merupakan faktor terpenting, yang perlu diperbaiki adalah hubungan suami istri. Karena apabila ada fungsi seksual merupakan masalah yang harus diatasi adalah masalah unit suami istri. Pada umumnya, tidak ada seorang suamipun yang memahami semua persoalan seksual istrinya. (Suparto, 2000:212)

Pada dasarnya, komunikasi merupakan hal terpenting dalam melakukan hubungan seks. Apabila ada keluhan seksual dari pihak suami atau istri, sumber komunikasi lainnya juga cenderung akan terganggu. Acapkali tidak adanya kehangatan dan pengertian disebabkan oleh adanya rasa takut atau tidak ada pengertian dari salah satu partner. Biasanya kegagalan komunikasi di kamar tidur cepat berkembang ke bidang komunikasi lainnya. (Suparto, 2000:213-214)

Adanya pertukaran peran gender antara laki-laki dan perempuan dalam lirik lagu “Rahasiaku” ini, dapat dianggap sebagai suatu bentuk kontradiksi antara stereotipe gender yang oleh masyarakat dianggap ideal.

2.5. Semiotik Ferdinand de Saussure

Tanda-tanda (sign) adalah basis dari seluruh komunikasi (Littlejohn, 1996:64). Manusia dengan perantaraan tanda-tanda, dapat melakukan komunikasi dengan sesamanya. Banyak hal bisa dikomunikasikan di dunia ini. Kajian semiotika sampai sekarang telah membedakan dua jenis semiotika, yakni: a. Semiotika komunikasi, menekankan pada teori tentang produksi tanda yang salah satu diantaranya mengasumsikan adanya enam faktor dalam


(37)

komunikasi yaitu pengirim, penerima kode (sistem tanda), pesan, saluran komunikasi, dan acuan (hal yang dibicarakan). Selain itu menekankan pada teori tanda dan pemahamannya dalam suatu konteks tertentu.

b. Semiotika signifikasi, tidak mempersoalkan adanya tujuan berkomunikasi. Sebaliknya yang diutamakan adalah segi pemahaman suatu tanda sehingga proses kognisinya pada penerima tanda lebih diperhatikan daripada proses komunikasinya. (Sobur, 2006:15)

Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, di tengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia. Semiotika, atau dalam istilah Barthes, semiologi, pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things). Memaknai (to sinify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan dengan mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, tetapi juga termasuk dalam hal mana objek-objek itu hendak berkomunikasi. (Sobur, 2006:15)

Suatu tanda menandakan sesuatu selain dirinya sendiri, dan makna (meaning) adalah hubungan antara suatu objek atau idea dan suatu tanda. Menurut Hjelmslev, mendifinisikan tanda sebagai “suatu keterhubungan antara wahan ekspresi (expression plan) dan wahana isi (content plan). (Sobur, 2006:15-16)


(38)

Kata “semiotika” berasal dari bahasa Yunani yaitu semeion yang berarti “tanda” atau seme yang berarti “penafsir tanda”. Jika diterapkan dalam tanda-tanda bahasa, maka huruf, kata, kalimat, tidak memiliki arti pada dirinya sendiri. Tanda-tanda itu hanya mengemban arti (significant) dalam kaitannya dengan pembacanya. Pembaca itulah yang menghubungkan tanda dengan apa yang ditandakan (signifie). Sebuah teks baik itu lagu, musik, surat cinta, makalah, iklan, cerpen, puisi, komik, kartun, dan semua hal yang mungkin menjadi “tanda” bisa dilihat dalam aktivitas penanda, yakni suatu proses signifikasi yang menggunakan tanda yang menghubungkan objek dan interpretasi. (Sobur, 2006:16-17)

Isi atau makna dari sebuah lirik lagu dikatakan dapat merepresentasikan suatu relitas yang terjadi. Karena menurut Fiske, representasi merujuk pada proses yang dengannya realitas disampaikan dalam komunikasi, via kata-kata, bunyi, citra, atau kombinasinya. (Fiske, 2010:282)

Jika ada seseorang yang layak disebut sebagai pendiri linguistik modern dialah sarjana dan tokoh besar asal Swiss yaitu Ferdinaand de Saussure. Saussure memang terkenal karena teorinya tentang tanda.

Semiotika signifikasi adalah akar dari pemikiran Saussure yang didefinisikan sebagai “ilmu yang mengkaji tentang peran tanda sebagai bagian dari kehidupan sosial”. Implisit dari definisi tersebut adalah sebuah relasi bahwa bila tanda merupakan bagian dari kehidupan sosial, maka tanda juga merupakan bagian dari aturan-aturan sosial yang berlaku. Ada sistem tanda (sign system) dan


(39)

sistem sosial (social system) yang keduanya saling berkaitan. Dalam hal ini Saussure berbicara mengenai konvensi sosial (social convention) yang mengatur penggunaan tanda secara sosial yaitu pemilihan, pengkombinasian dan penggunaan tanda-tanda dengan cara tertentu, sehingga ia mempunyai makna dan nilai sosial. (Sobur, 2006:vii)

Sedikitnya ada lima pandangan dari Saussure yang dikemudian hari menjadi peletak dasar dari strukturalisme Levi-Strauss, yaitu pandangan tentang 1. Signifier (penanda) dan Signified (petanda), yang cukup penting dalam upaya

menangkap hal pokok pada teori Saussure adalah prinsip yang mengatakan bahwa bahasa itu adalah suatu sistem tanda, dan setiap tanda itu tersusun atas dua bagian, yakni signifier (penanda) dan signified (petanda). Menurut Saussure, bahasa itu merupakan suatu sistem tanda (sign). Suara-suara baik itu suara manusia, binatang, atau bunyi-bunyian semua dapat dikatakan bahasa apabila semua itu mengekspresikan, menyampaikan ide-ide, pengertian-pengertian tertentu. Menurut Bartens (2001) tanda adalah suatu kesatuan dari suatu bentuk penanda dan petanda. Signifier adalah “bunyi yang bermakna” atau “coretan yang bermakna”. Sedangkan Signified adalah aspek mental atau gambaran mental dari signifier. Apabila penanda dan petanda ini digabungkan akan menghasilkan suatu konsep makna yang sebenarnya. Gabungan antara kedua unsur tersebut menghasilkan suatu pemahaman yang dinamakan signification. Dengan kata lain signification adalah upaya untuk memberikan makna.


(40)

2. Form (bentuk) dan Content (materi, isi), isi diistilahkan dengan expression dan content, satu berwujud bunyi yang lain berwujud ide. Jadi bahasa berisi sistem nilai, bukan koleksi unsur yang ditentukan oleh materi, tetapi sistem itu ditentukan oleh perbedaannya.

