D. Pajak Hotel Sebagai Salah Satu Sumber Penerimaan Daerah
Undang – Undang nomor 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, memperlihatkan adanya upaya untuk
memperkuat struktur keuangan daerah yang dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri. Pengaturan
pembagian keuangan antara pusat dan daerah dalam pemerintahan yang terdesentralisasi akan menimbulkan masalah bagi harmonisasi hubungan
pemerintah pusat dan daerah, apabila tidak diatur secara jelas dan adil. Untuk mewujudkan otonomi di daerah, kemampuan keuangan daerah
merupakan salah satu faktor penting karena sesuai dengan azas Desentralisasi daerah Kabupaten dan Kota sebagai daerah otonom berhak mengatur dan
mengurus rumah tangganya sendiri. Dengan demikian peran Pendapatan Asli Daerah PAD terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD akan
sangat menentukan sekali tingkat kemandirian suatu daerah, karena pada hakekatnya otonomi daerah itu adalah kemandirian.
Secara makro, pelaksanaan desentralisasi fiskal telah membawa perubahan-perubahan yang cukup nyata pada pola hubungan antara anggaran
pemerintah pusat dan daerah. Secara umum terlihat bahwa desentralisasi membawa peningkatan pada expenditure assignment pengeluaran belanja
pemerintah daerah sementara revenue assignmentnya pendapatan justru menunjukkan penurunan.
Hal ini menunjukkan bahwa makin banyak tanggung-jawab diberikan kepada daerah sementara kemampuan pemerintah daerah untuk memperoleh
Universitas Sumatera Utara
pendapatan justru relatif menurun. Fenomena ini terjadi karena pajak-pajak yang dipegang oleh pemerintah daerah atau Kota adalah relatif pajak-pajak yang
bersifat elastis terhadap tarif pajak besaran tarif pajak relatif tidak terlalu besar. Kesenjangan antara penerimaan dan pengeluaran inilah yang ditutup oleh
pemerintah pusat melalui ketentuan bagi hasil dan DAU. Relatif kecilnya PAD terhadap total penerimaan di sebagian besar daerah
menyebabkan daerah berlomba-lomba untuk meningkatkan PAD, baik secara intensifikasi maupun ekstensifikasi. Hal ini seringkali terjadi karena banyak
daerah atau Kota yang menganggap bahwa PAD merupakan suatu ukuran kemandirian suatu daerah.
Secara umum, peluang untuk melakukan intensifikasi pajak masih dimungkinkan karena masih banyak terjadinya tax evasionavoidance
penghindaran terhadap kewajiban mebayar pajak, kelemahan pada pemerintah daerah atau Kota dalam menghitung potensi pajaknya, maupun rigiditas
penentuan tarif pajak. Sementara itu sejumlah daerah juga berlomba-lomba untuk meningkatkan PAD melalui upaya ekstensifikasi pajak. Upaya ini apabila tidak
dilakukan secara cermat akan justru menimbulkan distorsi kesenjangan terhadap pasar serta menciptakan disinsentif bagi iklim usaha dan investasi. Oleh karena
itu, upaya demikian dikhawatirkan justru menciptakan trade-off antara tujuan jangka pendek meningkatkan penerimaan melalui peningkatan PAD sebanyak-
banyaknya dan tujuan jangka panjang meningkatkan penerimaan melalui peningkatan PDRB karena munculnya berbagai kegiatan investasi dan kegiatan
usaha di daerah.
Universitas Sumatera Utara
Ciri utama yang menunjukkan daerah otonom mampu berotonomi terletak pada kemampuan keuangan daerahnya. Artinya, daerah otonom harus memiliki
kewenangan dan kemampuan untuk menggali sumber-sumber keuangan sendiri, mengelola dan menggunakan keuangan sendiri yang cukup memadai untuk
membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerahnya dan salah satu faktor yang mempengaruhi dalam pelaksanaan otonomi daerah adalah faktor keuangan yang
baik. Istilah keuangan disini mengandung arti bahwa setiap hak yang berhubungan dengan masalah uang, antara lain berupa sumber pendapatan, jumlah uang yang
cukup dan pengelolaan keuangan yang sesuai dengan tujuan dan peraturan yang berlaku.
