Pengaruh Faktor Profitabilitas, Struktur Asset dan Kebijakan Deviden Terhadap Struktur Pendanaan Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta.

(1)

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PROGRAM S-1 EKSTENSI

MEDAN

SKRIPSI

PENGARUH FAKTOR PROFITABILITAS, STRUKTUR ASSET DAN KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP STRUKTUR PENDANAAN PADA

PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

Oleh:

NAMA : DWI RATIH YULININGRUM

NIM : 060522026

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul: “Pengaruh Faktor Profitabilitas, Struktur Asset dan Kebijakan Deviden Terhadap Struktur Pendanaan Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta”.

Skripsi ini adalah benar hasil karya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan, atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi level Program S1 Ekstensi Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Semua sumber data informasi yang diperoleh, telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Departemen Akuntansi Program S1 Ekstensi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Medan, 20 November 2008 Yang Membuat Pernyataan

(Dwi Ratih Yuliningrum)


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan anugerah - Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan guna memenuhi gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, Penulis menerima saran yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini.

Dalam penulisan skripsi ini, Penulis mendapatkan banyak bimbingan, bantuan, serta dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini Penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M. Ec., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Arifin Akhmad, MSi. Ak., selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Bapak Fahmi Natigor Nasution, SE, M. Acc., Ak., selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Firman Syarif, SE, MSi, Ak., selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak membantu dan memberikan pengarahan kepada Penulis dalam proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.

4. Ibu Dra. Narumondang Bulan Siregar , MM. Ak., selaku Dosen Pembanding/ Penguji I dan Bapak Iskandar Muda, SE, MSi., Ak, selaku


(4)

5. Kedua orang tua saya tercinta, Bapak Zulkifli dan Ibu Darmawati, serta untuk semua pihak yang telah membantu, yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu.

Demikianlah skripsi ini disusun dengan segala keterbatasan Penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak yang memerlukannya.

Medan, 20 November 2008

Penulis

(Dwi Ratih Yuliningrun)


(5)

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meneliti faktor-faktor yang menentukan dalam struktur pendanaan yang berdampak pada tingkat leverage perusahaan. Faktor-faktor ini dalam struktur pendanaan terdiri dari profitabilitas, struktur asset dan kebijakan deviden. Penelitian ini menggunakan data sekunder, dan kemudian berdasarkan sampel dari 20 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dalam periode 2003 sampai 2006. Sampel diambil dengan menggunakan purposive sampling method (judgment sampling). Data dianalisis dengan regresi linear berganda. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pooled cross section time series.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa profitabilitas memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap debt to equity ratio. Sementara itu, strukur asset dan rasio pembayaran deviden tidak signifikan terhadap debt to

equity ratio, secara parsial. Kemudian secara simultan, profitabilitas, struktur asset

dan rasio pembayaran deviden mempunyai pengaruh yang signifikan dan mempunyai hubungan yang positif terhadap debt to equity ratio. Faktor koefisien menunjukkan Adjusted R Square sebesar 0,197, yang berarti hanya 19,7% variasi dari perubahan DER dapat dijelaskan oleh perubahan return on asset, struktur asset dan DPR. Kemudian sisanya sebesar 80,3% dijelaskan oleh faktor-faktor yang lain.

Kata Kunci: Profitabilitas, Struktur Asset, Rasio Pembayaran Deviden, Strukur Pendanaan


(6)

ABSTRACT

The purpose of this research was investigate the determinants of capital structure which have effect on company leverage. The determinants of capital structures consists of profitability, asset structure and dividend pay-out ratio. This research used secondary data, and then is based on a sample of 20 manufacturing companies which is listed in Jakarta Stock Exchange in the period 2003 through 2006. The sample was taken by using purposive sampling method (judgment sampling). The data were analyzed with multiple linear regression. The data used in this research was pooled cross section time series.

This result of this research showed that profitability had a negative effect and significant on debt to equity ratio. Meanwhile, asset structure and dividend pay-out ratio were not significant on debt to equity ratio,partially. And then simultenously, profitability, asset structure and dividend pay-out ratio had significance influence and had positive relationship on debt to equity ratio. Determinants coefficient showed Adjusted R Square for 0,197, which means only 19,7% variation from the debt to equity ratio change can be explained by changes of return on asset, asset structure and dividend pay-out ratio. Then the remainder 80,3% is explained by another determinants.

Keywords: Profitability, Asset Structure, Dividend Pay-out Ratio, Debt to Equity Ratio, Capital Structure


(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

Halaman BAB I PENDAHULUAN………..1

A.Latar Belakang Masalah………...1

B.Perumusan Masalah Penelitian………..5

C.Tujuan Penelitian ………..6

D.Manfaat Penelitian……….6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...7

A.Tinjauan Teoritis………7

B.Tinjauan Penelitian Terdahulu………...18

C.Kerangka Konseptual dan Hipotesis………..22

BAB III METODE PENELITIAN………..25

A.Rancangan Penelitian……….25

B.Populasi dan Sampel Penelitian……….…25


(8)

D.Pengukuran Variabel Penelitian……….…27

E. Definisi Operasional……….….27

F. Teknik Analisis Data……….…29

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian………..33

B.Pembahasan………...49

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan………...50

B.Saran……….51

DAFTAR PUSTAKA………...52


(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu………..20

Tabel 3.1 Nama Perusahaan Sampel………..26

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif……….33

Tabel 4.2 Uji Normalitas (1)………..34

Tabel 4.3 Uji Normalitas (2)………..35

Tabel 4.4 Uji Multikolonieritas………..40

Tabel 4.5 Uji Autokorelasi……….41

Tabel 4.6 Uji Glejser………..43

Tabel 4.7 Model Summary……….43

Tabel 4.8 Regression Coefficients ROA terhadap DER………44

Tabel 4.9 Regression Coefficients Struktur terhadap DER………...45

Tabel 4.10 Regression Coefficients DPR terhadap DER……….45

Tabel 4.11 Anova……….46


(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Daftar Umum Distribusi Asset Perusahaan dan Sturktur Modal…...8 Gambar 4.1 Histogram………...37 Gambar 4.2 Normal P-Plot of Regression Standardized Residual………38


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

Lampiran 1 Data Perusahaan Tahun 2003……….55

Lampiran 2 Data Perusahaan Tahun 2004……….56

Lampiran 3 Data Perusahaan Tahun 2005……….57

Lampiran 4 Data Perusahaan Tahun 2006……….58

Lampiran 5 Data Perusahaan Setelah Transformasi Data Tahun 2003……….59

Lampiran 6 Data Perusahaan Setelah Transformasi Data Tahun 2004……….60

Lampiran 7 Data Perusahaan Setelah Transformasi Data Tahun 2005……….61

Lampiran 8 Data Perusahaan Setelah Transformasi Data Tahun 2006……….62


(12)

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meneliti faktor-faktor yang menentukan dalam struktur pendanaan yang berdampak pada tingkat leverage perusahaan. Faktor-faktor ini dalam struktur pendanaan terdiri dari profitabilitas, struktur asset dan kebijakan deviden. Penelitian ini menggunakan data sekunder, dan kemudian berdasarkan sampel dari 20 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dalam periode 2003 sampai 2006. Sampel diambil dengan menggunakan purposive sampling method (judgment sampling). Data dianalisis dengan regresi linear berganda. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pooled cross section time series.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa profitabilitas memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap debt to equity ratio. Sementara itu, strukur asset dan rasio pembayaran deviden tidak signifikan terhadap debt to

equity ratio, secara parsial. Kemudian secara simultan, profitabilitas, struktur asset

dan rasio pembayaran deviden mempunyai pengaruh yang signifikan dan mempunyai hubungan yang positif terhadap debt to equity ratio. Faktor koefisien menunjukkan Adjusted R Square sebesar 0,197, yang berarti hanya 19,7% variasi dari perubahan DER dapat dijelaskan oleh perubahan return on asset, struktur asset dan DPR. Kemudian sisanya sebesar 80,3% dijelaskan oleh faktor-faktor yang lain.

Kata Kunci: Profitabilitas, Struktur Asset, Rasio Pembayaran Deviden, Strukur Pendanaan


(13)

ABSTRACT

The purpose of this research was investigate the determinants of capital structure which have effect on company leverage. The determinants of capital structures consists of profitability, asset structure and dividend pay-out ratio. This research used secondary data, and then is based on a sample of 20 manufacturing companies which is listed in Jakarta Stock Exchange in the period 2003 through 2006. The sample was taken by using purposive sampling method (judgment sampling). The data were analyzed with multiple linear regression. The data used in this research was pooled cross section time series.

This result of this research showed that profitability had a negative effect and significant on debt to equity ratio. Meanwhile, asset structure and dividend pay-out ratio were not significant on debt to equity ratio,partially. And then simultenously, profitability, asset structure and dividend pay-out ratio had significance influence and had positive relationship on debt to equity ratio. Determinants coefficient showed Adjusted R Square for 0,197, which means only 19,7% variation from the debt to equity ratio change can be explained by changes of return on asset, asset structure and dividend pay-out ratio. Then the remainder 80,3% is explained by another determinants.

Keywords: Profitability, Asset Structure, Dividend Pay-out Ratio, Debt to Equity Ratio, Capital Structure


(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam situasi perekonomian global saat ini, perusahaan dalam melakukan kegiatan ekonomi tanpa batas negara sehingga persaingan menjadi begitu ketat antar perusahaan. Menghadapi situasi yang demikian setiap perusahaan dituntut untuk mampu membaca dan melihat situasi yang terjadi sehingga dapat melakukan pengelolaan fungsi-fungsi manajemen dengan baik itu dibidang pemasaran, produksi, sumber daya manusia dan keuangan dengan baik agar perusahaan dapat lebih unggul dalam persaingan yang dihadapi.

Fungsi keuangan merupakan salah satu fungsi penting dalam kegiatan perusahaan. Dalam mengelola fungsi keuangan, salah satu unsur yang perlu diperhatikan adalah seberapa besar perusahaan mampu memenuhi kebutuhan dana yang akan digunakan untuk beroperasi dan mengembangkan usahanya. Untuk pemenuhan kebutuhan dana ini perusahaan dapat memperoleh dari dalam perusahaan (modal sendiri) atau dari luar perusahaan (modal asing).

Dasar keputusan pendanaan yang berkaitan dengan pemilihan sumber pendanaan baik itu sumber dana internal maupun sumber dana eksternal perusahaan secara teoritis didasarkan atas dua kerangka teori. Sulistianingsih (2001:29), “menyebutkan bahwa ada dua kerangka teori yang mendasarinya yaitu

balance theory (static trade-off) dan pecking order theory”. Berdasarkan balance theory, perusahaan mendasarkan keputusan pendanaan pada struktur modal yang


(15)

optimal. Struktur modal yang optimal dibentuk dengan menyeimbangkan manfaat dari penghematan pajak atas penggunaan hutang terhadap biaya kebangkrutan.

