Curah hujan diukur dalam satuan milimeter mm. Pengukuran curah hujan dilakukan melalui alat yang disebut penakar curah hujan dan diukur setiap jam 07
pagi waktu setempat.
2.4.3 Jenis Hujan Berdasarkan Ukuruan Butirnya
a. Hujan gerimis drizzle, diameter butirannya kurang dari 0,5 mm. b. Hujan salju, terdiri dari kristal-kristal es yang suhunya berada dibawah 0°
Celsius. c. Hujan batu es, curahan batu es yang turun dalam cuaca panas dari awan
yang suhunya dibawah 0° Celsius. d. Hujan deras rain, curahan air yang turun dari awan dengan suhu diatas 0°
Celsius dengan diameter ±7 mm.
2.4.4 Jenis Hujan berdasarkan Besarnya Curah Hujan
a. hujan sedang, 20 - 50 mm per hari. b. hujan lebat, 50-100 mm per hari.
c. hujan sangat lebat, di atas 100 mm per hari.
2.4.5 Alat Pengukur Curah Hujan
Presipitasihujan adalah suatu endapan dalam bentuk padatcair hasil dari proses kondensasi uap air di udara yang jatuh kepermukaan bumi. Satuan ukur
untuk presipitasi adalah Inch, millimetres volumearea, atau kgm
2
massarea untuk precipitation bentuk cair. 1 mm hujan artinya adalah ketinggian air hujan
dalam radius 1 m
2
adalah setinggi 1 mm, apabila air hujan tersebut tidak mengalir, meresap atau menguap. Pengukuran curah hujan harian sedapat mungkin
dibacadilaporkan dalam skala ukur 0.2 mm apabila memungkinkan menggunakan resolusi 0.1 mm. Prinsip kerja alat pengukur curah hujan antara
lain : pengukur curah hujan biasa observariaum curah hujan yang jatuh diukur tiap hari dalam kurun waktu 24 jam yang dilaksanakan setiap pukul 00.00 GMT,
pengukur curah hujan otomatis melakukan pengukuran curah hujan selama 24 jam dengan merekam jejak hujan menggunakan pias yang terpasang dalam jam alat
otomatis tersebutdan dilakukan penggantian pias setiap harinya pada pukul 00.00
Universitas Sumatera Utara
GMT, sedangkan pengukuran curah hujan digital dimana curah hujan langsung terkirim kemonitor komputer berupa data sinyal yang telah diubah kedalam
bentuk satuan curah hujan.
2.5 SISTEM KLASIFIKASI OLDEMAN
Klasifikasi iklim yang dilakukan oleh Oldeman didasarkan kepada jumlah kebutuhan air oleh tanaman, terutama pada tanaman padi. Penyusunan tipe
iklimnya berdasarkan jumlah bulan basah yang berlangsung secara berturut-turut. Oldeman et al. 1980 mengungkapkan bahwa kebutuhan air untuk
tanaman padi adalah 150 mm per bulan, sedangkan untuk tanaman palawija adalah 70 mmbulan. Dengan asumsi bahwa peluang terjadinya hujan yang sama
adalah 75, maka untuk mencukupi kebutuhan air tanaman padi 150 mmbulan diperlukan curah hujan sebesar 220 mmbulan, untuk mencukupi kebutuhan air
untuk tanaman palawija diperlukan curah hujan sebesar 120 mmbulan. Maka menurut Oldeman suatu bulan dikatakan bulan basah apabila mempunyai curah
hujan bulanan lebih besar dari 200 mm dan dikatakan bulan kering apabila curah hujan bulanan lebih kecil dari 100 mm.
Gambar 2.2. Alat pengukur curah hujan jenis otomatis
Universitas Sumatera Utara
Lamanya periode
pertumbuhan padi
terutama ditentukan
oleh jenisvarietas yang digunakan, sehingga periode 5 bulan basah berurutan dalam
satu tahun dipandang optimal untuk satu kali tanam. Jika lebih dari 9 bulan basah maka petani dapat melakukan 2 kali masa tanam. Jika kurang dari 3 bulan basah
berurutan, maka tidak dapat membudidayakan padi tanpa irigasi tambahan Bayong, 2004.
