55
BAB IV RIAK DALAM MASYARAKAT MA’ANYAN
Dalam bab ini akan dipaparkan mengenai riak dalam masyarakat Ma’anyan yang menjadi objek dalam penelitian ini. Dalam bab ini akan dijelaskan
mengenai sistem religi masyarakat Ma’anyan yang mendasari terbentuknya seruan riak dan Wadian kesenian, upacara pemenuhan hukum adat pernikahan sebagai
wadah di mana riak diserukan dan riak yang ada dalam upacara tersebut.
A. Sistem Religi
Orang Ma’anyan memiliki kepercayaan pada ilah-ilah berupa roh yang diyakini sebagai roh para leluhur. Orang Ma’anyan percaya bahwa roh-roh inilah
yang memberikan penghidupan pada mereka, terutama dalam hal penyertaan, perlindungan dan pemberian rejeki untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.
Dalam masyarakat kepercayaan ini disebut Agama Kaharingan Setiap peristiwa khusus yang ada dalam kehidupan dan kematian selalu
berhubungan dengan ilah-ilah tersebut. Bentuk hubungan dengan mereka adalah dengan merayakan ritual tertentu dan memberikan sesajen kepada para roh
tersebut Pilakoannu, 2010: 91. Dalam setiap ritual yang dilakukan memerlukan seorang yang menjadi imam atau perantara antara manusia dengan ilah-ilah
tersebut yaitu Wadian. Wadian adalah satu tokoh sentral yang memiliki peranan penting dalam
segala hal yang menyangkut kamatian dan kehidupan. Mereka memiliki keahlian khusus secara religius, menguasai berbagai mantra, dan mengetahui segala macam
56
bahan dan peralatan yang harus disediakan dalam sebuah upacara ritual Pilakoannu, 2010: 97. Ukur 1971: 75-76 juga mencatat hal yang sama yaitu,
Wadian merupakan pengantara antara manusia dengan keilahian tertinggi, mereka inilah pelaksana-pelaksana utama dalam segala ritus yang berhubungan dengan
keilahian. Disamping tugasnya selaku pemimpin keagaman, para Wadian juga bertugas sebagai tabib, juga merupakan ahli sejarah. Lewat nyanyian-nyanyian
mereka diceritakan asal-usul suku Ma’anyan, perjalanan mereka sampai menempati kampung masing-masing, hakekat dan nilai adat, nama-nama
pahlawan dan silsilah keluarga. Untuk menjadi seorang Wadian seseorang harus berguru kepada Wadian
senior. Biasanya ada tanda-tanda khusus bagi seorang yang terpilih menjadi Wadian. Tanda khusus ini disebut dengan amuk Wadian, bila seseorang telah
memperoleh tanda khusus ini maka ia tidak dapat menghindar dari takdirnya sebagai seorang Wadian. Wadian dibagi menjadi dua yaitu 1 Wadian Welum
yang khusus untuk menangani hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan. Mereka terdiri dari Wadian Pangunraun, Wadian Amunrahu, Wadian Bawo, Wadian
Dadas dan Wadian Tapunru; 2 Wadian Matei yang khusus untuk menangani hal-hal yang berkaitan dengan kematian. Mereka ini adalah Wadian Pangunraun
dan Wadian Pisame Pilakoannu, 2010: 97. Seperti telah diutakaran sebelumnya bahwa
Wadian merupakan
penghubung antara manusia dengan keilahian karena diyakini bahwa manusia tidak dapat berhubungan langsung dengan keilahian tersebut. Wadian akan
57
melafalkan nyanyian atau mantra mihuyung dan tari-tarian nanrik untuk menghubungkan antara manusia dengan keilahian tadi.
9
Saat ini sebagian masyarakat Ma’anyan menjadi pemeluk agama Kristen. Namun berbagai ritual dari keyakinan terdahulu yang dianggap adat dan
kebudayaan masih terus dilaksanakan sampai saat ini. Karena keinginan untuk tetap melestarikan adat dan kebudayaan
Ma’anyan maka muncul Wadian yang disebut dengan Wadian Kesenian yang menarikan berbagai macam tarian dari Wadian Dadas dan Wadian Bawo.
Menurut pengakuan para pelaku Wadian Kesenian ini, mereka juga belajar atau berguru pada para Wadian asli, sehingga apa yang mereka lakukan sebenarnya
dapat dikatakan mirip dengan yang dilakukan oleh Wadian asli.
10
B. Upacara Pemenuhan Hukum Adat Pernikahan