Pengertian dan Dasar Hukum Wakaf

18

BAB II KETENTUAN UMUM TENTANG PERWAKAFAN

A. Pengertian dan Dasar Hukum Wakaf

1. Pengertian Wakaf Kata wakaf berasal dari bahasa Arab al-waqf bentuk masdar dari َو َََََﻗ َﻒ – َﯾِﻘ ُﻒ – َو ْﻗًﻔ ﺎ . Kata al-waqf semakna dengan al-habs bentuk masdar dari َﺣ َﺒ َﺲ – َﯾ ْﺤ ِﺒ ُﺲ – َﺣ ْﺒ ًﺴ ﺎ yang berarti menahan atau berhenti, 1 mengekang atau menghentikan, 2 tetapnya sesuatu dalam keadaan semula. 3 Menurut istilah, wakaf adalah: َﺣ ْﺒ ُﺲ ٔﻻا ْﺻ ِﻞ َو َﺗ ْﺴ ِﺒْﯿ ُﻞ اَﺜﻟ ْﻤ َﺮ ِة . ٔا ْي َﺣ ْﺒ ُﺲ ْﻟا َﻤ ِل ﺎ َو َﺻ ْﺮ ُف َﻣَﻨ ِﻓ ﺎ ِﻌ ِﮫ ِﻓ ْﻲ َﺳ ِﺒ ِﻞﯿ ِﷲا 4 Artinya: “Menahan benda asal pokok dan menjadikan buah atau hasil untuk sabilillah atau jalan kebaikan, yakni menahan benda atau harta dan menyalurkan hasilnya di jalan Allah.” Dalam pengertian istilah secara umum, wakaf adalah sejenis pemberian yang pelaksanaannya dilakukan dengan jalan menahan pemilikan 1 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, alih bahasa oleh Kamaluddin A., Marzuki, dkk., cet.VIII, Bandung: Al-Ma’arif, 1996, Jilid XIV, h.148. 2 Save M. Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan Jakarta: Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara LPKN, h.1193. Lihat juga Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, cet.IV, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997, h.168. 3 M. Abdul Mujieb, dkk, Kamus Istilah Fiqh, cet.III, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2002, h.414. 4 Sayyid Sabiq, Fiqhu as-Sunnah Beirut: Dar al-Kitab al-‘Arabi, 1987, Jilid III, h.377. 19 asal tahbisul ashli, lalu menjadikan manfaatnya berlaku umum. Sedangkan yang dimaksud dengan “tahbisul ashli” ialah menahan barang yang diwakafkan itu agar tidak diwariskan, disewakan, dan digadaikan kepada orang lain. Sedangkan pengertian “cara pemanfaatannya” adalah menggunakan sesuai dengan kehendak pemberi wakaf wakif tanpa imbalan. 