Peletakkan Spesimen METODOLOGI PENELITIAN

Gambar 3.19 Impedance tube diameter 89 mm

3.6. Peletakkan Spesimen

Spesimen yang akan diuji, dimasukan kedalam holder dengan cara menekan spesimen sampai mengenai dinding penutup plat besi belakang holder seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.20. Pemasukan material ini hendaknya dilakukan secara perlahan-lahan agar spesimen tidak rusak. Gambar 3.20 Proses peletakan spesimen di holder Universitas Sumatera Utara Ada beberapa hal yang perlu diatur sebelum menjalankan proses pengujian berlangsung yaitu: 3.6.1. Pengaturan Frekuensi Pengaturan frekuensi dilakukan pada alat function generatornoise generator Gambar 3.21. Frekuensi yang diatur dalam function generator di bawah 2000 Hz yaitu 250 Hz, 500 Hz, 750 Hz, 1000 Hz, 1500 Hz dan 2000 Hz. Pengaturan nilai frekuensi ini mewakili dalam pengukuran untuk penelitian akustik. Gambar 3.21 Pengaturan frekuensi oleh function generator Oleh karena bunyi yang ditimbulkan oleh function ini masih rendah maka perlu ditambah pembangkit keluarnya berupa amplifier dengan kemampuan maksimal 18 Watt. Kemampuan amplifier ini disesuaikan dengan kemampuan yang diterima speaker. Fungsi amplifier pembangkit ini selain pembangkit bunyi dari function generator juga dapat untuk membentuk gelombang yang sempurna atau tidak cacat . Universitas Sumatera Utara 3.6.2. Pengaturan Penerima Bunyi Bunyi yang ditimbulkan oleh speaker akan diterima mikrofon yang kemudian dibangkitkan oleh amplifier. Besar kecilnya amplitudo gelombang yang diterima oleh layar oscilloscope dapat diatur pada volume mic 1 seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.22. Jika potensiometer volume mic 1 diputar kekanan maka gelombang yang terjadi adalah pembesaran gelombang dan jika potensiometer volume mic 1 diputar kekiri maka terbentuk pengecilan gelombang. Pengaturan ini dilakukan untuk proses kalibrasi awal. Gambar 3.22 Amplifier sebagai pembangkit penerima bunyi 3.6.3. Pengaturan Bentuk Gelombang Gelombang bunyi yang diterima dan dibangkitkan oleh amplifier akan dikeluarkan melalui chanel output speaker dibagian belakang amplifier melalui kabel positif dan negatifnya. Kabel ini kemudian dihubungkan ke chanel 1 pada osciloscope sehingga akan muncul bentuk gelombang pada layar oscilloscope. Bentuk gelombang yang diterima oleh oscilloscope berupa bentuk gelombang sinus ataupun cosinus seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.23. Titik gelombang pada Universitas Sumatera Utara bagian atas disebut dengan puncak gelombang atau P max dan titik gelombang pada bagian bawah disebut lembah gelombang atau P min . Pengukuran jarak P max dan P min di layar oscilloscope merupakan harga mutlak dari garis pengukuran awal. Gambar 3.23 Oscilloscope sebagai tampilan bentuk perubahan gelombang Posisi peletakkan gelombang pada layar oscilloscope diatur sampai di tengah garis layar. Posisi ini diatur melalui potensiometer vertikal dan horizontal. Sedangkan frekuensi yang dikeluarkan function generator dapat diterima pada angka pengukuran layar oscilloscope. Gambar 3.24 menunjukkan bahwa bunyi yang dikeluarkan oleh speaker akan ditangkap oleh mikrofon yang kemudian ditampilkan kedalam layar oscilloscope terkadang cacat. Kondisi seperti ini akan mempersulit kita dalam penentuan amplitudonya. Agar bentuk gelombang tidak cacat maka diperlukan filter gelombang sebelum gelombang ditampilkan. Cacat gelombang ini sering terjadi pada frekuensi- frekuensi rendah yaitu 50-200 Hz. Universitas Sumatera Utara Gambar 3.24 Cacat gelombang akibat resonansi Untuk mempermudah pembacaan pengambilan data gelombang dari layar oscilloscope maka perlu dicopy ke program lain. Pengkopian bentuk gelombang ini dibantu dengan menggunakan software oscilloscope yaitu easyscope 2.0. Tampilan easyscope ditunjukkan pada Gambar 3.25. Kabel output dari oscilloscope dihubungkan ke komputer yang kemudian bentuk gelombang yang muncul di layar oscilloscope akan bersamaan juga muncul bentuk gelombang di komputer. Gambar 3.25 Tampilan menu software easyscope 2.0 Universitas Sumatera Utara 3.6.4. Proses Validasi Alat Sebelum diambil data material uji, perlu dilakukan validasi alat agar dalam pengambilan data nantinya mendapatkan akurasi yang tinggi. Untuk melakukan validasi alat ini, perlu diambil material yang mempunyai nilai koefisien serap  standar pada data yang ada sebelumnya. Dalam riset ini, material validasi yang digunakan adalah polyurethane foam dengan tebal 5.0 cm, sedangkan nilai serapnya pada frekuensi 250 Hz dengan  = 0.250, frekuensi 500 Hz dengan  = 0.570, frekuensi 1000 Hz dengan  = 0.820 dan frekuensi 2000 Hz dengan  = 0.860. Setelah dilakukan percobaan untuk material ini nilai galad dapat dilihat dalam Tabel 3.5. Tabel 3.5 Pengukuran validasi alat untuk material polyurethane foam No Frekuensi Hz  Standar  pengukuran Galat 1 250 0.250 0.258 3.200 2 500 0.570 0.587 2.982 3 1000 0.820 0.816 0.487 4 2000 0.860 0.851 1.046 Sumber: Barron, 2001 Universitas Sumatera Utara Gambar 3.26 a Spesimen polyurethane b Permukaan polyurethane c Pembesaran 50x permukaan polyurethane Sumber Penelitian Pada Gambar 3.26 menunjukkan bentuk spesimen polyurethane dengan diameter 8,9 cm tebal 5 cm dengan permukaan polyurethane yang bergelembung seperti cairan yang berbuih. Sedangkan pada pembesaran 50x terlihat jelas polyurethane seperti gel yang membentuk lubang-lubang sangat kecil berukuran tidak merata. Lubang-lubang kecil ini saling berikatan dan bertumpang tindih satu sama lain. Diidentifikasikan bahwa bentuk lubang-lubang inilah yang merupakan faktor penyebab polyurethane memiliki koefisien serap yang baik. Universitas Sumatera Utara

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN