Pemanfaatan Ekstrak Etanol Daun Dandang Gendis (Clinacanthus nutans (Burm f.) Lindau) Menggunakan Matriks Nata De Coco Dan Gel Dalam Penyembuhan Luka Sayat
SKRIPSI
PEMANFAATAN EKSTRAK ETANOL DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus nutans (Burm f.) Lindau) MENGGUNAKAN MATRIKS NATA DE COCO DAN GEL DALAM PENYEMBUHAN
LUKA SAYAT
OLEH:
SITI RIZKYA PUTRI NIM 081524066
(2)
PEMANFAATAN EKSTRAK ETANOL DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus nutans (Burm f.) Lindau) MENGGUNAKAN MATRIKS NATA DE COCO DAN GEL DALAM PENYEMBUHAN
LUKA SAYAT
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi Pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
OLEH:
SITI RIZKYA PUTRI NIM 081524066
PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(3)
PENGESAHAN SKRIPSI
PEMANFAATAN EKSTRAK ETANOL DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus nutans (Burm f.) Lindau) MENGGUNAKAN
MATRIKS NATA DE COCO DAN GEL DALAM PENYEMBUHAN LUKA SAYAT
OLEH :
SITI RIZKYA PUTRI NIM 081524066
Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara Pada Tanggal: Mei 2011
Disetujui Oleh:
Pembimbing I, Panitia Penguji
( Dr. Marline Nainggolan, M.S., Apt.) (Prof. Dr. Rosidah, M.Si., Apt.) NIP 195709091985112001 NIP 195103261978022001
(Dr. M. Pandapotan Nasution, MPS., Apt.) Pembimbing II, NIP 195008281976032002
(Dr. Kasmirul R. Sinaga, M.S., Apt.) (Dr. Marline Nainggolan, M.S., Apt.)
NIP.195504241983031003 NIP 195709091985112001
(Dra. Suwarti Aris, M.Si., Apt.)
NIP 195107231982032001 Disahkan oleh:
(4)
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat dan ridha-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini.
Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, dengan judul: PEMANFAATAN EKSTRAK ETANOL DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus nutans (Burm f.) Lindau) MENGGUNAKAN MATRIKS NATA DE COCO DAN GEL DALAM PENYEMBUHAN LUKA SAYAT.
Penulis mempersembahkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada Ayahanda Drs. Abdul Karim dan Ibunda Sri Hariani S.Pd yang selalu memberikan kasih sayang, doa serta dukungan baik materi maupun motivasi. Juga ucapan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
Penulis juga menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dr. Marline Nainggolan, M.S., Apt. dan Bapak Dr. Kasmirul Ramlan Sinaga, M.S., Apt. selaku dosen pembimbing yang dengan sabar telah memberikan waktu, bimbingan, dan nasehat selama penelitian hingga selesainya penyusunan skripsi ini. Tak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Prof. Dr. Rosidah. M.Si., Apt., Bapak Dr. M. Pandapotan Nasution, MPS., Apt. dan Ibu Dra. Suwarti Aris, M.Si., Apt. selaku dosen penguji yang telah memberikan arahan, kritik dan saran dalam penyelesaian skripsi ini.
(5)
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman semuanya tanpa kecuali dan seluruh pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Akhirnya penulis berharap, kiranya skripsi ini dapat menjadi sumbangan yang berarti bagi ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu farmasi pada khususnya.
Medan, Mei 2011 Penulis,
(6)
ABSTRAK
Tumbuhan dandang gendis (Clinacanthus nutans (Burm f.) Lindau) famili Acanthaceae dapat berkhasiat sebagai obat luka. Biasanya senyawa kimia yang digunakan untuk menyembuhkan luka adalah senyawa yang bersifat antiinflamasi dan antibakteri seperti steroid, flavonoid dan tanin. Tujuan penelitian ini adalah untuk memanfaatkan ekstrak etanol daun dandang gendis yang diperangkapkan pada matriks nata de coco (NDC) dan yang diformulasi dalam bentuk sediaan gel sebagai obat luka.
Serbuk daun dandang gendis diekstraksi dengan pelarut etanol selama 5 hari, serkai, ampasnya dicuci dengan etanol, filtrat didiamkan selama 2 hari kemudian dienaptuangkan. Maserat yang diperoleh di uapkan dengan bantuan rotary evaporator. Ekstrak yang diperoleh diperangkapkan pada matriks nata de coco dengan cara merendam selama 24 jam kemudian di freeze dryer. Selain itu ekstrak etanol juga diformulasi menjadi sediaan gel menggunakan HPMC (Hydroxypropylmethylcellulose) sebagai dasar gel. Masing-masing ekstrak daun srikaya dalam bentuk matriks nata de coco dan sediaan gel di uji terhadap kelinci yang telah dibuat luka sayat sepanjang 2 cm dengan variasi konsentrasi 0,25%, 0,5% dan 0,75%. Untuk ekstrak yang diperangkapkan pada matriks nata de coco diberikan satu kali sehari, sebagai kontrol diberi matriks tanpa ekstrak sedangkan untuk sediaan gel diberi tiga kali sehari, sebagai kontrol diberi dasar gel, masing-masing kelompok dilakukan terhadap enam ekor kelinci dengan berat 1,5-2,0 kg.
Hasil pemeriksaan efek ekstrak etanol yang diperangkapkan pada matriks NDC maupun sediaan gel menunjukkan formula yang paling efektif adalah 0,5%. Dimana sediaan yang diperangkapkan dalam matriks NDC maupun gel mampu menyembuhkan luka selama 7 hari. Pada konsentrasi ekstrak 0,25% penyembuhan luka berlangsung selama 9 hari, pada konsentrasi ekstrak 0,75% selama 8 hari dan pada kontrol selama 11 hari.
(7)
ABSTRACT
Clinacanthus nutans (Burm f.) Lindau family Acanthaceae can be used as a healing of injury. Usually, the antiinflamatory and antibacterial as steroid, flavonoid and tannin were used for healing of injury. The aim of this research is to get ethanol extract of Clinacanthus nutans which formulated in nata de coco matrix and gel as healing of injury.
Clinacanthus nutans simplex was extracted with etanol for 5 days, serparated, maceration recidue on back for 2 days. Maserat obtained in evavoration with the help rotary evavoration. The extract was trapped in nata de coco matrix with to soaking for 24 hours, than the freeze dryer. Apart that etanol extract was formulated in gel use HPMC (Hydroxypropylmethylcellulose) as gel base. Each Clinacanthus nutans extract form nata de coco matrix and gel were tested in to rabbits which injured with length 2 cm with 0,25%, 0,5% and 0,75% extract. For the extract which trapped on the nata de coco matrix were given once a day, as control given the matrix without extract, and for gel given three times a day, as control given the basic gel, each of group were done to 6 rabbits in weight 1,5 to 2,0 kg.
Based on the result of healing of ethanol were extract trapped in NDC matrix and gel showed efectif formula is 0,5%. And the etanol extract were trapped in NDC matrix and gel can heal injury for 7 days. In 0,25% extract can heal injury for 9 days, in 0,75% extract for 8 days and control as 11 days.
(8)
DAFTAR ISI
JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 3
1.3 Hipotesis ... 3
1.4 Tujuan Penelitian ... 3
1.5 Manfaat Penelitian ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tumbuhan Daun Dandang Gendis ... 5
2.1.1 Habitat dan morfologi ... 5
2.1.2 Sistematika tumbuhan ... 5
2.1.3 Sinonim ... 6
2.1.4 Nama Daerah ... 6
(9)
2.3 Nata De coco ... 8
2.4 Gel ... 9
2.5 Kulit ... 10
2.6 Absorbsi Perkutan ... 12
2.7 Luka Sayat... 13
2.8 Penyembuhan luka ... 13
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat-alat Yang Digunakan . ... 16
3.2 Bahan-bahan Yang Digunakan ... 16
3.3 Hewan Percobaan ... 16
3.4 Pengambilan Sampel ... 17
3.5 Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Dandang Gendis (EDG) ... 17
3.6 Pembuatan Matriks Nata De Coco (NDC) ... 17
3.6.1 Pembuatan bibit atau starter ... 17
3.6.2 Pembuatan NDC ... 18
3.6.3 Pembuatan matriks NDC .. ... 18
3.6.4 Pemerangkapan ekstrak dalam matriks NDC .. ... 18
3.7 Pembuatan Sediaan Gel ... 19
3.8 Pemeriksaan Gel ... 20
3.8.1 Pemeriksaan organoleptis . ... 20
(10)
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Ekstraksi Serbuk Simplisia Daun Dandang Gendis ... 23
4.2 Hasil Pengeringan Nata De Coco (NDC) Dan Pemerangkapan Ekstrak ……… 23
4.3 Hasil Pemeriksaan Gel ... 23
4.3.1 Hasil pemeriksaan secara visual ... 23
4.3.2 Hasil pemeriksaan secara organoleptis ... 24
4.3.3 Hasil pengukuran pH ... 25
4.4 Hasil Uji Penyembuhan Luka Sayat ... 27
4.4.1 Hasil uji penyembuhan luka sayat EDG 0,25%, 0,50% dan 0,75% yang diperangkapkan dalam matriks NDC (EDG/NDC) dan kontrol ... 27
4.6.2 Hasil uji penyembuhan luka sayat EDG 0,25%, 0,50% dan 0,75% yang diformulasi dalam sediaan gel dan kontrol ... 29
4.5 Hasil Analisis Variansi (ANAVA) ... 31
4.6 Hasil Uji Duncan ... 32
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 35
5.2 Saran ... 35 DAFTAR PUSTAKA
(11)
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Kandungan nutrisi nata de coco ... 9
Tabel 3.1 Formulasi sediaan gel ekstrak etanol daun dandang gendis ... 19
Tabel 4.1 Hasil pengeringan NDC dan pemerangkapan EDG ... 23
Tabel 4.2 Hasil pengamatan sediaan gel secara visual ... 24
Tabel 4.3 Hasil pemeriksaan perubahan konsistensi, warna dan bau sediaan gel ……….. 25
Tabel 4.4 Hasil pengukuran pH sediaan gel selama penyimpanan ... 26
Tabel 4.5 Data rata-rata hasil pengamatan penyembuhan luka sayat dengan satuan centimeter (cm) menggunakan EDG yang diperangkapkan dalam matriks NDC dan kontrol ... 27
Tabel 4.6 Data rata-rata hasil pengamatan penyembuhan luka sayat dengan satuan panjang centimeter (cm) EDG yang diformulasi dalam sediaan gel dan kontrol ... 29
(12)
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 4.1 Grafik hasil pengamatan pH sediaan gel selama 28 hari
penyimpanan ... 33 Gambar 4.2 Grafik panjang luka rata-rata versus waktu (hari)
pada pemberian EES/NDC ... 35 Gambar 4.3 Grafik panjang luka rata-rata versus waktu (hari)
(13)
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Hasil determinasi tumbuhan ... 38
Lampiran 2. Gambar tumbuhan dan daun dandang gendis ... 39
Lampiran 3. Bagan kerja penelitian ... 40
Lampiran 4. Bagan pembuatan nata de coco dan pemerangkapan EDG ... 41
Lampiran 5. Bagan pembuatan sediaan gel EDG ... 42
Lampiran 6. Gambar EDG yang diperangkapkan dalam matriks NDC dan sediaan gel EDG ... 43
Lampiran 7. Data hasil pengeringan nata de coco (NDC) ... 44
Lampiran 8. Data hasil pemerangkapan EDG 0,25%, 0,50% dan 0,75% ... 45
Lampiran 9. Data perubahan panjang luka sayat dengan menggunakan EDG yang diperakapkan dalam matriks NDC ... 46
Lampiran 10. Data perubahan panjang luka sayat dengan menggunakan sediaan gel ... 47
Lampiran 11. Gambar perubahan panjang luka sayat yang diobati dengan EDG yang diperangkapkan dengan matriks NDC pada hari ke-1 hingga 11... 48
Lampiran 12. Gambar perubahan panjang luka yang diobati dengan EDG yang diformulasi dalam bentuk sediaan gel pada hari ke-1 hingga 11 ... 51
Lampiran 13. Hasil analisis variansi (ANAVA) terhadap rata-rata perubahan panjang luka sayat dengan menggunakan matrik NDC ... 54
Lampiran 14. Hasil uji Duncan terhadap rata-rata perubahan panjang luka sayat dengan menggunakan matriks NDC . ... 55 Lampiran 15. Hasil analisis variansi (ANAVA) terhadap rata-rata perubahan
(14)
ABSTRAK
Tumbuhan dandang gendis (Clinacanthus nutans (Burm f.) Lindau) famili Acanthaceae dapat berkhasiat sebagai obat luka. Biasanya senyawa kimia yang digunakan untuk menyembuhkan luka adalah senyawa yang bersifat antiinflamasi dan antibakteri seperti steroid, flavonoid dan tanin. Tujuan penelitian ini adalah untuk memanfaatkan ekstrak etanol daun dandang gendis yang diperangkapkan pada matriks nata de coco (NDC) dan yang diformulasi dalam bentuk sediaan gel sebagai obat luka.
