pengobatan TB-MDR. Terjadinya konversi biakan apabila hasil pemeriksaan biakan dahak menunjukkan hasil negatif setelah 2 kali pemeriksaan secara
berurutan dalam jangka waktu 30 hari. Dalam hal ini tanggal pertama pengambilan dahak pertama untuk biakan dengan hasil negatif yang menjadi
acuan lamanya pengobatan pada tahap awal dan tahap selanjutnya Nawas,2010. Pemantauan penunjang lainnya dalam pemantauan pengobatan TB-MDR
diantaranya : 1.
Pemantauan terhadap munculnya efek samping obat yang dilakukan setiap hari oleh PMO setelah mendampingi minum obat.
2. Pemantauan terhadap penurunan ataupun penambahan berat badan,
keluahan dan gejala klinis yang dilakukan setiap bulan oleh dokter di fasilitas pelayanan kesehatan TB-MDR.
3. Melakukan fototoraks bila terjadi komplikasi seperti: batuk darah,
dilakukan setiap 6 bulan sekali. 4.
Pemantauan pemberian kreatinin dan kalium serum setiap bulan pada saat mendapatkan pengobatan suntik injeksi.
5. Pemantauan Thyroid Stimulating Hormon TSH bila muncul gejala
hipotiroidisme yang dilakukan pada bulan ke 6 pengobatan dan diulangi setiap 6 bulan sekali bila muncul gejala.
6. Pemantauan enzim hati SGOT,SGPT setiap 3 bulan atau jika timbul
gejala Drug Induced Hepatitis DIH. 7.
Pemeriksaan tes kehamilan jika ada indikasi Kemenkes,2013.
2.4.5.2 Evaluasi dan Hasil Pengobatan TB-MDR
Universitas Sumatera Utara
Evaluasi yang dilakukan pada pasiean TB-MDR yang telah mendapatkan pengobatan baik pada tahap awal dan tahap akhir meliputi :
1. Penilaian klinis meliputi berat badan pasien
2. Penilaian sejak dini jika ada efek samping
3. Pemeriksaan dahak setiap bulan pada fase intensif dan setiap 2 bulan pada
fase lanjutan 4.
Pemeriksaan biakan setiap bulan pada fase intensif sampai konversi biakan 5.
Uji kepekaan obat sebelum pengobatan dan pada kasus kecurigaan kegagalan pengobatan
Hasil pengobatan TB-MDR dapat dilihat setelah pasien mendapatkan pengobatan TB-MDR yang meliputi:
1. Pasien sembuh yaitu pasien yang telah menyelesaikan pengobatan sesuai
dengan pedoman pengobatan TB-MDR tanpa bukti kegagalan pengobatan dan telah mengalami sekurang-kurangnya 3 kultur negatif berturut-turut
dari sampel dahak yang diambil berselang waktu 30 hari dalam 12 bulan pengobatan terakhir.
2. Pasien dengan pengobatan lengkap yaitu pasien yang telah menyelesaikan
pengobatan sesuai dengan pengobatan TB-MDR tetapi tidak memenuhi defenisis sembuh atau gagal.
3. Pasien meninggal yaitu pasien TB-MDR yang meninggal karena sebab
apapun dalam masa pengobatan TB-MDR. 4.
Pasien dengan pengobatan gagal yaitu pasien yang pengobatannya dianggap gagal atau dihentikan atau membutuhkan perubahan paduan
Universitas Sumatera Utara
pengobatan TB-MDR secara permanen terhadap 2 atau lebih OAT MDR yang disebabkan oleh:
a. Tidak terjadi konversi sampai dengan akhir bulan ke-8 pengobatan
tahap awal. b.
Terjadi reversi pada tahap lanjutan , yaitu biakan dahak menjadi positif pada 2 kali pemeriksaan berturut-turut setelah tercapai
konversi biakan. c.
Terbukti terjadi resistensi tambahan terhadap obat TB-MDR golongan fluorokuinolon atau obat injeksi lini kedua.
d. Terjadi efek samping obat yang berat yang mengharuskan
pengobatan dihentikan. 5. “Lost to follow-up” lalai yaitu pasien yang terputus pengobatannya
selama dua bulan berturut-turut atau lebih tanpa persetujuan medis. 6. Pasien pindah, yaitu pasien yang belum ada hasil akhir pengobatan
yang pada saat pelaporan dikarenakan pasien pindah ke fasilitas pelayanan kesehatan lainnya dan hasil pelaporan tidak diketahui
Kemenkes,2013. Meskipun pengobatan telah dinyatakan lengkap dan pasien dinyatakan
sembuh namun pemantauan serta evaluasi harus tetap dilakukan. Evaluasi lanjutan setelah pasien sembuh dengan pengobatan lengkap ini meliputi :
1. Membuat jadwal kunjungan untuk evaluasi pasca pengobatan TB-
MDR.
Universitas Sumatera Utara
2. Evaluasi dilakukan setiap 6 bulan sekali selama 2 tahun terkecuali
timbul gejala dan keluahan TB seperti: batuk berdahak, demam, penurunan berat badan dan tidak ada nafsu makan.
3. Memberikan edukasi kepada pasien untuk mengikuti jadwal kunjungan
yang telah ditetapkan. 4.
Melakukan pemeriksaan yang dilakukan meliputi anamnesis lengkap, pemeriksaan fisis, pemeriksaan dahak, biakan dan fototoraks.
Pemeriksaan dilakukan untuk melihat atau memastikan terdapatnya kekambuhan
5. Memberikan edukasi kepada pasien untuk menjalankan PHBS seperti
olah raga teratur, tidak merokok, konsumsi makanan bergizi, istirahat dan tidak mengkonsumsi alkohol.
2.5 Strategi DOTs Plus