Sebagaimana tertuang dalam Rencana Strategis Kota Berastagi bahwa kebijaksanaan di bidang Keuangan Daerah, ditujukan kepada peningkatan peranan
potensi Daerah Kota Berastagi menjadi kekuatan inti dalam proses pembangunan daerah. Terlaksananya efesiensi pembiayaan dalam penyelenggaraan Otonomi
Daerah serta mantapnya Manajemen Keuangan Daerah, dapat diartikan bahwa : 1.
Peningkatan potensi daerah Kota Berastagi menjadi potensi riil dalam proses pembangunan daerah, diharapkan Pendapatan Asli Daerah PAD semakin
berkembang dan hubungan yang serasi antara Keuangan Pusat dan Daerah senantiasa tetap terjamin.
2. Pengupayaan terwujudnya efesiensi pembiayaan terutama yang bertalian
dengan penyelenggaraan urusan rumah tangga daerah melalui peningkatan disiplin anggaran dalam rangka penghematan pengeluaran daerah.
Universitas Sumatera Utara
3. Pemantapan manajemen keuangan daerah melalui peningkatan mutu
kemampuan aparatur serta menyempurnakan organisasi dan tata kerjanya, dengan upaya menyediakan sarana yang diperlukan. Meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah PAD Kota Berastagi melalui berbagai upaya berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku, seperti usaha intensifikasi
serta penggunaan sistem dan metode kerja yang tepat dengan diimbangi upaya penyediaan tenaga yang cukup memadai, baik mutu maupun
jumlahnya. Sebagai unsur pelaksana urusan otonomi daerah bidang pendapatan, Dinas
Pendapatan Kabupaten Karo mempunyai tugas pokok utama untuk melakukan pungutan, pengumpulan dan pemasukan pendapatan daerah baik terhadap sumber-
sumber pendapatan daerah yang telah ada maupun menggali sumber-sumber baru. Sehubungan dengan fungsi Dinas Pendapatan Kabupaten Karo sebagai
koordinator dalam pelaksanaan pungutan lain yang sah yang menjadi hak tagih dari Pemerintah Kabupaten Karo dengan cara memintakan laporandata serta
mengadakan evaluasi terhadap kegiatan dan usaha-usaha dinasinstansi yang mengelola pungutan daerah, mengadakan pembahasan serta merencanakan usaha
dan tindakan yang lebih efektif dalam rangka peningkatan Pendapatan Daerah. Dikeluarkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun
2009 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah membawa banyak perubahan mendasar yang terjadi baik dari segi tata cara pengenaan, perlakuan,
dihapuskannya dan ditambahkannya beberapa pungutan Pajak dan Retribusi dari sumber – sumber penerimaan asli daerah serta adanya perubahan objek dan subjek
Universitas Sumatera Utara
pajak tentu menambah permasalahan bagi KabupatenKota yang ada di Propinsi Sumatera Utara.
Di satu pihak Dinas Pendapatan harus meningkatkan proporsi Pendapatan Asli Daerah PAD nya terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
APBD, tetapi di lain pihak pemerintah pusat menghapus banyak pungutan– pungutan yang potensial dari pajak dan retribusi daerah.
Untuk lebih jelasnya mengenai target dan realisasi pendapatan daerah Kabupaten Karo anggaran 2009 dan rencana penerimaan tahun anggaran 2010
dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 2 Target dan Realisasi Pendapatan Darah Kabupaten Karo Tahun
Anggaran 2010 Dari Sektor Pajak Daerah
Jenis Pungutan Target
Penerimaan Realisasi
Pajak Hotel Pajak Restoran
Pajak Hiburan Pajak Reklame
Pajak Pen.Jalan Pajak
Gal.Gol.C 1.500.000.000
100.000.000 3.000.000
100.000.000 7.000.000.000
400.000.000 951.716.127
34.296.200 3.205.000
133.677.114 6.666.213.966
180.776.897 63,45
34,30 106,83
133,68 95,23
45,19
Jumlah 9.103.000.000 7.969.885.304
87,55 Sumber: Dinas Pendapatan Kabupaten Karo, 2011
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa target dan realisasi pendapatan daerah Kabupaten Karo anggaran 2010 dari sektor pajak yang
ditargetkan sebesar Rp. 9.103.000.000,- ternyata yang terealisasipenerimaan dari
Universitas Sumatera Utara
sektor pajak daerah tersebut hanya sebesar Rp. 7.969.885.304 atau hanya sebesar 87,55 dari target yang direncanakan.