Serbuk daun dandang gendis diekstraksi dengan pelarut etanol selama 5 hari, serkai, ampasnya dicuci dengan etanol, filtrat didiamkan selama 2 hari kemudian dienaptuangkan. Maserat yang diperoleh di uapkan dengan bantuan rotary evaporator. Ekstrak yang diperoleh diperangkapkan pada matriks nata de coco dengan cara merendam selama 24 jam kemudian di freeze dryer. Selain itu ekstrak etanol juga diformulasi menjadi sediaan gel menggunakan HPMC (Hydroxypropylmethylcellulose) sebagai dasar gel. Masing-masing ekstrak daun srikaya dalam bentuk matriks nata de coco dan sediaan gel di uji terhadap kelinci yang telah dibuat luka sayat sepanjang 2 cm dengan variasi konsentrasi 0,25%, 0,5% dan 0,75%. Untuk ekstrak yang diperangkapkan pada matriks nata de coco diberikan satu kali sehari, sebagai kontrol diberi matriks tanpa ekstrak sedangkan untuk sediaan gel diberi tiga kali sehari, sebagai kontrol diberi dasar gel, masing-masing kelompok dilakukan terhadap enam ekor kelinci dengan berat 1,5-2,0 kg.
Hasil pemeriksaan efek ekstrak etanol yang diperangkapkan pada matriks NDC maupun sediaan gel menunjukkan formula yang paling efektif adalah 0,5%. Dimana sediaan yang diperangkapkan dalam matriks NDC maupun gel mampu menyembuhkan luka selama 7 hari. Pada konsentrasi ekstrak 0,25% penyembuhan luka berlangsung selama 9 hari, pada konsentrasi ekstrak 0,75% selama 8 hari dan pada kontrol selama 11 hari.
(15)
ABSTRACT
Clinacanthus nutans (Burm f.) Lindau family Acanthaceae can be used as a healing of injury. Usually, the antiinflamatory and antibacterial as steroid, flavonoid and tannin were used for healing of injury. The aim of this research is to get ethanol extract of Clinacanthus nutans which formulated in nata de coco matrix and gel as healing of injury.
Clinacanthus nutans simplex was extracted with etanol for 5 days, serparated, maceration recidue on back for 2 days. Maserat obtained in evavoration with the help rotary evavoration. The extract was trapped in nata de coco matrix with to soaking for 24 hours, than the freeze dryer. Apart that etanol extract was formulated in gel use HPMC (Hydroxypropylmethylcellulose) as gel base. Each Clinacanthus nutans extract form nata de coco matrix and gel were tested in to rabbits which injured with length 2 cm with 0,25%, 0,5% and 0,75% extract. For the extract which trapped on the nata de coco matrix were given once a day, as control given the matrix without extract, and for gel given three times a day, as control given the basic gel, each of group were done to 6 rabbits in weight 1,5 to 2,0 kg.
Based on the result of healing of ethanol were extract trapped in NDC matrix and gel showed efectif formula is 0,5%. And the etanol extract were trapped in NDC matrix and gel can heal injury for 7 days. In 0,25% extract can heal injury for 9 days, in 0,75% extract for 8 days and control as 11 days.
(16)
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Obat tradisional merupakan warisan nenek moyang yang telah dikembangkan sejak dahulu kala. Sumber obat tradisional terutama berasal dari bahan alam baik tumbuhan, hewan ataupun bahan-bahan mineral. Saat ini Indonesia merupakan salah satu negara penghasil tanaman obat yang potensial, dimana hasil alam yang paling banyak digunakan sebagai bahan obat adalah tumbuhan, yang telah digunakan dalam kurun waktu cukup lama (Djauhariyah, 2004).
Penelitian dan pengembangan tumbuhan obat baik di dalam maupun di luar negeri sekarang ini berkembang cukup pesat, terutama dalam bidang farmakologi dan fitokimia. Hasil penelitian tersebut tentunya lebih memantapkan para pengguna tumbuhan obat akan khasiat maupun kegunaannya (Dalimartha, 2008).
Salah satu tumbuhan yang sedang dikembangkan akhir-akhir ini adalah tumbuhan dandang gendis (Clinacanthus nutans (Burm f.) Lindau), famili Acanthaceae, yang juga dikenal dengan nama ki tajam (Sunda), gendis atau dandang gendis (Jawa). Di luar negeri dikenal dengan istilah pha ya yor (Thailand), bi phaya yow (Cina) (Anonim, 2005).
Hasil skrining fitokimia yang telah dilakukan oleh Wirasty (2004) dan Linda (2007) menyebutkan daun dandang gendis mengandung senyawa golongan alkaloid, triterpenoid/steroid bebas, glikosida, tanin, saponin dan flavonoid. Khasiatnya yang paling popular adalah sebagai antivirus, antiinflamasi, antitoksin binatang berbisa,
(17)
obat luka dan eksim. Tumbuhan ini telah diproduksi diluar negeri dalam bentuk sediaan krim, gel, balsam dan sirup (Anonim, 2005).
Sjamsuhidajat (1997) mendefinisikan luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yang dapat dibagi menjadi luka akut dan luka kronis, dimana luka akut merupakan luka yang baru contohnya luka sayat (luka insisi) dan luka kronis contohnya luka bakar. Pada luka berlangsung 3 fase yaitu fase inflamasi, fase proliferasi dan maturasi (Anonim, 2010). Senyawa-senyawa yang biasa digunakan sebagai antiinflamasi, antibakteri dan adstringensia adalah senyawa steroid, senyawa flavonoid, tanin (Simon dan Kerry, 2000).
Bahan pembawa yang digunakan untuk sediaan topikal akan memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap adsorbsi obat dan memiliki efek yang menguntungkan jika dipilih secara tepat. Obat-obat sediaan topikal selain mengandung bahan berkhasiat juga bahan tambahan (pembawa) yang berfungsi sebagai pelunak kulit, pembalut pelindung, maupun pembalut penyumbat (Lachman, 1986).
Nata de coco merupakan salah satu bahan hasil proses fermentasi air kelapa menggunakan Acetobacter xylinum yang dapat digunakan sebagai penghantar obat untuk tujuan pelepasan obat terkontrol (Mimi, 2009). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Mariani (2010) menyebutkan bahwa matriks nata de coco dapat digunakan sebagai pembawa dalam sediaan kapsul dengan pelepasan terkendali, dan Rahmawati (2010) menyebutkan bahwa matriks nata de coco dapat digunakan
(18)
kulit, bening, mudah mengering dan membentuk lapisan film yang mudah dicuci (Suardi, 2008).
Berdasarkan hal di atas peneliti tertarik untuk menguji efek penyembuhan luka sayat buatan pada kulit punggung kelinci menggunakan ekstrak etanol daun dandang gendis (EDG) yang diperangkapkan dalam matriks nata de coco (NDC) dan yang diformulasikan dalam bentuk sediaan gel.
1.2Perumusan Masalah
1. Apakah ekstrak etanol daun dandang gendis (EDG) yang diperangkapkan dalam matriks nata de coco (NDC) yang diberi secara topikal berkhasiat terhadap penyembuhan luka sayat?
2. Apakah EDG yang diformulasi dalam bentuk sediaan gel yang diberi secara topikal berkhasiat terhadap penyembuhan luka sayat?
1.3Hipotesis
1. EDG yang diperangkapkan dalam matriks nata de coco yang diberi secara topikal berkhasiat terhadap penyembuhan luka sayat.
2. EDG yang diformulasi dalam bentuk sediaan gel yang diberi secara topikal berkhasiat terhadap penyembuhan luka sayat.
1.4Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui efek EDG yang diperangkapkan dalam matriks NDC yang diberi secara topikal terhadap penyembuhan luka sayat.
2. Untuk mengetahui efek EDG yang diformulasi dalam bentuk sediaan gel yang diberi secara topikal terhadap penyembuhan luka sayat.
(19)
1.5Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah untuk memperoleh sediaan matriks NDC dan sediaan gel EDG yang nantinya dapat digunakan oleh masyarakat sebagai penyembuhan luka.
(20)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Tumbuhan Dandang Gendis 2.1.1 Habitat dan morfologi
Tumbuhan dandang gendis (Clinacanthus nutans (Burm f.) Lindau) termasuk perdu dengan tinggi lebih kurang 2,5 m. pada umumnya tumbuh di dataran rendah. Batang berkayu, tegak, beruas dan berwarna hijau. Daun tunggal berhadapan, bentuk lanset, panjang 8-15 cm, lebar 4-6 cm, bertulang menyirip, berwarna hijau. Bunga majemuk bentuk malai, di ketiak daun dan diujung batang, mahkota bunga berbentuk tabung, panjang 2-3 cm, berwarna merah muda. Buah kotak, bulat memanjang berwarna coklat (Yuniarti, 2008).
2.1.2 Sistematika Tumbuhan
Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Solanales Famili : Acanthaceae Genus : Clinacanthus
Species : Clinacanthus nutans (Burm f.) Lindau
(21)
2.1.3 Sinonim
Sinonim dari tumbuhan dandang gendis (Clinacanthus nutans (Burm f.) Lindau) adalah: Clinacanthus burmani Nees., Beloperone futgina Hassk. (Anonim, 2005).
2.1.4 Nama Daerah
Nama daerah tumbuhan dandang gendis adalah ki tajam (Sunda), gendis atau dandang gendis (Jawa). Diluar negeri dikenal dengan istilah pha ya yor (Thailand), bi phaya yow (Cina) (Anonim, 2005).
2.1.5 Kandungan Kimia
Daun dandang gendis (Clinacanthus nutans (Burm f.) Lindau) mengandung senyawa alkaloid, triterpenoid/steroid, glikosida, tanin, saponin dan flavonoid (Linda, 2007; Wirasty, 2004).
2.2 Metode Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan menggunakan pelarut cair. Ada beberapa metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut, yaitu:
1. Maserasi
Maserasi adalah proses pengekstrasian simplisia menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengadukan dengan temperatur ruangan. Sedangkan remaserasi adalah pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyarian maserat pertama dan seterusnya (Ditjen POM, 2000).
(22)
2. Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru sampai sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan (Ditjen POM, 2000).
3. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut pada temperatur titik didihnya selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas dan relatif konstan dengan adanya pendingin balik (Ditjen POM, 2000).
4. Sokletasi
Sokletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru, umumnya dilakukan dengan menggunakan alat soklet sehingga terjadi ekstraksi kontinu dan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik (Ditjen POM, 2000).
5. Digesti
Digesti adalah maserasi dengan pengadukan kontinu pada temperatur yang tinggi dari temperatur ruangan, yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 400-500C (Ditjen POM, 2000).
6. Infus
Infus adalah ekstraksi menggunakan pelarut air pada temperatur penangas air (bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 960-980C) selama waktu tertentu (15-20 menit) (Ditjen POM, 2000).