5 Menurut istilah para ahli fiqih terdapat beragam pengertian tentang wakaf, yaitu: a. Menurut Abu Hanifah: َﺣ ْﺒ ُﺲ ْﻟا َﻌْﯿ ِﻦ َﻋ ﻰﻠ ِﻣْﻠ ِﻚ ْﻟا َﻮ ْﻗا ِﻒ َو ﱠﺘﻟا َﺼ ﱡﺪ َق ِﺑ َﻤْﻨ َﻔ َﻌِﺘ َﮭﺎ 6 Artinya: “Menahan benda yang menurut hukum statusnya tetap menjadi milik dari orang yang berwakaf wakif dan yang disedekahkan adalah manfaatnya saja.” Berdasarkan definisi itu maka kepemilikan dari harta wakaf itu tidak lepas dari si wakif bahkan ia dibenarkan untuk menarik kembali harta wakafnya dan ia juga diperbolehkan untuk menjualnya. Karena yang lebih kuat menurut pendapat Abu Hanifah adalah bahwa wakaf hukumnya jaiz boleh, tidak wajib. 5 Direktorat Pemberdayaan Wakaf Direktorat Jenderal Bimbingan Masayrakat Islam Departemen Agama, Paradigma Baru Wakaf di Indonesia, cet.III, Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Wakaf Direktorat Jenderal Bimbingan Masayrakat Islam Departemen Agama, 2006, h.1. 6 Ibn Najm Zainuddin, Al-Bahrur Raiq Mesir: Dar al-Kitab al-‘Arabiyyah al-Kubro, t.th, Juz V, h.187. 20 b. Menurut Imam Malik: َﺟ ْﻌ ُﻞ َﻣْﻨ َﻔ َﻌ ُﺔ َﻣ ُﻠﻤ ْﻮ ٍك َو َﻟْﻮ ِﺑَٔﺎ ْﺟ َر ٍة َٔا ْو ُﻏ ﱠﻠٍﺔ ِﻟُﻤ ْﺴ َﺘ ِﺤ ﱟﻖ ِﺑ ِﺼ ْﯿَﻐ ٍﺔ ُﻣ ﱠﺪَة َﻣ َﯾ ﺎ َﺮ ُها ُﻤﻟا ْﺤ ِﺒ ِﺲ 7 Artinya:“ Menjadikan manfaat benda yang dimiliki baik yang berupa sewa atau hasilnya untuk diserahkan kepada yang berhak maukuf alaih dalam bentuk penyerahan yang berjangka waktu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh orang yang mewakafkan wakif.” Dengan kata lain, pemilik harta menahan benda itu dari penggunaan secara pemilikan tetapi membolehkan pemanfaatan hasilnya bagi orang banyak untuk tujuan kebaikan, sedangkan perwakafan itu berlaku untuk suatu masa tertentu, oleh karena itu tidak boleh disyaratkan sebagai wakaf kekal selamanya. c. Menurut Imam Syafi’i: َﺣ ْﺒ ُﺲ َﺎﻣ ٍل ُﯾ ْﻤ ِﻜ ُﻦ ْا ِٕﻻ ْﻧِﺘ َﺎﻔ ُع ِﺑِﮫ َﻣ َﻊ َﺑ ِءﺎﻘ َﻋ ْﯿِﻨ ِﮫ ِﺑََﻘ ْﻄ ٍﻊ ﱠﺘﻟا َﺼ ﱡﺮ ٍف ِﻓ ﻲ َر ْﻗَﺒ ِﺘِﮫ َﻋ َﻠ ﻰ َﻣ ْﺼ َﺮ ٍف ُﻣَﺒ ٍحﺎ 8 Artinya: “Menahan harta yang dapat diambil manfaatnya dengan tetap utuhnya barang dan barang itu lepas dari penguasaan si wakif serta dimanfaatkan pada sesuatu yang diperbolehkan oleh agama.” Maksud dari “lepas” definisi di atas adalah lepasnya kepemilikan benda wakaf dari si wakif dan menjadi milik Allah SWT, dan hasil dari 7 Sayyid Ali Fikri, Al-Mu’aamalatul Madiyah Wal Adabiyah, Mesir: Mushthofa Al-Baabi Al- Halani, 1938, Juz II, h.304. 