3. Langue (bahasa) dan Parole (tuturan, ujaran), dalam pengertian umum langue adalah abstraksi dan artikulasi bahasa pada tingkat sosial budaya, sedangkan parole merupakan ekspresi bahasa pada tingkat individu.

4. Synchronic (sinkronik) dan Diachronic (diakronik), menurut Saussure linguistik harus memperhatikan sinkronis sebelum menghiraukan diakronis. Studi sinkronis sebuah bahasa menurut Lyons adalah deskripsi tentang keadaan tertentu bahasa tersebut (pada suatu “masa”). Bertens menyebut “sinkronis” sebagai “bertepatan menurut waktu”. Jadi linguistik sinkronis mempelajari bahasa tanpa mempersoalkan urutan waktu. Sedangkan diakronis menurut Bartens adalah “menlusuri waktu”. Jadi studi diakronis atas bahasa tertentu adalah deskripsi tentang perkembangan sejarah (“melalui waktu”).

5. Syntagmatic (sintagmatik) dan Associative (paradigmatik), hubungan sintagmatik dan paradigmatik adalah kata-kata sebagai rangkaian bunyi-bunyi maupun kata-kata sebagai konsep. Jadi sintagmatik adalah kumpulan tanda yang berurut secara logis sedangkan paradigmatik adalah hubungan yang saling menggantikan. (Sobur, 2006:46-54)


(41)

2.6. Kerangka Berpikir

Setiap individu mempunyai latar belakang yang berbeda-beda dalam memaknai suatu peristiwa atau objek. Hal ini dikarenakan latar belakang pengalaman (field of experience) dan pengetahuan (frame of reference) yang berbeda-beda pada setiap individu tersebut.

Begitu juga ketika individu menciptakan sebuah pesan komunikasi yang dalam hal ini pesan disampaikan dalam bentuk lagu, maka pencipta lagu juga tidak terlepas dari dua hal tersebut yaitu latar belakang pengalaman dan tingkat pengetahuan.

Pada penelitian ini peneliti memaknai tanda dan lambang yang ada dalam obyek juga berdasarkan pengalaman dan pengetahuan peneliti. Peneliti melakukan pemaknaan terhadap tanda dan lambang berbentuk tulisan pada lirik lagu “Rahasiaku” yang dibawakan oleh grup band Gigi dalam album Salam Kedelapan.

Dalam hubungannya dengan konsep gender, peneliti menggunakan metode semiotik Saussure, sehingga akhirnya dapat diperoleh hasil dari interpretasi data mengenai penggambaran kesetaraan gender dalam lirik lagu tersebut.

Dari penggunaan metode Saussure yang menitik beratkan pada aspek material (petanda) dan aspek mental (penanda) yang pada akhirnya diperoleh signifikasi. Sehingga menghasilkan suatu interpretasi mengenai bagaimana


(42)

kesetaraan gender yang digambarkan dalam lirik lagu “Rahasiaku”. Secara sistematis dapat ditunjukkan bagan kerangka sebagai berikut:

Gambar 2.1. Kerangka Berpikir Lirik Lagu

“Rahasiaku” oleh Gigi

Analisis Menggunakan

Metode Semiotik Saussure

Hasil Interpretasi Data Mengenai Penggambaran

Kesetaraan Gender


(43)

34 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, yang menginterpretasikan secara rinci pemaknaan lirik lagu “Rahasiaku” yang dibawakan oleh grup band Gigi. Metode ini memfokuskan pada “teks” sebagai objek. Serta bagaimana menafsirkan dan memahami kode (decoding) di balik lirik lagu tersebut.

Penelitian kualitatif menggunakan metode deskriptif kualitatif dikarenakan beberapa pertimbangan. Pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda; kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat peneliti dan yang diteliti; dan ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola yang dihadapi. (Meleong, 2002:5)

Metode penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, dengan memaknai lirik lagu “Rahasiaku” menggunakan teori semiotik Ferdinand de Saussure, yaitu pandangan mengenai Signifier (penanda) dan Signified (petanda); Form (bentuk) dan Content (isi); Langue (bahasa) dan Parole (tuturan, ujaran); Synchronic (sinkronik) dan Diachronic (diakronik); Syntagmatic (sintagmatik) dan Associative (paradigmatik). Melalui


(44)

pandangan dari Saussure itulah baru kemudian dijelaskan melalui penafsiran dengan menggunakan konsep gender. Dari analisis lirik lagu tersebut dapat diketahui gambaran mengenai kesetaraan gender. Sehingga dapat ditarik suatu makna yang sebenarnya dari lirik lagu “Rahasiaku” yang dibawakan oleh grup band Gigi.

3.2. Unit Analisis

Unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini merupakan sistem tanda (sign system), yaitu tanda-tanda berupa tulisan, terdiri dari kata-kata yang membentuk kalimat yang ada pada lirik lagu “Rahasiaku” yang dibawakan oleh grup band Gigi. Selain itu, sistem sosial (social system) yaitu sistem sosial atau budaya yang dicerminkan dalam lirik lagu tersebut.

Dalam lirik lagu “Rahasiaku” milik grup band Gigi, terdapat adanya konsep gender yang dapat dipertukarkan. Bahwa posisi perempuan juga bisa menjadi sosok yang kuat dan perkasa. Karena diceritakan seorang laki-laki yang lemah, memohon kepada pasangannya untuk membuktikan keperkasaannya sebagaimana menjadi ukuran yang harus dimiliki untuk menjadi laki-laki sejati. Karena dia merasa tidak mampu untuk memuaskan pasangannya. Sehingga posisi perempuanlah lebih kuat, dan mempunyai kekuasaan lebih tinggi daripada laki-laki. Hal itu akan menjadi sebuah penentu keputusan dari pihak perempuan untuk mempertahankan hubungannya atas ketidakberdayaan seorang laki-laki yang tidak mampu menjadi sosok yang kuat dan perkasa.


(45)

Maka yang menjadi permasalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah penggambaran kesetaraan gender yang terdapat dalam lirik lagu ”Rahasiaku” yang dibawakan grup band Gigi. Untuk menganalisa sistem tanda komunikasi berupa lirik lagu tersebut, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan semiotik Ferdinand de Saussure.