The Pecking Order Theory menyatakan bahwa perusahaan lebih cenderung

memilih sumber pendanaan internal dibandingkan dengan sumber pendanaan eksternal.

Keputusan pendanaan berkaitan dengan pemilihan sumber dana, sangat mempengaruhi nilai perusahaan. Sumber dana perusahaan dari internal berasal dari laba ditahan dan depresiasi. Dana yang diperoleh dari sumber eksternal adalah dana yang berasal dari para kreditur dan pemilik, peserta atau pengambil bagian dalam perusahaan. Pemenuhan kebutuhan dana yang berasal dari kredit merupakan hutang bagi perusahaan. Dana yang diperoleh dari para pemilik merupakan modal sendiri. Proporsi antara penggunaan modal sendiri dan hutang dalam memenuhi kebutuhan lain perusahaan disebut dengan struktur modal perusahaan.

Menurut Vera et al. (2005:197), mengatakan bahwa “pemilihan struktur pendanaan pada dasarnya merupakan masalah yang menyangkut komposisi pendanaan yang akhirnya berarti penentuan berapa banyak hutang (leverage) yang akan digunakan perusahaan untuk mendanai assetnya”.

Tujuan utama manajer keuangan adalah membentuk kombinasi pendanaan yang dapat menurunkan biaya, mempertahankan kebijakan deviden dan pendapatan, serta memaksimalkan kekayaan pemegang saham. Kebijakan struktur pendanaan yang tepat akan meningkatkan harga saham perusahaan dengan demikian kemakmuran para pemegang saham juga akan meningkat. Menurut


(16)

Brigham (2001:23), menyatakan bahwa “struktur modal yang optimal adalah struktur modal yang memaksimumkan harga saham perusahaan”. Struktur pendanaan yang optimal memiliki dampak bagi nilai perusahaan, keputusan

capital budgeting dan pendapatan jangka panjang perusahaan. Oleh sebab itu,

pemahaman tentang struktur pendanaan itu sangat penting untuk memahami cara memaksimumkan nilai perusahaan.

Hal lain yang perlu diperhatikan oleh manajemen keuangan dalam menentukan struktur pendanaan, adanya beberapa faktor yang mempengaruhi struktur pendanaan. Secara umum faktor-faktor tersebut adalah: tingkat pertumbuhan penjualan, stabilitas penjualan, struktur asset, sikap manajemen, sikap pemberi pinjaman, profitabilitas, struktur saingan dan karakteristik industri, resiko bisnis, ukuran perusahaan dan operating leverage. Pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap sumber pendanaan perusahaan atau industri tidak sama tergantung pada kondisi dan jenis perusahaan atau industri.

Salah satu faktor yang digunakan dalam penelitian ini adalah profitabilitas. Penelitian Baskin (1989), Titman dan Wessels (1988) dalam Hartono (2004 173), “menemukan bukti bahwa tingkat leverage secara signifikan berhubungan terbalik dengan profitabilitas suatu perusahaan”. Semakin tinggi porsi dana yang tersedia untuk membiayai operasional perusahaan dan kesempatan investasi yang berasal dari retained earning maka tingkat leverage perusahaan akan kecil. Faktor lain yang digunakan ialah struktur asset, dan penelitian yang dilakukan oleh Titman dan Wessels (1988) serta oleh Thies dan Klock (1992) dalam Mayangsari (2001:10) “membuktikan struktur asset mempunyai pengaruh yang signifikan


(17)

terhadap tingkat leverage”. Kemudian untuk faktor terakhir yang digunakan ialah kebijakan dividen, dimana secara tidak langsung akan memiliki pengaruh terhadap tingkat penggunaan hutang suatu perusahaan. Kebijakan dividen yang stabil menyebabkan adanya keharusan bagi perusahaan untuk menyediakan sejumlah dana guna membayar jumlah deviden yang tetap tersebut. Apabila perusahaan menggunakan tingkat leverage yang tinggi, maka ada kemungkinan bahwa dalam jangka panjang perusahaan tidak akan mampu membayar deviden yang stabil serta memenuhi beban tetap hutang. Penelitian Jensen (1992) dalam Mayangsari (2001:11) “menemukan bukti bahwa kebijakan deviden mempunyai pengaruh yang signifikan dan berhubungan negatif dengan tingkat leverage”.

Penelitian ini merupakan penelitian replikasi dan penelitian lanjutan dari sebelumnya. Penelitian terdahulu antara lain adalah Mayangsari (2001) melakukan penelitian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pendanaan perusahaan pada perusahaan manufaktur di BEJ periode 1996. Hartono (2004) meneliti pengaruh profitabilitas, kesempatan investasi dan defisit arus kas terhadap kebijakan pendanaan pada perusahaan manufaktur di BEJ periode 1996 1999. Vera et al. (2005) meneliti perbedaan struktur pendanaan perusahaan multinasional dan perusahaan domestik yang tercatat di BEJ pada tahun 1999 2003. Sementara Jortan (2007) meneliti pengaruh struktur aktiva, profitabilitas dan kebijakan dividen terhadap struktur pendanaan pada industri perbankan di BEJ periode 2001-2005. Variabel-variabel yang digunakan diambil dari penelitian sebelumnya .Variabel independent dari penelitian ini adalah profitabilitas (Return


(18)

sedangkan variabel dependennya adalah Leverage (Debt to Equity Ratio). Keterbatasan dan perbedaan sampel yang digunakan oleh peneliti terdahulu mendorong penulis melakukan penelitian yang sama dengan menggunakan perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia, dengan harapan dapat memperoleh hasil penelitian yang lebih akurat dan up-to-date dengan periode penelitian yang baru yaitu 2003-2006.

Berdasarkan uraian diatas dan mengingat bahwa struktur pendanaan merupakan keputusan yang penting dalam suatu perusahaan, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian ilmiah yang berjudul “Pengaruh Faktor Profitabilitas, Struktur Asset Dan Kebijakan Dividen Terhadap Struktur Pendanaan Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dibahas pada bagian sebelumnya maka perumusan masalah penelitian adalah:

Apakah ROA (Return on Asset), Struktur Asset dan DPR (Dividend Pay

out Ratio) berpengaruh terhadap Leverage ( Debt-Equity Ratio) baik


(19)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui pengaruh ROA (Return on Asset), Struktur Asset dan

Dividend Pay-out Ratio terhadap Leverage (Debt-Equity Ratio) baik

secara simultan maupun parsial.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat bagi penelitian yang diharapkan adalah:

1. Bagi peneliti, sebagai bahan masukan apabila suatu saat diminta pendapat pendapatnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi struktur pendanaan.

2. Bagi perusahaan, sebagai bahan masukan untuk menetapkan keputusan dalam pemilihan kebijakan pendanaan.

3. Bagi peneliti lainnya sebagai bahan masukan dan sumber informasi dalam melakukan penelitian selanjutnya sehingga hasilnya dapat lebih baik dari yang terdahulu.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis 1. Struktur Pendanaan

Menurut Wild et al. (2005:211), menyatakan bahwa “struktur modal merupakan pendanaan ekuitas dan hutang pada suatu perusahaan”.

Pendanaan yang berasal dari ekuitas umumnya disebut dengan pendanaan internal (internal financing), sedangkan pendanaan yang berasal dari hutang disebut juga pendanaan eksternal (external financing).

Sedangkan Brigham dan Daves (2004:994) mengatakan bahwa “capital

structure is the manner in which a firm’s assets are financed; That is, the right side of the balance sheet. Capital structure is normally expressed as the percentage of each type of capital used by the firm, such as debt, preferred stock and common equity”.

Struktur modal mengacu pada sumber pendanaan perusahaan. Pendanaan dapat diperoleh dari modal ekuitas yang relatif hingga sumber pendanaan jangka pendek sementara yang lebih beresiko. Suatu saat perusahaan memperoleh pendanaan, perusahaan akan menginvestasikannya pada berbagai asset. Asset mencerminkan sumber keamanan sekunder bagi peminjam dan diperoleh dari pinjaman yang dijamin oleh asset tertentu hingga asset yang tersedia sebagai pengaman umum bagi kreditor tanpa jaminan. Hal ini dari faktor lainnya


(21)

menghasilkan perbedaan resiko yang terkait dengan berbagai asset dan sumber pendanaan.

Stabilitas keuangan perusahaan dan resiko gagal melunasi hutang tergantung pada sumber pendanaan serta jenis dan jumlah berbagai asset yang dimiliki perusahaan. Gambar ini menunjukkan distribusi asset perusahaan tertentu dan sumber pendanaannya.

Asset (Investasi) Hutang dan Ekuitas (Pendanaan)

Gambar 2.1 Gambaran Umum distribusi asset perusahaan dan struktur modal Sumber: Wild, et. al, Financial Statement Analysis, 2005:211.

Asset lancar

Investasi Jangka Panjang

Asset Tetap (Bersih)

Asset tak Berwujud

Beban yang Ditangguhkan

Kewajiban Lancar

Wesel Bayar dan Surat Hutang Subordinasi

Provisi dan Cadangan

Hak Minoritas pada Anak Perusahaan

Saham Preferen

Ekuitas Modal Saham Dan Laba Ditahan Wesel Jangka Panjang dan Obligasi


(22)

a. Teori Struktur Pendanaan

Dasar keputusan pendanaan berkaitan dengan pemilihan sumber dana baik itu sumber dana internal maupun sumber dana eksternal, Brealey (2004 : 412), mengatakan bahwa ada dua kerangka teori yang mendasarinya antara lain:

1. A Pecking Order Theory

“The pecking order explains why the most profitable firms generally borrow less: It is not because they have low target debt ratios but because they don’t need outside money. Less profitable firms issue debt because they do not have sufficient internal funds for their capital investment program and because debt is first in the pecking order for external finance”.

Pecking Order Theory menjelaskan bahwa umumnya perusahaan yang

menghasilkan laba yang banyak, memiliki hutang yang sedikit karena perusahaan tersebut tidak membutuhkan dana dari luar. Sedangkan perusahaan yang sedikit menghasilkan laba memiliki tingkat hutang yang tinggi, karena tidak memiliki dana yang cukup untuk membiayai operasional perusahaan. Selain itu Pecking

Order Theory merupakan teori keuangan yang menyatakan bahwa perusahaan

lebih cenderung memilih pendanaan yang berasal dari sumber dana internal dibandingkan dengan sumber dana eksternal, dan menjelaskan bahwa pendanaan didasarkan pada urutan pendanaan yang memiliki resiko terkecil, yaitu laba ditahan, hutang dan penerbitan ekuitas.

