Manajemen masjid pasar Tanah Abang blok A dalam meningkatkan aktivitas keagaman pedagang pada pusat perbelanjaan grosir Tanah Abang,Jakarta Pusat

(1)

Perkembangan Masjid di Indonesia teramat pesat yang bermunculan di komplek perkantoran, kampus, perhotelan, bahkan pusat perbelanjaan termasuk Masjid Pasar Tanah Abang Blok A sehingga masjid memerlukan pengelola yang terampil dan professional. Banyak diantara masjid yang masih memfungsikan masjid hanya sebagai ritual ibadah semata, tidak menjadikannya masjid sebagaimana mestinya. Sebaliknya fungsi-fungsi sosialnya justru kurang mendapatkan prioritas, semakin baik pengolahan masjid dengan kreatif dan inovatif meramu kegiatan akan memberikan citra tersendiri bagi sebuah masjid dimana tercermin budaya, pendidikan, ekonomi, sosial dan keagamaan masyarakat setempat. Pengelolaan masjid secara professional berarti mengembangkan masjid. akan tetapi, untuk memakmurkan masjid melalui optimalisasi peran dan fungsinya tersebut tidaklah mudah, diperlukan kemampuan managerial dengan cara tidak lain adalah dengan mengadakan berbagai macam program kegiatan disertai sarana fasilitas masjid yang mendukung dan memadai.

Masjid Pasar Tanah Abang Blok A adalah salah satu Masjid yang berada di tengah-tengah hiruk pikuknya sebuah tempat perbelanjaan yang terbesar di asia tenggara, yaitu Pasar Tanah Abang. pendirian masjid juga menjawab keluhan masyarakat akan minimnya sarana ibadah di Pasar Tanah Abang yang pada umumnya sarana ibadah yang tersedia tidak layak dan kurang nyaman. Maka dari itu Masjid Blok A hadir dengan segala keistimewaan yang dimilikinya dan bisa menjadi icon

dan symbol di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat.

Dalam penelitian ini ingin mengetahui bagaimana usaha-usaha yang dilakukan oleh manajemen masjid Blok A dalam meningkatkan aktivitas keagamaan pedagang di tanah abang baik itu dari segi Aplikasi pada bidang Program, Kepengurusan, Bidang Fisik dan sarana masjid, dan juga sikap dan perhatian pengurus masjid melalui penelitian lapangan yang langsung turut serta akan kegiatan di Masjid Blok A dan juga melalui studi kepustakaan dan literatur lainnya yang mendukung.

Dari hasil penelitian tampak bahwa usaha para takmir masjid yang dilakukan untuk masjid dari waktu ke waktu telah memberi dampak positif bagi warga sekitar masjid pada khususnya dan bagi masyarakat luar pada umumnya. Selain memberi dampak positif, masjid Blok A juga menjadi inspirasi bagi Mall-mall atau pusat perbelanjaan lainnya untuk menyediakan sarana ibadah yang nyaman dan bersih untuk selalu dapat dijadikan tempat ibadah yang efektif bagi kemajuan Umat Islam.


(2)

Pengasih dan Maha Penyayang, pemilik segala zat kehidupan ini yang telah banyak memberikan kepada kita semua nikmat Iman dan Islam. Shalawat serta Salam selalu tercurah kepada Suri Tauladan kita Nabi Muhammad SAW, penutup para Nabi dan Rasul yang diutus dengan sebaik-baik agama bagi umatnya, bagi seluruh alam.

Hanya dengan Ridho Allah SWT, penyusunan skripsi dengan judul MANAJEMEN MASJID BLOK A TANAH ABANG DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS KEAGAMAAN PEDAGANG PADA PUSAT PERBELANJAAN GROSIR TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT”

ini dapat terselesaikan. Dalam menyusun skripsi ini, tentunya banyak sekali pihak-pihak yang telah memberikan doa dan dukungan serta kekuatan bagi penulis untuk menyelesaikannya. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :.

1. Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah 2. Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan

Komunikasi

3. Drs. Cecep Castrawijaya, MM., selaku Ketua Jurusan Manajemen Dakwah 4. Bapak Mulkan., selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah, terima


(3)

6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi terutama Jurusan Manajemen Dakwah yang telah memberikan ilmu kepada penulis selama kuliah di UIN Syarif Hidayatullah

7. Seluruh Staf Perpustakaan Utama, Perpustakaan Fakultas dan Staf Tata Usaha dalam membantu memberikan pelayanan kepada penulis selama kuliah di sini

8. Ayahanda H. Marsodo dan Ibunda Hj. Sri Tugi Yati, selaku kedua orang tua penulis, yang telah banyak berjasa dalam kehidupan penulis sehari-hari, yang senantiasa sabar dan ikhlas dalam memberikan motivasi, yang tidak hentinya dalam memberikan kasih sayang dan didikan, yang selalu memberikan dukungan dengan moril dan materil, yang selalu memanjatkan do’a kepada Allah SWT untuk kebahagiaan dan kesuksesan anaknya, dengan apa yang harus ku balas untuk jasa mereka? Tanpa mereka saya tidak akan menjadi seperti sekarang ini. Maka itu, Karya Kecil ku ini kupersembahkan paling pertama untuk Dua Insan yang Wajib dihormati, yaitu Kedua Orang tua ku agar dapat membuat sebuah senyuman indah yang terpancar di wajahnya.

9. seluruh Kelurgaku yang telah memberikan motivasi yaitu Mas Budi dan Mba Susi dan adik ku Candra serta saudara-saudara kelurga yang lainnya.


(4)

lainnya yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian dan meluangkan wakktunya dan data yang diperlukan dalam menyusun skripsi ini.

11.Untuk Seorang Wanita yang telah mewarnai hidup penulis dengan sifat cerianya, perhatiannya, dukungannya, motivasinya, serta doanya yang memberikan dengan tulusnya dan dia sangat berperan dalam penyusunan skripsi penulis yaitu Ernawati Zahrah, Ana Uhibbuki Fillaah.

12.Untuk Para Sohib penulis, yaitu Dita Megawati, Ade Ardiansyah, Khoiruddin, Heti Susanti, Sumayyah Ati Afifah, Nika Zahra, Dinnia Nurul Maharani, Ade Wahyu Yusuf, Maulana, Widya, Nurul Fitriana, Yevi Nursyaidah, yang senantiasa membantu penulis kapanpun, Jazakumullah Khairan Katsiran,Uhibbukum Fillah.

13.Untuk Teman-teman Kampus yaitu Ika, Dani, Rifa, Himah, Nurul, Juned, Indra, Solihin, Ashif, dan Sahabat-sahabat seperjuangan angkatan 2005 manajemen dakwah A& B, yaitu khususnya teman-teman MD A atas kebersamaan, susah senag, tawa canda yang senantiasa mengobati rasa jenuh yang akan menjadi kenangan yang sulit tuk dilupakan.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan tentunya ini adalah langka awal untuk terus mengembangkan


(5)

telah mampu penulis selesaikan dan semoga bermanfaat bagi kita semua. Amin

Jakarta, Maret 2010


(6)

JAKARTA PUSAT

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi untuk memenuhi persyaratan memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)

Disusun Oleh: BAMBANG IRAWAN

105053001782

JURUSAN MANAJEMAN DAKWAH

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(7)

KATA PENGANTAR………...v

DAFTAR ISI...viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………...1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah………..9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………9

D. Metodologi Penelitian………10

E. Tinjauan Pustaka………15

F. Sistematika Penulisan………16

BAB II LANDASAN TEORI A. Manajemen 1) Pengertian Manajemen……….... 18

2) Unsur- unsur Manajemen……… 22

3) Fungsi-fungsi Manajemen………24

B. Masjid 1) Pengertian Masjid……….28


(8)

C. Pengertian Aktivitas Keagamaan………39

D. Pedagang 1) Pengertian Pedagang………... 41

2) Karakteristik Pedagang………..42

3) Perdagangan dalam Perspektif Islam……….43

BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG MASJID PASAR TANAH ABANG BLOK A A. Sejarah Singkat Berdirinya Masjid Pasar Tanah Abang Blok A………….46