3.3. Corpus

Di dalam penelitian kualitatif diperlukan adanya suatu pembahasan masalah yang disebut corpus. Corpus adalah sekumpulan bahan terbatas yang ditentukan pada perkembangannya oleh analisis dengan semacam kesemenaan. Corpus haruslah cukup luas untuk memberi harapan yang beralasan bahwa unsur-unsurnya akan memelihara sebuah sistem kemiripan yang lengkap. Korpus juga bersifat sehomogen mungkin. (Kurniawan, 2001:70)

Corpus pada penelitian ini adalah lirik lagu Gigi berjudul “Rahasiaku”. Berikut lirik lagu “Rahasiaku”:

GIGI – Rahasiaku

Apa yang kau mau hanya birahiku Lihatlah padaku beri aku waktu

Mungkin hanya aku bisa memuaskan Seluruh maumu dan seluruh nafsumu Ku tahu hanyalah kegagahan ini


(46)

Reff :

Berilah aku kesempatan tuk buktikan bahwa aku lelaki sejati Berilah aku satu saat tuk menunjukkan padamu keperkasaanku Berilah aku kesempatan tuk buktikan bahwa aku lelaki sejati Berilah aku satu saat tuk menunjukkan padamu sungguh

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan pengumpulan data primer, yaitu data yang diperoleh melalui pemahaman lirik lagu “Rahasiaku” yang dibawakan oleh grup band Gigi. Serta menggunakan teknik pengumpulan data sekunder melalui dari bahan referensi seperti buku dan artikel internet yang berhubungan dengan objek penelitian.

3.5. Metode Analisis Data

Peneliti menginterpretasikan teks dalam lirik lagu “Rahasiaku” serta menyimpulkan berbagai makna mengenai bagaimana penggambaran kesetaraan gender yang terdapat dalam lirik lagu tersebut. Karena isi atau makna dari sebuah lirik lagu dikatakan dapat merepresentasikan suatu relitas yang terjadi. Menurut Fiske, representasi merujuk pada proses yang dengannya realitas disampaikan dalam komunikasi, via kata-kata, bunyi, citra, atau kombinasinya. (Fiske, 2010:282)


(47)

Analisis data yang digunakan peneliti menggunakan teori semiotik Ferdinand de Saussure, yaitu pandangan mengenai Signifier (penanda) dan Signified (petanda); Form (bentuk) dan Content (isi); Langue (bahasa) dan Parole (tuturan, ujaran); Synchronic (sinkronik) dan Diachronic (diakronik); serta Syntagmatic (sintagmatik) dan Associative (paradigmatik) untuk mencari tahu makna yang terkandung dalam lirik lagu “Rahasiaku” menurut pandangan Saussure

Kemudian dari kelima pandangan Saussure tersebut akan dijelaskan melalui penafsiran dengan menggunakan konsep penjelasan gender. Analisis atau penafsiran tanda-tanda komunikasi digunakan sebagai upaya untuk menguak makna dibalik lirik lagu tersebut. Dari analisis lirik lagu tersebut dapat diketahui gambaran mengenai kesetaraan gender. Sehingga dapat ditarik suatu makna yang sebenarnya dari lirik lagu “Rahasiaku” yang dibawakan oleh grup band Gigi.


(48)

39 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

4.1.1. Profil Grup Band Gigi

Hanya dengan modal keinginan yang sama khususnya di bidang musik Aria Baron, Thomas Ramdhan, Ronald Fristianto, Dewa Budjana dan Armand Maulana pada 22 Maret 1994 mendirikan kelompok musik yang diberi nama cukup unik : Gigi . Kehadiran mereka di blantika musik Indonesia awalnya tidak langsung bersinar begitu saja, padahal kalau dilihat dari penampilan, kemampuan dan pengalaman-nya, mereka dapat dikategorikan sarat sebuah group musik yang harus diperhitungkan kehadirannya.

Album perdana “Angan“ terjual 100.000 copy, sebuah angka penjualan yang sebenarnya cukup lumayan untuk sebuah group baru pada masa itu, apalagi kalau didengar dengan teliti bahwa pada album tersebut warna musik Gigi belum terlihat jelas, mereka masih dalam proses pencarian, mereka masih memainkan musiknya menurut kata hatinya sendiri-sendiri, kebutuhan group pada saat itu dipikirkan dan hasilnya belum seperti yang diharapkan.

September 1995 adalah tahun cobaan, pada saat dimana Gigi sedang tegar berkibar di atas, Aria Baron meninggalkan Gigi, pasalnya ingin melanjutkan sekolahnya di Amerika. Akhirnya dilepaslah Baron dan Gigi tetap berjalan


(49)

dengan komitmen tidak juga menambah personil pengganti (walau banyak guitarist yang mau audisi).

Lagi-lagi cobaan, semua masalah yang ada di tahun 1995 dapat terselesaikan datang lagi ditahun 1996, Thomas Ramdhan pada Mei 1996 mengundurkan diri disusul Ronald Fristianto pada November 1996. Bukan saja management yang menyesalkan permasalahan ini terjadi tapi masyarakat musik pun demikian adanya. Akhirnya demi memberikan pertanggunganjawaban atas kewajibannya, Gigi (yang personelnya tinggal Dewa Budjana dan Armand Maulana saja) didukung sepenuhnya oleh Management memutuskan untuk tetap berjalan dan mencari pemain pengganti. Pilihannya adalah Opet Alatas (bass) dan Budhy Haryono (drum).

Bersamaan dengan HUTnya yang ke 5 bulan April 1999 yang ditandai dengan konser tunggal Gigi di Gedung Kesenian Jakarta yang bertajuk “Konser Balas Budi”, diluncurkan pula album ke-6 Gigi yang berjudul “Baik” . Ada yang istimewa di album keenam ini. “Si anak hilang” Thomas Ramdhan kembali memperkuat jajaran formasi Gigi yang posisinya di tiga tahun kemarin diisi oleh Opet Alatas. Dan Gigi seakan menemukan kembali komponennya yang sempat hilang, yang membuat formulasi komposisi-komposisi Gigi kian kokoh saja.

Tahun 2003 Gigi meluncurkan album ke-8 yaitu Salam Kedelapan. Materi lagu sebenarnya banyak tercipta di luar studio, seperti inspirasi lirik yang tiba-tiba datang ketika terkena macet atau inspirasi lagu ketika di tengah-tengah tur. Dari segi musik Gigi merasa Salam Kedelapan cerminan dari kondisi


(50)

mereka yang sedang santai hasil istirahat selama 6 bulan yang ternyata berguna sekali dalam mengendurkan tekanan. Begitu santai, ide-ide positif yang terbenam bisa muncul begitu saja. Alhasil album ini penuh dengan warna-warni Gigi yang mungkin bakal sedikit mengejutkan, tapi tentunya menyegarkan. Seperti pada lagu pembuka album ini berjudul Terima Saja. Selebihnya, Gigi lebih sering memainkan tempo yang medium dan lebih cepat seperti pada lagu Kucari Yang Kau Mau, Salam, Wanita, Untukmu Teman, Ketakpastian, Rahasiaku dan Akhir Cerita. Mereka juga banyak bermain dalam irama dan lirik lagu yang lebih ceplas-ceplos. Seperti keunikan komposisi gagah berjudul Rahasiaku yang menceritakan kesombongan seorang laki-laki atas kejantanannya.