8 Asy-Syarbini Muhammad al-Khatib, Mughnil Muhtaaj, Mesir: Mushthofa Al-Baabi Al- Halabi, 1958, Juz II, h.376. 21 pemanfaatan benda wakaf tersebut digunakan untuk kebaikan yang sangat dianjurkan dalam Islam. d. Menurut Ahmad Bin Hanbal: َﺗ ْﺤ ِﺒْﯿ ُﺲ َﻣ ِﻟﺎ ٍﻚ ُﻣ ْﻄ َﻠ َﻖ ﱠﺘﻟا َﺼ ﱡﺮ ِف َﻣ َﻟﺎ ُﮫ ْﻟا ُﻤْﻨ َﺘِﻔ ُﻊ ِﺑِﮫ َﻣ َﺑﺎ َﻘ ِعﺎ َﻋ ْﯿِﻨ ِﮫ ﻊﻄﻘﯾ َﺗ َﺼ ّﺮ ِﻓِﮫ َو َﻏ ْﯿ ِﺮ ِه ِﻓ َر ﻰ ْﻗَﺒ ِﺘِﮫ ِﻟَﻨ ْﻮ ٍع ِﻣ ْﻦ ٔاْﻧ َﻮ ِعا ﱠﺘﻟا َﺼ ﱡﺮ ِف َﺗ ْﺤ ِﺒْﯿ ًﺴ ﺎ ُﯾ ْﺼ َﺮ ُف ِر ْﯾ ُﻌ ُﮫ ِٕاﱠﻟ ﻰ ِﺑ ﱟﺮ َﺗََﻘ ﱡﺮ ًﺑ ِٕا ﺎ ﱠﻟ ﻰ ِﷲا 9 Artinya: “Menahan kebebasan pemilik harta dalam membelanjakan hartanya yang bermanfat dengan tetap utuhnya harta dan memutuskan semua hak penguasaan atas harta itu sedangkan manfaatnya dipergunakan pada suatu kebaikan untuk mendekatkan diri kepada Allah.” Dalam definisi di atas terdapat kata “putus” yang maksudnya adalah terputusnya kepemilikan benda wakaf dari si wakif dan menjadi milik Allah SWT, dan hasil dari pemanfaatan benda wakaf tersebut digunakan untuk kebaikan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT. Selain definisi yang terdapat menurut fiqih klasik, khusus di Negara kita Indonesia ini terdapat rumusan wakaf sebagaimana terdapat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun1977 tentang Perwakafan Tanah Milik Pasal 1 ayat 1, bahwa wakaf adalah perbuatan hukum seseorang atau badan hukum yang memisahkan sebagian dari harta kekayaannya yang berupa tanah milik dan melembagakannya untuk selama-lamanya untuk kepentingan peribadatan atau keperluan umum lainnya sesuai dengan ajaran agama Islam. Dalam Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam Buku III Hukum Perwakafan Pasal 215 ayat 1, bahwa wakaf 9 Sayyid Ali Fikri, Al-Mu’aamalatul Madiyah Wal Adabiyah, h.312. 22 adalah perbuatan hukum seseorang atau kelompok orang atau badan hukum yang memisahkan sebagian dari benda miliknya dan melembagakannya untuk selama-lamanya guna kepentingan ibadat atau keperluan umum lainnya sesuai dengan ajaran Islam. Dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf Pasal 1 ayat 1, bahwa yang dimaksud dengan wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan danatau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah danatau kesejahteraan umum menurut syariah. Selain itu, Majelis Ulama Indonesia MUI juga telah mengeluarkan Fatwa tentang wakaf melalui rapat Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia pada tanggal 11 Mei 2002, bahwa wakaf adalah: ِفﱡﺮَﺼﱠﺘﻟا ِﻊْﻄََﻘِﺑ ِﮫِﻠْﺻَٔا ْؤا ِﮫِﻨْﯿَﻋ ءَﺎﻘَﺑ َﻊَﻣ ِﮫِﺑ ُعﺎَﻔِﺘْﻧِٕﻻْا ُﻦِﻜْﻤُﯾ ٍلَﺎﻣ ُﺲْﺒَﺣ ﻰِﻓ ْﻗَر ٍحﺎَﺒُﻣ ِفَﺮْﺼَﻣ ﻰﻠَﻋ ِﮫِﺘَﺒ ٍدْﻮُﺟْﻮَﻣ 10 Artinya: “Menahan harta yang dapat dimanfaatkan tanpa lenyap bendanya atau pokonya, dengan cara tidak melakukan tindakan hukum terhadap benda tersebut menjual, memberikan, atau mewariskannya, untuk disalurkan hasilnya pada sesuatu yang mubah tidak haram yang ada.” Dari definisi di atas, meskipun terdapat perbedaan pengertian wakaf antara satu ulama dengan ulama yang lainnya, namun pada dasarnya 10 Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf. Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji Departemen Agama, Paradigma Baru Wakaf di Indonesia, cet.II, Jakarta: Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf. Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji Departemen Agama, 2005, h.139. 23 mengandung makna yang sama. Perbedaan yang ada hanya dalam hal-hal yang sekunder cabang bukan primer prinsip, sedangkan dalam hal-hal yang pokok, ada ukuran-ukuran yang disepakati oleh sebagian besar ulama, yaitu eksistensi benda wakaf itu haruslah bersifat tetap. Dengan ungkapan lain istilah wakaf diterapkan untuk harta benda yang tidak musnah dan manfaatnya dapat diambil tanpa mengonsumsi harta benda itu sendiri. Artinya biarpun faedah atau manfaat benda itu diambil, zat benda tersebut masih tetap ada selamanya, sedangkan hak kepemilikannya berakhir, tidak boleh dijual, diwariskan, dihibahkan, serta harta tersebut dipersembahkan oleh si wakif orang yang mewakafkan untuk tujuan amal saleh guna mendapatkan keridhaan Allah SWT. Dengan melepaskan harta wakaf itu menjadi milik Allah SWT sehingga tidak dapat dimiliki atau dipindahtangankan kepada siapapun dan dengan cara bagaimanapun juga. 2. Dasar Hukum Wakaf Dasar hukum wakaf sebagai lembaga