Uji toksisitas akut Pengujian Toksisitas

Suatu kerangka kerja umum bagaimana suatu bahan kimia baru dievaluasi toksisitasnya ditunjukkan pada Gambar 2.1. Studi awal membutuhkan evaluasi senyawa kimia untuk mengetahui kemurnian, stabilitas, kelarutan, dan faktor-faktor fisikokimia lainnya yang dapat mempengaruhi efektivitas senyawa uji. Kemudian struktur senyawa uji dibandingkan dengan struktur senyawa yang telah ada untuk mengetahui informasi toksisitasnya. Hubungan struktur aktivitas dapat ditinjau dari literatur toksikologi yang ada. Setelah informasi dasar telah dievaluasi, senyawa uji dapat diberikan kepada hewan untuk studi dosis toksisitas akut dan berulang Casarett, 2008.

2.5.1 Uji toksisitas akut

Uji toksisitas akut secara umum merupakan uji yang pertama dilakukan. Uji ini memberikan data pada toksisitas relatif yang meningkat dari dosis tunggal hingga dosis berganda. Uji standar tersedia dalam pemberian secara oral, dermal dan inhalasi Gupta, et al., 2012. Parameter-parameter dasar dalam pengujian toksisitas akut dapat dilihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Parameter dasar pengujian toksisitas akut Spesies Tikus lebih disukai pada uji secara oral dan inhalasi, kelinci lebih disukai pada uji secara dermal Umur Dewasa Jumlah Hewan 5 setiap jenis kelamin per level dosis Dosis Tiga level dosis yang direkomendasi, pemberian secara dosis tunggal selama 24 jam untuk uji oral dan dermal dan 4 jam untuk uji inhalasi Waktu Pengamatan 14 hari Gupta, et al., 2012 Penelitian uji toksisitas akut sebagian besar dirancang untuk menentukan dosis letal median LD 50 toksikan. LD 50 didefenisikan sebagai Universitas Sumatera Utara “dosis tunggal suatu bahan yang secara statistik diharapkan akan membunuh 50 hewan coba”. Pengujian ini juga dapat menunjukkan organ sasaran yang mungkin dirusak dan efek toksik spesifiknya, serta memberikan petunjuk tentang dosis yang sebaiknya digunakan dalam pengujian yang lebih lama Lu, 1994. LD 50 adalah dosis perkiraan bahwa ketika racun itu diberikan langsung kepada hewan uji, menghasilkan kematian 50 dari populasi di bawah kondisi yang ditentukan dari tes atau LC 50 merupakan konsentrasi perkiraan, dalam lingkungan hewan yang terpapar, yang akan membunuh 50 dari populasi di bawah kondisi yang ditentukan dari tes Hodgson dan Levi, 2000. Nilai LD 50 sangat berguna untuk hal-hal sebagai berikut: 1. Klasifikasi lazim zat kimia sesuai dengan toksisitas relatifnya adalah sebagai berikut: Kategori LD 50 Supertoksik 5 mgkg atau kurang Amat sangat toksik 5-50 mgkg Sangat toksik 50-500 mgkg Toksik sedang 0,5-5 gkg Toksik ringan 5-15 gkg Praktis tidak toksik 15 gkg 2. Evaluasi dampak keracunan yang tidak disengaja; perencanaan penelitian toksisitas subkronik dan kronik pada hewan, memberikan informasi tentang mekanisme toksisitas, pengaruh umur, seks, faktor penjamu dan faktor lingkungan lainnya dan variasi respons antarspesies dan antarstrain hewan; memberikan informasi tentang reaktivitas suatu populasi hewan Lu, 1994. Universitas Sumatera Utara Faktor-faktor yang berpengaruh pada LD 50 sangat bervariasi antara jenis yang satu dengan jenis yang lain dan antara individu yang satu dengan individu yang lain dalam satu jenis. Beberapa faktor tersebut antara lain Retnomurti, 2008: a. Spesies, strain dan keragaman individu Setiap spesies dan strain yang berbeda memiliki sistem metabolisme dan detoksikasi yang berbeda. Setiap spesies mempunyai perbedaan kemampuan bioaktivasi dan toksikasi suatu zat. b. Perbedaan jenis kelamin Perbedaan jenis kelamin mempengaruhi toksisitas akut yang disebabkan oleh pengaruh langsung dari kelenjar endokrin. Hewan betina mempunyai sistem hormonal yang berbeda dengan hewan jantan sehingga menyebabkan perbedaan kepekaan terhadap suatu toksikan. c. Umur Hewan-hewan yang lebih muda memiliki kepekaan yang lebih tinggi terhadap obat karena enzim untuk biotransformasi masih kurang dan fungsi ginjal belum sempurna. Pada hewan yang tua kepekaan individu meningkat karena fungsi biotransformasi dan ekskresi sudah menurun. d. Berat badan Penentuan dosis dalam pengujian toksisitas akut dapat didasarkan pada berat badan. Pada spesies yang sama, berat badan yang berbeda dapat memberikan nilai LD 50 yang berbeda pula, semakin besar berat badan maka jumlah dosis yang diberikan semakin besar. Universitas Sumatera Utara e. Cara pemberian Lethal dosis juga dapat dipengaruhi oleh cara pemberian. Pemberian obat peroral tidak langsung didistribusikan ke seluruh tubuh. Pemberian obat atau toksikan peroral didistribusikan ke seluruh tubuh setelah terjadi penyerapan di saluran cerna sehingga mempengaruhi kecepatan metabolisme suatu zat di dalam tubuh. f. Faktor lingkungan Beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi toksisitas akut antara lain temperatur, kelembaban, iklim, perbedaan siang dan malam. Perbedaan temperatur suatu tempat akan mempengaruhi keadaan fisiologis suatu hewan. g. Kesehatan hewan Status hewan dapat memberikan respon yang berbeda terhadap suatu toksikan. Kesehatan hewan sangat dipengaruhi oleh kondisi hewan dan lingkungan. Hewan yang tidak sehat dapat memberikan nilai LD 50 yang berbeda dibandingkan dengan nilai LD 50 yang didapatkan dari hewan sehat. h. Diet Komposisi makanan hewan percobaan dapat mempengaruhi nilai LD 50 . Komposisi makanan akan mempengaruhi status kesehatan hewan percobaan.

2.5.2 Uji toksisitas subkronik