Bongkar pasang personil terjadi kembali di tahun 2004, Hendy dipilih Gigi untuk menggantikan posisi Budhy Haryono (drummer). Sepanjang perjalanan karir mereka berjuang untuk tetap eksis walaupun harus berganti-gnti personil. Sehingga kini personil tetap Gigi terdiri dari Armand Maulana (vocal), Dewa Budjana (gitar), Thomas Ramdhan (bass), dan Gusti Hendy (drum). (http://www.gigionline.com/v2/profile.php)

Personil Gigi :

1. Armand Maulana - Lead Vocal

Nama asli / lengkap : Tubagus Armand Maulana Tempat / tgl lahir : Bandung, 4 April 1971 Motto hidup : " FIGHT TO GET MY DESIRE "


(51)

Vocalis favorit : Massive Attack, William Orbit, Dian Pramana Poetra Jenis music favorit : Semua jenis musik

Album solo : Kau Tetap Milikku (1992)

Group : NEXT BAND (1990), TRIO LIBELS (1991), GIGI (1994 - Sekarang)

Selalu timbul pertanyaan di benak Armand kecil saat pimpinan teater musikal tempat dia beraktivitas menunjuknya sebagai pemeran utama di hampir setiap persiapan pementasan teaternya itu. Saking seringnya Armand mengalami hal serupa, tak tertahankan lagi dia memberanikan diri bertanya dengan sang pemimpin kenapa dia selalu mendapat bagian peran utama yang notabene (karena formatnya adalah teater musikal) porsi nyanyinya pasti terbanyak ketimbang pemeran-pemeran lainnya. “Pitch kamu sangat bagus Mand, lagian feeling kamu juga kuat”, demikan jawaban yang diperoleh dari sang pemimpin. Murid SD yang bercita-cita jadi pilot itu pun hanya manggut-manggut saja.

Aktivitas berteater musikal itu berlanjut sampai Armand duduk di bangku SMP. Fenomena serupa muncul kembali saat Armand sudah masuk di SMU V Bandung. Dia mengikuti vocal group yang dibentuk anak-anak SMU V, dan bersama leadernya Armand selalu didaulat sebagai lead vocal. Ternyata sama juga nasibnya seperti waktu di teater musikal dulu. Ketika bertanya pada si leader….jawaban yang diperoleh tidak berbeda dengan


(52)

jawaban pimpinan teater musikalnya dulu. Pitch dan feeling Armand dinilai cukup kuat.

Kala di panggung bersama Gigi, kita sering melihat Armand sambil bernyanyi sepanjang konser lari sana lari sini, lompat sana lompat sini nyaris tanpa mempengaruhi kekonstanannya bernyanyi. Nafasnya boleh dibilang sama sekali tidak ngos-ngosan. Karena pengaturan nafas saat bernyanyi bagi Armand itu berlangsung begitu aja secara alamiah tanpa suatu teori yang baku. Tanpa disadari ternyata Armand memiliki pola pernafasan tertentu yang membuat dia tahan bernyanyi banyak lagu sambil terus lari sana sini, lompat sana sini ke seantero panggung.

Soal stage act-nya yang oke punya itu, yang menjadi salah satu andalan Gigi saat konser Armand mengaku tidak tahu mendapat pengaruh dari mana. “Beberapa orang ada yang ngomong gaya gua di panggung kayak Mick Jagger, ada juga yang ngomong kayak vokalisnya Red Hot Chili Pepper (RHCP)”, jelasnya. “Tapi gua nggak punya koleksi video Mick Jagger ataupun Rolling Stones, gua juga nggak pernah nonton secara khusus videonya RHCP. Pernah sih nonton RHCP live yang disiarin di TV, itupun baru-baru aja saat mereka konser di Rusia”, sambung Armand menjelaskan. Menurut penggemar warna merah ini stage act-nya semata-mata berangkat dari tema lagu dan musik yang dibawain, dia dengerin, dihayati, ya sudah terus gaya panggungnya mengalir begitu saja tanpa persiapan khusus.


(53)

2. Dewa Budjana – Guitarist

Nama asli / lengkap : I Dewa Gede Budjana Tempat / tgl lahir : Waikabubak, 30 Agustus 1963 Motto hidup : " TAT TWAM ASI "

Musisi favorit : Keith Jarret , Jeff Beck , Jaco Pastorius Jenis music favorit : Traditional

Album solo : - ALBUM SOLO "NUSA DAMAI" (1997)

- ALBUM ROHANI "NYANYIAN DHARMA" (1998) - ALBUM SOLO "GITARKU" (2000)

- ALBUM SOLO "SAMSARA" (2003)

Group : SQUIRRELL (1980 - 1985), SPIRIT (1989 - 1992), JAVA JAZZ (1993 - 1994), GIGI (1994 - Sekarang)

Website pribadi : dewabudjana.com

Ketertarikan dan bakat Dewa Budjana pada musik khususnya gitar sudah sangat dominan terlihat sejak dia masih duduk di bangku sekolah dasar di Klungkung Bali. Saat itu yang ada dalam benak Budjana kecil mungkin sudah penuh dengan bayangan gitar, gitar dan gitar saja. Sampai-sampai di benaknya yang masih hijau itu bayangan gitar yang selalu ada itu terimplementasi menjadi suatu rencana “kejahatan kecil”. Dia ingin punya gitar tp mau minta langsung sama kakek atau neneknya (saat itu dia tinggal bersama kakeknya) dia pikir pasti tidak akan dibelikan. Akhirnya timbul niat “jahat”, yaitu mencuri uang kakeknya untuk beli gitar. Bak penjahat


(54)

profesional yang mau beroperasi, segala sesuatunya sudah betul-betul matang direncanakan.

Besoknya Budjana tidak sabar lagi segera cabut ke Denpasar untuk merealisasikan obsesinya selama ini. Akhirnya dia pun sukses membawa gitar akustik lokal tanpa merek (buatan Solo) pulang ke Klungkung. Kebetulan harga gitarnya juga sepuluh ribu rupiah. Itu adalah gitar pertama yang dia miliki sepanjang karirnya di musik. Sayang sekali gitar bersejarah itu sudah tidak jelas lagi juntrungnya. Kalau ada akan semakin perfect jajaran koleksi gitar Budjana yang sekarang sudah mencapai jumlah sekitar tiga puluhan itu.

