TEKNIK PENYELESAIAN KREDIT BERMASALAH

sehingga sedapat mungkin dapat diketahui gejala awal apabila suatu permasalahan muncul untuk kemudian secara dini dapat dicarikan terapi pemecahannya. i. Technical Incompetence Dilihat dari kemampuan teknis para analis dan pejabat bank dan apabila mereka tidak mempunyai kemampuan sebagaimana yang disyaratkan, maka akan menyebabkana kegagalan dalam pemberian kredit. j. Poor Selection of Risk Kadangkala dalam menganalisis risiko-risiko yang mungkin timbul karena pemberian fasilitas kredit akan berakibat terhadap kegagalan dalam pemberian fasilitas.

G. TEKNIK PENYELESAIAN KREDIT BERMASALAH

Walaupun sudah dilakukan analisis kredit, dan kredit sudah dinyatakan layak untuk diberikan kepada calon debitur, kemungkinan pengembaliannya kelak mengalami kemacetan selalu ada, hal ini disebabkan oleh dua unsur sebagai berikut: Kasmir, 2002:115 1. Dari pihak bank Artinya dalam melakukan analisis, pihak analis kurang teliti, sehingga apa yang seharusnya terjadi, tidak diprediksi sebelumnya. Dapat pula terjadi akibat kolusi dari pihak analis kredit dengan pihak debitur sehingga dalam analisnya dilakukan secara subjektif. 2. Dari pihak debitur Mayanti Jumiahari Harahap : Analisis Non Performing Loan NPL Pada PT. Bank Sumut Capem Sei Rampah, 2008 USU e-Repository © 2008 Dari pihak debitur kemacetan kredit dapat dilakukan akibat dua hal, yaitu: • Adanya unsur kesengajaan. Dalam hal ini debitur sengaja untuk tidak bermaksud membayar kewajibannya kepada bank sehingga kredit yang diberikan macet. Dapat dikatakan tidak adanya unsur kemauan untuk membayar. • Adanya unsur tidak sengaja, artinya si debitur mau membayar akan tetapi tidak mampu. Sebagai contoh kredit yang dibiayai mengalami musibah seperti kebakaran, kebanjiran, dan sebagainya. Sehingga kemampuan untuk membayar kredit tidak ada. Dalam kredit macet pihak bank perlu melakukan penyelamatan, sehingga tidak menimbulkan kerugian. Penyelamatan terhadap kredit macet dilakukan dengan cara antara lain: 1. Rescheduling a. Memperpanjang jangka waktu kredit Dalam hal ini si debitur diberikan keringanan dalam masalah jangka waktu kredit misalnya perpanjangan jangka waktu kredit dari 6 bulan menjadi satu tahun sehingga si debitur mempunyai waktu yang lebih lama untuk mengembalikannya. b. Memperpanjang jangka waktu angsuran. Memperpanjang angsuran hampir sama dengan jangka waktu kredit. Dalam hal ini jangka waktu angsuran kreditnya di perpanjang Mayanti Jumiahari Harahap : Analisis Non Performing Loan NPL Pada PT. Bank Sumut Capem Sei Rampah, 2008 USU e-Repository © 2008 pembayarannya misalnya dari 36 kali menjadi 48 kali dan hal ini tentu saja jumlah angsuran pun menjadi mengecil seiring dengan penambahan jumlah angsuran. 2. Reconditioning a. Kapitalisasi bunga, yaitu bunga dijadikan hutang pokok. b. Penurunan suku bunga, dimaksudkan agar lebih meringankan beban debitur Sebagai contoh jika bunga per tahun sebelumnya dibebankan 20 diturunkan menjadi 18 . Penurunan suku bunga ini akan mempengaruhi jumlah angsuran yang semakin mengecil, sehingga diharapkan dapat membantu meringankan debitur. 3. Restructuring Yaitu dengan cara : a. menambah jumlah kredit. b. Menambah equity yaitu dengan menyetor uang tunai dan tambahan dari pemilik. 4. Kombinasi Merupakan kombinasi dari ketiga jenis metode yang diatas. Misalnya kombinasi antara Restructuring dengan Reconditioning atau Rescheduling dengan Restructuring 5. Penyitaan jaminan Penyitaan jaminan merupakan jalan terakhir apabila debitu sudah benar-benar tidak punya itikad baik ataupun sudah tidak mampu lagi untuk membayar semua hutang-hutangnya. Mayanti Jumiahari Harahap : Analisis Non Performing Loan NPL Pada PT. Bank Sumut Capem Sei Rampah, 2008 USU e-Repository © 2008

BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG PT. BANK SUMUT

CAPEM SEI RAMPAH

A. Sejarah Perkembangan PT. Bank SUMUT

PT. Bank Sumut didirikan berpedoman kepada Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 1955 yang menyatakan bahwa di daerah-daerah propinsi dapat didirikan Bank Pembangunan Daerah. Berdasarkan surat kuasa dari Gubernur KDH Swatantra Tingkat I Sumatera Utara Radja Djundjungan Lubis, tiga orang warga Sumatera Utara yaitu Adnan Nur, James Warren Harahap dan H. Abu Bakar Hasibuan menghadap Notaris Roesli di Medan dan dengan Akta Notaris Roesli Nomor 22 tanggal 4 November 1961, berdirilah PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara PT. BPDSU yang merupakan ‘joint’ antara Pemerintah Daerah dengan swasta. Mengawali usahanya, BPDSU berkantor dengan menyewa satu lantai rumah toko di sebuah gedung milik Sutan Naga di Jalan Palang Merah No. 62 yang kemudian dikembangkan ke gedung No. 64-66, dimana pada saat itu lantai dua masih dipakai pemilik sebagai kantornya. Tidak ada papan nama BPDSU di dinding depan ruko tersebut, yang ada hanya tulisan “ BANK PEMBANGUNAN DAERAH SUMATERA UTARA” yang ditulis dengan kapur tulis dan digantung dekat pintu masuk. Baru dalam pertengahan Mayanti Jumiahari Harahap : Analisis Non Performing Loan NPL Pada PT. Bank Sumut Capem Sei Rampah, 2008 USU e-Repository © 2008