BAB I I TI NJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1. DEFI NI SI
Diare kronik pada penderita HIVAIDS adalah buang air besar lebih dari tiga kali sehari dengan konsistensi cair atau encer dan berlangsung terus
menerus selama 4 minggu atau berulang- ulang selama 8 minggu dengan gejala diare paling sedikit 4 minggu dan disertai atau tanpa
tenesmus
.
13
2.2. HUMAN I MMUNODEFI CI ENCY VI RUS HI V
Human Immunodeficiency virus
adalah golongan
retrovirus
yang biasanya menyerang organ vital sistem kekebalan manusia seperti sel T CD4,
makrofag, dan sel dendritik. Virus HIV secara langsung dan tidak langsung merusak sel T CD4, padahal sel T CD4 dibutuhkan agar sistem kekebalan
tubuh berfungsi dengan baik. Jika virus HIV membunuh sel T CD4 sampai terdapat kurang dari 200 sel T CD4 per mikroliter darah, maka kekebalan
seluler akan hilang. Infeksi ini awalnya asimtomatik dan akan berlanjut menjadi infeksi laten sampai terjadi gejala infeksi dan kemudian akan
berlanjut menjadi AIDS, yang diidentifikasi berdasakan jumlah sel T CD4 di dalam darah dan adanya infeksi oportunistik.
5 14
Radar Radius Tarigan : Profil Kuman Diare Kronik Dan Hubungannya Dengan Kadar Cd4 Pada Penderita Aids Yang Dirawat Di
Rsup H Adam Malik Medan, 2009
2.2.1. Diagnosa I nfeksi
HI V 2.2.1.1.
Dipstick test
HI V
Test ini sering digunakan sebagai test awal untuk mendeteksi Antibodi HIV-1 atau HIV-2 pada serum, plasma, atau darah dari orang yang dianggap
mempunyai resiko terpapar dengan virus HIV. Hasil reaktif menyatakan seseorang telah terpapar dengan virus HIV, namun bila hasil tidak reaktif
belum dapat disingkirkan belum pernah terpapar dengan virus HIV.
2.2.1.2.
Test Saliva
Test ini untuk mendeteksi antibodi HIV pada saliva pasien dengan menggunakan alat OraSure test dengan akurasi 99,8 . Seperti kita ketahui
saliva
merupakan cairan tubuh yang dapat menularkan penyebaran dari virus HIV. Test ini digunakan untuk pemeriksaan virus HIV pada orang penderita
hemopilia yang sulit diambil darahnya karena resiko perdarahan, dan orang yang menggunakan obat anti koagulan.
2.2.1.3.
Test Urine
Sama halnya dengan saliva, urine juga merupakan cairan tubuh yang mengandung virus HIV namun konsentrasinya rendah. Sehingga dapat
digunakan untuk test antibodi HIV dengan akurasi 99,8. Indikasi untuk penderita hemopilia dan yang sulit mengambil sampel darah karena
pembuluh darah yang buruk.
Radar Radius Tarigan : Profil Kuman Diare Kronik Dan Hubungannya Dengan Kadar Cd4 Pada Penderita Aids Yang Dirawat Di
Rsup H Adam Malik Medan, 2009
2.2.1.4.
Western Blot HI V
Tes
enzym-linked immunosorband blot
untuk mendeteksi antibodi HIV-1. Alat ini mengandung virus HIV yang telah dilemahkan dengan
psoralen dan sinar ultra violet. Protein spesifik HIV1 dikelompokkan sesuai dengan berat molekulnya dengan elektroforesis pada larutan
sodium dodecysulfat
. Larutan ini dicampur dengan serum yang akan diperiksa, kemudian disimpan dalam inkubator. Kemudian dinilai skor reaksi
berdasarkan intensitasnya. Bila hasil tidak reaktif seseorang pasti tidak terpapar dengan virus HIV.
2.2.1.5. Tes Kuantitatif Virus HI V
Mengukur jumlah virus HIV pada plasma, darah, cairan cerebral, cairan cervikal, sel-sel, dan cairan semen. Metoda RT PCR ini yang paling
sensitif.
15
2.2.2. Sistem tahapan WHO untuk infeksi dan penyakit HI V
Pada tahun 1990, WHO mengelompokkan berbagai infeksi dan kondisi AIDS dengan memperkenalkan sistem tahapan untuk pasien yang
terinfeksi dengan virus HIV-1. Sistem ini kemudian diperbaharui pada bulan September 2005.
Radar Radius Tarigan : Profil Kuman Diare Kronik Dan Hubungannya Dengan Kadar Cd4 Pada Penderita Aids Yang Dirawat Di
Rsup H Adam Malik Medan, 2009
Tabel 1. Stadium infeksi HIV pada orang dewasa oleh WHO
Dikutip dari kepustakaan 16
Klinis stadium I
1. Asimtomatik
2.
