AKDR Alat Kontrasepsi Dalam Rahim 1. Pengertian

13 organ reproduksi, tubektomi untuk wanita dan vasektomi untuk pria. Cara ini sifatnya permanen, maka kontap hanya diperkenankan bagi pasangan yang sudah mantap untuk tidak lagi mempunyai anak. B. AKDR Alat Kontrasepsi Dalam Rahim B.1. Pengertian 3 AKDR adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim yang bentuknya bermacam-macam, terdiri dari plastik, ada yang dililit tembaga, adapula yang dililit tembaga bercampur perak, selain itu ada pula yang berisi hormon progesterone. B.2. Jenis 18 Dikenal 3 macam AKDR, yaitu: 1. AKDR yang terbuat dari plastik Lippes Loop Lippes loop yang terbuat dari plastik dan diisi dengan barium sulfat masih digunakan di seluruh dunia kecuali Amerika Serikat 19 2. AKDR yang mengandung hormon Progestasert Progestasert adalah AKDR yang berbentuk T yang terbuat dari etilen asetat kopolimern yang mengandung titanium dioksida. AKDR levonorgestrel bertahan 10 tahun dan mengurangi jumlah perdarahan haid serta angka infeksi panggul. 19 3. AKDR yang mengandung tembaga Copper T 380 A Copper T terdiri dari polietilen dan barium sulfat. Batangnya dibalut oleh 314 mm 2 kawat tembaga halus dan kedua lengan masing-masing mengandung 33 mm 2 sehingga total tembaga adalah 380 mm 2 . 20 14 Gambar 2.1 Macam Kontrasepsi 19 Speroff, L. Pedoman Klinis Kontrasepsi. Ed.2.EGC. Jakarta. 2005 B.3 Mekanisme Kerja Kerja kontraseptif semua AKDR terjadi terutama dalam rongga uterus. Ovulasi tidak dipengaruhi, dan AKDR juga bukan merupakan pemicu aborsi. Ini diyakini bahwa mekanisme kerja AKDR adalah menciptakan suatu lingkungan intrauterin yang spermisidal. 19 15 Tabel 2.1 Mekanisme kerja alat kontrasepsi dalam rahim 21 Glasier, A. Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera. EGC. Jakarta. 2006 Mekanisme Kerja AKDR yang mengandung tembaga AKDR yang melepaskan hormon Mengganggu kemampuan sprema berjalan melewati rongga rahim Ya Ya Mengganggu proses pembuahandi tuba falopii sebelum ovum mencapai rongga rahim Ya Ya Menghambat implantasi apabila telur yang sudah dibuahi masuk ke uterus dengan menimbulkan respons peradangan lokal di endometrium Ya Ya Mengganggu pergerakkan sperma melalui pembentukkan mukus serviks yang kental Tidak Ya Mungkin mengganggu implantasi melalui perubahan-perubahan endometrium yang diperantarai oleh hormon Tidak Ya B.4. Keunggulan B.4.1 Kepatuhan dan Kelanjutan 21 AKDR merupakan metode kontrasepsi yang sama sekali tidak berkaitan dengan koitus, sehingga alat ini menarik bagi banyak pemakai. Semua AKDR yang mengandung tembaga yang dipasang pada wanita berusia lebih dari 40 tahun dapat terpasang sampai masa menopause tanpa menimbulkan kekhawatiran mengenai kelanjutan efektivitasnya. B.4.2 Reversibilitas 21 AKDR umumnya sangat mudah dikeluarkan dan pemulihan kesuburan berlangsungan cepat angka konsepsi 78-88 setelah 12 bulan dan 92-97 pada 3 tahun setelah pengeluaran. B4.3 Keganasan 21 Berbeda dengan metode hormon, pada AKDR tidak terdapat kekhawatiran mengenai peningkatan risiko penyakit keganasan. 16 B.5. Kekurangan B.5.1 Pola perdarahan menstruasi 21 Efek samping yang sering terjadi pada para pemakai AKDR tembaga adalah menstruasi yang lebih banyak dan lebih lama. Lebih dari 10 pemakai AKDR melaporkan gangguan menstruasi. B.5.2 Infeksi 21 Angka PRP keseluruhan pada pemakai AKDR adalah sekitar 1,4 sampai 1,6 kasus per 1.000 wanita selama tahun pemakaian, yaitu dua kali lipat dibandingkan dengan wanita yang tidak menggunakan kontrasepsi. Risiko ini meningkat selama 20 hari pertama pemakaian 9,7 per 1.000. Hal ini berkaitan dengan masuknya organisme infektif ke dalam rongga rahim saat pemasangan AKDR, terutama apabila wanita mengidap infeksi yang tidak terdeteksi atau pemasangan tidak sesuai dengan prosedur aseptik yang benar. B.5.3 Ekspulsi 21 AKDR dapat berpindah atau keluar dari rongga rahim secara spontan. Angka ekspulsi spontan untuk AKDR modern termasuk LNG-IUS berkisar dari 3 sampai 10 pada tahun pertama pemakaian, bergantung pada usia dan paritas pemakai, penentuan waktu pemasangan dan tipe AKDR, serta keahlian petugas yang memasang alat tersebut. B.5.4 Perforasi 21 Perforasi uterus merupakan kejadian yang jarang kurang dari 1 dalam 1000 pemasangan dan berkaitan dengan tipe AKDR, teknik pemasangan, dan keterampilan petugas.Terdapat beberapa bukti yag menunjukkan bahwa risiko perforasi fundus lebih besar pasa awal periode pascapartum sebelum uterus mengalami involusi sempurna. Dalam pemasangan AKDR pascapartum baik pada wanita yang menyusui maupun tidak, diperlukan perhatian khusus. B.6. Indikasi 22 Wanita yang boleh menggunakan AKDR antara lain ialah: 17 a. Usia reproduktif b. Nulipara c. Ingin kontrasepsi jangka panjang d. Setelah melahirkan dan menyusui bayinya atau tidak menyusui e. Resiko rendah dari IMS f. Tidak menyukai metode kontrasepsi hormonal B.7. Kontraindikasi 22 Wanita yang tidak boleh menggunakan AKDR antara lain ialah: a. Kemungkinan hamil atau sedang hamil b. Perdarahan per vagina yang belum tahu penyebabnya c. Infeksi genital d. Kelainan bawaan anatomi uterus e. Penyakit trofoblas ganas f. Ukuran rongga uterus kurang dari 5 cm B.8 Efektivitas AKDR Alat Kontrasepsi Dalam Rahim IUDs intrauterine devices memiliki keefektivan yang tinggi dalam mencegah kehamilan. Angka kegagalan IUD pada umumnya adalah 1 kehamilan dalam 125 - 170 kehamilan 8 . Pada praktik menunjukkan bahwa AKDR lebih efektif daripada kontrasepsi oral. Efektivitas AKDR telah meningkat, dari angka kehamilan 1 tahun sebesar 2-3 untuk AKDR inert dan AKDR yang mengandung tembaga menjadi kurang dari 0,5 untuk AKDR yang lebih baru yang mengandung tembaga lebih dari 300 mm 2 . 15 B.9. Pemasangan AKDR 21 AKDR dapat dengan aman disisipkan kapan pun setelah persalinan, abortus atau saat siklus haid. Angka ekspulsi dulu lebih tinggi ketika AKDR plastik besar yang lebih kuno disisipkan lebih dini dari delapan minggu postpartum; meskipun demikian, penelitian menunjukkan bahwa AKDR tembaga dapat disisipkan 18 antara empat hingga delapan minggu postpartum tanpa peningkatan angka kehamilan, ekspulsi, perforasi uterus, atau pengangkatan karena alasan perdarahan atau nyeri. Penyisipan bahkan dapat dilakukan segera setelah persalinan per vaginam; hal ini tidak berkaitan dengan peningkatan resiko infeksi, perforasi uterus, perdarahan postpartum atau subinvolusi uterus. Penyisipan tidak dianjurkan jika terdapat infeksi intrauterine dan diperkirakan akan terjadi angka ekspulsi yang sedikit lebih tinggi dibanding dengan penyisipan empat sampai delapan minggu postpartum. B.10. Petugas pemasang AKDR 17 Pasangan yang memutuskan untuk memilih AKDR sebagai metode ber-KB sebaiknya dibantu oleh dokter, bidan atau tenaga medis lain yang sudah terlatih. B.11. Pengontrolan follow up AKDR 23 Pemeriksaan ulang oleh dokter atau bidan dilakukan 1 minggu, 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan sesudahnya 1 tahun sekali setelah AKDR terpasang.

