Keadaan Tempat dan Peralatan Makan Sikap dan Perilaku Petugas yang Menghidangkan Makanan Landasan Teori

pasien rawat inap sangat penting diperhatikan, khususnya untuk makan pagi hal ini disebabkan karena waktu makan malam dengan makan pagi jarak waktunya terlalu panjang Hartono, 2000. Penelitian Nuryati 2008, menyimpulkan bahwa pasien rawat inap di RS Bhakti Wira Tamtama Semarang menyatakan waktu penyajian tepat 91,4, cara penyajian makanan sebagian besar 97,1 menyatakan menarik, rasa makanan yang disajikan ke pasien sebagian besar menyatakan enak sebanyak 94,3. Demikian juga Hasil penelitian Tanaka 1998, bahwa pasien puas dengan waktu pemberian makan yang dianggap tepat untuk makan pagi, siang dan malam.

d. Keadaan Tempat dan Peralatan Makan

Menurut Sediaoetama 2000, peralatan yang digunakan dalam menyajikan makanan ikut mempengaruhi penerimaan pasien terhadap makanan tersebut, sehingga pada saat menghidangkan makanan perlu diperhatikan peralatan yang digunakan harus sesuai dengan jenis makanan dan tingkat kualitas makanan. Dalam menyajikan makanan rumah sakit paling tidak harus ada alat makan yang sesuai dengan dietnya, seperti: untuk makanan biasa harus ada tempat nasi, tempat lauk, tempat sayur, tempat buah serta sendok dan garpu. Juga penting disediakan tutup makanan mengingat tidak semua pasien dapat langsung menyantap makanan akibat kondisinya. Hasil penelitian Tanaka 1998, menyimpulkan bahwa pasien rawat inap dewasa di RSU Tangerang beranggapan bahwa penggunaan alat makan dianggap kurang lengkap dan kurang sesuai. Dengan demikian disarankan penggunaan alat Universitas Sumatera Utara makan yang lengkap dan sesuai mungkin perlu dipertimbangkan sebagai kelengkapan untuk meningkatkan daya terima makan.

e. Sikap dan Perilaku Petugas yang Menghidangkan Makanan

Penyebab timbulnya penurunan selera makan pasien diantaranya adalah menyediakan makanan yang kurang memperhatikan sifat organoleptik, lingkungan fisik yang kurang mendukung, komunikasi perawat dan petugas gizi yang kurang memadai dan rasa sakit yang diderita pasien. Dalam hal sosial budaya yaitu orang sakit yang dirawat di rumah sakit berasal dari kelompok masyarakat yang berbeda beda, baik adat istiadat, kepercayaan, kebiasaan dan nilai-nilai yang mereka anut, bahkan mungkin juga pandangan hidup. Keseluruhan faktor ini secara bersama sama membentuk perilaku manusia terhadap makan Budiyanto, 2002.

2.4 Landasan Teori

Pelayanan kesehatan di rumah sakit bertujuan agar tercapai kesembuhan dalam waktu sesingkat mungkin dengan salah satu upayanya adalah dengan pelayanan makanan yang baik. Indikator pelayanan makanan di rumah sakit mengacu kepada pendapat Sabarguna 2004, yaitu: a variasi menu makanan, b cara penyajian makanan, c ketepatan waktu menghidangkan makanan, d keadaan tempat dan peralatan makan piring, sendok, dan lain-lain, e sikap dan perilaku petugas yang menghidangkan makanan. Indikator kepuasan pasien terhadap pelayanan makanan mengacu kepada pendapat Kotler 2003 yang menyatakan bahwa tingkat kepuasan yang melebihi apa Universitas Sumatera Utara yang diharapkan atau kepuasan tinggi highly satisfied, hasil kerja sama dengan yang diharapkan atau puas satisfied, sedangkan apabila hasil tersebut jauh di bawah harapan, seseorang akan merasa tidak puas dissatisfied. Dimensi kepuasan dikaitkan dengan pelayanan makanan di RSUD Aceh Tamiang.

2.5 Kerangka Konsep