Kajian perbandingan dengan negara lain

4.1.2. Kajian perbandingan dengan negara lain

Pengaturan tentang KDRT di Negara lain tidak diatur secara khusus dalam suatu undang-undang yang spesifik dan tidak membatasi locus delictinya, namun yang tampak bahwa suatu pengaturan mengatur suatu tindak pidana yang berkaitan dengan KDRT hanya karena hubungan pelaku dengan korban. Beberapa tindak pidana yang tersebut adalah yang berkaitan dengan kekerasan fisik, kekerasan seksual, dan penelantaran, antara lain 124 :

a. KUHP Bulgaria Pasal 115 mengatur pembunuhan biasa, diancam pidana perampasan kemerdekaan (deprivation of liberty) 10 (sepuluh) tahun sampai 20 (dua puluh) tahun. Namun, apabila dilakukan oleh orang tertentu dalam keadaan tertentu terhadap ayah/ibu atau anaknya sendiri, wanita hamil, dll, ancaman pidananya diperberat menjadi 15 (lima belas) sampai 20 (dua puluh) tahun perampasan kemerdekaan atau seumur hidup atau mati sebagaimana diatur dalam Pasal 116.

b. KUHP Perancis

124 Disarikan dari Barda Nawawi Arief, 2005, Pembaharuan Hukum Pidana dalam Perspektif Kajian Perbandingan, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, h. 61-68, dan Barda Nawawi Arief, 2006, Sari

Kuliah Perbandingan Hukum Pidana, RajaGrafindo Persada, Jakarta, h. 175-179.

Menurut Artikel 221-1, pembunuhan (murder) diancam pidana

30 (tiga puluh) tahun. Apabila tindak pidana tersebut dilakukan terhadap keluarga/orang tuanya sendiri atau ayah dan ibu angkatnya (a natural or legitimate ascendant or the adoptive father or mother), ancaman pidananya diperberat menjadi penjara seumur hidup.

Pemberatan pidana ini tidak hanya berlaku pada tindak pidana pembunuhan, tetapi juga berlaku pada tindak pidana penganiayaan (torture) sebagaimana diatur dalam Artikel 222-3 dan tindak pidana kekerasan (violence) yang diatur dalam Artikel 222-8 (violence causing intended death), Artikel 222-10 (violence causing mutilation or permanent disability), Artikel 222-12 (violence causing a total incapacity to work for more than eight days), dan Artikel 222-13 (violence causing an incapacity to work of eight days or less).

c. KUHP Korea Pasal 250 ayat (1) mengatur tentang pembunuhan biasa dengan ancaman pidana mati, penjara kerja paksa seumur hidup, atau penjara tidak kurang dari 5 (lima) tahun. Sedangkan pada ayat (2) yang lebih dikenal dengan istilah Killing an Ascendant, apabila tindak pidana dilakukan terhadap keluarga/orang tua garis lurus ke atas (lineal ascendant) dari pihak si pelaku atau pihak istri atau c. KUHP Korea Pasal 250 ayat (1) mengatur tentang pembunuhan biasa dengan ancaman pidana mati, penjara kerja paksa seumur hidup, atau penjara tidak kurang dari 5 (lima) tahun. Sedangkan pada ayat (2) yang lebih dikenal dengan istilah Killing an Ascendant, apabila tindak pidana dilakukan terhadap keluarga/orang tua garis lurus ke atas (lineal ascendant) dari pihak si pelaku atau pihak istri atau

Tindak Pidana terhadap lineal ascendant ini juga berlaku terhadap beberapa tindak pidana lainnya seperti : - Penganiayaan dan kekerasan (crimes of bodily injury and violence) diatur pada Pasal 257:2, 258:2, 259:2, dan 260:2; - Kejahatan menelantarkan (crimes of abandonment) yang diatur pada Pasal 271:2, termasuk juga di dalamnya tindakan perlakuan kejam (cruelty treatment) sebagaimana diatur dalam Pasal 273:2; - Penahanan/pengurungan/perampasan kemerdekaan secara melawan hukum (false arrest and false imprisonment) diatur

pada Pasal 276:2 dan 277:2; - Kejahatan intimidasi/pengamcaman (crimes of intimidation) diatur pada Pasal 283:2.