Tahun 1976 Budjana ikut ayahnya yang dipindahtugaskan ke Surabaya. Di Surabaya inilah tapak karirnya di musik semakin jelas. Dia melanjutkan sekolah di SMP Negeri I dan kebetulan sekolah yang satu ini kegiatan ekstra kurikulernya cukup oke punya, khususnya di sektor ekstra kurikuler musiknya. Setiap tahun sekolah ini menggelar malam kesenian untuk menampung aspirasi murid-muridnya di bidang seni. Di SMP I ini pula Budjana mendapat pengalaman manggung pertama kali. Saat persiapan malam kesenian seperti biasa diadakan seleksi (audisi) untuk murid-murid yang ingin tampil. Dan Budjana pun ikut mendaftar dengan materi lagu andalan saat pertama kali dia bisa main gitar yaitu “Setangkai Bunga”.

Tahun 1985 Budjana hijrah ke Jakarta dengan pertimbangan bahwa peluang untu mengembangkan karir di Jakarta lebih luas terbuka. Selain itu


(55)

dia merasa teman-temannya bermusik di Surabaya dirasa tidak terlalu total ke musik, tidak seimbang dengan dia yang secara total di musik dan itu dianggap akan menghambat karirnya secara individu maupun secara grup. 3. Thomas Ramdhan – Bassist

Nama asli / lengkap : Thomas Ramdhan Tempat / tgl lahir : Bandung, 5 Maret 1967

Motto hidup : "MENIKMATI DAN MENSYUKURI APA YANG ADA" Bassist favorit : Yance Manusama, Jimmy Suhendra, Yuke Sumeru,

Erwin Gutawa, Billy Sheehan Jenis music favorit : Rock

Group : GIGI (1994 - Sekarang)

Thomas memang berasal dari lingkungan keluarga musik. Di tubuhnya mengalir darah seni dari ayahnya yang pemain biola kala itu. Dia banyak belajar secara langsung maupun tidak langsung. Dasar-dasar bermain musik dari ayah tirinya yang kebetulan juga pemain bass. Thomas kecil yang waktu itu bercita-cita jadi arsitek sering mengikuti ayahnya saat band ayahnya manggung. Di dekat panggung dia dengan tekun memperhatikan band ayahnya yang sedang in action.

Alhasil Thomas kecil pun kelas lima SD sudah memulai ngeband. Uniknya dia bukannya jadi pemain bass seperti ayahnya, seperti juga ‘jabatan’-nya saat malang melintang di blantika musik Indonesia setelah dia dewasa, melainkan sebagai pemain gitar. Kegiatannya sebagai gitaris


(56)

memenuhi hari-harinya semasa SMP hingga SMU. Waktu itu bandnya bernama Crazy Boy.

Setelah Thomas hijrah ke Jakarta lebih banyak mendapat kesempatan untuk mengembangkan kariernya. Banyak sudah dentuman bassnya, aransemennya, ciptaannya yang ikut menghiasi album rekaman artis-artis di Jakarta. Thomas mengaku banyak belajar dari Pay BIP dalam meniti kariernya di jalur musik seperti cara bikin lagu, dan sebagainya. Sederet nama artis yang dalam albumnya Thomas ikut ambil bagian seperti Anang (album kedua dan ketiga), Titi D.J, Trio Libels, Nicky Astria, Oppie Andaresta, Paramitha Rusadi, Poppy Mercury, Dewi Gita, Paquita Wijaya, Uci Wibi, Memes, Sophia Latjuba, KLA Project, Vinnie Alvionita, Mayangsari dan masih banyak lagi. Hal paling menarik adalah saat mengerjakan album Mayangsari. Di sinilah salah satu awal dari terbentuknya Gigi. Di proyek ini dia dan Ronald yang waktu itu sering jalan bareng dan kebetulan keduanya ikut mengisi di album Mayang tersebut bertemu Dewa Budjana.

4. Gusti Hendy - Drummer

Budhy Haryono tahun ‘87-an di Banjarmasin dan sekitarnya bila ada acara-acara sering ditampilkan sebuah band yang waktu itu cukup punya nama di seantero Banjarmasin, Pawakha Band sebagai penghiburnya. Satu keunikan dari band ini, di tengah-tengah penampilannya akan menyuguhkan sebuah gimmick yang akhirnya menjadi ciri khas Pawakha band hampir pada


(57)

setiap kesempatan tampil dan menjadi satu ‘atraksi’ yang ditunggu-tunggu oleh penontonnya. ‘Atraksi’ tersebut terjadi saat di tengah-tengah Pawakha Band membawakan lagu-lagunya, tiba-tiba muncul anak kecil berumur tujuh tahun dan langsung duduk di belakang drums menggantikan posisi drummer Pawakha, dan digebraklah satu lagu rock yang saat itu cukup populer dengan rancak oleh si drummer cilik itu dan menimbulkan decak kagum sebagian besar penonton yang ada.

Gusti Erhandy Rakhmatullah, begitu nama lengkap drummer cilik itu. Hendy yang sekarang sebagai drummer Gigi. Masih berkisar sekitar masa anak-anak Hendy di Banjarmasin dia pertama kali kenal dengan perangkat drum saat di rumahnya sering diadakan latihan band kakaknya. Tahun berikutnya (1991) Pawakha kembali ikut festival band tingkat nasional yang diadakan di Bandung. Alhasil, Pawakha berhasil membawa pulang ke Banjarmasin trophy juara pertama. Lebih lengkap lagi Hendy juga meraih predikat drummer terbaik, juga pemain gitarnya.

Tahun 2003 Hendy bergabung dengan “Telor Ceplok Band” yang akhirnya berubah menjadi “Omelette”. Sempat membuat album di bawah bendera POS Entertainment. Karena perbedaan prinsip dan pertimbangan lain akhirnya Hendy mengundurkan diri dari Omelette. Saat di Omelette inilah Hendy semakin akrab dengan personel Gigi. Selain Gigi satu manajemen dengan Omelette (POS entertainment), 4 lagu di album Omelette yang perdana adalah lagu karya Thomas dan Budjana (masing-masing 2


(58)

lagu). Hendy sempat diajak Budjana untuk latihan-latihan dengan formasi trio : Budjana (gitar), Hendy (drums), Adit (bass).