(23)
7. Dekok
Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama dan temperatur sampai titik didih air (Ditjen POM, 2000).
2.3 Nata De Coco
Nata de coco berasal dari Filipina yang merupakan salah satu negara penghasil kelapa cukup besar di dunia. Kata coco berasal dari cocos nucifera, nama latin dari kelapa. Nata dapat diusahakan bukan hanya dari kelapa, tetapi juga dari berbagai jenis bahan misalnya sari buah-buahan, sari kedelai dan lain-lain. Oleh sebab itu, nama nata dapat bermacam-macam sesuai dengan bahan yang digunakan, misalnya nata de soya (dari sari kedelai), nata de mango (dari sari buah mangga), nata de pina (dari sari buah nenas), nata de coco (dari air kelapa) dan lain-lain. Dari beberapa jenis bahan tersebut, air kelapa merupakan bahan yang paling ekonomis, mengingat air kelapa hanyalah bersifat sebagai “limbah” dari buah kelapa (Warisno, 2004).
Nata de coco merupakan senyawa selulosa yang dihasilkan dari air kelapa melalui proses fermentasi dengan bantuan mikroba Acetobacter xylinum. Nata de coco memiliki bentuk padat, berwarna putih seperti kolang-kaling, terasa kenyal dan mengandung air cukup banyak (80%) (Warisno, 2004). Nata mempunyai keunggulan antara lain kemurnian tinggi, mempunyai daya tarik tinggi (absortivitas yang besar terhadap air), elastis dan terbiodegradasi (Piluharto, 2003).
(24)
Nata de coco mengandung nilai nutrisi sebagai berikut. Tabel 1. Kandungan nutrisi nata de coco
No Nutrisi Kandungan Nutrisi (per 100 gram bahan)
1 Kalori 146 kal
2 Lemak 0,2 %
3 Karbohidrat 36,1 mg
4 Kalsium 12 mg
5 Fosfor 2 mg
6 Fe (zat besi) 0,5 mg
(Warisno, 2004) Bakteri pembentuk nata adalah Acetobacter xylinum yang termasuk genus Acetobacter. Bakteri ini merupakan bakteri berbentuk batang pendek, yang mempunyai panjang 2 mikron dan lebar 0,6 mikron, dengan permukaan dinding yang berlendir. Bakteri ini bisa membentuk rantai pendek dengan satuan 6-8 sel dan dengan pewarnaan gram menunjukkan gram negatif (Anonim, 2010). Meskipun bisa tumbuh pada kisaran pH 3,5-7,5, bakteri A. xylinum sangat cocok tumbuh pada suasana asam pH 4,3. Adapun suhu optimum bagi pertumbuhan bakteri ini adalah 280-310C. Dalam pertumbuhannya bakteri ini sangat memerlukan oksigen, sehingga wadah yang digunakan untuk fermentasi nata de coco tidak boleh ditutup rapat (Warisno, 2004).
2.4 Gel
Gel adalah sediaan semipadat berupa sistem dispersi, terdiri dari partikel anorganik atau organik yang tersuspensi dalam cairan, bercorak transparan hingga buram opak (Ditjen POM, 1985). Gel mempunyai kekakuan yang disebabkan oleh jaringan yang saling menganyam dari fase terdispersi yang mengurung dan memegang medium pendispersi. Perubahan dalam temperatur dapat menyebabkan gel tertentu mendapatkan kembali bentuk cairnya. Juga beberapa gel menjadi encer
(25)
setelah pengocokan dan segera menjadi setengah padat setelah dibiarkan untuk beberapa waktu tertentu peristiwa ini dikenal sebagai tiksotropi (Lachman, 1986).
Polimer-polimer yang biasa digunakan untuk membuat sediaan gel meliputi gom alam tragakan, pektin, karagen, agar, asam alginat, serta bahan-bahan sintetis dan semisintetis seperti metilselulosa, karboksimetilselulosa, hidroksipropilmetilselulosa dan carbopol yang merupakan polimer vinil sintetis (Lachman, 1986).
HPMC (Hydroxypropylmetylcellulose) dapat digunakan sebagai basis pada sediaan gel. HPMC merupakan serbuk putih atau putih kekuningan, tidak berbau dan berasa, larut dalam air dingin, membentuk cairan yang kental, praktis tidak larut dalam kloroform. HPMC dapat dgunakan pada sediaan farmasi dengan pemakaian oral dan topical dengan konsentrasi 2-5%. Dalam sediaan gel, HPMC berperan sebagai emulgator, suspending agent dan stabilizing agent. Propilen glikol sering digunakan sebagai solven dan pengawet dalam formulasi sediaan parenteral dan non parenteral. Propilenglikol dapat digunakan sebagai humektan pada sediaan topical dengan konsentrasi hingga 15% (Rowe, 2008).
2.5 Kulit
Kulit merupakan lapisan pelindung tubuh yang sempurna terhadap pengaruh luar. Meskipun kulit relative permeable terhadap senyawa-senyawa kimia, namun dalam keadaan tertentu kulit dapat ditembus oleh senyawa-senyawa obat atau bahan berbahaya yang dapat menimbulkan efek terapetik atau efek toksik baik yang bersifat
(26)
Kulit tersusun oleh banyak macam jaringan, termasuk pembuluh darah, kelenjar lemak, kelenjar keringat, organ pembuluh perasa dan urat saraf, jaringan pengikat, otot polos dan lemak (Anief, 2000). Kulit berfungsi sebagai termostat dalam mempertahankan suhu tubuh, sebagai pembatas terhadap serangan fisika dan kimia, melindungi tubuh dari serangan mikroorganisme dan lain-lain (Lachman, 1986). Kulit manusia terdiri dari 3 lapisan yaitu epidermis, dermis dan jaringan subkutan yang berlemak (Anief, 2000).
1. Epidermis.
Epidermis merupakan lapisan kulit terluar dengan tebal 0,16 mm pada pelupuk mata sampai 0,8 mm pada telapak tangan dan kaki. Pada epidermis terdapat 5 lapisan, yaitu:
a. Stratum corneum (lapisan tanduk)
Merupakan lapisan sel-sel mati yang terkeratinisasi (Aiache, 1993). b. Stratum lucidum (daerah sawar)
Merupakan lapisan tipis dan transparan. Terdiri dari keratinosit yang sudah mati dan hanya terdapat pada kulit tebal (Aiache, 1993).
c. Stratum granulosum (Lapisan seperti butir)
Merupakan lapisan tipis, terdiri dari 3-5 lapis sel keratinosit yang datar. Lapisan ini berpartisipasi aktif dalam proses keratinisasi (Aiache, 1993). d. Stratum spinosum (lapisan sel duri)
Terdiri dari 8-10 lapisan sel yang saling berikatan membentuk jarring-jaring filament yang terikat. Terdapat sel Langerhans dan granula melanin (Aiache, 1993).
(27)
e. Stratum germinativum (Lapisan sel basal)
Merupakan lapisan epidermis yang terdalam yang berbatasan langsung dengan dermis. Terdiri dari sel-sel keratinosit muda. Sel-sel tersebut berada dalam keadaan pembelahan yang aktif/cepat (Aiache, 1993).
2. Dermis
Dermis atau korium tebalnya 3-5 cm, mengandung pembuluh darah, pembuluh limfe, gelembung rambut, kelenjar lemak, kelenjar keringat dan serabut saraf. Lapisan ini mengandung akhir saraf yang dipengaruhi perubahan suhu dan aplikasi anestetika lokal dan iritasi (Anief, 1997).
Dermis terdiri dari 2 lapisan yaitu papiler dan reticular. Lapisan papiler merupakan jaringan ikat longgar dengan serat kolagen, terdapat pembuluh darah kapiler dan ujung daraf bebas. Lapisan retikular tersusun dari serat-serat kolagen sebagai penguat lapisan dan serat-serat elastin sebagai peregang lapisan (Aiache, 1993).
3. Hipodermis (Lapisan subkutan)
Terdiri dari jaringan lemak dan jaringan penyangga yang berfungsi sebagai bantalan dan isolator panas (Anief, 1997).
2.6 Absorpsi Perkutan
Absorpsi perkutan adalah masuknya molekul obat dari luar kulit ke dalam jaringan di bawah kulit, kemudian masuk ke dalam sirkulasi darah dengan mekanisme difusi pasif. Penyerapan (absorpsi) perkutan merupakan gabungan
(28)
bening. Istilah perkutan menunjukkan bahwa penembusan terjadi pada lapisan epidermis yang berbeda (Aiache, 1993).
Fenomena absorpsi perkutan dapat digambarkan dalam tiga tahap yaitu penetrasi pada permukaan stratum korneum, difusi melalui stratum korneum, epidermis dan dermis, masuknya molekul ke dalam mikrosirkulasi yang merupakan bagian dari sirkulasi sistemik (Aiache, 1993).
Faktor-faktor yang mempengaruhi penetrasi kulit sangat bergantung dari sifat fisika kimia obat dan juga bergantung pada zat pembawa, pH dan konsentrasi. Perbedaan fisiologis melibatkan kondisi kulit yakni apakah kulit dalam keadaan baik atau terluka, umur kulit, perbedaan spesies dan kelembaban yang dikandung oleh kulit (Lachman, 1986).
2.7 Luka Sayat
Luka sayat merupakan suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan tubuh yang disebabkan oleh benda tajam. Luka sayat disebut juga luka insisi yang merupakan jenis luka akut. Luka sayat dapat menimbulkan perdarahan yang melibatkan peran hemostatis dan akhirnya terjadi peradangan (Anonim, 2010).
2.8 Penyembuhan Luka
Pada awal terjadinya luka terdapat perdarahan akibat pembuluh darah yang terpotong atau robek dan dilanjutkan dengan peradangan yang merupakan hambatan terhadap kecepatan penyembuhan. Dalam hal ini hemostatis berperan dalam penghentian perdarahan dan selanjutnya akan berlangsung proses peyembuhan luka dalam tiga fase yaitu fase inflamasi, fase proliferasi dan remodeling atau penyudahan (Anonim, 2010).
(29)
Pada hemostatis, mula-mula terjadi vasokonstriksi pembuluh yang cedera sehingga aliran darah dari tempat cedera berkurang. Kemudian hemostatis dan thrombosis mengalami 3 fase yang sama, yaitu:
1. Pembentukan agregat trombosit.
Jika diaktifkan oleh trombin, trombosit akan bergumpal dengan adanya untuk membentuk hemostatik.
2. Pembentukan jaringan fibrin yang mengikat agregat trombosit. 3. Disolusi sumbat hemostatik.
Inisiasi bekuan fibrin sebagai respon terhadap cedera jaringan dilaksanakan oleh jalur ekstrinsik. Sedangkan jalur instrinsik diaktifkan oleh permukaan bermuatan negative in vitro, misalnya kaca. Kedua jalur menyebabkan pengaktifan protrombin menjadi thrombin dan penguraian fibrinogen, yang dikatalisis oleh thrombin menjadi bekuan fibrin (Murray, 2009).
Pada proses penyembuhan luka terdapat tiga fase, yaitu: 1. Fase inflamasi
Inflamasi adalah usaha tubuh untuk menginaktivasi atau merusak organisme yang menyarang, menghilangkan zat irirtan dan mengatur derajat perbaikan jaringan. Adapun tanda-tanda inflamasi dibagi menjadi:
a. Rubor (kemerahan) b. Kalor (panas) c. Dolor (rasa sakit)
(30)
2. Fase proliferasi
Sesudah terjadi luka, fibroblast akan aktif bergerak dari jaringan sekitar luka ke dalam daerah luka, kemudian akan berkembang (proliferasi) serta mengeluarkan beberapa substansi (kolagen, elastin) yang berperan dalam membangun (rekonstruksi) jaringan baru (Anonim, 2010).
