Stock Repurchase dan Likuiditas Saham

2. Stock Repurchase dan Likuiditas Saham

Ketika perusahaan melakukan stock repurchase melalui open market , sering diasumsikan bahwa likuiditas saham perusahaan mengalami penurunan. Penurunan likuiditas ini kemungkinan karena beberapa alasan. Pertama; Perusahaan mengeluarkan saham secara terus-menerus karena berbagai alasan, membuat deviden yang akan dibagikan menjadi semakin kecil. Karena itu, perusahaan sengaja melakukan stock repurchase untuk mengurangi jumlah saham yang dimiliki para investor. Kedua; kemungkinan bahwa perusahaan melakukan stock repurchase untuk Ketika perusahaan melakukan stock repurchase melalui open market , sering diasumsikan bahwa likuiditas saham perusahaan mengalami penurunan. Penurunan likuiditas ini kemungkinan karena beberapa alasan. Pertama; Perusahaan mengeluarkan saham secara terus-menerus karena berbagai alasan, membuat deviden yang akan dibagikan menjadi semakin kecil. Karena itu, perusahaan sengaja melakukan stock repurchase untuk mengurangi jumlah saham yang dimiliki para investor. Kedua; kemungkinan bahwa perusahaan melakukan stock repurchase untuk

Beberapa kajian teoritis dan empiris telah mempertimbangkan kemungkinan efek stock repurchase saham pada “mikrostruktur pasar”. Beberapa ahli keuangan berpendapat bahwa program stock repurchase melalui open market seharusnya akan merusak dinamika pasar karena kehadiran perusahaan di lantai bursa akan meningkatkan ketimpangan informasi diantara para pedagang dan investor lainnya. Kehadiran pedagang yang memiliki informasi yang besar pada gilirannya dapat menimbulkan masalah “adverse selection”. Masalahnya adalah: ketika seorang pedagang memiliki informasi yang lebih baik (seperti perusahaan sendiri) masuk pasar, para pelaku pasar (broker, dealer) akan merespon hal tersebut dengan melebarkan bid-ask spread, sehingga meningkatkan biaya transaksi bagi semua investor dan akhirnya mengurangi likuiditas. Pendapat ini juga didukung banyak peneliti, dimana penelitian-penelitian mereka menemukan bahwa bid-ask spread melebar setelah pengumuman pasar terbuka program stock repurchase.

Di satu sisi ada bukti empiris yang bertentangan dengan penelitian Barclay dan Smith, program stock repurchase di pasar terbuka dapat memberikan kontribusi yang positif pada likuiditas saham dengan mempersempit bid-ask spread. Stock repurchase dapat memperbaiki likuiditas saham dengan meningkatkan kedalaman informasi dalam transaksi saham tersebut. Perusahaan dianggap sebagai pendukung para

pelaku pasar dan menambahkan kelemahan yang ada ketika likuiditas pasar yang jatuh.n Penelitian terbaru dari Cesari, Espenlaub & Khurshed (2007). Mereka menguji “competing market maker hypothesis” untuk mengkaji motif para manajer dalam melaksanakan program stock repurchase di bursa Italia periode 1997-2004 dengan menggunakan dua proksi dari likuiditas saham yaitu bid-ask spread dan trading volume activity . Mereka memberikan bukti penurunan bid-ask spread dan adanya peningkatan volatilitas perdagangan. Temuan ini tampaknya konsisten dengan argumen di atas.

Penelitian lain mengungkapkan bahwa pembelian kembali saham dapat digunakan perusahaan untuk mengendalikan stabilisasi harga perusahaan. Analisis dari Hong et al. (2005) yang dikutip oleh Cesari, Espenlaub & Khurshed (2007). Menjelaskan bahwa perusahaan tertarik untuk campur tangan dalam pasar saham mereka sendiri, dan beroperasi sebagai pendukung pasar bursa, untuk membatasi dan mengurangi kesenjangan diantara pelaku pasar mengenai kondisi pasar dan nilai-nilai fundamental perusahaan. Setiap kali intervensi ini dilakukan adalah untuk membuat perdagangan menjadi lebih menarik. Mereka bersedia untuk menyesuaikan guncangan likuiditas yang mendorong harga jatuh dari nilai-nilai fundamental yang semestinya. Guncangan likuiditas yang terjadi seperti ketika adanya krisis. Grullon dan Ikenberry (2000) dalam penelitiannya mengenai stock repurchase yang mengungkapkan bahwa Penelitian lain mengungkapkan bahwa pembelian kembali saham dapat digunakan perusahaan untuk mengendalikan stabilisasi harga perusahaan. Analisis dari Hong et al. (2005) yang dikutip oleh Cesari, Espenlaub & Khurshed (2007). Menjelaskan bahwa perusahaan tertarik untuk campur tangan dalam pasar saham mereka sendiri, dan beroperasi sebagai pendukung pasar bursa, untuk membatasi dan mengurangi kesenjangan diantara pelaku pasar mengenai kondisi pasar dan nilai-nilai fundamental perusahaan. Setiap kali intervensi ini dilakukan adalah untuk membuat perdagangan menjadi lebih menarik. Mereka bersedia untuk menyesuaikan guncangan likuiditas yang mendorong harga jatuh dari nilai-nilai fundamental yang semestinya. Guncangan likuiditas yang terjadi seperti ketika adanya krisis. Grullon dan Ikenberry (2000) dalam penelitiannya mengenai stock repurchase yang mengungkapkan bahwa

H 1 = Bid-ask Spread bereaksi terhadap peristiwa pengumuman stock repurchase .

H 2 = Terdapat perbedaan Bid-ask Spread sebelum dan sesudah stock repurchase Volume perdagangan merupakan proksi lain yang dapat digunakan peneliti untuk melakukan pengukuran likuiditas pasar. Proksi ini digunakan seperti pada penelitian Cesari, Espenlaub & Khurshed (2007). Volume perdagangan dapat mewakili ukuran yang sangat jelas untuk menilai bagaimana suatu pasar aktif yang dapat menjelaskan reaksi pasar terhadap issue yang sedang berkembang.

Adanya informasi yang diterima pedagang dan investor akan menyebabkan mereka bereaksi terhadap saham perusahaan tersebut. Reaksi mereka tentunya akan menyebabkan perubahan pada volatilitas perdagangan saham. Seperti halnya dengan bid-ask spread, bukti empiris volume perdagangan atas stock repurchase juga memunculkan efek likuiditas yang bertentangan. Masalahnya adalah bagaimana kemampuan perusahaan dalam memberikan informasi mengenai stock repurchase di bursa efek.

Ketika perusahaan berusaha menyeimbangkan informasi yang lebih baik di antara para pelaku bursa. Perusahaan memberi sinyal positif Ketika perusahaan berusaha menyeimbangkan informasi yang lebih baik di antara para pelaku bursa. Perusahaan memberi sinyal positif

Argumen tersebut konsisten dengan penelitian Cesari, Espenlaub & Khurshed (2007). Penelitian mereka menemukan bahwa berbagi metode repurchases di Italia periode 1 Januari 1997 sampai dengan 31 Desember 2004, memiliki dampak yang signifikan terhadap likuiditas dengan mendorong penurunan bid-ask spread.

Berdasarkan analogi di atas, maka hipotesis peneliti berikutnya dapat didefinisikan sebagai berikut:

H 3 = Trading Volume Activity bereaksi terhadap peristiwa pengumuman stock repurchase.

H 4 = Terdapat perbedaaan Trading Volume Activity sebelum dan sesudah stock repurchase.