Suatu saat di tahun 2004 Hendy ditelepon Budjana dan diajak latihan. Pikir Hendy seperti biasanya latihan formasi trio. Hendy sempat kaget saat diberitahu kalau latihan kali ini adalah latihan dengan Gigi dalam rangka persiapan album Sound Track Brownies. Akhirnya memang Hendy dipilih Gigi untuk menggantikan posisi Budhy Haryono.

4.2. Penyajian Data

Data yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa lirik lagu “Rahasiaku” yang terkemas dalam album Salam Kedelapan, yang dibawakan oleh grup band Gigi.

Dalam lagu “Rahasiaku” mempunyai struktur lagu berupa judul lagu yang menjadi tema dari sebuah lagu, bait yang merupakan isi cerita dalam lirik lagu, dan reff yang merupakan inti cerita dari lirik lagu tersebut. Berikut lirik lagu Rahasiaku :

GIGI – Rahasiaku

Apa yang kau mau hanya birahiku Lihatlah padaku beri aku waktu

Mungkin hanya aku bisa memuaskan Seluruh maumu dan seluruh nafsumu


(59)

Ku tahu hanyalah kegagahan ini Selalu diinginkan setiap wanita Reff :

Berilah aku kesempatan tuk buktikan bahwa aku lelaki sejati Berilah aku satu saat tuk menunjukkan padamu keperkasaanku Berilah aku kesempatan tuk buktikan bahwa aku lelaki sejati Berilah aku satu saat tuk menunjukkan padamu sungguh

Pada lirik lagu ini akan dimaknai sesuai struktur lagunya. Struktur bait pertama terdapat pada baris pertama yaitu ‘apa yang kau mau, hanya birahiku’. baris kedua yaitu ‘lihatlah padaku, beri aku waktu’. Struktur bait kedua terdapat pada baris pertama yaitu ‘mungkin hanya aku, bisa memuaskan’, lalu baris kedua ‘seluruh maumu, dan seluruh nafsumu’. Struktur bait ketiga terdapat pada baris pertama yaitu ‘ku tahu hanyalah, kegagahan ini’, serta pada baris kedua ‘selalu diinginkan setiap wanita’. Struktur reff yang terdapat pada baris pertama yaitu ‘berilah aku kesempatan tuk buktikan bahwa aku, lelaki sejati’, pada baris kedua yaitu ‘berilah aku satu saat tuk menunjukkan padamu, keperkasaanku’, pada baris ketiga yaitu ‘berilah aku kesempatan tuk buktikan bahwa aku, lelaki sejati’, kemudian pada baris keempat yaitu ‘Berilah aku satu saat tuk menunjukkan padamu sungguh’.


(60)

4.3. Lirik Lagu “Rahasiaku” Menurut Teori Ferdinad de Saussure

Saussure mendefinisikan bahwa bahasa sebagai suatu sistem tanda (sign), dan setiap tanda itu tersusun dari dua bagian, yakni signifier (penanda), dan signified (petanda). Signifier merupakan sebuah bunyi atau coretan yang memiliki makna, sedangkan signified adalah gambaran mental atau konsep sesuatu dari signifier. Hubungan antara keberadaan fisik tanda dan konsep mental sifatnya arbiter (manasuka) yang dinamakan signification. Dengan kata lain signification adalah upaya memberi makna.

Dalam lirik lagu “Rahasiaku”, bagian-bagian dari teori tanda Saussure adalah sebagai berikut :

1. Signifier (penanda) dan Signified (petanda). Signifier-nya adalah seluruh lirik lagu atau kata-kata yang terdapat dalam lagu “Rahasiaku” dari mulai bait pertama sampai dengan bait yang terakhir. Sedangkan signified-nya adalah makna atau konsep yang ada dalam kata-kata yang digunakan oleh penulis lagu tersebut, sehingga dapat diketahui pesan atau maksud yang ingin disampaikan oleh sang penulis lagu. Kemudian signification-nya adalah proses pemaknaan atau interpretasi dari pesan yang ingin disampaikan. Melalui signification ini, maka hasilnya adalah sebuah external reality. Pada lirik lagu “Rahasiaku” penulis lirik menggambarkan seorang laki-laki memohon kepada pasangannya untuk membuktikan keperkasaannya sebagaimana menjadi ukuran yang harus dimiliki untuk menjadi laki-laki sejati.


(61)

2. Form (bentuk) dan Content (materi, isi). Form adalah bentuk keseluruhan dari isi lirik lagu “Rahasiaku” yang di dalam lagu ini terdapat banyak sekali kata-kata yang mempertegas bahwa seorang laki-laki yang memohon-mohon kepada pasangannya karena ingin membuktikan kegagahan dan keperkasaan sebagaimana menjadi ukuran sosok laki-laki sejati. Sedangkan content adalah materi atau isi yang ada dalam lirik lagu “Rahasiaku” mengandung makna tentang ketidakberdayaan laki-laki untuk mejadi sosok yang gagah dan perkasa.

3. Langue (bahasa) dan Parole (tuturan, ujaran). Langue dalam lagu “Rahasiaku” adalah kata dalam hubungannya satu sama lain yang dimaknai dengan tingkat kebahasaan sehari-hari. Sedangkan parole merupakan ekspresi bahasa yang tidak dapat ditemukan dalam kamus. Karena segala bentuk implikasi dari makna kebahasaan bukan pada arti denotatif dari suatu bahasa. Implikasi itu sebenarnya ada pada pikiran penutur bahasa pada umumnya.

4. Synchronic (sinkronik) dan Diachronic (diakronik). Synchronic mempelajari arti bahasa yang ada pada lirik lagu “Rahasiaku” tanpa mempersoalkan urutan waktu. Sedangkan diachronic adalah melihat unsur waktu, yaitu masa kini, dimana pada lagu “Rahasiaku” ini adanya sebuah ungkapan yang ditujukan pada seseorang yang digunakan oleh anak muda.

5. Syntagmatic (sintagmatik) dan Associative (paradigmatik). Syntagmatic adalah kumpulan tanda yang berurutan secara logis dalam lirik lagu


(62)

“Rahasiaku” serta ditandai dengan kalimat-kalimat yang dibangun dari paduan kata-kata yang terdapat pada lirik lagu ini. Sedangkan associative adalah terdapatnya hubungan dimana ada penekanan pada kalimat demi kalimat atau antar bait yang mengandung unsur dalam menaikkan emosi atau mempertegas makna (arti).