B. Visi dan Misi Masjid Pasar Tanah Abang Blok A………. 52

C. Struktur Kepengurusan Masjid Pasar Tanah Abang Blok A……….. 53

D. Letak Geografis……….. 56

E. Karakter dan Aktivitas Masjid Pasar Tanah Abang Blok A……… 57

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN MASJID BLOK A TANAH ABANG DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS KEAGAMAAN PEDAGANG DI PUSAT GROSIR TANAH ABANG


(9)

4) Sikap dan Perhatian Pengurus Masjid………. 90 B. Faktor Pendukung dan penghambat Masjid Pasar Tanah Abang Blok A………… 100

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan………. 103

B. Saran-saran……….. 104

DAFTAR PUSTAKA SEMENTARA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam adalah agama Dakwah, dan menjadi kewajiban kaum Muslimin secara pribadi / organisasi untuk mempersiapkan segala perlengkapan yang diperlukan bagi kesempurnaan pelaksanaannya. Suatu kewajiban tidak bisa sempurna pelaksanaannya kecuali ada kelengkapan dan sarana. Dakwah Islam adalah perjuangan yang besar dan berat, karena merupakan pembangunan umat yang menyeluruh di segala bidang dan lapangan kehidupan. Oleh karenanya, dalam melaksanakan Dakwah memerlukan berbagai bahan dan persiapan yang cukup banyak sebagai sarana dan dapat mengantar perjuangan umat sampai kepada tujuannya. Dakwah merupakan usaha membumikan dan menyebarluaskan ajaran Islam di tengah-tengah umat manusia, dalam rangka menuntun manusia untuk senantiasa menjalankan segala yang diperintahkan dan yang dilarang oleh ajaran Islam dalam segala lapangan kehidupan sebagai bentuk ketundukan dan kepatuhan kepada Allah SWT.

Di berbagai negara, apalagi yang mayoritas penduduknya muslim, jumlah Masjid mengalami pertambahan yang amat pesat. Pertambahan jumlah mesjid merupakan sesuatu yang harus kita syukuri, apalagi ini bertanda bahwa eksistensi Islam dan umatnya, khususnya negeri kita masih kuat. Namun sebagai muslim yang baik, kita tdak boleh puas hanya karena Masjid dan musholla kian


(11)

bertambah banyak, hal ni karena apabila kita lihat dari sisi lain yakni menilai sejauh mana fungsi masjid yang telah terwujud sekarang ini, yang seharusnya kita merasa prihatin melihat kenyataan sebagian besar dari masjid-masjid kita yang belum berfungsi sebagaimana mestinya.

Secara teoritis konseptual, Masjid adalah pusat kebudayaan umat islam. Di tempat suci inilah, syiar keislaman yang meliputi aspek duniawi dan ukhrawi, material spiritual dimulai, karena setelah Nabi Muhammad SAW Hijrah ke Madinah, beliau berusaha bersama Muhajirin lainnya dengan masyarakat setempat (kaum Anshor) membangun masjid supaya orang islam berkumpul untuk melaksanakan shalat lima waktu.1 Selain berfungsi sebagai tempat ibadah ritual, masjid menurut Ulama terkemuka, Syaikh Yusuf Qardhawi2, Masjid juga berfungsi sebagai tempat sosial kemasyarakatan seperti bersillaturahmi untuk memperkuat ikatan persaudaraan, tempat menimba ilmu, tempat pengumpulan dana zakat, infak dan sedekah, tempat penyelesaian sengketa, lembaga solidaritas dan bantuan kemanusiaan, tempat pembinaan dan pengembangan kader-kader pemimpin umat, tempat membina keutuhan jamaah, dan tempat bergotong royong di dalam mewujudkan kesejahteraan bersama. Akan tetapi, fungsi strategis diatas, belakangan ini ternyata sudah banyak mengalami pergeseran.