Menurut Keown (2000:157), Pecking Order Theory struktur modal diungkapkan dalam 4 poin di bawah ini:

a. Perusahaan menerapkan kebijakan deviden untuk kesempatan investasi. b. Perusahaan lebih suka mendanai kesempatan investasi dengan dana yang

sepenuhnya dari dalam dulu, lalu modal keuangan eksternal akan dicari. c. Saat pendanaan eksternal dibutuhkan, pertama perusahaan akan memilih

menerbitkan sekuritas hutang. Menerbitkan sekuritas jenis modal akan dilakukan terakhir.


(23)

d. Dengan demikian banyaknya dana eksternal dibutuhkan untuk mendanai proyeknya dengan nilai sekarang positif/pendekatan pecking order akan diikuti. Ini berarti lebih menyukai hutang yang beresiko, artinya pada hutang konvertibel, modal preferen dan modal biasa sebagai pilihan terakhir.

Teori yang kedua menurut Brealey (2004:412) adalah:

2. Trade- Off Theory/ Balance Theory

“Theory that capital structure is based on a trade off between tax savings and distress costs of debt. This trade-off theory of capital structure recognizes that the target debt ratios may vary from firm to firm. Companies with safe, tangible assets and plenty of taxable income to shield ought to have high target ratios. Unprofitable companies with risky, intangible assets ought to rely primarily on equity financing”.

Keputusan pendanaan dengan teori trade-off adalah pendanaan berdasarkan struktur modal optimal, di mana perusahaan menyeimbangkan manfaat dari pendanaan dengan hutang (perlakuan pajak perseroan yang menguntungkan) dengan suku bunga dan biaya kebangkrutan yang lebih tinggi. Kenyataan bahwa bunga merupakan beban yang dapat dikurangkan telah mengakibatkan hutang lebih murah daripada saham biasa atau saham preferen. Akibatnya, pemerintah membayar sebagian dari biaya modal yang bersumber dari hutang atau dengan kata lain hutang memberikan manfaat perlindungan pajak. Hasilnya, penggunaan hutang mengakibatkan peningkatan porsi laba operasi perusahaan yang mengalir ke investor. Jadi, semakin besar hutang perusahaan, semakin tinggi nilai sahamnya. Namun ada suatu tingkat hutang yang menjadi ambang batas, dimana tingkat ambang batas hutang tersebut menunjukkan biaya kebangkrutan mulai menjadi material. Apabila hutang melampaui batas tersebut, biaya kebangkrutan akan semakin besar, dan hal itu semakin mengurangi manfaat pajak yang disebabkan oleh hutang. Namun belum menghapuskan manfaat pajak


(24)

dari hutang sehingga harga saham masih naik (meskipun kenaikannya masih kecil) dengan bertambahnya jumlah hutang, hal ini berada antara kisaran ambang batas hutang dengan titik struktur modal optimal. Struktur modal optimal ialah titik dimana manfaat marjinal dari perlindungan pajak sama dengan biaya kebangkrutan marjinal. Tetapi, setelah melampaui titik ini jumlah biaya kebangkrutan melebihi keringanan pajak sehingga mulai titik ini peningkatan rasio hutang akan menurunkan nilai saham perusahaan.

Menurut Lukas (1994 : 321) trade-off theory memberikan tiga masukan penting:

a. Perusahaan memiliki aktiva yang tinggi variabilitas keuntungannya akan memiliki probabilita financial distress yang besar. Perusahaan semacam ini harus menggunakan sedikit hutang.

b. Aktiva tetap yang khas (tidak umum), aktiva yang tidak tampak (intangible

assets) dan kesempatan bertumbuh akan kehilangan banyak nilai jika terjadi financial distress. Perusahaan yang menggunakan aktiva semacam ini

seharusnya menggunakan sedikit hutang.

c. Perusahaan yang membayar pajak yang tinggi (dikenai tingkat pajak yang besar) sebaiknya lebih banyak menggunakan hutang dibanding perusahaan yang membayar pajak rendah.

“Financial Distress adalah kondisi dimana perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan terancam bangkrut” (Lukas, 1994;319).

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Pendanaan

Menurut Brigham (2001:39), faktor-faktor yang umumnya dipertimbangkan ketika mengambil keputusan mengenai struktur pendanaan, yaitu:

a. Stabilitas penjualan. Perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat lebih aman memperoleh lebih banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil.


(25)

b. Struktur aktiva. Perusahaan yang aktivanya sesuai untuk dijadikan jaminan kredit cenderung lebih banyak menggunakan hutang.

c. Leverage operasi. Jika hal-hal lain tetap sama, perusahaan dengan leverage

operasi yang lebih kecil cenderung lebih mampu untuk memperbesar leverage keuangan karena ia akan mempunyai resiko bisnis yang lebih kecil. d. Tingkat pertumbuhan. Jika hal-hal yang lain tetap sama, perusahaan yang

tumbuh dengan pesat harus lebih banyak mengandalkan modal eksternal. e. Profitabilitas. Seringkali pengamatan menunjukkan bahwa perusahaan

dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan hutang yang relatif kecil.

f. Pajak. Makin tinggi tarif pajak perusahaan, akan semakin besar manfaat penggunaan hutang.

g. Pengendalian. Pengaruh hutang lawan saham terhadap posisi pengendalian manajemen dapat mempengaruhi struktur modal.

h. Sikap manajemen. Karena tidak seorang pun dapat membuktikan bahwa struktur modal yang satu akan membuat harga saham lebih tinggi daripada struktur modal lainnya, manajemen dapat melakukan pertimbangan sendiri terhadap struktur modal yang tepat.

i. Sikap pemberi pinjaman dan lembaga penilai peringkat. Tanpa memperhatikan analisis para manajer atas faktor-faktor leverage yang tepat bagi perusahaan mereka, sikap para pemberi pinjaman dan perusahaan penilai peringkat (rating agency) seringkali mempengaruhi keputusan struktur keuangan.

j. Kondisi pasar. Kondisi di pasar saham dan obligasi mengalami perubahan jangka dan pendek yang dapat sangat berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan yang optimal.

k. Kondisi internal perusahaan. Kondisi internal perusahaan juga berpengaruh terhadap struktur modal yang ditargetkannya.

l. Fleksibilitas Keuangan.

c. Leverage (Rasio Hutang)

Menurut Van Horne (2005:208), menyatakan “rasio leverage (hutang) yaitu rasio yang menunjukkan sejauh mana perusahaan dibiayai oleh hutang”. Menurut Harahap (1998:306), mengatakan bahwa “rasio leverage menggambarkan hubungan antara hutang perusahaan terhadap modal maupun asset”. Rasio ini dapat melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal (equity).


(26)

Perusahaan yang baik semestinya memiliki komposisi modal yang lebih besar dari hutang.

Sedangkan menurut Sartono (2001:257), mengatakan bahwa “Leverage adalah penggunaan asset dan sumber dana (sources of funds) oleh perusahaan yang memiliki beban (biaya) tetap dengan maksud agar meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham”.

Perusahaan menggunakan operating dan financial leverage dengan tujuan

agar keuntungan yang diperoleh lebih besar daripada biaya assets dan sumber dananya, dengan akan meningkatkan keuntungan pemegang saham. Sebaliknya

leverage akan juga meningkatkan variabilitas (resiko) keuntungan, karena jika

perusahaan ternyata mendapat keuntungan yang lebih rendah dibiaya tetapnya maka penggunaan leverage akan menurunkan keuntungan pemegang saham.

1. Operating Leverage

Perusahaan dalam beroperasi memiliki beban tetap. Hingga sejauh mana beban tetap yang digunakan di dalam operasi perusahaan mampu memberikan hasil yang lebih besar dari beban tetapnya. Untuk mengukur sejauh mana penggunaan operating leverage itu menguntungkan dapat digunakan analisis pulang pokok (break even analysis).

2. Financial Leverage

Financial Leverage merupakan penggunaan hutang untuk peningkatan

laba. Penggunaan financial leverage yang semakin tinggi mengakibatkan harga modal tetapnya tinggi dan perusahaan harus berusaha agar memperoleh


(27)

tambahan laba sebelum bunga dan pajak yang lebih tinggi daripada biaya tetapnya. Hal ini dapat meningkatkan resiko finansial.

Berbagai financial ratio dapat dipergunakan untuk mengukur resiko dalam

hubungannya dengan perusahaan yang menggunakan leverage dalam struktur modalnya. Misalnya: Total Debt to Total Assets Ratio, Debt to Equity Ratio,

Times Interest Earned Ratio dan Fixed Charge Coverage Ratio.

Menurut Vera et al. (2005), “Tujuan umum perusahaan adalah memaksimumkan nilai perusahaan dengan meminimumkan biaya modal perusahaan. Oleh sebab itu, struktur pendanaan perusahaan ditampilkan dari tingkat leverage perusahaan, dimana tingkat leverage dapat dilihat dari debt to

equity ratio”.

Debt to Equity Ratio merupakan perbandingan hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya.

Rumus Debt to Equity Ratio adalah: DER = Total Liabilities

Total Equity

2. Profitabilitas

Menurut Harahap (1998:219), “rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba melalui seluruh kemampuan dan sumber yang ada”.


(28)

dana dapat diperoleh dari laba ditahan. Beberapa penelitian seperti Baskin (1989), Titman dan Wessels (1988), Thies dan Klock (1992) dalam Mayangsari (2001:11) menunjukkan “bahwa perusahaan yang tingkat pengembalian keuntungan pada investasi yang tinggi menggunakan hutang yang relatif kecil”.

Profitabilitas diukur dengan rasio return on assets dengan rumus : ROA = Net Profit

Total Assets

Rasio ini membandingkan laba bersih setelah pajak dengan total asset dan menunjukkan kemampuan untuk menghasilkan laba berdasarkan ekuitas pemegang saham.

3. Struktur Asset

Dalam perusahaan, struktur asset akan mempunyai pengaruh terhadap sumber-sumber pembelanjaan dalam beberapa cara. Pertama, menurut Mayangsari (2001:10), mengatakan bahwa “pada perusahaan yang sebagian modalnya tertanam dalam aktiva tetap, pemenuhan kebutuhan dana akan diutamakan dari modal sendiri dan modal asing hanya berfungsi sebagai pelengkap”. Hal ini disebabkan oleh penggunaan asset tetap akan menimbulkan adanya beban tetap yang berupa fixed cost. Dan apabila perusahaan memakai modal asing, untuk membelanjai asset tetapnya maka kos tetap yang akan ditanggungnya juga akan besar. Kedua, menurut Mayangsari (2001:10) mengatakan bahwa “pada perusahaan yang sebagian besar assetnya berupa asset tetap, komposisi penggunaan hutang akan lebih didominasi oleh hutang jangka panjang”. Karena jangka waktu terikatnya dana dalam asset tetap adalah lebih lama dibandingkan


(29)

dengan asset lainnya maka penggunaan hutang lebih ditekankan pada hutang jangka panjang. Hal ini juga dimaksudkan untuk menjaga likuiditas perusahaan. Beberapa penelitian sebelumnya membuktikan struktur asset mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hutang.