Oldeman et al.1980 membagi lima zona iklim dan lima sub zona iklim. Zona iklim merupakan pembagian dari banyaknya jumlah bulan basah berturut-
turut yang terjadi dalam setahun, sedangkan sub zona iklim merupakan banyaknya jumlah bulan kering berturut-turut dalam setahun. Pemberian nama Zone iklim
berdasarkan huruf yaitu zone A, zone B, zone C, zone D dan zone E, sedangkan pemberian nama sub zone berdasarkan angka yaitu sub 1, sub 2, sub 3 sub 4 dan
sub 5. Zone A dapat ditanami padi terus menerus sepanjang tahun. Zone B hanya
dapat ditanami padi 2 periode dalam setahun. Zone C, dapat ditanami padi 2 kali panen dalam setahun, dimana penanaman padi yang jatuh saat curah hujan di
bawah 200 mm per bulan dilakukan dengan sistem gogo rancah. Zone D, hanya dapat ditanami padi satu kali masa tanam. Zone E, penanaman padi tidak
dianjurkan tanpa adanya irigasi yang baik. Oldeman et al., 1980. Penentuan tipe iklim Oldeman dapat dilihat pada Tabel, sedangkan
penentuan zona agroklimat Oldeman dapat dilihat pada Tabel 2.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1. Kriteria penentuan tipe iklim Oldeman Zone
Klasifikasi Bulan Basah
Bulan Kering A1
10-12 Bulan 0-1 Bulan
A2 10-12 Bulan
2 Bulan B1
7-9 Bulan 0-1 Bulan
B2 7-9 Bulan
2-3 Bulan B3
7-9 Bulan 4-5 Bulan
C1 5-6 Bulan
0-1 Bulan C2
5-6 Bulan 2-3 Bulan
C3 5-6 Bulan
4-6 Bulan C4
5 Bulan 7 Bulan
D1 3-4 Bulan
0-1 Bulan D2
3-4 Bulan 2-3 Bulan
D3 3-4 Bulan
4-6 Bulan D4
3-4 Bulan 7-9 Bulan
E1 0-2 Bulan
0-1 Bulan E2
0-2 Bulan 2-3 Bulan
E3 0-2 Bulan
4-6 Bulan E4
0-2 Bulan 7-9 Bulan
E5 0-2 Bulan
10-12 Bulan A
B
C
D
E
Sumber : Oldeman et al., 1980
2.6 MATLAB
2.6.1 Pengertian Matlab
Matlab adalah suatu software pemrograman perhitungan dan analisis yang banyak digunakan dalam semua area penerapan matematika baik bidang
pendidikan maupun penelitian pada universitas dan industri. Dengan matlab, maka perhitungan matematis yang rumit dapat diimplementasikan dalam program
dengan lebih mudah. Matlab merupakan singkatan dari MATriks LABoratory dan berarti
software ini dibuat berdasarkan vektor-vektor dan matrik-matrik. Hal ini
mengakibatkan software ini pada awalnya banyak digunakan pada studi aljabar linier, serta juga merupakan perangkat yang tepat untuk menyelesaikan persamaan
aljabar dan diferensial dan juga untuk integrasi numerik.
Universitas Sumatera Utara
Matlab memiliki perangkat grafik yang powerful dan dapat membuat gambar-gambar dalam 2D dan 3D. Dalam hal pemrograman, Matlab serupa
dengan bahasa C dan bahkan salah satu dari bahasa pemrograman termudah dalam hal penulisan program matematik. Matlab juga memiliki beberapa toolbox yang
berguna untuk pengolahan sinyal signal processing, pengolahan gambar image processing
, dan lain-lain.
2.6.2 Perbedaan matlab dengan software pemograman lain
Terdapat perbedaan yang signifikan antara Matlab dengan software pemrograman lainnya CC++, Visual Basic, Java, dan lain-lain. Perbedaan yang
utama antara keduanya dapat dilihat dari tiga faktor yaitu tujuan penggunaannya, fitur yang disediakan dan orientasi hasil masing-masing
Ditinjau dari segi orientasi hasilya, software pemrograman lain lebih berorientasi sebagai program untuk menghasilkan solusi program baru yang
eksekusinya cepat, reliable dan efektif terhadap berbagai kebutuhan. Sedangkan Matlab lebih berorientasi spesifik untuk memudahkan penuangan rumus
perhitungan matematis. Dalam hal ini dengan Matlab maka pembuatan program matematis yang kompleks bisa menjadi lebih singkat waktunya namun bisa jadi
eksekusi program Matlab ini jauh lebih lambat dibandingkan bila dibuat dengan software pemrograman lainnya.
2.6.3 Aplikasi Matlab