yang diatur dalam ajaran Islam tidak dijumpai secara tersurat dalam Al-Qur’an. Namun demikian, terdapat ayat-ayat yang memberi petunjuk dan dapat dijadikan sebagai sumber hukum perwakafan. Ayat-ayat yang dipahami berkaitan dengan wakaf diantaranya adalah: ْﻦَﻟ اﻮُﻟﺎَﻨَﺗ ﱠﺮِﺒْﻟا ﻰﱠﺘَﺣ ﻘِﻔﻨﺗ اﻮ ﺎﱠﻤِﻣ َنﻮﱡﺒِﺤُﺗ ﺎَﻣَو ﻘﻔﻨﺗ اﻮ ْﻦِﻣ ٍءْﻲَﺷ ﱠنِﺈَﻓ َﮫﱠﻠﻟا ِﮫِﺑ ٌﻢﯿِﻠَﻋ ناﺮﻤﻋ لا ٣ : ٩٢ 24 Artinya: “kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan yang sempurna, sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya.”QS. Ali ‘Imran, 3:92 ﺎَﯾ ﺎَﮭﱡﯾَأ َﻦﯾِﺬﱠﻟا اﻮُﻨَﻣآ ﻘﻔﻧأ اﻮ ْﻦِﻣ ِتﺎَﺒِّﯿَﻃ ﺎَﻣ ﺘْﺒَﺴَﻛ ْﻢ ﱠﻤِﻣَو ﺎ ﺎَﻨْﺟَﺮْﺧَأ ْﻢُﻜَﻟ َﻦِﻣ ِضْرﻷا ةﺮﻘﺒﻟا ٢ : ٢٦٧ Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah di jalan Allah sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu.”QS. Al-Baqarah, 2:267 ُﻞَﺜَﻣ َﻦﯾِﺬﱠﻟا ﻘﻔﻨﯾ َنﻮ ْﻢُﮭَﻟاَﻮْﻣَأ ﻲِﻓ ِﻞﯿِﺒَﺳ ِﮫﱠﻠﻟا ِﻞَﺜَﻤَﻛ ٍﺔﱠﺒَﺣ ْﺖَﺘَﺒْﻧَأ َﻊْﺒَﺳ َﻞِﺑﺎَﻨَﺳ ﻲِﻓ ِّﻞُﻛ ٍﺔَﻠُﺒْﻨُﺳ ُﺔَﺋﺎِﻣ ٍﺔﱠﺒَﺣ ُﮫﱠﻠﻟاَو ُﻒِﻋﺎَﻀُﯾ ْﻦَﻤِﻟ ُءﺎَﺸَﯾ ُﮫﱠﻠﻟاَو ٌﻊِﺳاَو ٌﻢﯿِﻠَﻋ ةﺮﻘﺒﻟا ٢ : ٢٦١ Artinya: “Perumpamaan nafkah yang dikeluarkan oleh orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada tiap-tiap butir seratus biji. Allah melipat gandakan ganjaran bagi siapa yang Dia kehendaki. dan Allah Maha Luas karunia-Nya lagi Maha Mengetahui.”QS. Al-Baqarah, 2:261 Kata-kata menafkahkan harta yang disebut dalam Al-Qur’an tidak kurang dari 73 tempat, dalam skripsi ini penulis mengutip 3 ayat saja, yang secara umum menganjurkan agar kaum muslimin bersedia menafkahkan sebagian kekayaannya baik yang berkonotasi pada nafkah wajib, seperti zakat atau memberi nafkah keluarga maupun yang menunjukkan hukum sunnah seperti sedekah, hibah, wakaf, dan lain-lain. Selain itu, Allah menjanjikan kepada orang yang menafkahkan hartanya akan dilipatgandakan pahalanya menjadi 700 kali lipat. 