2.1.5 Ibu Usia Subur

Dokumen yang terkait

Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibu Terhadap Upaya Penanganan Diare secara Dini pada Balita di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kecamatan Gunungsitoli Utara tahun 2015

3 79 140

Hubungan Pengetahuan Pasangan Usia Subur (PUS) Tentang Keluarga Berencana (KB) dengan Pelaksanaan KB di Kecamatan Sei Kanan Kabupaten Labuhanbatu Selatan

1 62 79

Pengetahuan dan Sikap Wanita Usia Subur tentang Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan

10 80 82

Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Wanita Usia Subur Yang Belum Menikah Tentang Tradisi Badapu Di Wilayah Kerja Puskesmas Singkil Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2013

1 43 116

Pengetahuan Dan Sikap Ibu Primigravida Terhadap Tanda-Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir Di Klinik Ananda Medan

0 48 69

Respon Pasangan Usia Subur Terhadap Program Keluarga Berencana Gratis Di Kelurahan Paluh Kemiri Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang

1 30 90

Pengetahuan dan Sikap Pasangan Usia Subur Tentang Infertilitas di Lingkungan I Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2010

1 54 54

Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Pasangan Usia Subur (PUS) Tentang Gangguan Kesehatan Reproduksi Akibat Merokok Di kelurahan Sibuluan Indah Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2008

4 57 116

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU USIASUBUR (15-49 TAHUN) TENTANG AKDR (ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM) DI KELURAHAN CISARANTENWETAN KOTA BANDUNG.

0 2 27

PENGARUH SOSIALISASI PROGRAM KELUARGA BERENCANA TERHADAP SIKAP PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DI KELURAHAN PARANG BANOA KECAMATAN PALLANGGA KABUPATEN GOWA

0 0 116