4. Kebijakan Deviden

Kebijakan dividen perusahaan harus dipandang sebagai bagian integral dari keputusan pendanaan perusahaan. Rasio pembayaran dividen menetapkan jumlah laba yang dapat ditahan dalam perusahaan. Semakin banyak jumlah laba saat ini yang ditahan dalam perusahaan berarti semakin sedikit uang yang akan tersedia bagi pembayaran dividen saat ini. Nilai dari dividen yang dibayarkan kepada para pemegang saham karena harus diseimbangkan dengan biaya kesempatan/biaya peluang (opportunity cost) laba ditahan yang tidak dibagikan sebagai cara untuk pendanaan melalui ekuitas.

Menurut Lukas (1994:359), ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi manajemen dalam menentukan kebijakan dividen, antara lain:

a. Perjanjian hutang

Pada umumnya perjanjian hutang antara perusahaan dengan kreditor membatasi pembayaran dividen. Misalnya, dividen hanya dapat diberikan jika kewajiban hutang telah dipenuhi perusahaan dan atau rasio-rasio keuangan menunjukkan bank dalam kondisi sehat.

b. Pembatasan dari saham preferen

Tidak ada pembayaran dividen untuk saham biasa jika dividen saham preferen belum dibayar.

c. Tersedianya kas

Dividen berupa uang tunai (cash dividend) hanya dapat dibayar jika tersedia uang tunai yang cukup. Jika likuiditas baik, perusahaan dapat membayar dividen.


(30)

d. Pengendalian

Jika manajemen ingin mempertahankan kontrol terhadap perusahaan, ia cenderung untuk segan menjual saham baru sehingga lebih suka menahan laba guna memenuhi kebutuhan dana. Akibatnya dividen yang dibayar menjadi kecil. Faktor ini menjadi penting pada perusahaan yang relatif kecil.

e. Kebutuhan dana untuk investasi

Perusahaan yang berkembang selalu membutuhkan dana baru untuk diinvestasikan pada proyek-proyek yang menguntungkan. Sumber dana baru yang merupakan modal sendiri (equity) dapat berupa penjualan saham baru dan laba ditahan. Manajemen cenderung memanfaatkan laba ditahan karena penjualan saham baru menimbulkan biaya peluncuran saham. Oleh karena itu, semakin besar kebutuhan dana investasi, semakin kecil dividen payout ratio.

f. Fluktuasi Laba

Jika laba perusahaan cenderung stabil, perusahaan dapat membagikan dividen yang relatif besar tanpa takut harus menurunkan dividen jika laba tiba-tiba merosot. Sebaliknya jika laba perusahaan berfluktuasi, dividen sebaiknya kecil agar kestabilannya terjaga. Selain itu, perusahaan dengan laba yang berfluktuasi sebaiknya tidak banyak menggunakan hutang guna mengurangi resiko kebangkrutan. Konsekuensinya: laba ditahan menjadi besar dan dividen mengecil.

Kebijakan dividen adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam keputusan pendanaan perusahaan. Kebijakan dividen mempresentasikan suatu rencana tindakan yang harus diikuti apakah keputusan dividen harus dibuat. Indikator dari kebijakan dividen adalah rasio pembayaran dividen (dividend

pay-out ratio).

Menurut Van Horne (2005:270), mengatakan bahwa “rasio pembayaran dividen (dividend pay-out ratio) ialah dividen tunai tahunan yang dibagikan dengan laba tahunan atau dividen per lembar saham dibagi dengan laba per lembar saham”. Rasio ini menunjukkan persentase laba perusahaan yang dibayarkan kepada pemegang saham.


(31)

Kebijakan deviden diukur dengan rasio Dividend Pay-out Ratio dengan rumus : DPR = Devidend per Share

Earnings per Share

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Mayangsari (2001) melakukan penelitian dengan tujuan untuk menguji

pecking order theory, serta untuk mengidentifikasikan pengaruh struktur asset,

tingkat pertumbuhan, besaran perusahaan, profitabilitas, operating leverage,

dividend pay-out ratio dan perubahan modal kerja terhadap sumber pendanaan

eksternal perusahaan manufaktur di Indonesia. Penelitian menggunakan periode 1 tahun yaitu tahun 1996. Alat analisis yang digunakan adalah metode regresi dengan terlebih dahulu menguji berbagai macam asumsi klasik. Hasilnya menunjukkan bahwa variabel–variabel yang secara statistis signifikan mempengaruhi kebijakan pendanaan eksternal adalah besaran perusahaan (LNASSET), profitabilitas (ROA), struktur asset (STRUKTUR) dan perubahan modal kerja (Cl). Secara bersama-sama variabel-variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini dapat menjelaskan variabel independen secara statistis signifikan (F=6,1631). Tetapi secara individual ada beberapa variabel yang tidak statistis signifikan yaitu Degree Operating Leverage (DOL) dan pertumbuhan (PERTMBH).

Hartono (2004) melakukan penelitian tentang pengaruh profitabilitas, kesempatan investasi, dan defisit arus kas terhadap kebijakan pendanaan perusahaan. Melakukan penelitian pada 51 perusahaan manufaktur yang terdaftar


(32)

perubahan hutang jangka panjang yang diterbitkan ( Dit), Debt to Total Assets (DTA), Return on Investment (ROI), kesempatan investasi (Oppor) dan defisit arus kas (DEFt). Pengolahan data dilakukan dengan analisis bivariat dan analisis multivariat dengan memasukkan variabel control yaitu size. Hasil penelitian menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh secara terbalik dengan leverage perusahaan, sedangkan kesempatan investasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap leverage (Dividend Pay-out Ratio) perusahaan. Defisit arus kas berpengaruh positif dan signifikan terhadap perubahan hutang. Dengan memasukkan variabel size sebagai variabel kontrol, tidak adanya pengaruh yang signifikan antara variabel size dengan perubahan hutang. Namun demikian secara bersama-sama kedua variabel yaitu defisit arus kas dan size mempunyai pengaruh signifikan.

Vera, Tobing dan Ibad (2005) melakukan penelitian mengenai perbedaan struktur pendanaan perusahaan multinasional dan perusahaan domestik di Indonesia. Penelitian menggunakan perusahaan – perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dari tahun 1999-2003. Variabel – variabel yang digunakan adalah leverage sebagai variabel terikat, sedangkan untuk variabel bebas adalah biaya keagenan (AG), biaya kebangkrutan (BC), ukuran perusahaan (SIZE), tingkat pertumbuhan (GR), dan profitabilitas perusahaan (PROF). Metode analisis yang digunakan ialah model regresi linear berganda. Tingkat profitabilitas perusahaan, biaya kebangkrutan dan ukuran perusahaan sama-sama berpengaruh signifikan pada tingkat leverage perusahaan. Biaya keagenan perusahaan tidak berpengaruh signifikan pada tingkat leverage perusahaan multinasional (MNC)


(33)

maupun perusahaan domestik (DC). Tingkat pertumbuhan perusahaan domestik berpengaruh signifikan pada tingkat leverage, sedangkan tingkat pertumbuhan perusahaan multinasional tidak berpengaruh pada tingkat leverage.

Jortan (2007) melakukan penelitian mengenai pengaruh struktur aktiva, profitabilitas dan kebijakan deviden terhadap struktur pendanaan pada industri perbankan di Bursa Efek Jakarta dari tahun 2001-2005. Variabel-variabel yang digunakan adalah leverage sebagai variabel dependen, sedangkan untuk variabel independent adalah struktur aktiva, profitabilitas, dan kebijakan deviden. Penelitian menggunakan regresi linear dan regresi berganda. Hasil pengujian menunjukkan struktur aktiva mempunyai pengaruh signifikan terhadap struktur pendanaan pada industri perbankan dari pada profitabilitas dan kebijakan deviden. Hasil pengujian juga menunjukkan bahwa struktur aktiva, profitabilitas dan kebijakan dividen berpengaruh secara simultan terhadap struktur pendanaan industri perbankan.

TABEL 2.1 PENELITIAN TERDAHULU

No. Nama Judul Variabel Hasil

1. Sekar mayangsari (2001) Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Pendanaan Perusahaan: Pengujian Pecking Order Hypotesis Independen: PERTMBH, LNASSET, STRUKTUR, ROA, DOL, CI, Dependen: Rasio hutang jangka panjang/total asset (Lev) Secara parsial LNASSET, ROA, STRUKTUR, CI berpengaruh terhadap Lev. Sedangkan secara simultan semua variabel berpengaruh terhadap Lev. 2. Hartono (2004) Pengaruh Profitabilitas, Kesempatan Investasi, Independen:

ROI, Oppor, DEFt,

ROI berpengaruh terhadap DTA


(34)

Terhadap Kebijakan Pendanaan Perusahaan

Dependen: DTA dan

 Dit

tidak

berpengaruh. Sedangkan secara simultan DEFt dan Size berpengaruh terhadap  Dit, namun secara parsial hanya DEFt yang berpengaruh terhadap  Dit 3. Vera, Rudolf L. Tobing dan Akromul Ibad (2005) Perbedaan Struktur Pendanaan Perusahaan Multinasional dan Perusahaan Domestik di Indonesia Independen:

AG, BC, Size, GR, PROF

Dependen: DER

PROF, BC dan

Size berpengaruh

terhadap DER, AG tidak berpengaruh terhadap DER baik untuk MNC dan DC, GR berpengaruh terhadap DER (DC) sedangkan GR tidak berpengaruh terhadap DER (MNC). 4. Yustina Jortan (2007) Pengaruh Struktur Aktiva, Profitabilitas dan Kebijakan Deviden Terhadap Struktur Pendanaan Pada Industri Perbankan Yang Tercatat di Bursa Efek Jakarta Independen: Struktur Aktiva (FixedAssets/Total Assets),Profitabilitas (ROA), dan Kebijakan Deviden (DPR) Dependen:

Leverage (Debt to Equity Ratio)

Struktur Aktiva dan ROA secara parsial berpengaruh terhadap leverage, sedangkan DPR tidak berpengaruh. Sedangkan secara simultan ROA, Struktur Aktiva, dan DPR berpengaruh terhadap Leverage.