Bahkan, ada kecenderungan umum bahwa masjid lebih difungsikan dari aspek sakralnya saja, yakni seremonial. Sebaliknya fungsi-fungsi sosialnya justru

1

Didin Hafidhuddin, Dakwah Aktual, (Jakarta: Gema Insani Press, 1998), h.29 2

Ahmad Yani, Panduan Mengelola Masjid (Jakarta: Pustaka Intermasa, 2007), Cet.Ke-1, h.7


(12)

kurang mendapat proritas. Kondisi inilah yang diprediksi menjadi salah satu faktor penyebab terhambatnya kemajuan umat islam dan rapuhnya kesatuan umat islam. Selain itu, barang kali pula, yang menjadi salah satu faktor penyebab mundurnya peradaban dari umat islam.3 Sayangnya, banyak di antara Masjid yang masih memfungsikan Masjid sebagai ritual ibadah semata, tidak menjadikan Masjid sebagaimana mestinya, tentu hal ini akan menjadi mimpi belaka saat mengelola Masjid tanpa di iringi Manajemen yang professional, karena Masjid dipandang sebagai bangunan yang Megah semata, namun perlu untuk dimakmurkan oleh seluruh komponen (pengurus masjid) dan jamaah. Maka dalam hal ini masjid harus berperan sebagai wadah pemersatu yang memperkokoh persatuan dan kesatuan masyarakat atas dasar persamaan agama. Oleh karena itu, perlu upaya peningkatan mutu atau kualitas kegiatan masjid khususnya kegiatan pembinaan umat melalui berbagai kegiatan dakwah.4

Sesuai dengan Firman Allah SWT dalam surat At Taubah ayat 18:

3

Ahmad Yani, Panduan Mengelola Masjid, h.8 4

Nana Rukmana D.W., Masjid dan Dakwah, (Jakarta: Al-Mawardi Prima, 2002), Cet.1, h.1


(13)

Artinya : “Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari Kemudian, serta tetap mendirikan shalat, emnunaikan zakat dan tidak takut (kepada

siapapun) selain kepada Allah, Maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk” (Q.S. at Taubah: 18)

Masjid bukan hanya sekedar tempat sujud dan sarana penyucian tetapi masjid berarti juga tempat melaksanakan segala aktifitas manusia yang mencerminkan kepatuhan pada Allah SWT. Masjid tempat berkumpulnya orang-orang untuk menjalankan ibadah energi spiritual yang menjadi modal membangun perubahan. Manusia yang datang ke masjid dengan niat yang ikhlas pastilah menginginkan spiritualitas dirinya menuju cita-cita menjadi shaleh. Keluaran dari proses ini jelas akan menghasilkan keshalehan sosial yang mampu mendobrak kebekuan umat.

Dewasa ini Umat Islam terus menerus mengupayakan pembangunan Masjid, baik di kota-kota besar, kota kecil maupun pelosok pedesaan, bahkan hampir di setiap lingkungan perkantoran, di kampus-kampus, di lingkungan pusat kegiatan ekonomi, baik di kantor-kantor pemerintah maupun kantor-kantor swasta berdiri dengan megah masjid-masjid dengan berbagai bentuk dan gaya arsitektur. 5

Begitupun juga Masjid dibangun di dalam Mall atau Pusat Perbelanjaan, dalam hal ini banyak sekali bangunan Mall yang sudah menjajahi negara ini secara tidak langsung, ini berarti membuktikan bahwa semakin banyak penduduk yang membutuhkan keperluan masing-masing yang mengarah gaya hidup yang konsumtif. Mall atau Pusat Perbelanjaan baru saat ini berlomba untuk menyajikan

5

Nana Rukmana D.W., Masjid dan Dakwah, h. 2


(14)

pesona untuk menarik pengunjungnya dengan memperindah bangunannya, ataupun memberikan berbagai fasilitas bagi pengunjungnya, mulai dari lapangan parkir yang luas (ada yang gratis pula), toilet yang nyaman dan gratis, kendaraan antar jemput ke dalam mall, mendatangkan artis terkenal bahkan disediakan ruang menyusui. Tetapi, Melihat Realita yang ada saat ini dari semua fasilitas yang ada dalam Mall atau Pusat Perbelanjaan di Jakarta pada khususnya, pihak mall sangat mengeyampingkan kenyamanan kita dalam beribadah yaitu keberadaan atau penyediaan tempat beribadah yaitu Masjid atau Mushollah.