Dalam membahas sumbangan pajak terhadap APBD maka terlebih dahulu menguraikan keuangan daerah dan untuk membicarakan keuangan daerah maka
yang menjadi landasan pokok pemikiran adalah keuangan negara, karena apabila berbicara tentang keuangan daerah berarti akan membicarakan keuangan negara
dalam skop nasional. Keuangan daerah merupakan hal yang sangat penting dalam mengukur
tingkat kemampuan daerah dalam melaksanakan otonominya. Hal ini berarti dalam mengurus penyelenggaraan rumah tangganya, daerah membutuhkan dana
yang dapat membiayai otonomi daerah. Pengertian keuangan negara dalam arti luas yaitu kekayaan negara yang
meliputi: 1.
Semua hak dari pada negara yang mempunyai harga uang 2.
Semua uang dan barang yang dimiliki oleh negara karena hak itu. Dengan demikian keuangan negara ini meliputi segala sesuatu yang
mempunyai harga baik dalam arti sebenarnya maupun dalam arti kekuatannya secara positif dan negatif yaitu yang dapat dilihat atau diukur dengan uang.
Dengan demikian dapat dimengerti bahwa keuangan daerah disebut sebagai suatu indikator tingkat kualitas kemampuan daerah menyelenggarakan
mekanisme pemerintahan di tingkat daerah dalam mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.
Universitas Sumatera Utara
Sebagaimana diketahui oleh umum, bahwa pajak bukan saja berfungsi sebagai budgeter saja yaitu untuk memasukan uang sebanyak-banyak ke dalam
kas negara melainkan masih ada yang lain yaitu fungsi mengatur atau Non budgeternon fiskal.
Yang dimakud dengan pajak adalah asuatu iuran pungutan penduduk rakyat kepada negara berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan,
dimana pembayarannya tidak mendapat imbalan langsung yang ditujukan negara yang gunanya untuk membiayai yang berhubungan dengan tugas-tugas yang
diselenggarakan oleh pemerintah. Jadi pajak adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau
badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang
digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah. Adapun yang menjadi dasar hukum pajak daerah ini adalah
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah.
Dengan demikian penerimaan dari sektor pajak sangat penting dan sangat berperan sebagai salah satu indikator pelaksanaan asas desentralisasi dan sumber-
sumber APBD, khususnya yang terdapat di daerah-daerah. Pajak sebagai salah satu sumber penerimaan daerah merupakan salah satu
sumber bagi APBD yang sedang dilaksanakan di daerah ini dan mempunyai konstribusi yang besar terhadap APBD di Kabupaten Karo.
Universitas Sumatera Utara
Sebagai alat pengukur, keuangan menduduki posisi yang sangat penting dalam penyelenggaraaan urusan rumah tangga daerah. Keadaan keuangan
daerahlah yang menentukan corak, bentuk serta kemungkinan-kemungkinan kegiatan yang akan dilakukan oleh Pemerintah Daerah.
Pemerintah Kabupaten Karo tidak akan melaksanakan fungsinya dengan efektif dan efisien, tanpa biaya yang cukup untuk memberikan pelayanan dan
pembangunan. Keuangan inilah yang merupakan salah satu dasar kriteria untuk mengetahui secara nyata kemampuan daerah dalam mengatur dan mengurus
rumah tangganya sendiri. Dengan demikian untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya daerah
membutuhkan biaya. Tanpa adanya biaya yang cukup maka bukan saja tidak mungkin bagi daerah untuk dapat menyelenggarakan tugas, kewajiban serta
kewenangan yang ada padanya dalam mengatur dan mengurus rumah tangganya, tetapi juga ciri pokok yang mendasar dari suatu daerah otonom menjadi hilang.