(35)

C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 1. Kerangka Konseptual

Dalam penelitian ini terdapat penggunaan tiga variabel independen antara lain ROA (Return on Assets), Struktur Asset (Fixed Asset/Total Asset), DPR (Dividen Pay-Out Ratio) dan yang akan diuji pengaruhnya terhadap variabel dependen yang digunakan yaitu DER (Debt Equity Ratio).

ROA (Return On Assets) merupakan bagian dari ukuran profitabilitas perusahaan. ROA adalah perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan total asset. ROA menggambarkan tingkat keuntungan yang mampu diraih perusahaan saat menjalankan operasi. Pecking order theory menunjukkan jika sebuah perusahaan lebih profitable maka pendanaannya lebih banyak berasal dari pendanaan secara internal. Semakin profitable sebuah perusahaan diharapkan memiliki pendanaan internal yang lebih tinggi, hal ini akan menyebabkan tingkat

leverage rendah. Oleh karena itu, profitabilitas memiliki hubungan yang negatif

dengan tingkat leverage.

Dalam suatu perusahaan, struktur asset akan mempunyai pengaruh terhadap sumber-sumber pembelanjaan dalam beberapa cara. Menurut Mayangsari (2001:10) “pada perusahaan yang sebagian modalnya tertanam dalam aktiva tetap, pemenuhan kebutuhan dana akan diutamakan dari modal sendiri dan modal asing hanya berfungsi sebagai pelengkapan”. Hal ini disebabkan oleh penggunaan aktiva tetap akan menimbulkan adanya beban tetap yang berupa fixed

cost. Dan apabila perusahaan memakai modal asing, untuk membelanjai aktiva


(36)

DPR (Dividend Pay-out Ratio) menunjukkan besarnya laba yang dibayarkan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen. Kebijakan dividen akan memiliki pengaruh terhadap tingkat leverage suatu perusahaan. Kebijakan dividen yang stabil menyebabkan adanya keharusan bagi perusahaan untuk menyediakan sejumlah dana guna membayar jumlah dividen yang tetap tersebut. Apabila perusahaan menggunakan tingkat leverage yang tinggi, maka ada kemungkinan bahwa dalam jangka panjang perusahaan tidak akan mampu membayar dividen yang stabil serta memenuhi beban tetap hutang. Penelitian Sudarsi (2000:4) menyatakan “semakin tinggi DER berarti modal sendiri semakin sedikit dibandingkan hutangnya”. DER yang meningkat membuat pendapatan menurun karena digunakan untuk membiayai hutang sehingga dividen juga menurun karena DPR yang ditetapkan kecil, sebaliknya jika DER menurun maka DPR yang ditetapkan meningkat dan dividen yang dibagikan juga besar.

Dengan demikian, model kerangka konseptual yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah:

ROA (X1)

DPR (X3)


(37)

2. Hipotesis

Berdasarkan tinjauan teoritis, tinjauan penelitian terdahulu dan kerangka konseptual maka hipotesis sebagai berikut:

H1 : ROA (Return on Asset), Struktur Asset, DPR (Dividend Pay-out Ratio) berpengaruh terhadap DER (Debt to Equity Ratio).


(38)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain kausal yaitu untuk mengukur hubungan antara variabel-variabel penelitian, atau berguna untuk menganalisis bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya (Umar, 2003:30).

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2004:72). Populasi pada objek penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia .

Metode pengambilan sampel dilakukan dengan purposive Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan suatu kriteria tertentu dengan pertimbangan (Judgment Sampling) (Jogiyanto, 2004;79). Adapun yang menjadi kriteria berupa pertimbangan dalam pengambilan sampel adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2003-2006. 2. Perusahaan tersebut telah membuat laporan keuangan dari tahun 2003

2006.

3. Perusahaan tersebut tidak ter-delisting dan membagikan deviden selama periode 2003-2006.


(39)

Berdasarkan tiga kriteria tersebut, maka terpilih sampel sebanyak 20 perusahaan sebagaimana tercantum pada tabel 3.1.

Tabel 3.1 Nama Perusahaan Sampel

Sampel Nama Perusahaan

1 PT. Fast Food Indonesia Tbk.

2 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk.

3 PT. Mayora Indah Tbk.

4 PT. Multi Bintang Indonesia Tbk.

5 PT. Gudang Garam Tbk.

6 PT. HM Sampoerna Tbk.

7 PT. Lautan Luas Tbk.

8 PT. Trias Sentosa Tbk.

9 PT. Lion Mesh Prima Tbk.

10 PT. Lion Metal Works Tbk.

11 PT. Surya Toto Indonesia Tbk.

12 PT. Astra-Graphia Tbk.

13 PT. Astra International Tbk. 14 PT. Astra Otoparts Tbk.

15 PT. Goodyear Indonesia Tbk.

16 PT. Tunas Ridean Tbk.

17 PT. Kimia Farma Tbk.

18 PT. Merck Indonesia Tbk.

19 PT. Mandom Indonesia Tbk.

20 PT. Unilever Indonesia Tbk.

C. Jenis dan Sumber Data Penelitian

Data yang dikumpulkan merupakan data kuantitatif yaitu data yang berupa angka atau besaran tertentu yang sifatnya pasti, seperti data-data keuangan perusahaan sampel, dan juga termasuk data eksternal dimana data diperoleh dengan cara mendapatkannya dari luar perusahaan. Pengumpulan data dari pihak luar ini meliputi studi pustaka yang melakukan pengumpulan data pendukung dari


(40)

untuk data keuangan perusahaan diperoleh dari Indonesian Capital Market

Directory. Data pada penelitian ini dikumpulkan dan diolah berdasarkan time

series, dimana periode data yang digunakan dari 2003-2006.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Total Asset, Fixed Asset,

Profit (Loss) After Taxes, Dividend per Share, Earning per Share, Total Liabilities, Shareholder’s Equity, Return on Asset, Dividend pay-out ratio dan Debt to Equity Ratio.

D. Pengukuran Variabel Penelitian

Berdasarkan kerangka konseptual di bab sebelumnya, maka dipilih empat variabel yang perlu diukur dan dipelajari kaitan fungsionalnya. Keempat variabel ini secara konsep dapat dibedakan menjadi variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Return on Asset, Struktur Asset dan

Devidend Pay-out Ratio, sedangkan variabel terikatnya adalah Debt to Equity Ratio.

E. Definisi Operasional

Definisi dan pengukuran variabel bebas adalah:

Variabel Alat Ukur Definisi Skala

Return On Asset = Net Profit

Total Asset

Rasio untuk mengukur

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba setelah pajak dari total asset yang digunakan perusahaan

Rasio

Struktur Asset = Fixed Asset

Total Asset

Perbandingan atau

perimbangan antara asset tetap dan total asset dan

menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menentukan


(41)

struktur keuangan dan sumber sumber pembelanjaan

Dividend Pay-out Ratio

= Dividend per Share

Earning per Share

Menunjukkan besarnya laba yang dibayarkan kepada

pemegang saham dalam bentuk dividen

Rasio

Definisi dan pengukuran variabel terikat adalah:

Debt to Equity Ratio merupakan bagian dari Leverage Rasio yang

menunjukkan perbandingan hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Alat ukur dari DER adalah:

DER = Total Liabilities Total Equity

Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat:

1. ROA. Perusahaan dengan rate of return tinggi cenderung menggunakan proporsi hutang yang relatif kecil, karena dengan rate of

return yang tinggi, kebutuhan dana dapat diperoleh dari laba ditahan.

Oleh karena itu, perusahaan yang tingkat pengembalian keuntungan pada investasi yang tinggi menggunakan hutang yang relatif kecil. Hal ini menunjukkan bahwa profitable atau tidaknya suatu perusahaan menentukan keputusan pendanaan baik dari dalam atau dari luar perusahaan yang dalam hal ini dilihat dari tingkat leverage (DER). 2. Struktur asset. Perusahaan yang banyak menanamkan modalnya dalam


(42)

kegiatan usahanya. Oleh karena itu penggunaan hutang perusahaan akan relatif lebih kecil.

3. DPR. semakin tinggi DER berarti modal sendiri semakin sedikit dibandingkan hutangnya. DER yang meningkat membuat pendapatan menurun karena digunakan untuk membiayai hutang sehingga dividen juga menurun karena DPR yang ditetapkan kecil, sebaliknya jika DER menurun maka DPR yang ditetapkan meningkat dan dividen yang dibagikan juga besar.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah dengan metode statistik menggunakan perangkat SPSS 15.0. Peneliti menggunakan uji asumsi klasik dengan terlebih dahulu menentukan apakah distribusi data normal, sebelum melakukan pengujian hipotesis. Pengujian tersebut meliputi:

1. Uji Normalitas

Lubis et al. (2007:26) menyatakan, “uji normalitas bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam variabel yang akan digunakan dalam penelitian adalah data yang terdistribusi normal. Ada beberapa cara untuk melihat normalitas data yaitu dengan nilai skewness, histogram display

normal curve dan kurva normal P-Plot”.

Pengujian normalitas data yang digunakan adalah dengan menggunakan uji statistik Kolgomorov-Smirnov (K-S), dengan menampilkan juga histogram

display normal curve dan kurva normal P-Plot. Data dikatakan normal jika bentuk

kurva memiliki kemiringan yang cenderung imbang, baik pada sisi kiri maupun sisi kanan dan kurva berbentuk menyerupai lonceng yang hampir sempurna. Pada


(43)

kurva normal P-Plot dikatakan normal jika gambar distribusi dengan titik-titik data yang menyebar di sekitar garis diagonal. Sedangkan untuk K-S mengambil dari Trihendradi (2005:245) yang memberikan pedoman pengambilan keputusan tentang data-data yang mendekati atau merupakan distribusi normal dapat dilihat dari:

a. Nilai sig. atau signifikan atau probabilitas >0,05, maka distribusi data dinyatakan normal.

b. Nilai sig. atau signifikan atau probabilitas <0,05, maka distribusi data dinyatakan tidak normal.

