0. Hasil Uji Normalitas Tes Akhir Kelas Sampel

Tabel 4.0. Hasil Uji Normalitas Tes Akhir Kelas Sampel

Kelas N L 0 L Kesimpulan Keterangan tabel

L L

Eksperimen 35 0,1166 0 , 1497 0 tabel

Data normal

L 0 L tabel

Kontrol

Data normal

Data di atas menunjukkan bahwa L 0 L tabel , baik untuk kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Ini berarti data kelas sampel

terdistribusi normal. (Untuk perhitungan lebih jelasnya lihat lampiran XVII,XVIII).

b. Uji Homogenitas Tes Akhir Uji homogenitas ini bertujuan untuk melihat apakah kedua kelas sampel mempunyai varians yang homogen atau tidak. Kriteria pengujian, jika F hitung <F tabel , maka kedua sampel mempunyai varians yang homogen. Setelah melakukan uji normalitas maka dilakukan uji homogenitas pada

kelas sampel diperoleh F hitung  1,41 sedangkan untuk taraf signifikansi   0 , 05 , dk pembilang  n-1 = 35 dan 34, diperoleh F tabel  1,62 dari daftar distribusi F, dengan demikian F hitung  F tabel . (1,41 1,62) Hal ini menunjukkan bahwa kedua kelas sampel memiliki varians yang

homogen. (Perhitungan lebih jelas dapat dilihat pada lampiran XIX).

c. Uji Hipotesis Lakukan uji normalitas dan uji homogenitas, ternyata hasil tes akhir pada kedua kelas sampel berasal dari populasi berdistribusi normal dan mempunyai varians yang homogen. Analisis uji-t pada tes akhir di atas diperoleh t hitung  2,54 sedangkan dari tabel nilai t (0,95)(88) =1,66 pada

taraf nyata 0,05 dari taraf kepercayaan 95%. Berdasarkan data di atas t hitung  t tabel dimana harga t hitung berada di luar daerah penerimaan. Maka

disimpulkan bahwa pemahaman konsep fisika peserta didik yang mengikuti model pembelajaran aktif berbasis Penerapan pembelajaran Mind Mipping Dalam metode Quantum Learning lebih tinggi

dibandingkan dengan pemahaman konsep fisika peserta didik yang mengikuti model pembelajaran biasa pada kelas VIII SMP Negeri 1 Sungai Beramas Pasaman Barat.

C. Pembahasan Penerapam Pembelajaran Mind Mapping dalam Metode Quantum

Learning dapat meningkatkan keaktifan peserta didik dalam sehingga dapat meningkatkan pemahaman konsep fisika peserta didik.

Hasil penelitian yang penulis lakukan di kelas VIII SMP Negeri 1 Sungai Beremas Pasaman Barat pada pembelajaran fisika, dapat memberikan pemahaman konsep yang lebih tinggi. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan pemahaman konsep fisika yang diperoleh peserta didik pada kedua kelas sampel. Kelas eksperimen yang diberikan perlakuan dengan menggunakan Penerapan pembelajaran Mind mapping dalam Metode Quantum Learning pada kelas kontrol yang diajar dengan metode konvensional.

Awal pertemuan di kelas eksperimen penulis menyampaikan bahwa pada kelas VIII 6 akan digunakan penerapan mind Mapping dengan Metode Quantum Leaening. Sebelumnya penulis memberikan penjelasan tentang model pembelajaran ini, maka peserta didik dapat memahaminya. Sejak pertemuan pertama, kedua dan pertemuan selanjutnya peserta didik memperlihatkan kesenangan karena banyak manfaat yang diperoleh peserta didik. Dalam pembelajaran di kelas eksperimen penulis selalu menggunakan Mind Mipping dalam Metode Quantum Learning dalam proses pembelajaran, peserta didik sangat senang dan antusias dalam belajar.

Keaktifan peserta didik cenderung meningkat dan banyak melakukan aktivitas belajar, hal ini terbukti dengan banyaknya peserta didik yang bertanya dan menjawab pertanyaan-pertanyaan, menanggapi pertanyaan, menghargai pendapat temannya serta mau melibatkan diri dalam diskusi kelas sehingga menimbulkan suasana belajar yang menyenangkan dan tidak kaku. Keaktifan belajar peserta didik berdampak pada pemahaman konsep fisika peserta didik menjadi lebih tinggi.

Selama pembelajaran berlangsung, tugas peserta didik adalah mencari berbagai informasi tentang materi yang akan dibahas, mendengarkan penjelasan guru, mencatat hal-hal yang dianggap penting dan mengerjakan latihan-latihan yang diberikan. Walaupun guru telah memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya namun sedikit sekali muncul pertanyaan dari mereka karena kurang menyadari aplikasi nyata dari materi yang mereka pelajari itu dalam kehidupan. Interaksi belajar yang positif antar peserta didik pada kelas kontrol ini pun sedikit sekali, hal ini terlihat pada saat mengerjakan latihan masih banyak peserta didik yang hanya menunggu contekan dari teman.

Peserta didik enggan untuk bertanya kepada teman yang pandai maupun guru tentang penyelesaian soal yang kurang ia pahami, aktivitas dan motivasi peserta didik dalam belajar pada kelas kontrol masih rendah sehingga pemahaman konsep yang dicapai kurang maksimum. Karena dengan adanya aktivitas peserta didik dalam pembelajaran maka suasana kelas tidak kaku dan berpusat pada peserta didik itu sendiri, sehingga pengetahuan itu adalah hasil

konstruksi dari peserta didik sendiri berdasarkan pengalamannya masing- masing.

