8. Wajib Pajak berhak mengajukan permohonan banding atas keberatannya
yang telah diputuskan oleh Direktur Jenderal Pajak. 9.
Wajib Pajak berhak mengajukan permohonan penghapusan atau pengurangan sanksi perpajakan serta pembetulan ketetapan Pajak yang salah
atau keliru. 10.
Wajib Pajak berhak memberi kuasa khusus kepada orang lain yang dipercayai untuk melaksanakan kewajiban perpajakan.
19
B. Dasar Hukum Perpajakan
Sebelum berbicara jauh tentang masalah perpajakan, sebaiknya kita lihat dulu apa sebenarnya yang dimaksud dengan Pajak tersebut. Menurut Rachmat
Soemitro, mendefinisikan Pajak tersebut sebagai berikut: “Pajak ialah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang
yang dapat dipaksakan dengan tiada mendapat jasa timbal-balik kontra-prestasi yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membiayai
pengeluaran umum Pemerintah. Dapat dipaksakan maksudnya bahwa bila hutang Pajak tidak dibayar, hutang itu dapat ditagih dengan menggunakan “kekerasan”
seperti surat paksa dan sita. Sedangkan yang dimaksud dengan tidak dapat ditunjukkan jasa timbal-balik tertentu adalah seperti halnya retribusi.”
20
Sebagai sebuah pungutan yang dilakukan oleh Negara kepada rakyat, pemungutan Pajak harus didasarkan pada hukum, dimana salah satunya
mensyaratkan bahwa setiap tindakan penguasa Negara harus didasarkan pada
19
Ibid, hal. 114
20
Rachmat Soemitro, Op.Cit, hal.23
Universitas Sumatera Utara
hukum, maka hal tersebut memang harus dipenuhi. Pungutan Pajak harus dapat dipandang sebagai sesuatu yang dapat mengurangi kemampuan ekonomis dan
daya beli masyarakat tidak dapat dilakukan secara serampangan dan serambangan. Dalam hal pemungutan Pajak, Undang-Undang Dasar 1945 menentukan pada
pasal 23A yang menyatakan bahwa : “Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan Negara diatur dengan undang-undang”.
Pemungutan Pajak harus didasarkan pada undang-undang mengingat Pajak itu merupakan peralihan kekayaan dari rakyat kepada Pemerintah yang tidak ada
imbalannya yang dapat dtunjukkan secara langsung. Disamping apa yang ditentukan di dalam Undang-Undang Dasar 1945 tersebut, masih ada ketentuan
lain yang harus diperhatikan untuk sahnya pemungutan Pajak, yakni: “Pasal 16 ICW Indische Comptabilititswet menentukan bahwa
penambahan atau pengurangan Pajak tidak mungkin berlaku sebelum hasil penambahan atau hasil perubahan undang-undang Pajak tersebut dimasukkan ke
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun yang bersangkutan. Sementara itu, di dalam pasal 17 ICW ditentukan bahwa semua penghapusan dan
pengurangan Pajak harus dilakukan sesuai dengan undang-undang dan pemberlakuan kedua pasal ini mendasarkan pada pasal II aturan Peralihan dari
Undang-Undang Dasar 1945. Dasar hukum yang telah disebutkan di atas, kemudian dijabarkan ke dalam
berbagai ketentuan undang-undang di bidang Pajak, di antaranya :
Universitas Sumatera Utara
1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah beberapa
kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara PerPajakan KUTAP;
2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah beberapa
kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 Tenang Pajak Penghasilan PPh;
3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah beberapa
kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 187 Tahun 2000 Tentang Pajak Pertambahan Nilai atas Barang dan jasa serta Pajak Penjualan atas Barang
Mewah PPN dan PPn.BM; 4.
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 Tentang Pajak Bumi dan Bangunan;
5. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1985 Tentang Bea Materai;
6. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1997 Tentang Badan Penyelesaian
Sengketa Pajak; 7.
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah; 8.
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak dengan
Surat Paksa;
Universitas Sumatera Utara
9. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 Tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah danatau Bangunan BPHTB.
C. Jenis-Jenis Pajak