3. Fase penyudahan
Pada fase ini terjadi proses pematangan yang terdiri dari penyerapan kembali jaringan yang berlebihan dan pembentukan jaringan baru. Tubuh berusaha menormalkan kembali semua yang menjadi abnormal karena proses penyembuhan (Anonim, 2010).
(31)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian meliputi pengambilan sampel, pembuatan ekstrak, pembuatan matriks nata de coco, pembuatan sediaan gel, pemeriksaan gel, pengujian efek penyembuhan luka serta analisis data dengan menggunakan analisis variansi (ANAVA) dan uji Duncan.
2.1 Alat-alat Yang Digunakan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas laboratorium, neraca listrik (Chyo JP2-6000), neraca kasar (Ohaus), rotary evaporator (Heidolph vv-2000), freeze dryer (Modulyo, Edwards, serial No. 3985), inkubator (Gallenkamp), oven listrik (Fisher Scientific), lemari pendingin (Sanyo), laminar air flow, kertas perkamen, pH meter, pH indikator universal, spatula, jangka sorong.
2.2 Bahan-bahan Yang Digunakan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun dandang gendis (Clinacanthus nutans (Burm f.) Lindau), starter Acetobacter xylinum, gula pasir, urea, air kelapa, asam asetat 25%, larutan NaOH 0,2 N, etanol (hasil destilasi), akuades, HPMC, propilenglikol, metil paraben, etanol 70%.
(32)
2.4 Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan secara purposif yaitu diambil dari Jl. Almamater, Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara tanpa membandingkan dengan tumbuhan yang sama di daerah lain. Hasil dapat dilihat pada lampiran 1 dan 2, halaman 38 dan 39.
2.5 Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Dandang Gendis (EDG)
Pembuatan ekstrak dilakukan secara maserasi dengan pelarut etanol 80%. Sebanyak 400 g serbuk simplisia dimaserasi dengan pelarut etanol sampai seluruh serbuk terendam, ditutup dan disimpan selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil sering diaduk. Kemudian disaring hingga diperoleh maserat dan dienaptuangkan selama 2 hari. Seluruh maserat digabung dan dipekatkan dengan bantuan alat rotary
evaporator pada temperatur tidak lebih dari 500C sampai diperoleh ekstrak kental,
kemudian dikeringkan dengan freeze dryer. Bagan dapat dilihat pada lampiran 3 halaman 40.
2.6 Pembuatan Matriks Nata De Coco (NDC)
2.6.1 Pembuatan bibit atau starter
Sebanyak 1 liter air kelapa dibiarkan hingga kotorannya mengendap dan disaring menggunakan kain kasa. Air kelapa direbus di atas api yang besar hingga mendidih, selama perebusan air kelapa diaduk. Setelah mendidih selama ± 15 menit, ditambahkan urea 5 g, gula pasir 200 g dan asam asetat 25% hingga larutan memiliki pH 4, sambil diaduk hingga larutan tercampur merata. Dalam keadaan masih panas, dituang larutan tersebut ke dalam wadah yang steril. Setelah dingin, ditambahkan
(33)
biakan murni sebanyak 200 ml, kemudian ditutup dengan aluminium foil yang steril. Disimpan diruang inkubasi dan dibiarkan selama 2 minggu. Setelah 2 minggu, di permukaan media akan terbentuk lapisan berwarna putih. Berarti, starter sudah jadi dan siap digunakan (Warisno, 2004).
2.6.2 Pembuatan NDC
Sebanyak 1 liter air kelapa dibiarkan hingga kotorannya mengendap dan disaring menggunakan kain kasa. Air kelapa direbus di atas api yang besar hingga mendidih, selama perebusan air kelapa diaduk. Setelah mendidih selama ± 15 menit, ditambahkan urea 5 g, gula pasir 100 g dan asam asetat 25% hingga larutan memiliki pH 4, sambil diaduk hingga larutan tercampur merata. Dalam keadaan masih panas, dituang larutan tersebut ke dalam wadah yang steril. Setelah dingin, ditambahkan biakan murni sebanyak 100 ml, kemudian ditutup dengan aluminium foil yang steril. Disimpan diruang inkubasi dan dibiarkan selama 2 minggu (Warisno, 2004). Bagan dapat dilihat pada lampiran 4 halaman 41.
2.6.3 Pembuatan matriks NDC
Nata de coco dicuci dengan larutan NaOH 0,2 N kemudian dibilas dengan akuades hingga bersih dan ditiriskan. Masing-masing nata dipotong persegi panjang dengan ukuran 2 cm x 3 cm x 1 cm. Dikeringkan di freeze dryer pada temperatur -400C selama ± 24 jam.
(34)
0,75% (D) selama 24 jam untuk memperoleh hasil perendaman optimal. Selanjutnya matriks NDC tersebut ditiriskan dan dikeringkan di freeze dryer pada temperatur -400C selama ± 24 jam. Hasil dapat dilihat pada lampiran 6 halaman 43.
2.7 Pembuatan Sediaan Gel
Sediaan gel yang dibuat dalam penelitian ini adalah menggunakan basis HPMC (Hydroxy Propyl Methyl Cellulose) 4000 dengan rancangan formula dasar gel sebagai berikut:
R/ HPMC 4000 3,5 % Propilen glikol 15 % Air suling ad 100 %
Tabel 2. Formulasi sediaan gel ekstrak etanol daun dandang gendis.
Keterangan:
E: Dasar gel; F: Gel EDG 0,25%; G: Gel EDG 0,50%; H: Gel EDG 0,75% Cara pembuatan:
HPMC dikembangkan ke dalam air panas sebanyak 20 kali beratnya selama 15 menit. Setelah mengembang ditambahkan propilen glikol. Dicukupkan dengan air suling dan digerus homogen hingga diperoleh dasar gel. Ekstrak digerus dalam lumpang dengan menambahkan etanol beberapa tetes sampai larut, lalu ditambahkan
No Komposisi
Formula (g)
E F G H
1 2 3 4
HPMC 4000 Propilen glikol EDG
Air suling ad
3,5 15 - 100
3,5 15 0,25
100
3,5 15 0,50
100
3,5 15 0,75
(35)
dengan dasar gel dan diaduk hingga homogen (Suardi, 2008). Bagan dapat dilihat pada lampiran 5 halaman 42 dan hasilnya dapat dilihat pada lampiran 6 halaman 43.
2.8 Pemeriksaan Gel
Pemeriksaan gel EDG dilakukan terhadap pemeriksaan organoleptis, homogenitas dan pH sediaan yang dilakukan selama 28 hari dengan pengukuran setiap 4 hari (Herida, 2007; Farida, 2007).
2.8.1 Pemeriksaan organoleptis
Meliputi bentuk, warna dan bau yang diamati secara visual.
2.8.2 Pemeriksaan homogenitas
Cara:
Sejumlah tertentu dari sediaan gel jika dioleskan pada sekeping kaca, sediaan gel harus menunjukan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Depkes, 1979).
2.8.3 Pemeriksaan pH sediaan
Cara:
Alat pH meter di kalibrasi menggunakan larutan dapar standar pH 4 dan pH 7. Satu gram sediaan diencerkan dengan air suling hingga 10 ml. Elektroda pH meter dicelupkan kedalam larutan yang diperiksa, pH meter dibiarkan bergerak sampai menunjukkan posisi yang tetap. Angka yang ditunjukkan oleh pH meter dicatat
(36)
2.9 Pengujian Efek Penyembuhan Luka Sayat
Pengujian efek penyembuhan luka sayat terdiri atas 2 kelompok yaitu kelompok 1 yang diberi matriks NDC (kelompok A, B, C dan D) dan kelompok 2 yang diberi sediaan gel (kelompok E, F, G dan H).
Kelompok 1 yang diberi matriks NDC: Kelompok A: Diberikan matriks nata de coco (NDC)
Kelompok B: Diberikan EDG 0,25% yang diperangkapkan dalam matriks NDC Kelompok C: Diberikan EDG 0,50% yang diperangkapkan dalam matriks NDC Kelompok D: Diberikan EDG 0,75% yang diperangkapkan dalam matriks NDC
Kelompok 2 yang diberi sediaan gel: Kelompok E: Diberikan dasar gel
Kelompok F: Diberikan gel EDG 0,25% Kelompok G: Diberikan gel EDG 0,50% Kelompok H: Diberikan gel EDG 0,75%
Masing-masing kelompok dilakukan terhadap 6 ekor kelinci. Kelinci yang digunakan adalah kelinci jantan dewasa dengan berat 1,5-2,0 kg.
Sebelum pengujian, bulu punggung kelinci dicukur dan dianestesi dengan lidokain injeksi dosis 1 ml dan didesinfeksi menggunakan etanol 70%. Selanjutnya dibuat sayatan sepanjang 2 cm, luka sayatan dibersihkan, kemudian diberi masing-masing perlakuan dengan pemberian obat secara topikal. Pengamatan dilakukan dengan mengukur perubahan panjang luka menggunakan jangka sorong. Luka dinyatakan sembuh jika panjang luka mencapai nol setelah luka tertutup oleh jaringan baru (Prabakti, 2005). Untuk kelompok 1 diberikan 1 kali sehari dan ditutup dengan
(37)
perekat. Untuk kelompok 2 dioleskan sebanyak 0,100 g 3 kali sehari secara merata. Hasil dapat dilihat pada lampiran 11 sampai 12 halaman 48 sampai 53.
2.10 Analisis Data
Data hasil pengujian efek penyembuhan luka sayat EDG yang diperangkapkan pada matriks maupun bentuk sediaan gel yang dianalisis secara statistik menggunakan metode ANAVA (Analisis Variansi) dengan taraf kepercayaan 95%, kemudian dilanjutkan dengan uji metode Duncan untuk mengetahui kelompok mana yang memiliki pengaruh sama atau berbeda antara satu dengan yang lainnya.
(38)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Ekstraksi Serbuk Simplisia Daun Dandang Gendis
Hasil maserasi dari 400 g serbuk simplisia daun dandang gendis dengan pelarut etanol 80% diperoleh 64,54 g ekstrak kental setelah di freeze dryer.
3.2 Hasil Pengeringan Nata De Coco (NDC) dan Pemerangkapan Ekstrak
Tabel 3. Hasil pengeringan NDC dan pemerangkapan EDG
No Berat NDC persegi panjang 2cmx3cmx1cm NDC 1.
2. 3. 4.
Berat kering rata-rata
Berat rata-rata setelah pemerangkapan EDG 0,25% Berat rata-rata setelah pemerangkapan EDG 0,50% Berat rata-rata setelah pemerangkapan EDG 0,75%
0,07 g 0,371 g 0,368 g 0,368 g
Pada tabel di atas menunjukan bahwa NDC yang telah dikeringkan dapat memerangkapkan ekstrak sebanyak 5 kali berat keringnya. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 7 dan 8 pada halaman 44 dan 45.
3.3 Hasil Pemeriksaan Gel
3.3.1 Hasil pemeriksaan secara visual
Hasil pemeriksaan homogenitas yang diamati selama 28 hari secara visual memperlihatkan bahwa semua sediaan homogen. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 3 berikut:
(39)
Tabel 4. Hasil pengamatan sediaan gel secara visual
Formula Warna Bau Konsistensi
1 2 3 4
bening kuning kuning tua coklat muda
khas HPMC khas EDG khas EDG + khas EDG ++
kental kental kental kental Keterangan: + : bau kuat + + : bau lebih kuat
1. Formula dasar gel; 2. Formula gel EDG 0,25%; 3. Formula gel EDG0,50% 4. Formulasi gel EDG 0,75%
Gel tanpa penambahan ekstrak berwarna bening sedangkan dengan penambahan ekstrak dihasilkan sediaan gel berwarna kuning sampai coklat muda karena ekstrak yang ditambahkan pada gel berwarna coklat hitam. Intensitas warna gel bertambah dengan meningkatnya konsentrasi ekstrak yang ditambahkan. Bau khas juga bertambah dengan meningkatnya konsentrasi ekstrak. Keempat formula yang dibuat menghasilkan sediaan gel yang kental.
