Pajak Bumi dan Bangunan PBB

Adapun hak dan kewajiban wajib pajak yaitu :  Hak Wajib Pajak a. Menerima SPPT PBB setiap tahun pajak, paling lambat bulan Juni atau satu bulan setelah menyerahkan Surat Pemberitahuan Objek Pajak SPOP. b. Mendapatankan penjelasan segala sesuatunya yang berhubungan dengan ketetapan PBB. c. Mengajukan keberatan dan pengurangan. d. Mendapatkan Surat tanda Terima Setoran STTS PBB dari Bank atau Kantor Pos dan Giro yang tercantum pada SPPT atau Tanda Terima Sementara TTS dari petugas pemungutan PBB Kelurahan yang ditunjuk resmi.  Kewajiban Wajib Pajak a. Menanda tangani bukti terima SPPT dan mengirimnya kembali kepada LurahKepala DesaDinas Pendapatan DaerahKantor Penyuluhan Pajak untuk diteruskan ke atau Kantor Pelayanan PBB yang menerbitkan SPPT. b. Melunasi PBB pada tempat yang telah ditentukan.

2.5 Pajak Bumi dan Bangunan PBB

2.5.1 Pengertian PBB

Banyak para ahli dalam bidang perpajakan memberikan pengertian atau definisi mengenai PBB yang berbeda-beda, namun berbagai perbedaan definisi tersebut mempunyai tujuan dan maksud yang sama hanya saja sudut pandang dari para ahli perpajakan tersebut yang berbeda. Berikut merupakan definisi PBB menurut beberapa ahli perpajakan : Universitas Sumatera Utara Menurut Widodo, Atim Widodo dan Hendro Puspita 2010:2 : “Pajak Bumi dan Bangunan PBB adalah Pajak Negara yang dikenakan terhadap bumi dan bangunan berdasarkan Undang-undang No.12 tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang No.12 tahun1994 yaitu merupakan pajak yang bersifat kebendaan atau pajak yang bersifat objektif dalam arti besarnya pajak yang terutang ditentukan oleh keadaan objek yaitu bumi tanah dan atau bangunan.” Menurut Liliawati Muljono 1999:5 : “Pajak Bumi dan Bangunan PBB adalah pajak yang bersifat kebendaan dalam arti besarnya pajak terutang ditentukan oleh keadaan objek yaitu bumitanah danatau bangunan. Keadaan subjek siapa yang membayar tidak ikut menentukan besarnya pajak.” Menurut Darwin 2009:6 : “Pajak Bumi dan Bangunan PBB adalah pajak yang dikenakan atas harta tidak bergerak yang berupa bumi danatau bangunan.” Menurut Soemitro dan Muttaqin 2001:5 : “Pajak Bumi dan Bangunan PBB adalah pajak yang dikenakan atas harta tidak bergerak yang bermaksud mengenakan pajak atas bumi dan bangunan.” Dari definisi-definisi diatas dapat ditarik kesimpulan secara umum yaitu mengenai PBB. Pajak Bumi dan Bangunan PBB merupakan pajak yang bersifat kebendaan yang dikenakan atas harta tidak bergerak yaitu bumi danatau bangunan, sebagaimana tercantum dalam Pasal 1 UU Pajak Bumi dan Bangunan, yang dimaksud dengan bumi disini adalah pemukaan bumi perairan dan tubuh bumi yang berada dibawahnya sedangkan bangunan disini adalah konstruksi teknik yang ditanamkan atau diletakan secara tetap pada tanah danatau perairan ang diperuntukkan sebagai tempat tinggal, atau tempat berusaha, atau tempat yang dapat diusahakan. Universitas Sumatera Utara

2.5.2 Subjek PBB

Yang menjadi subjek PBB adalah badan atau pribadi yang secara nyata :  Mempunyai hak atas bumitanah, dan atau;  Memperoleh manfaat atas bumitanah, dan atau;  Memiliki, menguasai atas bangunan, dan atau;  Memperoleh manfaat atas bangunan. Pengertian secara nyata disini mempunyai suatu hak atas bumi yang dibuktikan dengan sertifikat, sedangkan memperoleh manfaat atas bumi dibuktikan dengan adanya pengelolahan atas bumi tersebut oleh pribadi atau badan yang bersangkutan sehingga mereka memperoleh hasil dari bumi yang dikelolahnya. Sedangkan memiliki, menguasai danatau memperoleh manfaat atas bangunan mencakup siapa saja yang memiliki, menguasai danatau memperoleh manfaat atas bangunan tersebut. Dari pengertian di atas tersebut seseorang yang memiliki tanah danatau bangunan merupakan subjek pajak, penyewa atas tanah dan bangunan tersebut juga merupakan subjek pajak karena keduanya sama-sama memperoleh manfaat atas bumi danatau bangunan yang dimiliki atau disewanya.