Pembelajaran yang memadukan antara berbagai sugesti positif dan interakasinya dengan lingkungan yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar seseorang. Lingkungan belajar yang menyenangkan serta munculnya emosi serta sebagai keterlibatan otak dapat menciptakan sebuah interaksi yang baik dalam prose belajar yang akhirnya dapat menimbulkan motifasi yang tinggi pada diri seseorang sehingga secara langsung dapat mempengaruhi proses belajar.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sanjaya (2008: 107) “Pembelajaran adalah proses berpikir. Berpikir menekankan kepada proses mencari dan menemukan pengetahuan melalui interaksi antara individu dengan lingkungan.

Sudjana (1990: 2) mengatakan bahwa indikator keberhasilan belajar adalah tercapainya tujuan pengajaran oleh peserta didik. Sedangkan tujuan pengajaran akan tercapai bila kegiatan belajar (aktivitas) peserta didik dapat dioptimalkan sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Artinya jika aktivitas belajar peserta didik dapat ditingkatkan, maka pemahaman konsep sebagai tujuan pengajaran dapat dicapai.

Pada Pemahaman konsep ini peneliti menerapkan berdasarkan beberapa indikator yaitu :

1. Mampu menerangkan secara verbal mengenai apa yang telah dicapainya. Pada indikator ini tentang materi getaran, gelombang dan bunyi peserta

didik mampu menjelaskan secara keseluruhan mengenai apa yang telah dipelajarinya. Peserta didik mampu menjelaskan tentang pengertian getaran dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.

2. Mampu menyajikan situasi fisika kedalam berbagai cara serta mengetahui perbedaan. Dalam indikator ini tentang materi getaran, gelombang dan bunyi. misalnya, dalam menentukan perbedaan gelombang mekanik dan gelombang elotronika. Disini peserta didik mampu membedakan bentuk gelombang longitudinal dan gelomban tranversal.

3. Mampu mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan dipenuhi atau tidaknya persyaratan yang membentuk konsep tersebut. misalnaya Kemampuan memberi contoh dan bukan contoh adalah kemampuan peserta didik untuk dapat membedakan contoh dan bukan contoh dari suatu materi. Contoh: peserta didik dapat mengerti contoh yang benar dari suatu materi dan dapat mengerti yang mana contoh yang tidak benar.

4. Mampu menerapkan hubungan antara konsep dan prosedur. Dalam indikator ini peserta didik mampu menerapkan hubungan antara konsep dan prosedur pada materi gelombang, seperti menentukan panjang gelombang, cepat rambat gelombang . Disini peserta didik mampu menghubungkan konsep dimana gelombang yang merambat dari ujung satu ke yang lain memiliki kcepatan tertentu pula.

5. Mampu memberikan contoh dan kontra dari konsep yang dipelajari. Dalam indikator ini pada materi getaran, gelombang dan bunyi, peserta didik mampu membedakan antara gaung,

Terkait dengan pemahaman konsep fisika peserta didik, meningkatnya semangat dan aktivitas belajar, ternyata juga berpengaruh pada hasil belajar. melalui penggunaan, Penerapan Pembelajaran Mind Mapping Dalam Metode Quantum Learning pemahaman konsep fisika peserta didik peserta didik pada ranah kognitif di kelas eksperimen lebih tinggi dari pada pemahaman konsep fisika peserta didik yang diperoleh kelas kontrol. Hal ini dapat dilihat dari tingginya rata-rata kelas eksprimen dari pada kelas kontrol, yaitu 79,77 untuk kelas ekprimen dan 71,37 untuk kelas kontrol

Terdapatnya pemahaman konsep fisika peserta didik yang lebih tinggi, dipengaruhi oleh faktor kuat atau lemahnya penguasaan konsep fisika peserta didik. Kuat lemahnya penguasaan ini dipengaruhi oleh stimulus yang diberikan guru, yaitu metode pembelajaran yang digunakan. bila stimulus yang diberikan dapat memicu semangat belajar peserta didik, maka peserta didik akan gigih pula untuk mengikuti pembelajaran tersebut. Sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya dapat tercapai.

Demikian dapat disimpulkan bahwa : pemahaman konsep fisika peserta didik yang menggunakan Pembelajaran Mind Mapping Dalam Metode Quantum Learning lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran konvensional pada kelas VIII SMP Negeri 1 Sungai Beremas Pasaman Barat. Kondisi ini menyatakan bahwa terdapat Pemahaman konsep fisika peserta didik dengan menggunakan Penerapan Pembelajaran Mind Mapping

dalam Metode Quantum Learning terhadap pemahaman konsep fisika peserta didik.

D. Keterbatasan Penelitian Peneliti menyadari banyak terdapat kekurangan dan kelemahan, hal tersebut antara lain :

1. Waktu yang dipakai untuk diskusi kelompok terbatas sehingga terkadang tidak semua kelompok memiliki kesempatan untuk presentasi hasil diskusinya dan memberikan tanggapan.

2. Buku pegangan peserta didik dan bahan ajar dan sebagian sehingga menyulitkan dalam memperluas penguasaan materi, sehingga informasi masih difokuskan kepada guru.