3.3.2 Hasil pemeriksaan secara organoleptis
Hasil pemeriksaan dari perubahan stabilitas yang dilakukan secara organoleptis meliputi konsistensi, warna dan bau dari masing-masing formula sediaan gel pada penyimpanan selama 28 hari. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 4 berikut:
(40)
Tabel 5. Hasil pemeriksaan perubahan konsistensi, warna dan bau sediaan gel. Pengamatan Formula Waktu Penyimpanan (Hari)
1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 Konsistensi Warna Bau 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Keterangan: +: ada perubahan; -: tidak ada perubahan
1. Formula dasar gel; 2. Formula gel EDG 0,25%; 3. Formula gel EDG 0,50%; 4. Formula gel EDG 0,75%
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan terhadap sediaan gel, diketahui bahwa formula sediaan dasar gel maupun sediaan gel EDG dengan konsentrasi 0,25%, 0,50% dan 0,75% tidak mengalami perubahan konsistensi, warna maupun bau. Artinya bahwa sediaan gel yang dibuat stabil secara fisik.
3.3.3 Hasil pengukuran pH
Stabilitas gel juga dapat dilihat dari pH sediaan selama penyimpanan. Hasil pengukuran pH sediaan gel EDG dapat dilihat pada tabel 5 dan hasil pengamatan pH sediaan gel selama penyimpanan 28 hari dapat dilihat pada gambar 1.
(41)
Tabel 6. Hasil pengukuran pH sediaan gel selama penyimpanan
Formula Waktu Penyimpanan (Hari)
1 4 7 10 13 16 19 22 25 28
1 2 3 4 6,5 6,4 6,3 6,2 6,5 6,4 6,3 6,2 6,5 6,4 6,3 6,2 6,5 6,4 6,3 6,1 6,5 6,4 6,2 6,1 6,5 6,3 6,2 6,1 6,4 6,3 6,2 6,1 6,4 6,2 6,1 6,1 6,3 6,2 6,1 6,0 6,3 6,2 6,1 6,0 Keterangan:
1. Formula dasar gel; 2. Formula gel EDG 0,25%; 3. Formula gel EDG 0,50%; 4. Formula gel EDG 0,75%
Gambar 1. Grafik hasil pengamatan pH sediaan gel selama 28 hari penyimpanan
Berdasarkan pengukuran pH dari masing-masing formula selama pengamatan terjadi penurunan pH dan secara keseluruhan terlihat bahwa pH dari sediaan gel EDG menurun dengan bertambahnya waktu penyimpanan. Sediaan dasar gel juga mengalami penurunan pH. Hasil pemeriksaan stabilitas terhadap pH sediaan gel menunjukkan pH sediaan tetap stabil pada penyimpanan karena masih berada dalam
5.7 5.8 5.9 6 6.1 6.2 6.3 6.4 6.5 6.6
1 4 7 10 13 16 19 22 25 28
Dasar gel Gel EDG 0,25% Gel EDG 0,50% Gel EDG 0,75%
(42)
3.4 Hasil Uji Penyembuhan Luka Sayat
Hasil pengujian EDG yang diperangkapkan dalam matriks NDC maupun yang diformulasi dalam sediaan gel yang diberikan untuk penyembuhan luka sayat pada hewan percobaan, ditunjukkan dengan adanya penyembuhan dari kerusakan jaringan yang disebabkan oleh sayatan benda tajam. Data perubahan panjang luka sayat untuk masing-masing bagian dihitung dengan interval waktu pengukuran 1 hari. Hasil pengamatan dapat dilihat pada lampiran 9 dan 10 pada halaman 46 dan 47.
3.4.1 Hasil uji penyembuhan luka sayat EDG 0,25%, 0,50% dan 0,75% yang diperangkapkan dalam matriks NDC (EDG/NDC).
Data pengamatan uji penyembuhan luka sayat EDG 0,25%, 0,50% dan 0,75% yang diperangkapkan dalam matriks dan juga kontrol dapat dilihat pada tabel 7 dan hasil nya pada gambar 2 berikut:
Tabel 7. Data rata-rata hasil pengamatan penyembuhan luka sayat dengan satuan panjang centimeter (cm) menggunakan EDG yang diperangkapkan dalam matriks NDC dan kontrol.
No Perlakuan Waktu Penyembuhan (Hari)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 2 3 4 Kontrol EDG 0,25% EDG 0,50% EDG 0,75% 2 2 2 2 1,85 1,82 1,76 1,79 1,77 1,65 1,58 1,62 1,7 1,53 1,28 1,38 1,58 1,25 1,04 1,11 1,42 1,06 0,78 0,92 1,31 0,85 0,37 0,66 1,24 0,55 0 0,36 1,09 0,34 0 0 0,69 0 0 0 0,45 0 0 0 0 0 0 0
Pada data di atas dapat dilihat adanya pengurangan panjang luka sayat oleh masing-masing perlakuan. Pada kontrol, pengurangan panjang luka sayat pada hari pertama adalah 0,15 cm dan hari ke-11 1,55 cm. Data tersebut menunjukkan bahwa pengurangan panjang luka sayat oleh matriks NDC sebagai kontrol berlangsung lambat dengan waktu yang lama. Hal ini disebabkan karena tidak ada zat berkhasiat
(43)
dalam matriks NDC yang digunakan sebagai bahan pembawa. Pada EDG 0,25% NDC, pengurangan panjang luka sayat pada hari pertama adalah 0,18 cm dan hari ke-9 adalah 1,66 cm. Hal ini menunjukan bahwa EDG 0,25% NDC dapat menyembuhkan luka sayat lebih cepat daripada kontrol. Pada EDG 0,75% NDC, pengurangan panjang luka sayat pada hari pertama adalah 0,21 cm dan hari ke-8 adalah 1,64 cm. Hal ini menunjukkan bahwa EDG 0,75% NDC dapat menyembuhkan luka sayat lebih cepat daripada EDG 0,25% NDC dan kontrol. Pada EDG 0,50% NDC, pengurangan panjang luka sayat pada hari pertama adalah 0,24 cm dan hari ke-7 adalah 1,63 cm. Hal ini menunjukkan bahwa EDG 0,50% NDC dapat menyembuhkan luka sayat lebih cepat daripada EDG 0,75% NDC, EDG 0,25% NDC dan kontrol.
Gambar 2. Grafik perubahan panjang luka sayat EDG dalam matriks NDC
Pada grafik dapat dilihat bahwa kelompok kelinci yang paling cepat sembuh adalah kelompok C yaitu yang diberi perlakuan EDG 0,50% yang diperangkapkan
(44)
waktu 8 hari. Kelompok kelinci yang diberi perlakuan EDG 0,25% yang diperangkapkan dalam matriks NDC panjang rata-rata luka sayat untuk sembuh mencapai nol dalam waktu 9 hari. Sedangkan kelompok kelinci yang diberi perlakuan matriks NDC (kontrol), rata-rata sembuh dalam waktu 11 hari.
3.4.2 Hasil uji penyembuhan luka sayat EDG dengan konsentrasi 0,25%, 0,50%, 0,75% yang diformulasi dalam sediaan gel dan kontrol.
Data pengamatan uji penyembuhan luka sayat EDG 0,25%, 0,50% dan 0,75% yang diformulasi dalam sediaan gel dan juga kontrol dapat dilihat pada tabel 8 dan hasil nya pada gambar 3 berikut:
Tabel 8. Data rata-rata hasil pengamatan penyembuhan luka sayat dengan satuan panjang centimeter (cm) EDG yang diformulasi dalam sediaan gel dan kontrol.
No Perlakuan Waktu Penyembuhan (Hari)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 2 3 4 Kontrol EDG 0,25% EDG 0,50% EDG 0,75% 2 2 2 2 1,9 1,83 1,76 1,76 1,84 1,74 1,56 1,6 1,75 1,64 1,45 1,51 1,65 1,43 1,25 1,26 1,39 1,34 1,1 1,12 1,34 1,07 0,57 0,67 1,21 0,49 0 0,26 1,12 0,31 0 0 0,9 0 0 0 0,42 0 0 0 0 0 0 0
Pada data di atas dapat dilihat adanya pengurangan panjang luka sayat oleh masing-masing perlakuan. Dimana pada kontrol, pengurangan panjang luka sayat pada hari pertama adalah 0,1 cm dan hari ke-11 1,58 cm. Data tersebut menunjukkan bahwa pengurangan panjang luka sayat oleh dasar gel sebagai kontrol berlangsung lambat dengan waktu yang lama. Hal ini disebabkan karena tidak ada zat berkhasiat dalam dasar gel yang digunakan sebagai bahan pembawa. Pada gel EDG 0,25%, pengurangan panjang luka sayat pada hari pertama adalah 0,17 cm dan hari ke-9 adalah 1,69 cm. Hal ini menunjukan bahwa gel EDG 0,25% dapat menyembuhkan
(45)
luka sayat pada hari pertama adalah 0,24 cm dan hari ke-8 adalah 1,74 cm. Hal ini menunjukkan bahwa gel EDG 0,75% dapat menyembuhkan luka sayat lebih cepat daripada gel EDG 0,25% dan kontrol. Pada gel EDG 0,50%, pengurangan panjang luka sayat pada hari pertama adalah 0,24 cm dan hari ke-7 adalah 1,53 cm. Hal ini menunjukkan bahwa gel EDG 0,50% dapat menyembuhkan luka sayat lebih cepat daripada gel EDG 0,75%, gel EDG 0,25% dan kontrol.
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Kontrol EDG 0,25% EDG 0,50% EDG 0,75%
G Gambar 3. Grafik perubahan panjang luka sayat EDG dalam sediaan gel.
Pada grafik dapat dilihat bahwa kelompok kelinci yang paling cepat sembuh adalah kelompok G yaitu yang diberi perlakuan gel EDG 0,50%, pada hari ke-7, panjang rata-rata luka sayat sudah mencapai nol (sembuh). Kelompok kelinci yang diberi perlakuan gel EDG 0,75%, panjang rata-rata luka sayat sudah mencapai nol dalam waktu 8 hari. Kelompok kelinci yang diberi perlakuan gel EDG 0,25%, panjang rata-rata luka sayat sudah mencapai nol dalam waktu 9 hari. Sedangkan
(46)
Hasil pengujian dari semua kelompok baik EDG dengan variasi konsentrasi (0,25%, 0,50% dan 0,75%) yang diperangkapkan dalam matriks NDC maupun yang diformulasi dalam sediaan gel dapat mempercepat penyembuhan luka sayat pada hewan percobaan. EDG yang diperangkapkan pada NDC dan sediaan gel dengan konsentrasi 0,50% sama-sama dapat menyembuhkan luka sayat yang pada hari ke-7. Hal ini menunjukkan bahwa keduanya dapat digunakan sebagai sediaan topikal dengan hasil yang paling efektif yaitu konsentrasi 0,5%.
Kandungan senyawa kimia dari EDG antara lain adalah tanin, saponin, flavonoid dan steroid (Linda, 2007; Wirasty, 2004). Tanin berfungsi sebagai adstringen yaitu menciutkan pori-pori kulit dan sebagai anti bakteri. Saponin berfungsi sebagai antiseptik. Flavonoid berfungsi sebagai antiinflamasi, antibakteri, antioksidan. Steroid sebagai anti radang (Simon dan Kerry, 2000).
3.5 Hasil Analisis Variansi (ANAVA)
Metode analisis data yang digunakan adalah ANAVA (analisis variansi), dimana hasilnya terlihat perubahan panjang luka sayat yaitu adanya perbedaan pengurangan panjang luka sayat dengan variasi konsentrasi dari hari 0 hingga hari ke-11. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 13 dan 15 halaman 54 dan 59.
Hasil perubahan panjang luka sayat dengan menggunakan matriks NDC, pada hari pertama belum terlihat perbedaan secara signifikan, tapi pada hari ke-2 sudah terlihat perubahan signifikan dengan tingkat signifikan 0,000 sampai hari ke-10.