d. KUHP Jepang Objek tindak pidana sama dengan KUHP Korea, yaitu terhadap

orang tua garis lurus ke atas baik dari pihak suami atau pun istri. Ini jelas menunjukkan, perwujudan dari nilai budaya “penghormatan, penghargaan, dan perlindungan martabat orang tua/leluhur” di Jepang dan Korea. Tindak pidana terhadap a lineal ascendant (of the offender or his/her spouse) ini meliputi :

- Pasal 200 tentang pembunuhan;

- Pasal 205 ayat (2) tentang penganiayaan; - Pasal 218 ayat (2) tentang penelantaran; - Pasal 220 ayat (2) tentang penahanan/pengurungan melawan hukum; dan - Pasal 222 ayat (2) tentang pengancaman terhadap keluarganya termasuk orang tuanya.

e. KUHP Singapore dan Malaysia Pada Bab XVI tentang Offences Affecting The Human Body

Pasal 317, diatur tentang meninggalkan atau menelantarkan anak di bawah 12 (dua belas) tahun (abandonment o f a child under twelve years).

f. KUHP Polandia - Bab 22 Offences Against Liberty Pasal 170 tentang perbuatan tidak senonoh dengan menyalahgunakan hubungan ketergantungan; - Bab 23 Offences Against Decency Pasal 175 tentang hubungan seksual dalam hubungan keluarga atau dalam hubungan adopsi.

g. KUHP Yugoslavia Bab XVI Criminal Offences Against the Dignity of the Person and Morals Pasal 183 diatur tentang persetubuhan yang menyalahgunakan

kedudukan

dalam hubungan dalam hubungan

h. KUHP Norwegia Untuk delik kesusilaan, diatur dalam Bab XIX Offences Against Public Moral yang meliputi : - Perbuatan yang berkaitan dengan hubungan tidak senonoh

(indecent relations) dengan ancaman pidana berkisar antara 1 (satu) sampai 10 (sepuluh) tahun penjara. Perbuatan tidak senonoh

yang menyalahgunakan hubungan ketergantungan, jabatan/kedudukan atau hubungannya dengan korban diatur pada Pasal 198-199;

- Perbuatan-perbuatan yang berkaitan dengan hubungan tidak senonoh dengan membujuk atau dengan tipu muslihat sebagaimana diatur dalam Pasal 200 ditentukan sebagai berikut : “Public prosecution shall be initiated only on request of the victim, unlessrequiredin the public interest”. Selain atas dasar pengaduan korban, penuntutan juga dapat dilakukan atas dasar kepentingan umum sekalipun tanpa pengaduan. Jadi, relativitas pengaduan tidak semata-mata digantungkan pada kepentingan individu/korban, tetapi juga kepentingan umum. 125

125 Barda Nawawi Arief, 2002, Perbandingan Hukum Pidana, Cetakan Pertama, RajaGrafindo Persada, Jakarta, h. 177-179.

- Perbuatan melakukan hubungan seksual (sexual intercourse) yang dilakukan dengan keluarga garis lurus ke bawah/ke atas (incest) sebagaimana diatur pada Pasal 207.

Pada umumnya Negara lain tidak mengatur secara khusus tentang kekerasan dalam rumah tangga. Ketentuan tentang tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga diatur dalam KUHP dengan ancaman pidana yang sangat berat seperti tentang pengaturan kekerasan fisik atau ancaman kekerasan fisik sampai pada perampasan kemerdekaan (Bulgaria, Perancis, Korea, dan Jepang),

delik asusila (Polandia, Yugoslavia, dan Norwegia) dan tentang penelantaran rumah tangga (Korea, Singapore, Dan Malaysia). Ada hal unik yang dapat dijadikan bahan pemikiran dalam pembaharuan hokum pidana Indonesia adalah penentuan delik aduan atas delik asusila di Norwegia tidak bersifat delik aduan absolute tetapi lebih cenderung ditentukan sebagai delik aduan relative demi kepentingan umum sehingga apabila suatu tindak pidana telah mengancam keamanan dan ketertiban umum, tidak terbatas pada korban saja, maka suatu tindak pidana tetap dapat diproses menurut hokum sebagai bentuk tanggung jawab Negara untuk melindungi warga negaranya.