Merkuri Hg Logam Berat

81 baku, katalisator maupun sebagai bahan tambahan Rai et al., 1981; Hutagalung, 1991; ATSDR, 1999. Alasan utama logam berat menjadi bahan pencemar berbahaya karena logam berat tidak dapat didegradasi non degradable oleh mikroorganisme hidup di lingkungan, sehingga terakumulasi di lingkungan, terutama mengendap di dasar perairan membentuk senyawa kompleks bersama bahan organik dan anorganik secara adsorbsi dan kombinasi Djuangsih dkk., 1982. Suhendrayatna 2001 melaporkan salah satu jenis logam berat yang merupakan polutan berbahaya adalah merkuri Hg. Pada dasarnya alam mempunyai mekanisme untuk mengurangi pengaruh negatif penumpukan logam berat terhadap ekosistem, melalui proses self purification pemulihan alami, namun demikian karena terjadi akumulasi logam berat yang melebihi batas kemampuan pemulihan alami untuk memprosesnya. Hal tersebut dapat menimbulkan bahaya secara beruntun, mengingat saling ketergantungan yang terjadi antara komponen-komponen ekosistem Nugroho, 2001. Akibat dari aktivitas manusia terjadi peningkatan mobilisasi, perpindahan dan akumulasi logam berat di lingkungan. Aktivitas industri misalnya, logam berat masuk ke atmosfer, tanah dan perairan melebihi kemampuan alamiah untuk memprosesnya. Bahan-bahan demikian dikenal sebagai bahan senobiotik atau antropogenik. Logam berat tersebut masuk ke ekosistem tanah dalam bentuk organik maupun anorganik Badjoeri dkk., 2006.

2.4.1. Merkuri Hg

82 Merkuri Hg merupakan senyawa pencemar terbesar dalam lingkungan pada beberapa dekade terakhir. Sejak tahun 1950 emisi merkuri ditetapkan sebagai pencemar berbahaya yang dapat mengakibatkan dampak serius terhadap kesehatan manusia dan lingkungan sekitar USGS, 1995; Klaasen dan Watskin III, 1999. Merkuri tetap ada dalam lingkungan karena sifatnya sangat persisten baik dari bentuk merkuri organik maupun merkuri anorganik. Merkuri ditemukan dalam bijih sinabar didaerah Spanyol, Rusia, Meksiko, Kanada dan Algeria Evanko dan Dzombak, 1997. Logam merkuri telah ditemukan pada 714 tempat pembuangan limbah berbahaya di Amerika Serikat ATSDR, 1999, dan diantaranya merkuri sebagai pencemar paling berbahaya. Logam merkuri Hg adalah salah satu trace element yang mempunyai sifat cair pada temperatur ruang dengan specific gravity dan daya hantar listrik yang tinggi. Karena sifat-sifat tersebut, merkuri banyak digunakan baik dalam kegiatan perindustrian maupun laboratorium USGS, 1995; Budiono, 2002; NABIR, 2003. Merkuri yang terdapat dalam limbah atau waste di perairan umum dirombak oleh mikroorganisme melalui aktivitas metabolismenya menjadi senyawa metil merkuri CH 3 -Hg yang bersifat toksik dan mempunyai daya ikat yang kuat serta daya kelarutan yang tinggi di dalam tubuh organisme akuatik, seperti udang, ikan atau tumbuhan akuatik. Hal tersebut dapat mengakibatkan merkuri terakumulasi melalui proses bioakumulasi dan biomagnifikasi dalam jaringan tubuh organisme akuatik, sehingga kadar merkuri dapat mencapai level yang berbahaya baik bagi kehidupan hewan air dan kesehatan manusia yang mengkonsumsinya, seperti bahaya dari metil merkuri merkuri organik yang 83 dapat terakumulasi pada jaringan syaraf pusat Budiono, 2002; Klaasen dan Watskin III, 2003. Transfer dan transformasi merkuri di perairan dapat dilakukan oleh fitoplankton, bakteri dan sea grasses rumput laut, dimana jenis-jenis organisme tersebut relatif mendominasi badan perairan. Bakteri dapat merombak merkuri menjadi metil merkuri dan membebaskan merkuri dari air atau sedimen. Kasus keracunan merkuri pertama kali dilaporkan terjadi di Minamata, Jepang pada tahun 1953. Sedangkan di Indonesia, kasus kontaminasi merkuri ditemukan pada sungai di Surabaya tahun 1996. Proses metilisasi merkuri biasanya terjadi di alam di bawah kondisi tertentu, membentuk satu dari sekian banyak elemen berbahaya, karena dalam bentuk ini merkuri sangat mudah terakumulasi pada rantai makanan Suhendrayatna, 2001; Setyorini, 2003. Karena sifatnya yang sangat beracun, maka U.S. Food and Administration FDA menentukan pembakuan atau nilai ambang batas NAB kadar merkuri yang ada dalam perairan yaitu sebesar 0,005 mgL. Nilai ambang batas ialah suatu keadaan dimana suatu konsentrasi senyawa kimia, dalam hal ini merkuri dianggap belum membahayakan bagi kesehatan manusia. Namun demikian apabila konsentrasi merkuri di dalam makanan, minuman atau perairan sudah melampaui NAB maka air maupun makanan tersebut harus dinyatakan berbahaya Budiono, 2002. Wardoyo 1981 menyatakan perairan yang aman untuk budidaya ikan mempunyai kadar konsentrasi merkuri sekitar 0,002 mgL. 84 Menurut OECD 1974 dalam Budiono 2002, pencemaran merkuri di perairan akibat kegiatan alam mempunyai kisaran antara 0,00001 sampai 0,0028 mgL, kecuali pada beberapa tempat seperti sungai-sungai di Italia dimana terdapat sumber endapan logam merkuri alamiah, kadarnya dapat mencapai 136 ppb. Secara kualitatif pergerakan lokal unsur merkuri di perairan umum dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4. Pergerakan Lokal Unsur Merkuri di Perairan Umum Gavis dan Ferguson, 1972 dalam Budiono, 2002

2.5. Sungai Cisadane