Perbedaan yang signifikan (α ≤ 0,05) menunjukan bahwa EDG menggunakan matriks
(47)
Penggunaan sediaan gel terhadap perubahan panjang luka sayat, pada hari pertama sudah terlihat perbedaan secara signifikan dengan tingkat signifikan 0,000 sampai hari ke-10. Perbedaan yang signifikan (α ≤ 0,05) menunjukan bahwa EDG menggunakan sediaan gel berkhasiat terhadap penyembuhan luka sayat.
Hal di atas juga menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan hasil penyembuhan luka sayat pada EDG yang diperangkapkan dalam matriks NDC dan yang diformulasikan dalam sediaan gel.
3.6 Hasil Uji Duncan
Untuk melihat kelompok perlakuan mana yang memiliki efek yang sama atau berbeda dan efek terkecil sampai dengan efek yang terbesar antara satu dengan yang lainnya sehingga diperoleh susunan kelompok yang berbeda, dilakukan uji Duncan. Pada uji Duncan ini, dilakukan untuk semua perlakuan dari hari ke-1 sampai ke-10. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 14 dan 16 halaman 55 dan 60.
Pada hari ke-1, uji Duncan dengan pemberian matriks NDC menunjukkan bahwa EDG 0,50% mempunyai perbedaan yang bermakna dengan EDG 0,25% dan kontrol, tetapi tidak berbeda secara signifikan dengan EDG 0,75%, sedangkan EDG 0,75% tidak berbeda secara signifikan dengan EDG 0,25% tetapi mempunyai perbedaan yang bermakna dengan kontrol dan pada EDG 0,25% tidak berbeda secara signifikan dengan kontrol. Pada pemberian sediaan gel, uji Duncan menunjukkan bahwa EDG 0,75% tidak berbeda secara signifikan dengan EDG 0,50%, tetapi
(48)
0,25% dan kontrol, sedangkan EDG 0,75% tidak berbeda secara signifikan dengan EDG 0,25% tetapi mempunyai perbedaan yang bermakna dengan kontrol. Pada pemberian sediaan gel, uji Duncan menunjukan bahwa EDG 0,50% mempunyai perbedaan yang bermakna dengan EDG 0,75%, EDG 0,25% dan kontrol.
Pada hari ke-3, uji Duncan dengan pemberian matriks NDC dan sediaan gel sama-sama menunjukkan bahwa EDG 0,50% mempunyai perbedaan yang bermakna dengan EDG 0,75%, EDG 0,25% dan kontrol.
Pada hari ke-4, uji Duncan dengan pemberian matriks NDC menunjukkan bahwa EDG 0,50% mempunyai perbedaan yang bermakna dengan EDG 0,75%, EDG 0,25% dan kontrol. Pada pemberian sediaan gel, uji Duncan menunjukkan bahwa EDG 0,50% tidak berbeda secara signifikan dengan EDG 0,75% tetapi mempunyai perbedaan yang bermakna dengan EDG 0,25% dan kontrol.
Pada hari ke-5, uji Duncan dengan pemberian matriks NDC menunjukan bahwa EDG 0,50% tidak berbeda secara signifikan dengan EDG 0,75% tetapi mempunyai perbedaan yang bermakna dengan EDG 0,25% dan kontrol, sedangkan EDG 0,75% tidak berbeda secara signifikan dengan EDG 0,25% tetapi mempunyai perbedaan yang berarti dengan kontrol. Pada pemberian sediaan gel, uji Duncan menunjukkan bahwa EDG 0,50% tidak berbeda secara signifikan dengan EDG 0,75% tetapi mempunyai perbedaan yang bermakna dengan EDG 0,25% dan kontrol.
Pada hari ke-6, uji Duncan dengan pemberian matriks NDC dan sediaan gel sama-sama menunjukkan bahwa EDG 0,50% mempunyai perbedaan yang bermakna dengan EDG 0,75%, EDG 0,25% dan kontrol.
(49)
Pada hari ke-7, uji Duncan dengan pemberian matriks NDC menunjukkan bahwa EDG 0,50% sudah memberikan kesembuhan dan mempunyai perbedaan yang bermakna dengan EDG 0,75%, EDG 0,25% dan kontrol. Begitu juga dengan sediaan gel, EDG 0,50% sudah memberikan kesembuhan dan mempunyai perbedaan yang bermakna dengan EDG 0,75%, EDG 0,25% dan kontrol.
Pada hari ke-8, uji Duncan dengan pemberian matriks NDC menunjukkan bahwa EDG 0,75% sudah memberikan kesembuhan dan mempunyai perbedaan yang bermakna dengan EDG 0,25% dan kontrol. Begitu juga dengan sediaan gel, EDG 0,75% sudah memberikan kesembuhan dan mempunyai perbedaan yang bermakna dengan EDG 0,75%, EDG 0,25% dan kontrol.
Pada hari ke-9, uji Duncan dengan pemberian matriks NDC menunjukkan bahwa EDG 0,25% sudah memberikan kesembuhan dan mempunyai perbedaan yang bermakna dengan dan kontrol. Begitu juga dengan sediaan gel, EDG 0,25% sudah memberikan kesembuhan dan mempunyai perbedaan yang bermakna dengan kontrol.
Pada hari ke-10, semua uji sudah memberikan kesembuhan kecuali kontrol. Hal ini berarti sediaan uji berkhasiat terhadap penyembuhan luka.
(50)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
EDG yang diperangkapkan dalam matriks NDC berkhasiat terhadap penyembuhan luka sayat pada kulit punggung kelinci. Hasil uji luka sayat menunjukan bahwa yang paling efektif adalah sediaan dengan konsentrasi 0,50% dengan waktu 7 hari.
EDG yang diformulasikan dalam bentuk sediaan gel berkhasiat terhadap penyembuhan luka sayat pada kulit punggung kelinci. Hasil uji penyembuhan luka sayat menunjukan bahwa yang paling efektif adalah sediaan dengan konsentrasi 0,50% dengan waktu 7 hari.
4.2 Saran
Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk mengisolasi senyawa yang berkhasiat pada tumbuhan dandang gendis dalam penyembuhan luka sayat terutama senyawa tanin dan flavonoid.
(51)
DAFTAR PUSTAKA
Aiache, J. M., & Hermann, Guyot. (1993). Farmasetika 2 Biofarmasi. Edisi Ke-2. Surabaya: Penerbit Universitas Airlangga. Hal. 443-454
Anief, Moh. (1997). Formulasi Obat Topikal Dengan Dasar Penyakit Kulit. Cetakan Pertama. Yogyakarta: UGM Press. Hal. 5
Anief, Moh. (2000). Farmasetika. Cetakan Kedua. Yogyakarta: UGM Press. Hal. 118 Anonim. Online (2005). Clinacanthus nutans.
Anonim, Online (2008). Bakteri Nata De Coco.
Anonim. Online (2010). Mekanisme Penyembuhan Luka.
Dalimartha, S. (2000). Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid I. Jakarta: Trubus Agriwidja. Hal. vii
Depkes. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 33
Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetik Indonesia. Jakarta: Depkes. Hal. 34 Ditjen POM. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Cetakan
Pertama. Jakarta: Depkes RI. Hal. 3-5, 10-11
Djauhariyah. (2004). Gulma Berkhasiat Obat. Jakarta: Penebar Swadaya. Hal. 57 Farida, I. (2007). Formulasi Lotio Dan Gel Ekstrak Buah Jeruk Nipis (Citrus
aurantifolia (Chrism & Panzer) Swingle Fruktus) Serta Uji Stabilitas Fisik Sediaan. School of Pharmacy ITB.
Herdiana, Y. (2007). Formulasi Gel Undesilenil Fenilalanin Dalam Aktivitas Sebagai Pencerah Kulit. Karya Ilmiah. Fakultas Farmasi Unipad Jatinangor.
Lachman. Lieberman, PhD., Kanig, Joseph L., PhD. (1986). Teori dan Praktek Farmasi Industri II. Edisi Ketiga. Jakarta: UI Press. Hal. 1092
(52)
Mariani, Ani. (2010). Pemanfaatan Nata De Coco Sebagai Matriks Terhadap Ekstrak Etanol Daun Dandang Gendis (Clinacanthus nutans (Burm f.) Lindau) Dalam Sediaan Kapsul. Medan: Fakultas Farmasi. Hal. 2
Mimi. (2009). Pembuatan Nata Dari Pati Hasil Isolasi Biji Nangka Sebagai Matriks Pembawa Fraksi n-Heksan Daun Dandang Gendis Pada Uji Antiinflamasi. Medan: Fakultas Farmasi. Hal. 3
Murray, Robert K. MD, PhD. (2006). Biokimia Harper. Edisi Ke-27. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran. Hal. 624
Piluharto, B. Online. (2003). Kajian Sifat Fisik Film Tipis Nata De Coco Sebagai Membran Ultrafiltrasi.
Prabakti, Yudi. (2005). Perbedaan Jumlah Fibroblas Di Sekitar Luka Insisi Pada Tikus Yang Diberi Infiltrasi Penghilang Nyeri Levobupivakain Dan Yang Tidak Diberi Levobupivakain. Semarang: UNDIP. Hal. 25
Rahmawati. (2010). Pemanfaatan Nata De Coco Dalam Pembuatan Tablet Ekstrak Etanol Daun Ruku-ruku (Ocimum sanctum L.). Medan: Fakultas Farmasi. Hal. 2
Rowe, R.C., Sheskey, P.J., and Owen, S.C.. (2008). Handbook of Pharmaceutical Excipient. Pharmaceutical Press, American pharmaceutical association. 5rd edition. Pages 346, 466, 624.
Simon, K. and Kerry B. (2000). Principles and Practice of Phytotheraphy. Modern Herbal Medicine. New York: Churchill livingstone. Hal. 32, 69, 291
Suardi, Muslim. (2009). Formulasi dan Uji Klinik Gel Anti Jerawat Benzoil Peroksida-HPMC. Jurnal. Hal. 1-4
Warisno. (2004). Mudah dan Praktis Membuat Nata De Coco. Cetakan I. Jakarta: Agromedia Pustaka. Hal. 23-30
Wirasty, P. A. (2004). Pemeriksaan Fitokimia dan Isolasi Senyawa Triterpenoid/Steroida dari Daun Thailand. Medan: Fakultas Farmasi. Hal. 19 Yuniarti, Titin. (2008). Ensiklopedia Tanaman Obat Tradisional. Yogyakarta: Media
(53)
(54)
Lampiran 2. Gambar tumbuhan dandang gendis (Clinacanthus nutans (Burm f.) Lindau) dan daun dandang gendis
Gambar tumbuhan dandang gendis (Clinacanthus nutans (Burm f.) Lindau)
Gambar daun dandang gendis
(55)
Lampiran 3. Bagan kerja penelitian
Dimaserasi dengan etanol 80% selama
5 hari, dienaptuangkan selama 2 hari
Dipekatkan dengan rotary evaporator Dikeringkan di freeze dryer
Diuji terhadap luka sayat Analisis data
Serbuk simplisia
Maserat
Ekstrak
Pembuatan sediaan gel Diperangkapkan pada matriks nata de coco (NDC)
Gel EDG 0,25%
Gel EDG 0,50%
Gel EDG 0,75%
EDG 0,25% NDC
EDG 0,50% NDC
EDG 0,75 % NDC
(56)
Lampiran 4. Bagan pembuatan nata de coco dan pemerangkapan EDG
Ditambahkan gula 10% Ditambahkan urea 0,5% Dididihkan selama ± 15 menit
Ditambahkan as. asetat 25% sampai pH 3-4 Didinginkan
Ditambahkan stater 10% Dimasukan kedalam inkubator Didiamkan selama 2 minggu
Dipotong dengan ukuran 3 x 2 cm Dinetralkan dengan NaOH 0,2N Dikeringkan di freeze dryer Ditimbang
Dijerapkan ke dalam EDG selama 24 jam
Dikeringkan di freeze dryer Ditimbang
Air kelapa
Larutan untuk nata
Nata de coco (NDC)
EDG 0,50% NDC
EDG 0,75% NDC EDG 0,25 %
NDC
Matriks EDG 0,25%
NDC
Matriks EDG 0,50%
NDC
Matriks EDG 0,75%
NDC
(57)
Lampiran 5. Bagan pembuatan sediaan gel EDG
Dilarutkan dalam Dikembangkan ke dalam beberapa tetes etanol air panas
Ditambahkan propilen glikol Digerus homogen
Ditambahkan air suling hingga 100 g
Digerus homogen
Diaduk hingga homogen
EDG HPMC
Dasar gel
(58)
Lampiran 6. Gambar EDG yang diperangkapkan dalam matriks NDC dan sediaan gel EDG.