25 Adapula beberapa hadist yang berkaitan dengan wakaf yang dijelaskan secara umum, yaitu: َو ِﮫْﯿَﻠَﻋ ُﷲا ﻰﱠﻠَﺻ ِﷲا َلْﻮُﺳَر ﱠنٔا ُﮫْﻨَﻋ ُﷲا َﻲِﺿَر َ ةَﺮْﯾَﺮََََُھ ْﻲﺑأ ْﻦَﻋ ﻢﱠﻠَﺳ َلَﺎﻗ : ُﻦْﺑِا َتﺎَﻣ اَذِٕا ٍثَﻼَﺛ ْﻦِﻣ ﱠﻻِٕا ُﮫُﻠَﻤَﻋ َﻊَﻄََﻘْﻧِا َمَدَا : ْؤا ٍﺔَﯾِرﺎَﺟ ٍﺔَﻗَﺪَﺻ ُﮫَﻟ اْﻮُﻋْﺪَﯾ ِﺢِﻟﺎَﺻ ٍﺪَﻟَو ْؤا ِﮫِﺑ ُﻊَﻔَﺘْﻨُﯾ ٍﻢْﻠِﻋ } ﻢﻠﺴﻣ هاور { 11 Artinya: “Dari Abu Hurairah RA bahwasanya Rasulullah SAW telah bersabda apabila seseorang meninggal dunia maka terputuslah semua amal perbuatannya kecuali tiga hal yaitu shadaqah jariah wakaf, ilmu yang bermanfaat, atau anak shaleh yang mendo’akannya.” HR. Muslim َﻋ ْﻦ ِاْﺑ ِﻦ ُﻋ َﻤ َﺮ َر ِﺿ َﻲ ُﷲا َﻋ ْﻨُﮭ َﻤ َﻗ ﺎ َلﺎ : َٔا َﺻ َبﺎ ُﻋ َﻤ ُﺮ َٔا ْر ًﺿ ِﺑ ﺎ َﺨ ْﯿَﺒ َﺮ َﻓَٔﺎ َﺗ ﻰ ﱠﻨﻟا ِﺒ ﱠﻲ َﺻ ﱠﻠ ُﷲا ﻰ َﻋ َﻠْﯿ ِﮫ َو َﺳ ﱠﻠَﻢ ُﯾ ْﺴ َﺘْٔﺎ َﻣ َﺮ ِﻓْﯿ َﮭ َﻓ ﺎ َﻘ َلﺎ : َﯾﺎ َر ُﺳ ْﻮ َل ِﷲا ِٕاﱢﻧ ﻲ ٔا َﺻ ْﺒ ُﺖ َٔا ْر ًﺿ ِﺑ ﺎ َﺨ ْﯿَﺒ َﺮ َﻟْﻢ َٔا ِﺻ ْﺐ َﻣ َٔﻻ ﺎ َﻗ ﱡﻂ ُھ َﻮ ٔاْﻧ َﻔ ُﺲ ِﻋ ْﻨِﺪ ْي ِﻣْﻨ ُﮫ َﻓ َﻤ َﺗ ﺎ ْٔﺎُﻣ ُﺮ ِﻧ ْﻲ ِﺑِﮫ ؟ َﻓَﻘ َلﺎ َﻟُﮫ َر ُﺳ ْﻮ ُل ِﷲا َﺻ ﱠﻠ ُﷲا ﻰ َﻋ َﻠْﯿ ِﮫ َو َﺳ ﱠﻞ ِٕا ْن ِﺸ ْﺋ َﺖ َﺣ َﺒ ْﺴ َﺖ َا ْﺻ َﻠَﮭ َو ﺎ َﺗ َﺼ ﱠﺪْﻗ َﺖ ِﺑَﮭ ﺎ . َﻓََﺘ َﺼ ﱠﺪ َق ِﺑَﮭ ُﻋ ﺎ َﻤ ُﺮ َٔاﱠﻧ َﮭ َﻻ ﺎ ُﺗَﺒ ُعﺎ َو َﻻ ُﺗ ْﻮ َھ ُﺐ َو َﻻ ُﺗ ْﻮ َر ُث . َﻓَﻘ َلﺎ : َو َﺗ َﺼ ﱠﺪ َق ِﺑَﮭ ِﻓ ﺎ ْﻟا ﻰ ُﻔََﻘ َﺮ ِءا َو ِﻓ ْﻟا ﻰ ُﻘ ْﺮ َﺑ َو ﻰ ِﻓ ﱢﺮﻟا ﻰ ََﻗ ِب ﺎ َو ِﻓ َﺳ ﻰ ِﺒْﯿ ِﻞ ِﷲا َو ْﺑ ِﻦ ﻟا ّﺴ ِﺒْﯿ ِﻞ َو ﱠﻀﻟا ْﯿ ِﻒ َﻻ ُﺟ َﻨ َح ﺎ َﻋ َﻠ ﻰ َﻣ ْﻦ َوِﻟ َﯿَﮭ ﺎ َٔا ْن َﯾْٔﺎ ُﻛ َﻞ ِﻣْﻨ َﮭﺎ ِﺑ ْﻟﺎ َﻤ ْﻌ ُﺮ ْو ِف َو ُﯾ ْﻄ ِﻌ ُﻢ َﻏ ْﯿ َﺮ ُﻣَﺘ َﻤ ﱢﻮ ٍل } هاور و ىرﺎﺨﺒﻟا ﻢﻠﺴﻣ { 12 Artinya: “Dari Ibnu Umar RA berkata : bahwa sahabat Umar RA memperoleh sebidang tanah di khaibar, kemudian ia menghadap kepada Rasulullah untuk memohon petunjuk dan bertanya : Ya Rasulullah sesungguhnya aku mendapatkan sebidang tanah di Khaibar, suatu harta yang belum pernah aku dapatkan sama sekali yang lebih baik bagiku selain tanah itu, lalu apa yang hendak kau perintahkan kepadaku ? Maka jawab Nabi Muhammad SAW : Jika engkau suka tahanlah pangkalnya dan sedekahkan hasilnya. Lalu Umar menyedekahkan, dengan syarat dengan syarat tidak boleh dijual, tidak boleh dihibahkan, dan tidak boleh diwarisi. Yaitu untuk orang-orang kafir untuk keluarga dekat, untuk memmerdekakan sahaya, utnuk menjamu tamu, untuk orang yang kehabisan bekal dalam perjalanan Ibnu Sabil, dan tidak 11 Imam Abi al-Husain Muslim al-Hijaj, Shahih Muslim, Mesir: Dar-al-Hadits al-Qahirah, 1994, Jilid 6, h.95. 