Pemrograman Absolut Pemrogramman Relatif inkremental

405 Dari segi jenisnya mesin perkakas CNC dapat dibagi menjadi tiga jenis, antara lain: a mesin CNC 2A yaitu mesin CNC 2 aksis, karena gerak pahatnya hanya pada arah dua sumbu koordinat aksis yaitu X, dan Z, atau dikenal dengan mesin bubut CNC. b mesin CNC 3A, yaitu mesin CNC 3 aksis atau mesin yang memiliki gerakan sumbu utama ke arah sumbu koordinat X, Y, dan Z, atau dikenal dengan mesin frsais CNC. c mesin CNC kombinasi arbeitscentrum , yaitu mesin CNC bubut dan frais yang dilengkapi dengan peralatan pengukuran sehingga dapat melakukan pengontrolan kualitas benda kerja yang dihasilkan. Mesin CNC pada umumnya berupa mesin CNC bubut dan mesin CNC frais.

2.2 Dasar-Dasar Pemograman Mesin CNC

Ada beberapa langkah yang harus dilakukan seorang programmer sebelum menggunakan mesin CNC, pertama mengenal beberapa sistem koordinat yang ada pada mesin CNC, yaitu: a sistem koodinat kartesius, yang terdiri dari koordinat mutlak absolut dan koordinat berantairelatif inkremental , dan b sistem koordinat kutub koordinat polar , yang terdiri dari koordinat mutlak absolut dan koordinat relatifberantai inkremental . Selanjutnya menentukan system koordinat yang akan digunakan dalam pemograman. Apakah program akan menggunakan pemograman dengan metode absolut atau inkremental . Pada umumnya sistem koordinat yang sering digunakan antara lain system koordinat kartesius, yaitu koordinat mutlak absolut dan koordinat relatifberantai incremental . Langkah kedua adalah memahami prinsip gerakan sumbu utama dalam mesin CNC.

2.2.1 Pemrograman Absolut

Pemrograman absolut adalah pemrogramman yang dalam menentukan titik koordinatnya selalu mengacu pada titik nol benda kerja. Kedudukan titik dalam benda kerja selalu berawal dari titik nol sebagai acuan pengukurannya. Sebagai titik referensi benda kerja letak titik nol sendiri ditentukan berdasarkan bentuk benda kerja dan keefektifan program yang akan dibuat. Penentuan titik nol mengacu pada titik nol benda kerja TMB. Pada pemrogramman benda kerja yang rumit, melalui kode G tertentu titik nol benda kerja TMB bisa dipindah sesuai kebutuhan untuk memudahkan pemrogramman dan untuk menghindari kesalahan pengukuran. Pemrogramman absolut dikenal juga dengan sistem pemrogramman mutlak, di mana pergerakan alat potong mengacu pada titik nol benda kerja. Kelebihan dari sistem ini bila terjadi kesalahan pemrogramman hanya berdampak pada titik yang bersangkutan, sehingga lebih mudah dalam melakukan koreksi. Berikut ini contoh pengukuran dengan menggunakan metode absolut. Di unduh dari : Bukupaket.com 406 Y C A B Titik Koordinat Absolut X , Y A B C 1, 1 5, 1 3, 3 Gambar 20. Pengukuran Metode Absolut

2.2.2 Pemrogramman Relatif inkremental

Pemrogramman inkremental adalah pemrogramman yang pengukuran lintasannya selalu mengacu pada titik akhir dari suatu pengukuran. Titik akhir suatu lintasan merupakan titik awal untuk pengukuran lintasan berikutnya atau penentuan koordinatmya berdasarkan pada perubahan panjang pada sumbu X ?X dan perubahan panjang lintasan sumbu Y ?Y. Titik nol benda kerja mengacu pada titik nol sebagai titik referensi awal, letak titik nol benda kerja ditentukan berdasarkan bentuk benda kerja dan keefektifan program yang akan dibuatnya. Penentuan titik koordinat berikutnya mengacu pada titik akhir suatu lintasan. Sistem pemrogramman inkremental dikenal juga dengan sistem pemrogramman berantai atau relative koordinat. Penentuan pergerakan alat potong dari titik satu ke titik berikutnya mengacu pada titik pemberhentian terakhir alat potong. Penentuan titik setahap demi setahap. Kelemahan dari sistem pemrogramman ini, bila terjadi kesalahan dalam penentuan titik koordinat, penyimpangannya akan semakin besar. Berikut ini contoh dari pengukuran inkremental. X Di unduh dari : Bukupaket.com 407 Y C A B Titik Koordinat Inkremental ? X , ? Y A B C 1 , 1 4 , 0 -2 , 2 Gambar 21. Pengukuran metode inkremental

2.2.3 Pemrogramman Polar