Gambar EDG yang diperangkapkan dalam matriks NDC
A B C D Matriks NDC EDG 0,25% EDG 0,50% EDG 0,75%
NDC NDC NDC Gambar sediaan gel EDG
E F G H Dasar gel Gel EDG 0,25% Gel EDG 0,50% Gel EDG 0,75%
(59)
Lampiran 7. Data hasil pengeringan nata de coco (NDC)
Perlakuan Berat NDC setelah pemerangkapan EDG (g)
Rata-rata
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
kontrol 1 2 3 4 5 6 0,07 0,06 0,07 0,07 0,06 0,08 0,07 0,07 0,08 0,06 0,06 0,07 0,06 0,07 0,08 0,06 0,08 0,07 0,06 0,06 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,06 0,06 0,07 0,06 0,08 0,08 0,07 0,07 0,07 0,07 0,09 0,09 0,08 0,07 0,08 0,07 0,06 0,07 0,06 0,09 0,06 0,07 0,07 0,07 0,06 0,08 0,07 0,07 0,07 0,06 0,07 0,07 0,08 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,06 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07
Rata-rata 0,07
EDG 0,50% 1 2 3 4 5 6 0,07 0,07 0,07 0,08 0,07 0,07 0,07 0,08 0,07 0,08 0,06 0,06 0,07 0,08 0,06 0,06 0,07 0,06 0,08 0,08 0,07 0,07 0,07 0,07 0,08 0,07 0,07 0,07 0,06 0,06 0,07 0,09 0,08 0,07 0,06 0,07 0,07 0,09 0,07 0,07 0,07 0,07 0,06 0,08 0,08 0,8 0,07 0,09 0,07 0,08 0,06 0,06 0,07 0,08 0,07 0,08 0,07 0,07 0,08 0,07 0,07 0,07 0,07 0,06 0,08 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07
Rata-rata 0,07
EDG 0,25% 1 2 3 4 5 6 0,07 0,08 0,08 0,07 0,08 0,06 0,06 0,07 0,08 0,07 0,09 0,07 0,06 0,07 0,06 0,06 0,08 0,06 0,07 0,07 0,07 0,07 0,09 0,06 0,06 0,06 0,07 0,08 0,07 0,09 0,07 0,07 0,07 0,08 0,07 0,08 0,07 0,07 0,07 0,07 0,08 0,07 0,09 0,07 0,8 0,07 0,08 0,07 0,08 0,07 0,06 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,06 0,08 0,07 0,07 0,06 0,06 0,07 0,09 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,08 0,07
Rata-rata 0.071
EDG 0,75% 1 2 3 4 5 6 0,06 0,07 0,07 0,06 0,08 0,08 0,06 0,07 0,07 0,08 0,08 0,07 0,08 0,06 0,07 0,08 0,07 0,07 0,07 0,06 0,08 0,08 0,07 0,06 0,07 0,07 0,08 0,07 0,08 0,07 0,07 0,08 0,07 0,07 0,06 0,07 0,08 0,09 0,07 0,07 0,07 0,07 0,06 0,06 0,06 0,07 0,06 0,06 0,07 0,07 0,07 0,07 0,06 0,07 0,08 0,07 0,07 0,06 0,06 0,07 0,07 0,07 0,07 0,06 0,07 0,08 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07
(60)
Lampiran 8. Data hasil pemerangkapan EDG 0,25%, 0,5% dan 0,75%
Perlakuan Berat NDC setelah pemerangkapan EDG (g)
Rata-rata
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
EDG 0,25% 1 2 3 4 5 6 0,39 0,37 0,37 0,38 0,39 0,37 0,39 0,38 0,38 0,37 0,36 0,36 0,41 0,38 0,38 0,38 0,36 0,38 0,39 0,37 0,4 0,37 0,37 0,38 0,35 0,38 0,36 0,36 0,38 0,37 0,37 0,36 0,35 0,38 0,36 0,37 0,38 0,39 0,38 0,37 0,38 0,38 0,35 0,38 0,38 0,37 0,38 0,39 0,36 0,37 0,37 0,38 0,37 0,37 0,42 0,37 0,39 0,38 0,36 0,36 0,37 0,38 0,36 0,38 0,38 0,39 0,38 0,37 0,37 0,37 0,37 0,37
Rata-rata 0,371
EDG 0,50% 1 2 3 4 5 6 0,37 0,38 0,36 0,37 0,38 0,36 0,38 0,38 0,37 0,37 0,38 0,37 0,36 0,37 0,37 0,37 0,36 0,36 0,36 0,37 0,38 0,38 0,39 0,39 0,37 0,38 0,37 0,38 0,36 0,37 0,37 0,36 0,37 0,37 0,37 0,36 0,36 0,37 0,36 0,38 0,37 0,37 0,38 0,37 0,38 0,37 0,36 0,38 0,37 0,38 0,38 0,36 0,36 0,37 0,38 0,38 0,37 0,37 0,38 0,38 0,36 0,36 0,38 0,37 0,36 0,37 0,36 0,37 0,37 0,37 0,37 0,37
Rata-rata 0,368
EDG 0,75% 1 2 3 4 5 6 0,37 0,36 0,37 0,35 0,37 0,38 0,39 0,38 0,38 0,37 0,37 0,36 0,37 0,36 0,36 0,37 0.38 0,36 0,36 0,37 0,37 0,37 0,36 0,36 0,36 0,37 0,37 0,38 0,38 0,39 0,37 0,36 0,36 0,37 0,37 0,36 0,39 0,37 0,37 0,36 0,38 0,36 0,37 0,37 0,37 0,38 0,39 0,4 0,37 0,36 0,37 0,36 0,37 0,38 0,38 0,37 0,37 0,38 0,36 0,37 0,37 0,38 0,39 0,38 0,39 0,36 0,37 0,36 0,37 0,37 0,37 0,37
(61)
Lampiran 9. Data perubahan panjang luka sayat dengan menggunakan EDG yang diperangkapkan dalam matriks NDC.
NDC Perubahan panjang luka sayat selama 11 hari (cm)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Kontrol 1 2 3 4 5 6 2 2 2 2 2 2 1,83 1,79 1,8 1,91 1,89 1,92 1,79 1,73 1,72 1,8 1,79 1,82 1,68 1,66 1,61 1,75 1,65 1,76 1,58 1,5 1,57 1,62 1,54 1,68 1,34 1,32 1,34 1,5 1,48 1,55 1,29 1,27 1,28 1,32 1,3 1,41 1,2 1,18 1,21 1,22 1,2 1,27 1,1 1,08 1,05 1,12 1,1 1,09 0,9 0,89 0,48 1,0 0,9 0,89 0,52 0,5 0 0,6 0,58 0,55 0 0 0 0 0 0 Rata-
rata 2 1,85 1,77 1,7 1,58 1,42 1,31 1,24 1,09 0,69 0,45 0
EDG 0,25% 1 2 3 4 5 6 2 2 2 2 2 2 1,8 1,82 1,8 1,84 1,84 1,82 1,64 1,66 1,66 1,68 1,67 1,64 1,5 1,54 1,55 1,55 1,54 1,51 1,22 1,28 1,27 1,26 1,24 1,24 0,96 1,15 1,0 1,05 1,12 1,08 0,77 0,93 0,79 0,82 0,91 0,88 0,5 0,61 0,57 0,54 0,58 0,53 0,32 0,38 0,34 0,36 0,36 0,33 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Rata-
rata 2 1,82 1,65 1,53 1,25 1,06 0,85 0,55 0,34 0 0 0
EDG 0,50% 1 2 3 4 5 6 2 2 2 2 2 2 1,78 1,76 1,77 1,72 1,8 1,76 1,59 1,58 1,58 1,57 1,61 1,59 1,3 1,27 1,29 1,22 1,32 1,28 1,15 1,1 1,04 0,93 1,05 1,02 0,98 0,91 0,8 0,42 0,82 0,78 0,54 0,48 0,42 0 0,41 0,38 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Rata-rata 2 1,76 1,58 1,28 1,04 0,78 0,37 0 0 0 0 0
EDG 0,75% 1 2 3 4 5 6 2 2 2 2 2 2 1,8 1,78 1,77 1,82 1,8 1,81 1,66 1,59 1,56 1,64 1,65 1,64 1,42 1,45 1,27 1,4 1,38 1,39 1,15 1,18 1,06 1,09 1,1 1,12 0,9 0,98 0,85 0,88 0,92 0,99 0,71 0,74 0,44 0,63 0,71 0,75 0,44 0,44 0 0,4 0,42 0,46 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Rata-
(62)
Lampiran 10. Data perubahan panjang luka sayat dengan menggunakan sediaan gel. Gel Perubahan panjang luka sayat selama 11 hari (cm)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Kontrol 1 2 3 4 5 6 2 2 2 2 2 2 1,91 1,93 1,95 1,9 1,88 1,87 1,85 1,87 1,9 1,81 1,8 1,8 1,75 1,79 1,82 1,72 1,7 1,71 1,65 1,67 1,72 1,63 1,6 1,61 1,34 1,45 1,5 1,43 1,3 1,32 1,29 1,4 1,45 1,35 1,27 1,28 1,2 1,26 1,3 1,15 1,17 1,2 1,05 1,18 1,2 1,09 1,0 1,13 0,9 0,92 1,05 1,01 0,6 0,89 0,45 0,5 0,58 0,53 0 0,51 0 0 0 0 0 0 Rata-
Rata 2 1,9 1,84 1,75 1,65 1,39 1,34 1,21 1,12 0,9 0,42 0
EDG 0,25% 1 2 3 4 5 6 2 2 2 2 2 2 1,82 1,83 1,86 1,8 1,84 1,84 1,72 1,78 1,78 1,7 1,74 1,76 1,62 1,66 1,67 1,62 1,64 1,65 1,41 1,45 1,44 1,4 1,43 1,46 1,34 1,37 1,33 1,35 1,33 1,36 1,1 1,08 1,07 1,05 1,06 1,1 0,5 0,54 0,48 0,42 0,52 0,5 0,3 0,32 0,3 0,28 0,36 0,31 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Rata-
Rata 2 1,83 1,74 1,64 1,43 1,34 1,07 0,49 0,31 0 0 0
EDG 0,50% 1 2 3 4 5 6 2 2 2 2 2 2 1,76 1,74 1,77 1,78 1,76 1,76 1,58 1,54 1,57 1,6 1,54 1,52 1,46 1,44 1,45 1,45 1,44 1,45 1,28 1,21 1,22 1,31 1,27 1,24 1,19 1,0 1,0 1,15 1,1 1,18 0,61 0,54 0,52 0,58 0,55 0,62 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Rata-rata 2 1,76 1,56 1,45 1,25 1,10 0,57 0 0 0 0 0
EDG 0,75% 1 2 3 4 5 6 2 2 2 2 2 2 1,78 1,77 1,77 1,76 1,74 1,74 1,61 1,62 1,6 1,61 1,56 1,6 1,52 1,53 1,5 1,52 1,48 1,52 1,28 1,24 1,3 1,26 1,21 1,28 1,15 1,12 1,19 1,1 1,05 1,13 0,73 0,72 0,74 0,73 0,42 0,7 0,32 0,3 0,31 0,33 0 0,32 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Rata-
(63)
Lampiran 11. Gambar perubahan panjang luka sayat yang diobati dengan EDG yang diperangkapkan dalam matriks NDC pada hari ke-1 hingga 11.