Limfadenopati
menyeluruh dan persisten. Skala penampilan 1;
asimptomatik
, aktifitas normal Klinis stadium II
3. Penurunan berat badan 10 4. Manifestasi
mukokutaneus
yang ringan
dermatitis seboreika
,
prurigo
, infeksi jamur pada kuku, ulserasi mulut yang berulang,
angular cheilitis
5.
Herpes zoster
dalam 5 tahun terakhir Infekasi saluran nafas yang berulang yakni sinusitis bakterial danatau skala
penampilan 2: simptomatik, aktifitas normal Klinis stadium III
6. Penurunan berat badan 10 7. Diare kronik yang tidak bisa dijelaskan 1 bulan
8. Demam berkepanjangan yang tidak bisa dijelaskan
intermitten
atau konstan 1 bulan
9. Kandidiasis oral
thrush 10.
Oral hairy leukoplakia 11.
Tuberkulosis paru dalam tahun sebelumnya
12.
Infeksi bakteri yang berat yakni pneumonia,
pyomyositis
Danatau skala penampilan 3: terbaring 50 hari dalam bulan terakhir Klinis stadium IV
13.
HIV wasting syndrome 14.
Pneumocystis carinii pneumonia 15.
Toxoplasmosis otak
16. Cryptosporidiosis
dengan diare 1 bulan
17. Cryptococcosis
ekstraparu
18.
Penyakit
cytomegalovirus
pada satu organ selain hati, limpa, atau kelenjar limfe
19.
Infeksi virus
herpes simplex mukokutaneus
1 bulan, atau saluran cerna beberapa lama
20. Progressive multifocal leukoencephalopathy
21. Micosis endemik diseminata
histoplasmosis, coccidioidomycosis 22.
Candidiasis esophagus, trakea, bronkus, atau paru-paru
23. Atypical mycibacteriosis disseminated
24. Non-thyphoid Salmonella septicaemia
25.
Tuberkulosis ekstraparu
26.
Limfoma
27. Sarkoma kaposi
28. Ensefalopati HIV
Danatau skala penampilan 4 : terbaring 50 hari dalam bulan terakhir
Radar Radius Tarigan : Profil Kuman Diare Kronik Dan Hubungannya Dengan Kadar Cd4 Pada Penderita Aids Yang Dirawat Di
Rsup H Adam Malik Medan, 2009
2.3. I NSI DEN
Diare kronik pada pasien infeksi HIVAIDS dapat diakibatkan oleh berbagai sebab, antara lain: infeksi bakteri, parasit, dan virus. Di negara
yang maju dimana obat anti retroviral tersedia dengan cukup, dijumpai insidensi diare kronik pada penderita HIVAIDS menurun dari 53 menjadi
13. Sedangkan di negara dengan obat anti retroviral yang kurang, insiden diare kronik pada penderita HIVAIDS masih tetap tinggi. Namun, pada satu
penelitian di Boston dimana obat anti retroviral cukup tersedia, sebanyak 40 orang dewasa yang terinfeksi HIV mengalami paling sedikit satu kali
diare selama satu bulan pengobatan anti retroviral.
9,13,17
2.4. PATOGENESI S DI ARE KRONI K PADA HI V
Ada beberapa mekanisme patologi terjadinya diare pada pasien infeksi HIV :
2.4.1. Berkurangnya permukaan mukosa usus
Diare pada pasien terinfeksi HIV akibat adanya kerusakan sel-sel epitel usus halus. Dengan keadaan ini terjadi proliferasi dari sel-sel usus halus
untuk mempertahankan fungsi hemostasis. Rata-rata
turnover
dari sel-sel epitel usus kira-kira 72 jam. Selama rentang waktu ini terjadi pematangan
dan fungsi absropsi dari enterosit. Akibat peningkatan kerusakan sel-sel epitel ini, sehingga waktu maturasi sel-sel usus halus tidak dapat menyeimbangkan
antara kerusakan dan proses pematangan sel-sel epitel, yang mengakibatkan terganggunya kerja enzym-enzym enterosit, seperti disakarida, maltosa, dan
sukrosa. Hal ini menimbulkan
atropi
dari
villus
dan mengakibatkan daya absropsi usus halus menjadi berkurang.
17,18,19
Radar Radius Tarigan : Profil Kuman Diare Kronik Dan Hubungannya Dengan Kadar Cd4 Pada Penderita Aids Yang Dirawat Di
Rsup H Adam Malik Medan, 2009
Pada beberapa penelitian hubungan antara infeksi enterosit, struktur dan fungsi mukosa usus halus telah dinyatakan dengan
atropi villus hyperplasia
crypt
pada penderita AIDS dengan
microsporidiosis
dan
cryptosporidiosis.