2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Multikolonieritas

Lubis et al. (2007:32) menyatakan, “uji ini diperlukan karena untuk mengetahui ada tidaknya variabel independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen lain dalam satu model. Ketentuan untuk mendeteksi ada tidaknya multikolonieritas yaitu; (1) jika nilai Variance

Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang

dari 0,1 maka model terbebas dari multikolinieritas, dan (2) jika nilai koefisien korelasi antar masing-masing variabel independen kurang dari 0,70, maka model dapat dinyatakan bebas dari asumsi multikolinieritas”. b. Uji Autokorelasi

Nugroho (2005:58) menyatakan, “uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem korelasi. Cara mudah untuk mendeteksi autokorelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin Watson. Model regresi linear berganda terbebas dari autokorelasi jika nilai Durbin Watson hitung terletak di daerah No

Autocorrelation. Penentuan tersebut dapat dibantu dengan tabel lower bound (dl) dan upper bound (du), dibantu dengan nilai k (jumlah


(44)

Untuk mempercepat proses ada tidaknya autokorelasi dalam suatu model dapat digunakan patokan nilai Durbin Watsn hitung mendekati angka dua. Jika nilai Durbin Watson hitung mendekati atau disekitar angka dua maka model tersebut terbebas dari asumsi klasik autokorelasi, karena angka dua pada uji Durbin Watson terletak pada daerah No Autocorrelation.

c. Uji Heteroskedasitas

Lubis et al. (2007:34) menyatakan, “heteroskedasitas menguji terjadinya perbedaan variance residual suatu periode pengamatan ke periode pengamatan yang lain, atau gambaran hubungan antara nilai yang diprediksi dengan Studentized Delete Residual nilai tersebut. Model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki hubungan antara nilai yang diprediksi dengan Studentized Delete Residual nilai tersebut sehingga dapat dikatakan model tersebut homoskedastisitas. Cara memprediksinya adalah jika pola gambar Scatterplot model tersebut adalah; (1) titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau disekitar angka 0, (2) titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja, (3) penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar kembali, dan (4) penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola”.

Uji heteroskedasitas yang digunakan adalah uji glejser. Glejser mengusulkan untuk meregres nilai absolute residual terhadap variabel bebas dengan persamaan regresi sebagai berikut:

Ut =  +  Xt + vi

Model regresi dikatakan tidak mengandung adanya heteroskedasitas dilihat dari probabilitas signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 5%.

Setelah melakukan uji normalitas data dan uji asumsi klasik, maka dilakukan uji terhadap hipotesis dengan model regresi linear untuk melihat seberapa besar pengaruh ROA, Struktur Asset, DPR terhadap DER secara individu dengan rumus:


(45)

Y =  Y =  Y = 33 Dimana:

Y = Variabel terikat, DER

 = Konstanta

X1 = Variabel bebas, yaitu ROA

X2 = Variabel bebas, yaitu Struktur Asset X3 = Variabel bebas, yaitu DPR

Kemudian dilakukan uji hipotesis dengan model regresi linear berganda. Model regresi untuk menguji hipotesis sebagai berikut:

Y = 0  Dimana:

Y = Debt to Equity Ratio

 = Konstanta

… = Koefisien Regresi

 = Return On Asset

 = Struktur Asset

 = Dividend Pay-out Ratio


(46)

Adapun kriteria pengujian sebagai berikut: H1 diterima jika nilai sig < 0,05 (5%) H1 ditolak jika nilai sig > 0,05 (5%)


(47)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN 1. Statistik Deskriptif

Pembahasan tentang pengaruh Return on Assets (ROA), Struktur Asset dan Dividend Payout Ratio (DPR) terhadap Debt to Equity Ratio (DER) harus terlebih dahulu memperhatikan data para emiten. Setelah data terpilih, seluruh sampel diseleksi berdasarkan kriteria. Dipilih 20 sampel atau 80 observasi yang memenuhi kriteria pemilihan sampel. Berikut ini ditampilkan data statistik secara umum dari seluruh data yang digunakan.

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

80 -.02 .40 .1076 .09127 .008

80 .09 .70 .3317 .14279 .020

80 -1.36 2.18 .3880 .35873 .129

80 .11 3.88 1.1281 .87808 .771

80 Return on Asset

Struktur Asset Devidend Payout Ratio Debt to Equity Ratio Valid N (listwise)

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Variance

Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa:

a. Rata-rata ROA 0.1076 dengan standar deviasi 0.09127

b. Rata-rata Struktur Asset 0.3317 dengan standar deviasi 0.14279 c. Rata-rata DPR 0.3880 dengan standar deviasi 0.35873

d. Rata-rata DER 1.1281 dengan standar deviasi 0.87808 e. Jumlah sampel sebanyak 80 sampel


(48)

2. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan sebelum data diolah berdasarkan model-model penelitian. Data yang baik dan layak digunakan dalam penelitian adalah data yang memiliki distribusi normal. Dengan profil data semacam ini maka data dianggap bisa mewakili populasi.

Untuk mengetahui apakah data yang kita miliki normal atau tidak dapat menggunakan uji statistik Kolgomorov-Smirnov (K-S). Pedoman pengambilan keputusan tentang data-data yang mendekati atau merupakan distribusi normal dapat dilihat dari:

c. Nilai sig. atau signifikan atau probabilitas >0,05, maka distribusi data dinyatakan normal.

d. Nilai sig. atau signifikan atau probabilitas <0,05, maka distribusi data dinyatakan tidak normal.

Hasil dari normalitas dengan menggunakan uji Kolgomorov-Smirnov (K S) adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2 Uji Normalitas (1)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

80 80 80 80

.1076 .3317 .3880 1.1281

.09127 .14279 .35873 .87808

.152 .121 .190 .187

.152 .121 .170 .187

-.120 -.066 -.190 -.122

1.359 1.086 1.700 1.670

.050 .189 .006 .008

N

Mean Std. Deviation Normal Parametersa,b

Absolute Positive Negative Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)

Return on

Asset Struktur Asset

Devidend Payout Ratio

Debt to Equity Ratio

Test distribution is Normal. a.

Calculated from data. b.


(49)

Dari hasil Kolgomorov-Smirnov (K-S) dapat dilihat bahwa variabel struktur asset terdistribusi dengan normal dengan nilai signifikan >0,05 yaitu 0.189. Sedangkan variabel ROA, DPR dan DER tidak terdistribusi dengan normal karena nilai signifikannya <0,05. Oleh karena itu data yang tidak terdistribusi dengan normal tersebut dilakukan transformasi agar menjadi normal. Cara yang dilakukan adalah dengan melakukan logaritma 10 atau LG10 (x) atau LN terhadap semua variabel baik yang terdistribusi dengan normal maupun yang tidak terdistribusi dengan normal.

Hasil uji normalitas menggunakan Kolgomorov-Smirnov (K-S) setelah data ditransformasi adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3 Uji Normalitas (2)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

79 80 79 80

-2.5650 -1.1955 -1.0746 -.1877 .92040 .43887 .59367 .83060

.088 .056 .057 .090

.059 .051 .054 .059

-.088 -.056 -.057 -.090

.778 .502 .502 .806

.580 .963 .962 .535

N

Mean

Std. Deviation Normal Parametersa,b

Absolute Positive Negative Most Extreme

Differences

Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)

LN_ROA LN_Struktur LN_DPR LN_DER

Test distribution is Normal. a.

Calculated from data. b.


(50)

Dari hasil Kolgomorv-Smirnov (K-S), dapat dilihat bahwa setelah dilakukan transformasi data menggunakan logaritma 10 atau LN, jumlah sampel pada variabel struktur asset dan DER adalah tetap, sedangkan jumlah sampel pada variabel ROA dan DPR mengalami perubahan karena ada beberapa data yang dibuang atau hilang (missing data) agar data variabel menjadi normal. Setelah ditransformasi, jumlah sampel pada variabel ROA menjadi 79 sampel, variabel Struktur 80 sampel, variabel DPR 79 sampel dan variabel DER menjadi 80 sampel.

ROA mempunyai nilai signifikan 0.580>0.05(5%), Struktur mempunyai nilai signifikan 0.963>0.05(5%), DPR mempunyai nilai signifikan 0.962>0.05(5%), sedangkan DER mempunyai nilai signifikan 0.535>0.05(5%).

Selain menggunakan uji K-S, untuk mengetahui normalitas data secara kasat mata kita dapat melihat grafik histogram dari data yang dimaksud, apakah kurva memiliki kemiringan yang cenderung seimbang, baik pada sisi kiri ataupun pada sisi kanan, dan kurva berbentuk menyerupai lonceng yang hampir sempurna. Pada normalitas data dengan normal P-Plots, data pada variabel yang digunakan dinyatakan terdistribusi normal atau mendekati normal jika gambar distribusi dengan titik yang menyebar di sekitar garis diagonal, dan penyebaran titik-titik data searah mengikuti garis diagonal.

Hasil output histogram display normal curve dan kurva normal P-Plot sebagai berikut:


(51)

Gambar 4.1

Regression Standardized Residual

2 1

0 -1

-2 -3

Frequency

12

10

8

6

4

2

0

Histogram

Dependent Variable: LN_DER

Mean =3.47E-18 Std. Dev. =0.981


(52)

Gambar 4.2

Observed Cum Prob

1.0 0.8

0.6 0.4

0.2 0.0

Expected Cum P

r

ob

1.0

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual


(53)

Dari grafik histogram Gambar 4.1 dan grafik P-Plots Gambar 4.2 dapat disimpulkan bahwa variabel setelah ditransformasi dengan menggunakan logaritma 10 atau LN, grafik histogram memberikan pola distribusi yang mendekati normal. Sedangkan pada grafik P-Plots terlihat titik-titik data menyebar disekitar garis diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Kedua grafik ini menunjukkan bahwa model regresi setelah dilakukan transformasi data layak dilakukan karena memenuhi uji normalitas data.

3. Uji Asumsi Klasik a. Uji Multikolonieritas

Uji multikolonieritas diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya variabel independent yang memiliki kemiripan dengan variabel independent lain dalam satu model. Nugroho (2005:8) mengungkapkan deteksi multikoloniearitas pada satu model dapat dilihat melalui:

1. Jika nilai Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1, maka model dikatakan terbebas dari multikolonieritas.

2. Jika nilai Variance Inflation Factor (FIV) lebih dari 10 dan nilai Tolerance kurang dari 0,1, maka model dikatakan terkena multikoloniearitas.


(54)

Hasil dari uji multikolonieritas dapat dilihat dari tabel dibawah ini: Tabel 4.4

Uji Multikolonieritas

Coefficientsa

-1.044 .397 -2.631 .010

-.376 .095 -.415 -3.946 .000 .933 1.072

.242 .202 .128 1.197 .235 .903 1.108

-.170 .146 -.121 -1.162 .249 .957 1.045

(Constant) LN_ROA LN_Struktur LN_DPR Model

1

B Std. Error Unstandardized

Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig. Tolerance VIF Collinearity Statistics

Dependent Variable: LN_DER a.

Dari hasil pengujian diatas, dapat dilihat bahwa angka Tolerance ROA (LN_ROA), Struktur (LN_Struktur), DPR (LN_DPR) dan DER (LN_DER) mendekati nilai Tolerance yaitu tidak kurang dari 0,1. Nilai VIF ROA (LN_ROA), Struktur (LN_Struktur), DPR (LN_DPR) dan DER (LN_DER) tidak lebih dari 10 dan berarti telah terbebas dari multikolonieritas.

b. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem korelasi. Cara mudah untuk mendeteksi autokorelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin Watson. Model regresi linear berganda terbebas dari autokorelasi jika nilai Durbin Watson hitung terletak di daerah No Autocorrelation. Penentuan tersebut dapat dibantu dengan tabel lower bound (dl) dan upper bound (du), dibantu dengan nilai k (jumlah variabel independen). Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi:


(55)

1. Bila nilai DW terletak antara batas atas atau upper bound (du) dan (4-du) maka koefisien autokorelasi sama dengan nol, berarti tidak ada autokorelasi.

2. Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau lower bound (dl), maka koefisien autokorelasi lebih besar daripada nol, berarti ada korelasi positif.

3. Bila nilai DW lebih besar daripada (4-dl), maka koefisien autokorelasi lebih kecil daripada nol berarti autokorelasi negatif.

4. Bila nilai DW terletak diantara batas atas (du) dan batas bawah (dl) atau DW terletak antara (4-du) dan (4-dl), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.

Hasil dari uji autokorelasi dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 4.5

Uji Autokorelasi

Model Summaryb

.477a .228 .197 .74886 2.441

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson Predictors: (Constant), LN_DPR, LN_ROA, LN_Struktur

a.

Dependent Variable: LN_DER b.

Berdasarkan tabel statistik Durbin Watson, dengan jumlah sampel sebanyak 80 dan jumlah variabel independent sebanyak 3, nilai dl adalah 2,26 dan

du adalah 2,46, dari hasil uji DW dapat dilihat bahwa nilai DW terletak diantara

batas bawah dl dan batas atas du, dengan demikian kita tidak dapat memutuskan apakah terjadi korelasi positif atau tidak. Oleh karena itu, persamaan regresi dapat


(56)

c. Uji Heteroskedasitas

Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedasitas adalah dengan menggunakan uji Glejser. Glejser mengusulkan untuk meregres nilai absolute residual terhadap variabel bebas dengan persamaan regresi sebagai berikut:

Ut =  +  Xt + vi

Cara yang dilakukan dalam uji Glejser dengan SPSS:

1. Melakukan regresi Debt to Equity Ratio = f {ROA, Struktur, DPR}. Dapatkan variabel residual (Ut) dengan cara memilih tombol Save pada tampilan windows Linear Regression dan aktifkan Unstandardized

Residual.

2. Absolutkan nilai residual (AbsUt) dengan menu Transform dan Compute. 3. Regresikan variabel (AbsUt) sebagai variabel terikat dan ROA, Struktur

dan DPR sebagai variabel bebas. Sehingga persamaan regresi menjadi: AbsUt = b0 + b1 ROA + b2 Struktur + b3 DPR

Jika variabel bebas signifikan secara statistik mempengaruhi variabel teriakat, maka ada indikasi terjadi heteroskedasitas. Hasil tampilan output SPSS dari uji Glejser adalah:


(57)

Tabel 4.6 Uji Glejser

Coefficientsa

.945 .204 4.626 .000

.069 .049 .165 1.406 .164

.114 .104 .130 1.092 .278

.010 .075 .015 .130 .897

(Constant) LN_ROA LN_Struktur LN_DPR Model 1

B Std. Error Unstandardized Coefficients Beta Standardized Coefficients t Sig.

Dependent Variable: Abs_RES a.

Hail tampilan output SPSS dengan jelas menunjukkan bahwa tidak ada satupun variabel bebas yang signifikan secara statistik mempengarui variabel terikat nilai Absolut Ut (AbsUt). Hal ini terlihat dari probabilitas signifikan masing-masing variabel terikat dimana LN_ROA mempunyai tingkat signifikan 0.164, LN_Struktur mempunyai tingkat signifikan 0.278 dan LN_DPR mempunyai tingkat signifikan 0.897 semuanya diatas tingkat signifikan 5%. Jadi dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung adanya heteroskedasitas.

4. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis penelitian, penulis menggunakan analisis regresi berganda. Dalam melakukan pengujian ini variabel independent yang digunakan hanya tiga yaitu ROA, Struktur dan DPR. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS 15.0, maka diperoleh hasil berikut:

Tabel 4.7

Model Summaryb

.477a .228 .197 .74886 2.441

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson Predictors: (Constant), LN_DPR, LN_ROA, LN_Struktur

a.

Dependent Variable: LN_DER b.


(58)

Pada model Summary, angka R sebesar 0.477 menunjukkan korelasi atau hubungan antara Debt to Equity Ratio dengan Return on Asset, Struktur Asset dan Dividend Payout Ratio sebagai variabel independennya adalah sedang atau tidak begitu kuat karena disekitar 0.5. Angka Adjusted R Square atau koefisien determinasi adalah 0.197. Hal ini berarti 19,7% variasi atau perubahan dalam DER dapat dijelaskan oleh variasi dari ROA, Struktur Asset dan DPR sedangkan sisanya 80,3% dijelaskan oleh faktor-faktor yang lain.

a. Pengujian Secara Parsial (Individu)

Untuk melihat pengaruh secara parsial dari masing-masing variabel independen dapat dilihat dengan menggunakan regresi linear.

1) Pengaruh Profitabilitas terhadap DER

Berdasarkan hasil pengolahan data dengan program SPSS 15.0 maka diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.8

Coefficientsa

-1.236 .251 -4.916 .000

-.410 .092 -.451 -4.438 .000 1.000 1.000

(Constant) LN_ROA Model

1

B Std. Error Unstandardized

Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig. Tolerance VIF Collinearity Statistics

Dependent Variable: LN_DER a.

2) Pengaruh Struktur Asset terhadap DER

Berdasarkan hasil pengolahan data dengan program SPSS 15.0 maka diperoleh hasil sebagai berikut:


(59)

Tabel 4.9

Coefficientsa

.282 .267 1.056 .294

.393 .210 .207 1.873 .065 1.000 1.000

(Constant) LN_Struktur Model

1

B Std. Error Unstandardized

Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig. Tolerance VIF Collinearity Statistics

Dependent Variable: LN_DER a.

3) Pengaruh Kebijakan Deviden terhadap DER

Tabel 4.10

Coefficientsa

-.361 .195 -1.848 .069

-.164 .159 -.116 -1.028 .307 1.000 1.000

(Constant) LN_DPR Model

1

B Std. Error Unstandardized

Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig. Tolerance VIF Collinearity Statistics

Dependent Variable: LN_DER a.

Dari ketiga tabel koefisien regresi diatas, dapat diambil suatu kesimpulan, yaitu uji t digunakan untuk menguji signifikansi konstanta dari setiap variabel independennya. Terlihat bahwa ROA mempunyai angka signifikansi dibawah 0.05 yang menunjukkan variabel tersebut signifikan. Hal ini memperlihatkan bahwa ROA secara individual mempengaruhi nilai DER. Selain itu memperlihatkan nilai Struktur mempunyai nilai diatas 0.05 (0.65) yang menunjukkan bahwa variabel tersebut tidak signifikan, demikian halnya dengan variabel DPR nilai signifikannya diatas 0.05 (0.307). Hal ini berarti variabel Struktur dan variabel DPR tidak mempengaruhi DER secara individual.

Persamaan regresi linear dari masing-masing variabel independen diatas: Y = -1,236 – 0,410X1


(60)

Y = Variabel dependen (terikat) yaitu DER X1 = Variabel independen (bebas) yaitu ROA

Y = 0,282 + 0, 393X2 Dimana:

Y = Variabel dependen (terikat) yaitu DER

X2 = Variabel independent (bebas) yaitu Struktur Asset

Y = -0,361 – 0,164 X3 Dimana:

Y = Variabel dependen (terikat) yaitu DER X3 = Variabel independent (bebas) yaitu DPR b. Pengujian Secara Simultan

Untuk melihat pengaruh variabel independent secara bersama atau simultan maka dapat kita lihat dari tabel ANOVA berikut ini:

Tabel 4.11

ANOVAb

12.392 3 4.131 7.366 .000a

42.059 75 .561

54.451 78

Regression Residual Total Model 1

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), LN_DPR, LN_ROA, LN_Struktur a.

Dependent Variable: LN_DER b.

Dari uji Anova diketahui nilai F hitung sebesar 7.366 dengan tingkat signifikansi 0.000 (<0.05). Hal ini berarti secara simultan seluruh variabel


(61)

independen yaitu ROA, Struktur Asset dan DPR berpengaruh terhadap terhadap DER.

Tabel 4.12

Coefficientsa

-1.044 .397 -2.631 .010

-.376 .095 -.415 -3.946 .000 .933 1.072

.242 .202 .128 1.197 .235 .903 1.108

-.170 .146 -.121 -1.162 .249 .957 1.045

(Constant) LN_ROA LN_Struktur LN_DPR Model

1

B Std. Error

Unstandardized Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig. Tolerance VIF

Collinearity Statistics

Dependent Variable: LN_DER a.

Dari tabel coefficients diatas dapat dibentuk persamaan regresi berganda yaitu:

Y (DER) = 0+1X1+2X2+3X3 Y (DER) = -1,044-0,376+0,242-0,170 Dari persamaan berikut diketahui:

1. konstanta sebesar -1,044 menyatakan bahwa jika tidak ada ROA, Struktur Asset dan DPR maka DER adalah sebesar 1,044.

2. koefisien regresi X1 sebesar -0,376 menyatakan bahwa setiap penambahan 1 ROA akan mengurangi DER sebesar 0,376.

3. koefisien regresi X2 sebesar 0,242 menyatakan bahwa setiap penambahan 1 Struktur Asset akan meningkatkan DER sebesar 0,242.

4. koefisien regresi X3 sebesar -0,170 menyatakan bahwa setiap penambahan 1 DPR akan mengurangi DER sebesar 0,170.


(62)

B. PEMBAHASAN PENELITIAN

Setelah melihat hasil pengolahan data dapat dikatakan bahwa hanya variabel profitabilitas yang mempengaruhi struktur pendanaan secara parsial dengan tingkat signifikan dibawah 0,05 (5%). Sedangkan variabel struktur asset dan variabel kebijakan deviden tidak mempengaruhi variabel struktur pendanaan secara parsial karena tingkat signifikannya diatas 0,05 (5%).

Berdasarkan pengujian secara simultan atau dengan melihat nilai ANOVA melalui output SPSS, diketahui bahwa variabel profitabilitas, struktur asset dan kebijakan deviden berpengaruh sebesar 73,6%. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian terdahulu yakni Mayangsari (2001) dan Jortan (2007) yang menyatakan bahwa variabel profitabilitas, struktur pendanaan dan kebijakan deviden berpengaruh secara simultan terhadap struktur pendanaan.