Hari ke-1:
A (Kontrol) B (0,25%)
C (0,50%) D (0,75%) Hari ke-3:
(64)
A (Kontrol) B (0,25%)
C (0,50%) D (0,75%)
Hari ke-7:
A (Kontrol) B (0,25%)
(65)
A (Kontrol) B (0,25%)
D (0,75%) Hari ke-11:
(66)
Hari ke-1:
E (Kontrol) F (0,25%)
G (0,50%) H (0,75%)
Hari ke-3:
E (Kontrol) F (0,25%)
G (0,50%) H (0,75%)
(67)
E (Kontrol) F (0,25%)
G (0,50%) H (0,75%)
Hari ke-7:
E (Kontrol) F (0,25%)
(68)
E (Kontrol) F (0,25%)
H (0,75%) Hari ke-11:
(69)
ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
hari 1 Between Groups .027 3 .009 7.718 .001
Within Groups .023 20 .001
Total .050 23
hari 2 Between Groups .120 3 .040 44.082 .000
Within Groups .018 20 .001
Total .138 23
hari 3 Between Groups .604 3 .201 106.810 .000
Within Groups .038 20 .002
Total .642 23
hari 4 Between Groups 1.011 3 .337 113.468 .000
Within Groups .059 20 .003
Total 1.070 23
hari 5 Between Groups 1.352 3 .451 32.276 .000
Within Groups .279 20 .014
Total 1.631 23
hari 6 Between Groups 2.799 3 .933 65.306 .000
Within Groups .286 20 .014
Total 3.084 23
hari 7 Between Groups 4.664 3 1.555 182.817 .000
Within Groups .170 20 .009
Total 4.834 23
hari 8 Between Groups 4.753 3 1.584 5997.997 .000
Within Groups .005 20 .000
Total 4.759 23
hari 9 Between Groups 3.200 3 1.067 127.508 .000
Within Groups .167 20 .008
Total 3.368 23
hari 10 Between Groups .945 3 .315 24.343 .000
Within Groups .259 20 .013
Total 1.204 23
hari 11 Between Groups .000 3 .000 . .
Within Groups .000 20 .000
(70)
hari 1
Perlakuan N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3
Duncana EDG 0,50 % 6 1.7650
EDG 0,75 % 6 1.7967 1.7967
EDG 0,25 % 6 1.8200 1.8200
Kontrol 6 1.8567
Sig. .123 .249 .077
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
hari 2
Perlakuan N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3
Duncana EDG 0,50 % 6 1.5867
EDG 0,75 % 6 1.6233
EDG 0,25 % 6 1.6583
Kontrol 6 1.7750
Sig. 1.000 .058 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a.Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
hari 3
Perlakuan N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3 4
Duncana EDG 0,50 % 6 1.2800
EDG 0,75 % 6 1.3850
EDG 0,25 % 6 1.5317
Kontrol 6 1.7017
Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
(71)
Perlakuan N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3 4
Duncana EDG 0,50 % 6 1.0483
EDG 0,75 % 6 1.1167
EDG 0,25 % 6 1.2517
Kontrol 6 1.5817
Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
hari 5
Perlakuan N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3
Duncana EDG 0,50 % 6 .7850
EDG 0,75 % 6 .9200 .9200
EDG 0,25 % 6 1.0600
Kontrol 6 1.4217
Sig. .062 .053 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
hari 6
Perlakuan N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3 4
Duncana EDG 0,50 % 6 .3717
EDG 0,75 % 6 .6633
EDG 0,25 % 6 .8500
Kontrol 6 1.3117
Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000
(72)
Perlakuan N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3 4
Duncana EDG 0,50 % 6 .0000
EDG 0,75 % 6 .3600
EDG 0,25 % 6 .5550
Kontrol 6 1.2133
Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
hari 8
Perlakuan N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3
Duncana EDG 0,50 % 6 .0000
EDG 0,75 % 6 .0000
EDG 0,25 % 6 .3483
Kontrol 6 1.0900
Sig. 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
hari 9
Perlakuan N
Subset for alpha = 0.05
1 2
Duncana EDG 0,25 % 6 .0000
EDG 0,50 % 6 .0000
EDG 0,75 % 6 .0000
Kontrol 6 .8433
Sig. 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
(73)
Perlakuan N
Subset for alpha = 0.05
1 2
Duncana EDG 0,25 % 6 .0000
EDG 0,50 % 6 .0000
EDG 0,75 % 6 .0000
Kontrol 6 .4583
Sig. 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
(74)
ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
hari 1 Between Groups .087 3 .029 65.393 .000
Within Groups .009 20 .000
Total .096 23
hari 2 Between Groups .303 3 .101 97.740 .000
Within Groups .021 20 .001
Total .324 23
hari 3 Between Groups .325 3 .108 138.872 .000
Within Groups .016 20 .001
Total .340 23
hari 4 Between Groups .612 3 .204 162.878 .000
Within Groups .025 20 .001
Total .637 23
hari 5 Between Groups .397 3 .132 32.197 .000
Within Groups .082 20 .004
Total .479 23
hari 6 Between Groups 2.305 3 .768 133.786 .000
Within Groups .115 20 .006
Total 2.420 23
hari 7 Between Groups 4.888 3 1.629 301.174 .000
Within Groups .108 20 .005
Total 4.996 23
hari 8 Between Groups 5.096 3 1.699 959.224 .000
Within Groups .035 20 .002
Total 5.131 23
hari 9 Between Groups 3.605 3 1.202 192.323 .000
Within Groups .125 20 .006
Total 3.730 23
hari 10 Between Groups .826 3 .275 24.027 .000
Within Groups .229 20 .011
Total 1.055 23
hari 11 Between Groups .000 3 .000 . .
Within Groups .000 20 .000
Total .000 23
(75)
hari 1
Perlakuan N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3
Duncana EDG 0,75 % 6 1.7600
EDG 0,50 % 6 1.7617
EDG 0,25% 6 1.8317
Kontrol 6 1.9067
Sig. .893 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
hari 2
Perlakuan N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3 4
Duncana EDG 0,50 % 6 1.5583
EDG 0,75 % 6 1.6000
EDG 0,25 % 6 1.7467
Kontrol 6 1.8383
Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
hari 3
Perlakuan N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3 4
Duncana EDG 0,50 % 6 1.4483
EDG 0,75 % 6 1.5117
EDG 0,25 % 6 1.6433
Kontrol 6 1.7483
(76)
1 2 3
Duncana EDG 0,50 % 6 1.2550
EDG 0,75 % 6 1.2617
EDG 0,25 % 6 1.4317
Kontrol 6 1.6467
Sig. .748 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
hari 5
Perlakuan N
Subset for alpha = 0.05
1 2
Duncana EDG 0,50 % 6 1.1033
EDG 0,75 % 6 1.1233
EDG 0,25 % 6 1.3467
Kontrol 6 1.3900
Sig. .595 .255
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
hari 6
Perlakuan N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3 4
Duncana EDG 0,50 % 6 .5700
EDG 0,75 % 6 .6733
EDG 0,25 % 6 1.0767
Kontrol 6 1.3400
Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
(77)
1 2 3 4
Duncana EDG 0,50 % 6 .0000
EDG 0,75 % 6 .2633
EDG 0,25 % 6 .4933
Kontrol 6 1.2133
Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
hari 8
Perlakuan N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3
Duncana EDG 0,50 % 6 .0000
EDG 0,75 % 6 .0000
EDG 0,25 % 6 .3117
Kontrol 6 1.1267
Sig. 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
hari 9
Perlakuan N
Subset for alpha = 0.05
1 2
Duncana EDG 0,25 % 6 .0000
EDG 0,50 % 6 .0000
EDG 0,75 % 6 .0000
Kontrol 6 .8950
Sig. 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
(1)
Perlakuan N
Subset for alpha = 0.05
1 2
Duncana EDG 0,25 % 6 .0000
EDG 0,50 % 6 .0000
EDG 0,75 % 6 .0000
Kontrol 6 .4583
Sig. 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Lampiran 15. Hasil analisis variansi (ANAVA) terhadap rata-rata perubahan
(2)
ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
hari 1 Between Groups .087 3 .029 65.393 .000
Within Groups .009 20 .000
Total .096 23
hari 2 Between Groups .303 3 .101 97.740 .000
Within Groups .021 20 .001
Total .324 23
hari 3 Between Groups .325 3 .108 138.872 .000
Within Groups .016 20 .001
Total .340 23
hari 4 Between Groups .612 3 .204 162.878 .000
Within Groups .025 20 .001
Total .637 23
hari 5 Between Groups .397 3 .132 32.197 .000
Within Groups .082 20 .004
Total .479 23
hari 6 Between Groups 2.305 3 .768 133.786 .000
Within Groups .115 20 .006
Total 2.420 23
hari 7 Between Groups 4.888 3 1.629 301.174 .000
Within Groups .108 20 .005
Total 4.996 23
hari 8 Between Groups 5.096 3 1.699 959.224 .000
Within Groups .035 20 .002
Total 5.131 23
hari 9 Between Groups 3.605 3 1.202 192.323 .000
Within Groups .125 20 .006
Total 3.730 23
hari 10 Between Groups .826 3 .275 24.027 .000
Within Groups .229 20 .011
Total 1.055 23
hari 11 Between Groups .000 3 .000 . .
Within Groups .000 20 .000
Total .000 23
Lampiran 16. Hasil uji Duncan terhadap rata-rata perubahan panjang luka sayat
(3)
hari 1
Perlakuan N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3
Duncana EDG 0,75 % 6 1.7600
EDG 0,50 % 6 1.7617
EDG 0,25% 6 1.8317
Kontrol 6 1.9067
Sig. .893 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
hari 2
Perlakuan N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3 4
Duncana EDG 0,50 % 6 1.5583
EDG 0,75 % 6 1.6000
EDG 0,25 % 6 1.7467
Kontrol 6 1.8383
Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
hari 3
Perlakuan N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3 4
Duncana EDG 0,50 % 6 1.4483
EDG 0,75 % 6 1.5117
EDG 0,25 % 6 1.6433
Kontrol 6 1.7483
Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
hari 4
(4)
1 2 3 Duncana EDG 0,50 % 6 1.2550
EDG 0,75 % 6 1.2617
EDG 0,25 % 6 1.4317
Kontrol 6 1.6467
Sig. .748 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
hari 5
Perlakuan N
Subset for alpha = 0.05
1 2
Duncana EDG 0,50 % 6 1.1033
EDG 0,75 % 6 1.1233
EDG 0,25 % 6 1.3467
Kontrol 6 1.3900
Sig. .595 .255
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
hari 6
Perlakuan N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3 4
Duncana EDG 0,50 % 6 .5700
EDG 0,75 % 6 .6733
EDG 0,25 % 6 1.0767
Kontrol 6 1.3400
Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
hari 7
(5)
1 2 3 4 Duncana EDG 0,50 % 6 .0000
EDG 0,75 % 6 .2633
EDG 0,25 % 6 .4933
Kontrol 6 1.2133
Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
hari 8
Perlakuan N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3
Duncana EDG 0,50 % 6 .0000
EDG 0,75 % 6 .0000
EDG 0,25 % 6 .3117
Kontrol 6 1.1267
Sig. 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
hari 9
Perlakuan N
Subset for alpha = 0.05
1 2
Duncana EDG 0,25 % 6 .0000
EDG 0,50 % 6 .0000
EDG 0,75 % 6 .0000
Kontrol 6 .8950
Sig. 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
hari 10
Perlakuan N
Subset for alpha = 0.05
1 2
(6)
EDG 0,50 % 6 .0000
EDG 0,75 % 6 .0000
Kontrol 6 .4283
Sig. 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.