4.4. Pemaknaan Lirik Lagu “Rahasiaku” 1. Judul Lagu : “Rahasiaku”

Berdasarkan petanda, penanda, parole, dan languagenya baris judul “Rahasiaku” mempunyai makna yaitu kata ‘rahasia’ dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah sesuatu yang tidak diketahui, sesuatu yang tersembunyi. Sedangkan kata ‘ku’ merupakan kata ganti orang pertama atau sebagai bentuk penunjuk pelaku atau pemilik. Sehingga dalam judul lagu “Rahasiaku” mempunyai makna bahwa masalah kelemahan laki-laki yang tidak mampu mejadi sosok yang kuat dan perkasa menjadi hal sangat pribadi atau tersembunyi, dan tidak ada orang lain yang boleh mengetahui. Mengingat judul dalam setiap lagu menjadi tema dari sebuah lagu itu sendiri.

2. Bait Pertama :

Apa yang kau mau hanya birahiku? Lihatlah padaku beri aku waktu


(63)

Bait pertama baris kesatu

Apa yang kau mau hanya birahiku?

Pada kalimat tersebut terdapat sebuah penanda yang kemudian menghasilkan sebuah tanda, bahwa terdapat konsep mental yaitu sebuah petanda yang kemudian dituliskan menjadi sebuah teks yang merupakan sebuah penanda. Tanda-tanda yang terletak pada setiap kata yang kemudian dirangkai menjadi baris kalimat yang menandakan bahwa dalam penanda “Apa yang kau mau hanya birahiku” merupakan wujud dari petanda yang disampaikan dalam bentuk tulisan yang menjadi lirik lagu, sehingga menjadikan sebuah tanda yang bermakna menjadi “Apa yang kau mau hanya birahiku“.

Langue-nya merupakan sekumpulan tanda yang terletak pada setiap kata yang tersusun dari baris kalimat “Apa yang kau mau hanya birahiku”, yaitu ‘apa’; ‘yang’; ‘kau’; ‘mau’; ‘hanya’; ‘birahi’; ‘ku’. Parole-nya sendiri terletak pada kalimat dari baris lirik lagu tersebut, yaitu “Apa yang kau mau hanya birahiku”. Pada baris kalimat “Apa yang kau mau hanya birahiku” merupakan baris kalimat yang terusun oleh sekumpulan tanda dari kata-kata ‘apa’; ‘yang’; ‘kau’; ‘mau’; ‘hanya’; ‘birahi’; ‘ku’. Sehingga menghasilkan sebuah tanda yang dapat dimaknai. Baris kalimat “Apa yang kau mau hanya birahiku” tidak akan menjadi kalimat “Apa yang kau mau hanya birahiku” tanpa adanya sekumpulan tanda dari kata-kata‘apa’; ‘yang’; ‘kau’; ‘mau’; ‘hanya’; ‘birahi’; ‘ku’. Serta hal tersebut tidak akan menjadi sebuah tanda yang bermakna dalam baris kalimat, karena tidak adanya sebuah kata yang membentuk sebuah kalimat.


(1)

sebab atau alasan. ‘Menunjukkan’ berasal dari kata dasar ‘tunjuk’ yang mendapat awalan -me dan akhiran –kan, mempunyai arti memperlihatkan, menyatakan, menerangkan, memberitahu tentang sesuatu. ‘Pada’ merupakan kata depan untuk menunjuk tempat atau posisi. ‘Mu’ mempunyai arti kamu sebagai penunjuk pemilik. ‘Sungguh’ mempunyai arti pasti, amat sangat.

Jadi makna konotasi yang terkandung dalam bait keempat baris keempat, kesungguhan laki-laki dalam lagu tersebut dengan memohon kepada pasangannya meminta agar diberikan waktu untuk menunjukkan dirinya sebagai laki-laki yang gagah, kuat dan perkasa sebagaimana menjadi ukuran yang harus dimiliki untuk menjadi laki-laki sejati.

Kemudian dapat ditarik kesimpulan makna keseluruhan dari bait keempat tersebut, laki-laki dalam lagu “Rahasiaku” tidak nampak sebagai makhluk paling kuat. Karena dia merasa tidak mampu untuk memuaskan pasangannya. Dia berusaha memohon kepada pasangannya agar diberikan waktu untuk membuktikan bahwa mampu menjadi laki-laki perkasa sebagaimana menjadi ukuran yang harus dimiliki laki-laki sejati. Padahal masyarakat umumnya mengenai pelabelan laki-laki bahwa kehebatan laki-laki dilekatkan pada maskulinitas maupun kemampuan seksualnya. Namun dalam hal ini menjadikan posisi perempuan lebih kuat, dan mempunyai kekuasaan lebih tinggi daripada laki-laki. Karena hal itu akan menjadi sebuah penentu keputusan dari pihak perempuan untuk mempertahankan hubungannya atas ketidakberdayaan seorang laki-laki yang tidak mampu menjadi sosok yang kuat dan perkasa. Kesungguhan


(2)

laki-laki dalam lirik lagu ini dengan memohon kepada pasangannya agar diberi kesempatan dalam membuktikan keperkasaannya sebagai laki-laki, menandakan dia benar-benar mencintai pasangannya, tidak ingin membuat pasangannya kecewa, dan khawatir bila pasangannya memilih untuk meninggalkannya.

Bila dikaji secara cermat berdasarkan pembahasan seluruh lirik lagu “Rahasiaku”, makna dalam lagu ini menggambarkan adanya konsep gender yang dapat dipertukarkan, bahwa perempuan mempunyai posisi peran yang sama atau setara dengan laki-laki. Misalnya, bahwa perempuan dikenal lemah lembut, cantik, emosional, atau keibuan. Sementara laki-laki dianggap kuat, rasional, jantan, perkasa. Ciri dari sifat itu, merupakan sifat-sifat yang dapat dipertukarkan. Artinya laki-laki juga bisa menjadi emosional, lemah lembut, keibuan. Sementara perempuan ada juga menjadi sosok yang kuat, rasional, perkasa.

Selain itu, masyarakat masih memiliki anggapan bahwa tugas utama kaum perempuan adalah melayani suami. Namun dalam lirik lagu “Rahasiaku” telah dipertukarkan peranan tersebut, karena pihak laki-laki juga berkewajiban melayani pihak perempuan. Bahkan perempuan bisa menjadi sosok yang lebih perkasa daripada laki-laki. Maka, dalam hal ini pihak perempuan yang mempunyai kekuasaan lebih tinggi daripada laki-laki. Maka pihak perempuan yang berhak menentukan untuk mengambil keputusan dalam mempertahankan hubungannya atas ketidakberdayaan seorang laki-laki yang tidak mampu menjadi sosok yang kuat dan perkasa.