20,21
2.4.2. Gangguan fungsi usus halus
Pada keadaan penurunan jumlah sel T CD4 yang berat dapat terjadi enteropati bakterial, dimana bakteri-bakteri patogen manimbulkan lesi-lesi
ultrastruktural dan kerusakan enterosit seperti yang terjadi pada
enteropatogenic
dan
enterohemorrhagic
yang diakibatkan oleh
Escherichia coli
. Akibatnya terjadi malabsrobsi dari garam empedu. Garam empedu yang berlebihan kedalam lumen usus halus mengaktifkan sekresi klorida ke dalam
kolon melalui
Cyclic Adenosine Monophosphat
AMP pada enterosit sehingga terjadi gangguan absropsi air, ion dan lemak.
20,22
2.4.3.
Enteropati exudative
Beberapa peneliti menemukan terjadi diare pada pasien infeksi HIV karena adanya hambatan aliran limfe oleh makropag yang terinfeksi
Mycobacterium avium complex
MAC. Patofisiologi ini hampir sama dengan
Whipple’s disease.
18,23
2.4.4.
Sekresi Enterotoksin
Pada pasien terinfeksi HIV, terutama pasien dengan
Cryptosporidiosis,
mengalami volume diare yang sangat banyak. Hal ini disebabkan banyaknya endotoksin yang dihasilkan oleh bakteri di usus halus.
Radar Radius Tarigan : Profil Kuman Diare Kronik Dan Hubungannya Dengan Kadar Cd4 Pada Penderita Aids Yang Dirawat Di
Rsup H Adam Malik Medan, 2009
2.4.5. Perubahan motilitas usus halus
Motilitas dari saluran cerna diatur oleh sistem saraf otonom. Pada pasien terinfeksi HIV terjadi gangguan neural atau disebut
neuropathy
, yang mengakibatkan percepatan waktu transit usus halus.
20
2.4.6. Pertumbuhan bakteri yang berlebihan
Beberapa peneliti menemukan pertumbuhan bakteri yang berlebihan terjadi pada pasien terinfeksi HIV sehingga bakteri meningkat di lumen usus.
Keadaan ini mempersingkat waktu transit usus halus.
9,20,24
2.4.7. Mediator- mediator inflamasi
Sitokin mempunyai peran dalam sistem imun dan respon tubuh terhadap proses inflamasi. Pada keadaan kadar sitokin sedikit berarti
pertahanan tubuh dalam keadaan baik, tetapi sebaliknya bila kadarnya tinggi sangat berhubungan dengan adanya inflamasi. Beberapa sitokin, seperti
interleukin-1
IL-1 mempunyai pengaruh pada sel-sel epitel dalam transpor ion dan cairan, begitu juga
interferon
berpengaruh pada proliferasi sel-sel epitel dan perbaikan mukosa usus halus dan kolon.
20,25
2.5. ETI OLOGI
Diare kronik yang terjadi pada penderita infeksi HIV dapat diakibatkan oleh berbagai penyebab, antara lain: infeksi bakteri, parasit, jamur, dan
virus. Pada stadium akhir, diare diduga menunjukkan perubahan cara saluran cerna menyerap nutrisi dan mungkin merupakan komponen penting
pembuangan yang berhubungan dengan HIV.
25
Radar Radius Tarigan : Profil Kuman Diare Kronik Dan Hubungannya Dengan Kadar Cd4 Pada Penderita Aids Yang Dirawat Di
Rsup H Adam Malik Medan, 2009
Penyebab diare kronik pada penderita AIDS adalah multifaktorial. Lebih dari 80 merupakan parasit, bakteri patogen dan virus, sedangkan
10 merupakan berbagai macam organisme. Tabel 2 : Penyebab diare pada pasien infeksi HIV
Dikutp dari kepustakaan 9
Protozoa Bakteri
Viral
1. Microsporidium 2. Cryptosporidium
3. Isospora belli 4. Giardia lamblia
5. Entamoeba histolytica 6. Leishmania donovani
7. Blastocystis hominis 8. Cyclospora sp
1. Salmonella 2. Campylobacter
3. Mycobacterium avium complex 4. Mycobacterium tuberculosis
5. Clostridium difficile 6.Shigella
7 Small bowel bacterial overgrowth 8, Vibrio sp
1. Cytomegalovirus 2. Herpes simplex
3. Adenovirus 4. Rotavirus
5. Norwalk 6. HIV
Jamur Neuplasma saluran cerna
I diopatik
1. Histoplasmosis 2. Coccidiomycosis
3. Candida albicans 1. Lymphoma
2. Kaposis sarcoma 1.AIDS enteropathy
2.6. DI AGNOSI S