12 Al-Bukhari, Shahih al-Bukhari Beirut: Dar El-Fikr, t.th, Juz 3, h.196. Lihat juga Ibid., h.14. 26 berdosa orang yang meburusinya itu untuk memakan sebagiannya dengan cara yang wajar dan untuk memberi makan kepada keluarganya dengan syarat jangan dijadikan hak milik.”HR. Bukhari dan Muslim Di samping hadist yang menyatakan landasan hukum wakaf tanah yang merupakan benda yang tidak bergerak, ada juga hadist yang menyatakan kebolehan benda bergerak sebagaimana hadist yang berasal dari Abu Hurairah dan diriwayatkan oleh Bukhari yang berbunyi sebagai berikut: َﻋ ْﻦ َاِﺑ ُھ ﻰ َﺮ ْﯾ َﺮ ََة َر ِﺿ َﻰ ُﷲا َﻋ ْﻨُﮫ َﻗ َلﺎ : َﺎﻗ َل َر ُﺳ ْﻮ ُل ِﷲا ُﷲا ﻰﱠﻠَﺻ َﻋ َﻠْﯿ ِﮫ َو َﺳ ّﻠ ﻢ : ْﻦَﻣ ِا ْﺣ َﺘَﺒ َﺲ َﻓ ْﺮ ًﺳ ﺎ ِﻓ ﻰ َﺳ ِﺒْﯿ ِﻞ ِﷲا ِاْﯾ َﻤ ًﻧ ﺎ ﺎ َو ْﺣا ِﺘ َﺴ ًﺑﺎ ﺎ, ِﺎﻓ ﱠن ُﮫَﻌَﺒِﺸ َو َر َﺜْﻓ ُﮫ , َو َﺑ ْﻮَﻟ ُﮫ, ِﻓ ْﻲ ِﻣْﯿ َﺰ ِﻧا ِﮫ َﺣ َﺴ َﻨ ٌتﺎ } ىﺮﺨﺒﻟا هاور { 13 Artinya: “Dari Abi Hurairah RA berkata, Rasulullah bersabda: Barangsiapa mewakafkan seekor kuda di jalan Allah dengan penuh keimanan dan keikhlasan maka sesungguhnya jasad, kotoran, dan kencingnya akan menjadi amal kebaikan pada timbangan pada hari kiamat.”HR. Bukhari Walaupun hadist di atas hanya menunjukan keabsahan wakaf hewan, dalam hal ini kuda, tapi jika ditinjau dari fungsi hewan itu di zaman nabi yaitu sebagai hewan yang tercepat, maka dapat disimpulkan bahwa wakaf benda bergerakpun sah menurut hukum manakala pemanfaatannya dapat diperoleh tanpa menghabiskan barang itu sendiri. Uraian hadist di atas mengarah pada adanya dua bentuk benda wakaf, yaitu benda bergerak yang disebut al-manqul atau al-musya’ dan benda yang tidak bergerak yang bisa disebut al-‘aqar. 14 13 Ibid., h.198. 14 Juhaya S. Praja, Perwakafan di Indonesia, Sejarah, Pemikiran, Hukum dan Perkembangannya Bandung: Yayasan Piara, 1995, h.13. 27 Dari beberapa hadist di atas dapat disimpulkan bahwa disyariatkannya wakaf sebagai tindakan hukum dengan cara melepaskan hak kepemilikannya atas asal barang dan mensedekahkan manfaatnya untuk kepentingan umum, dengan maksud memperoleh pahala dari Allah. Kepentingan tersebut bisa berupa kepentingan sosial atau kepentingan agama.

B. Rukun, Syarat, Tujuan, dan Fungsi Wakaf