(3)

75 5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan interpretasi terhadap penggambaran kesetaraan gender yang terdapat dalam lirik lagu “Rahasiaku” dengan menggunakan metode semiotik Saussure, peneliti dapat menarik kesimpulan dalam lirik lagu tersebut yaitu sebagai berikut :

1. Dalam lirik lagu “Rahasiaku”, laki-laki digambarkan sebagai makhluk yang lemah. Dia berusaha memohon kepada pasangannya agar memberikan kesempatan untuk usahanya dalam membuktikan, bahwa dia bisa menjadi sosok laki-laki sempurna layaknya laki-laki sejati yang gagah, kuat, dan perkasa.

2. Kesetaraan gender dalam lirik lagu ini digambarkan sebagai bentuk kekuasaan perempuan atas ketidakberdayaan seorang laki-laki yang tidak mampu menjadi sosok yang kuat dan perkasa. Karena terdapat konsep gender yang dapat dipertukarkan, bahwa perempuan mempunyai posisi peran yang sama atau setara dengan laki-laki. Permohonan yang dilakukan laki-laki dalam lirik lagu tersebut menjadi sebuah penentu keputusan dari pihak perempuan untuk mempertahankan hubungannya.

3. Dalam lirik lagu ini, peneliti juga menyimpulkan bahwa terdapatnya kontradiksi antara stereotipe gender yang oleh masyarakat dianggap ideal.


(4)

5.2. Saran

Beberapa saran yang dapat penulis berikan, yang berkaitan dengan hasil penelitian ini, adalah :

1. Melalui penelitian ini, masyarakat terutama yang sudah menikah diharapkan dapat saling terbuka dalam berkomunikasi, serta lebih responsif terhadap pasangannya, untuk mempertahankan hubungannya. Sehingga dapat menciptakan sebuah kerukunan dan kebahagiaan dalam berumah tangga. 2. Masyarakat diharapkan lebih peka terhadap permasalahan atau fenomena

yang terjadi dewasa ini. Terutama mengenai permasalahan gender yang terjadi pada laki-laki dan perempuan. Karena ketimpangan gender yang diikur semata-mata oleh pandangan luar, bisa menjadi bias makna.

3. Sekiranya bagi para pencipta lagu diharapkan dapat menciptakan lirik-lirik lagu yang bermakna serta berkualitas sebagai sarana penyampaian informasi mengenai fenomena-fenomena yang terjadi di dewasa ini, untuk menyadarkan masyarakat akan kehidupan nyata yang semakin lama semakin berkembang di masyarakat.


(5)

DAFTAR PUSTAKA Buku :

Fakih, Mansour, 1996. Analisis Gender dan Transformasi Sosial, Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Fiske, John, 2010. Cultural and Communiction Studies, Yogyakarta : Jalasutra

Hidayana, Irwan M, 2004. Seksualitas : Teori dan Realitas, Jakarta : FISIP Universitas Indonesia

Subandy, Idi, 2007. Budaya Populer Sebagai Komunikasi. Yogyakarta : Jalasutra Kurniawan, 2001. Semiologi Rolands Barthes, Magelang : Indonesiatera

Meleong, Lexi, 2002. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Mosse, Julia Cleves, 1996. Gender dan Pembangunan, Yogyakarta : Pustaka Pelajar Mulyana, Deddy, 2005. Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar, Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya

Sobur, Alex, 2006. Semiotika Komunikasi, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Suparto, 2000. Seks Untuk Lansia, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Storey, Jhon, 2007. Cultural Studies dan Kajian Budaya Pop, Yogyakarta : Jalasutra Subagyo, Fasih, 2006. Terampil Bermain Musik, Solo : PT. Tiga Serangkai Pustaka

Mandiri

Tubbs, Stewart. L, dan Moss, 1994. Human Communication, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya


(6)

Internet :

(http://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:49TdSBU9DJcJ:lip4.bkkbn.go.id/file .php/1/moddata/forum/9/143/Konsep-dan-Teori-gender.pdf)

http://forumm.wgaul.com/archive/index.php/t-5831.html http://www.gigionline.com/v2/profile.php

http://www.hariankomentar.com/arsip/arsip_2007/mar_08/lkOpin001.html (http://www.scribd.com/doc/2591144/-Konsep-Gender)

http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2009/08/06/75558/Meningkat-Kasus-Istri-Gugat-Cerai


Dokumen yang terkait

PEMAKNAAN LIRIK LAGU “PALING SUKA 69” (Studi Semiotik Tentang Pemaknaan Lirik Lagu ”Paling Suka 69” yang Dibawakan oleh Julia Perez).

1 11 90

PEMAKNAAN LIRIK LAGU (Studi Semiotik Pemaknaan Pada Lirik lagu “ABG Tua” oleh Pl4t Band).

0 1 149

PEMAKNAAN LIRIK LAGU (Studi Semiotik Pemaknaan Pada Lirik lagu “ABG Tua” oleh Pl4t Band).

0 1 149

PENGGAMBARAN LAKILAKI DALAM LIRIK LAGU “SELIR HATI” ( Studi Semiotik Tentang Penggambaran Laki-laki Dalam Lirik Lagu “Selir Hati” yang dipopulerkan oleh grup band TRIAD Dalam Album TRIAD).

5 38 114

PENGGAMBARAN KEPASRAHAN DALAM LIRIK LAGU “Jangan Menyerah” (Studi Semiotik Tentang Penggambaran Kepasrahan Dalam Lirik Lagu “Jangan Menyerah” Karya Grup Band D’Masiv).

9 66 75

REPRESENTASI CINTA DAMAI DALAM LIRIK LAGU ” PERDAMAIAN ’’ (Studi Semiologi Representasi Dalam Lirik Lagu ’’ Perdamaian ’’ Oleh Band GIGI).

0 5 64

PENGGAMBARAN KESETARAAN GENDER PADA LIRIK LAGU “RAHASIAKU” (Studi Semiotik Dalam Lirik Lagu “Rahasiaku” yang Dibawakan oleh Grup Band Gigi).

0 0 18

LIRIK LAGU “GENERASI FRUSTASI” (Studi Semiotik Tentang Representasi Kehidupan Keluarga Dalam Lirik Lagu “Generasi Frustasi” yang dibawakan oleh Iwan Fals)

0 3 20

PENGGAMBARAN LAKILAKI DALAM LIRIK LAGU “SELIR HATI” ( Studi Semiotik Tentang Penggambaran Laki-laki Dalam Lirik Lagu “Selir Hati” yang dipopulerkan oleh grup band TRIAD Dalam Album TRIAD).

0 0 20

PEMAKNAAN LIRIK LAGU (Studi Semiotik Pemaknaan Pada Lirik lagu “ABG Tua” oleh Pl4t Band)

0 0 82