2.5.3 Objek PBB

Objek dalam PBB adalah berupa bumi danatau bangunan. Pengertian bumi danatau bangunan yang telah tertuang dalam pasal 1 ayat 1 dan 2 yaitu : 1. Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada dibawahnya 2. Bangunan adalah kontruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan atau perairan Objek didalam PBB dibagi menjadi dua yaitu : 1. Objek yang dikenakan PBB Universitas Sumatera Utara Permukaan bumi meliputi tanah dan perairan pedalaman serta perairan laut Indonesia, diantaranya adalah sebagai berikut : a. Sawah b. Ladang c. Kebun d. Tanah pekarangan e. Pertambangan f. Perairan untuk pelabuhan Objek yang termasuk dalam pengertian bangunan adalah sebagai berikut : a. Jalan lingkungan yang terletak disebuah komplek bangunan seperti hotel, pabrik dan emplasemennya dan lain-lainnya yang merupakan satu kesatuan dengan komplek bangunan tersebut; b. Jalan tol; c. Pagar mewah; d. Tempat olah raga; e. Galangan kapal, dermaga; f. Taman mewah; g. Tempat penampungan kilang minyak, air dan gas; h. Fasilitas lain yang memberikan manfaat. 2. Objek pajak yang tidak dikenakan PBB a. Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di bidang sosial, kesehatan, agama, pendidikan dan kebudayaan nasional, yang tidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan. Contohnya yaitu : Pesantren atau sejenisnya, Madrasah, Tanah wakaf dan Rumah sakit. b. Digunakan oleh badan atau pewakilan organisasi internasional yang ditentukan oleh Menteri Keuangan. c. Dilakukan oleh perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik. Universitas Sumatera Utara d. Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah penggembalaan yang dikuasai oleh desa dan tanah negara yang belum dibebani suatu hak. e. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala atau sejenisnya.

2.5.4 Dasar Pengenaan PBB

2.5.4.1 Nilai Jual Objek Pajak NJOP

Dasar pengenaan PBB adalah Nilai Jual Objek Pajak NJOP. Besarnya NJOP ditetapkan setiap tiga tahun oleh Menteri Keuangan, kecuali untuk daerah tertentu ditetapkan setiap tahun sesuai dengan perkembangan daerah tersebut. NJOP ditetapkan perwilayah berdasarkan keputusan Menteri Keuangan dengan mendengarkan pertimbangan BupatiWalikota serta memperhatikan : 1. Harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar; 2. Perbandinagn harga dengan objek lain yang sejenis yang letaknya berdekatan dan fungsinya sama dan telah diketahui harga jualnya; 3. Niali Perolehan Baru; 4. Penentuan Nilai Jual Objek Pajak pengganti.

2.5.4.2 Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak NJOPTKP

Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak NJOPTKP adalah batar NJOP atas bumi danatau bangunan yang tidak kena pajak. Besarnya NJOPTKP untuk setiap daerah KabupatenKota adalah Rp. 8.000.000,- dan setinggi-tinnginya adalah Rp. 12.000.000,- dengan ketentuan yaitu : 1. Setiap Wajib Pajak WP memperoleh pengurangan NJOPTKP sebanyak satu kali dalam satu Tahun Pajak. Universitas Sumatera Utara 2. Apabila pajak mempunyai beberapa Objek Pajak, maka yang mendapat pengurangan NJOPTKP hanya satu objek pajak yang nilainya terbesar dan tidak bisa digabungkan dengan Objek Pajak lainnya. Keputusan tentang penyesuaian besarnya NJOPTKP sebagai dasar perhitungan PBB diatur dalam keputusan Menteri Keuangan Nomor. 201KMK.042000.

2.6 Pengertian Wajib Pajak WP