Sehubungan dengan hal itu dapat dimengerti jika kondisi keuangan daerah disebut sebagai suatu indikator tingkat kwalitas kemampuan daerah
menyelenggarakan mekanisme pemerintahan di tingkat daerah, terutama dalam mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.
Untuk dapat memiliki keuangan yang memadai, dengan sendirinya daerah membutuhkan sumber keuangan yang cukup pula. Dalam hal ini, daerah
memperolehnya melalui beberapa cara, yaitu : 1.
Dapat mengumpulkan dana dari pajak daerah yang sudah direstui oleh pemerintah pusat.
Universitas Sumatera Utara
2. Pemerintah Daerah dapat melakukan pinjaman dana dari pihak ketiga, pasar
uang atau bank 3.
Ikut ambil bagian dalam pendapatan pajak sentral yang dipungut daerah, misalnya sekian persen dari pendapatan sentral tersebut.
4. Pemerintah Daerah dapat menambah tarif pajak sentral tersebut, misalnya
pajak kekayaan atau pajak pendapatan. 5.
Pemerintah Daerah dapat menerima bantuan atau subsidi dari pemerintah pusat.
Sebagaimana diketahui bahwa salah satu sumbangan terhadap APBD Kabupaten Karo adalah penerimaan dari sektor pajak. Kontribusi penerimaan dari
sektor pajak terhadap APBD Kabupaten Karo tiap tahun anggaran mengalami peningkatan. Hal ini berarti konstribusi penerimaan dari sektor pajak sangat
berperan atau berfungsi dalam meningkatkan APBD Kabupaten Karo. Untuk mengetahui berapa besar dari penerimaan pajak tersebut
dipergunakan untuk APBD dapat dilihat dari perbandingan antara penerimaan dari sektor pajak dengan APBD.
Pengertian dasar dari pembangunan adalah suatu usaha perubahan untuk menuju keadaan yang lebih baik berdasarkan kepada norma-norma tertentu.
Perubahan-perubahan yang direncanakan dengan pendayagunaan potensi alam, manusia dan sosial budaya inilah disebut pembangunan.
Pembangunan selalu ditujukan untuk mempertinggi kesejahteraan dalam arti seluas-luasnya. Kegiatan pembangunan selalu dipandang sebagai bagian dari
usaha pembangunan keseluruhan yang dijalankan oleh suatu masyarakat,
Universitas Sumatera Utara
pembangunan hanya meliputi usaha suatu masyarakat untuk mengembangkan kegiatan dan mempertinggi pendapatan masyarakat.
Pada konsepnya penerimaan sektor pajak merupakan salah satu sumber Anggaran Pendapatan Belanja Daerah APBD yang dipergunakan untuk
melaksanakan pembangunan. Jika dikaitkan dengan pembangunan, maka pembangunan pertama-tama
harus mengenali potensi pembangunan daerah itu sendiri. Selanjutnya APBD daerah secara ideal harus mengupayakan 2 dua hal yaitu :
1. Mengembangkan kewirausahawan
2. Mengembangkan sumber pendapatan daerah
Kedua aspek ini sangat penting untuk membangun daerah agar maju, mandiri dan sejahtera. Dan keterkaitannya sangat dekat sekali dengan
kebijaksanaan pengembangan sektor pajak. Pengelolaan perpajakan yang dikelola oleh Dinas Pendapatan Kabupaten
Karo berpengaruh terhadap Anggaran Pendapatan Belanja Daerah APBD. Hal ini disebabkan karena pajak merupakan salah satu unsur kontributor terhadap
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah APBD. Oleh karena itu pengelola pajak harus menyadari hal ini, karena semakin besar penerimaan yang diperoleh dari
dari sektor pajak, maka semakin besar pula penghasilan untuk peningkatan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah APBD. Hal ini berarti pajak berperan atau
berfungsi dalam meningkatkan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah APBD yang digunakan untuk APBD Kabupaten Karo.
Universitas Sumatera Utara
E. Peranan Pemerintah Daerah Dalam Bidang Pajak Hotel