Secara parsial variabel profitabilitas berpengaruh secara signifikan terhadap struktur pendanaan dan memiliki koefisien bertanda negatif sebesar (-0.376). Hasil penelitian ini sejalan dengan dengan penelitian Mayangsari (2001), Hartono (2004) dan Jortan (2007) yang membuktikan bahwa tingkat leverage secara signifikan berhubungan terbalik dengan profitabilitas perusahaan. Semakin tinggi porsi dana yang tersedia untuk membiayai operasional perusahaan dan kesempatan investasi yang berasal dari retained earning maka tingkat leverage perusahaan akan kecil.

Dalam penelitian ini variabel struktur asset tidak memiliki pengaruh terhadap struktur pendanaan. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Mayangsari (2001) dan Jortan (2007), dimana Mayangsari menggunakan proksi pengukuran


(63)

struktur asset adalah hasil bagi persediaan dengan total asset sementara dalam penelitian ini menggunakan hasil bagi fixed asset dengan total asset.

Secara parsial variabel kebijakan deviden tidak memiliki pengaruh terhadap struktur pendanaan. Hal ini sejalan dengan penelitian Jortan (2007) yang menyatakan bahwa kebijakan deviden tidak berpengaruh terhadap struktur pendanaan. Dalam hal ini bertentangan dengan teori Sudarsi (2004:4) yang menyatakan semakin tinggi DER maka DPR yang ditetapkan kecil karena jumlah deviden yang menurun, sebaliknya jika DER menurun maka DPR yang ditetapkan meningkat karena deviden yang dibagikan juga besar. Pengaruh variabel kebijakan deviden yang tidak signifikan kemungkinan dikarenakan banyak emiten yang tidak melakukan pembayaran deviden kepada pemegang saham antara tahun 2001-2006.


(64)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis penelitian di Bab IV, maka dapat disimpulkan: 1. Dari hasil uji t diperoleh suatu kesimpulan bahwa ROA mempunyai

pengaruh sebesar 4,4 %, variabel Struktur Asset mempunyai pengaruh sebesar 1,873 dan variabel DPR mempunyai pengaruh sebesar 1,028.

2. Apabila dilihat dari besarnya pengaruh masing-masing variabel independent maka dapat dilihat bahwa ROA berpengaruh signifikan terhadap DER, sedangkan variabel struktur asset dan DPR tidak berpengaruh terhadap DER.

3. Hasil pengujian secara simultan diketahui bahwa variabel ROA, Struktur Asset dan DPR mempunyai pengaruh terhadap DER. Dari hasil pengujian regresi berganda diperoleh angka Adjusted R Square dan koefisien determinasi adalah 0,197%. Hal ini berarti hanya 19,7 % variasi dari DER dapat dijelaskan oleh ROA, Struktur Asset dan DPR dan sisanya dijelaskan oleh faktor-faktor yang lain. Olehkarena itu dapat disimpulkan bahwa DER dapat dianalisis secara fundamental sebesar 19,7% dan 80,3% dipengaruhi oleh keadaan-keadaan lain seperti : tingkat pertumbuhan penjualan, stabilitas penjualan, besaran perusahaan, resiko bisnis,


(65)

Keterbatasan

1. Data dalam penelitian ini dibatasi hanya pada kelompok emiten tertentu sehingga sampel yang diperoleh terbatas dan menyebabkan hasil penelitian ini tidak begitu akurat.

2. Penelitian ini hanya menggunakan tiga variabel bebas sehingga hasil penelitian ini masih sederhana dan tidak jauh berbeda dengan penelitian sebelumnya.

3. Periode pengamatan dalam penelitian ini relatif pendek hanya selama empat tahun sehingga hasil penelitian yang diperoleh kurang maksimal.

B. SARAN

1. Untuk peneliti selanjutnya agar tidak membatasi kelompok emiten yang akan digunakan sehingga sampel penelitian yang diperoleh lebih banyak dan hasil penelitian lebih akurat.

2. Sebaiknya menggunakan variabel-variabel yang lain seperti besaran perusahaan, tingkat pertumbuhan penjual dan lain-lain, agar hasil penelitian dapt menunjukkan hasil yang lebih baik.

3. Periode pengamatan dalam penelitian selanjutnya harus lebih banyak agar hasil penelitian dapat lebih maksimal.


(1)

Output Hasil Pengujian SPSS

Descriptives

Descriptive Statistics

80 -.02 .40 .1076 .09127 .008

80 .09 .70 .3317 .14279 .020

80 -1.36 2.18 .3880 .35873 .129

80 .11 3.88 1.1281 .87808 .771

80 Return on Asset

Struktur Asset

Devidend Payout Ratio Debt to Equity Ratio Valid N (listwise)

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Variance

NPar Tests

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

80 80 80 80

.1076 .3317 .3880 1.1281

.09127 .14279 .35873 .87808

.152 .121 .190 .187

.152 .121 .170 .187

-.120 -.066 -.190 -.122

1.359 1.086 1.700 1.670

.050 .189 .006 .008

N

Mean

Std. Deviation Normal Parametersa,b

Absolute Positive Negative Most Extreme

Differences

Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)

Return on

Asset Struktur Asset

Devidend Payout Ratio

Debt to Equity Ratio

Test distribution is Normal. a.

Calculated from data. b.

Lampiran 9


(2)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

79 80 79 80

-2.5650 -1.1955 -1.0746 -.1877 .92040 .43887 .59367 .83060

.088 .056 .057 .090

.059 .051 .054 .059

-.088 -.056 -.057 -.090

.778 .502 .502 .806

.580 .963 .962 .535

N

Mean

Std. Deviation Normal Parametersa,b

Absolute Positive Negative Most Extreme

Differences

Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)

LN_ROA LN_Struktur LN_DPR LN_DER

Test distribution is Normal. a.

Calculated from data. b.

Uji Glejser

Coefficientsa

.945 .204 4.626 .000

.069 .049 .165 1.406 .164

.114 .104 .130 1.092 .278

.010 .075 .015 .130 .897

(Constant) LN_ROA LN_Struktur LN_DPR Model

1

B Std. Error Unstandardized

Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig.

Dependent Variable: Abs_RES a.

Output Regresi Berganda

Variables Entered/Removedb

LN_DPR, LN_ROA, LN_ Struktura

. Enter Model

1

Variables Entered

Variables

Removed Method

All requested variables entered. a.

Dependent Variable: LN_DER b.


(3)

Model Summaryb

.477a .228 .197 .74886 2.441

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson Predictors: (Constant), LN_DPR, LN_ROA, LN_Struktur

a.

Dependent Variable: LN_DER b.

ANOVAb

12.392 3 4.131 7.366 .000a

42.059 75 .561

54.451 78 Regression Residual Total Model 1 Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), LN_DPR, LN_ROA, LN_Struktur a.

Dependent Variable: LN_DER b.

Coefficientsa

-1.044 .397 -2.631 .010

-.376 .095 -.415 -3.946 .000 .933 1.072 .242 .202 .128 1.197 .235 .903 1.108 -.170 .146 -.121 -1.162 .249 .957 1.045 (Constant) LN_ROA LN_Struktur LN_DPR Model 1

B Std. Error Unstandardized

Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig. Tolerance VIF Collinearity Statistics

Dependent Variable: LN_DER a.

Residuals Statisticsa

-.9245 .8707 -.1849 .39859 79

-1.856 2.648 .000 1.000 79

.090 .299 .162 .048 79

-.9047 .8996 -.1856 .40151 79

-1.85896 1.28565 .00000 .73431 79

-2.482 1.717 .000 .981 79

-2.528 1.767 .000 1.004 79

-1.92755 1.36165 .00068 .77027 79

-2.625 1.793 -.001 1.013 79

.147 11.475 2.962 2.413 79

.000 .059 .012 .014 79

.002 .147 .038 .031 79

Predicted Value Std. Predicted Value Standard Error of Predicted Value

Adjusted Predicted Value Residual

Std. Residual Stud. Residual Deleted Residual Stud. Deleted Residual Mahal. Distance Cook's Distance

Centered Leverage Value

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Dependent Variable: LN_DER a.


(4)

Regression Standardized Residual

2 1

0 -1

-2 -3

Frequency

12

10

8

6

4

2

0

Histogram

Dependent Variable: LN_DER

Mean =3.47E-18 Std. Dev. =0.981


(5)

Observed Cum Prob

1.0 0.8

0.6 0.4

0.2 0.0

Expected C

u

m Prob

1.0

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual


(6)

Output Regresi Linear

Coefficientsa

-1.236 .251 -4.916 .000

-.410 .092 -.451 -4.438 .000 1.000 1.000

(Constant) LN_ROA Model

1

B Std. Error

Unstandardized Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig. Tolerance VIF

Collinearity Statistics

Dependent Variable: LN_DER a.

Coefficientsa

.282 .267 1.056 .294

.393 .210 .207 1.873 .065 1.000 1.000

(Constant) LN_Struktur Model

1

B Std. Error

Unstandardized Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig. Tolerance VIF

Collinearity Statistics

Dependent Variable: LN_DER a.

Coefficientsa

-.361 .195 -1.848 .069

-.164 .159 -.116 -1.028 .307 1.000 1.000

(Constant) LN_DPR Model

1

B Std. Error

Unstandardized Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig. Tolerance VIF

Collinearity Statistics

Dependent Variable: LN_DER a.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Struktur Modal Terhadap Profitabilitas Perusahaan Manufaktur Terbuka di Bursa Efek Jakarta.

2 39 102

Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan, Kebijakan Deviden dan Profitabilitas Terhadap Struktur Modal Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 33 97

Pengaruh Struktur Modal Terhadap Profitabilitas Perusahaan Manufaktur Terbuka Di Bursa Efek Jakarta

1 40 117

Pengaruh Struktur Aktiva, Profitabilitas dan Kebijakan Dividen Terhadap Struktur Pendanaan pada Industri Perbankan yang Tercatat Di Bursa Efek Jakarta

0 45 99

PENGARUH DEVIDEN, KEBIJAKAN HUTANG,PROFITABILITAS,DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 4 123

PENGARUH STRUKTUR MODAL, PROFITABILITAS, UKURAN PERUSAHAAN DAN KEBIJAKAN DEVIDEN Pengaruh Struktur Modal, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Deviden Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa

0 7 18

PENGARUH STRUKTUR MODAL, PROFITABILITAS, UKURAN PERUSAHAAN DAN KEBIJAKAN DEVIDEN Pengaruh Struktur Modal, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Deviden Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa

0 4 16

PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, KEBIJAKAN KEUANGAN, DAN INTANGIBLE ASSET VALUE TERHADAP Pengaruh Struktur Kepemilikan, Kebijakan Keuangan, dan Intangible Asset Value Terhadap Nilai Perusahaan ( Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indone

0 3 18

PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, PROFITABILITAS, DAN KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP STRUKTUR PENDANAAN PADA INDUSTRI PERBANKAN DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI).

0 2 29

PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

1 2 14