Mengapa Negara yang berpenduduk muslim terbesar, memiliki Mall atau Pusat Perbelanjaan yang Masjidnya sangat kecil, kebanyakan Masjid di dalam mall dengan istilah menyedihkan. Mall-mallnya megah, tetapi Masjidnya selalu ditempatkan diarea parkir, terkesan yang penting ada. Kebanyakan bentuknya sempit, panas, bau dan letaknya jauh di basemen ataupun dekat tangga darurat. Jamaah yang ingin sholat mesti antri berdesakan dan harus segera pergi bila sudah selesai sholat, jangan harap ada waktu untuk dapat berdoa dengan khusu’.

Pengelola mal masih beranggapan bahwa keberadaan mushola belum menjadikan nilai tambah untuk mal tersebut. Pengelola mal masih berpikir ala kapitalis, hanya memikirkan keuntungan materi belaka. Ketika pengelola mall membangun arena parkir luas, menampung ratusan mobil, mereka hanya menyediakan mushala seukuran parkir empat buah mobil, sehingga antrian untuk shalat pun menjadi panjang. Usai salam tanpa sempat berdoa sudah harus diganti


(15)

jamaah lain. Mall yang buka 12 jam, mulai pukul 10.00-22.00, tentu melalui waktu shalat Dzuhur, Ashar, Maghrib, dan Isya. Dzuhur dan Isya waktunya cukup panjang. Tapi, Ashar dan Maghrib yang waktunya sempit, Apa harus dijamak setiap berada di mall?6

Belanja, Itulah alasan banyak orang yang mengunjungi mall. Tapi, belanja bukan satu-satunya alasan. Ada pula yang motif utamanya rekreasi: berkumpul, cuci mata, dan lain-lain kendati untuk menikmati gaya hidup itu tak sedikit yang menebusnya dengan rupiah, misalnya membeli soft drink atau juice di food court.

Mall saat ini telah menjadi ruang untuk beragam ekspresi masyrakat perkotaan, bukan hanya tempat belanja, makan, atau kumpul-kumpul. Mall telah menjadi ruang publik paling nyaman.

Dengan hal ini mestinya Mall atau Pusat Perbelanjaan yang gemerlap tak sekedar menjadi ruang ekspresi duniawi, tetapi juga memfasilitasi ekspresi ‘masa depan’ sebagai hamba Allah. “ Untuk itulah peran ruang kecil yang biasa disebut mushalah sebagai sarana ekspresi keimanan sangat dibutuhkan. Itu untuk menjaga hubungan vertical dengan pemilik alam semesta.”7

Belanja maupun rekreasi di pasar modern yang menyediakan aneka kebutuhan dalam balutan suasana nyaman, kerap melenakan. Sedang asyik memilah dan memilih barang, jalan-jalan dan sedang ngobrol bersama kerabat atau teman kita,

6

Citizen Journalism, Mushala Kecil Nan Menyedihkan Apa Kata Dunia?, (Jakarta: Replubika, 2007), h. A2

7

Citizen Journalism, Mushala di Mal, Belanja Rekreasi Shalat Yes, (Jakarta: Replubika, 2007), h. A3


(16)

jarum jam berputar cepat. Saat sadar, waktu shalat hampir habis terutama shalat maghrib. Mencari tempat shalat di luar mall jelas butuh waktu dan energi. Karena ruang sebuah mall laksana menggecetkan waktu dan memacunya untuk berlari. Oleh karena itu, mushalah di Mall atau Pusat Perbelanjaan amat diperlukan. Mushalah nyaman tak sekedar layak perlu disediakan disetiap lantai agar memudahkan pengunjung dalam beribadah sehingga tidak perlu adanya antrian.

Hampir setiap orang sudah terbiasa dengan hiruk pikuk suasana di pasar. Begitu pula dengan Pusat Perbelanjaan Blok A Tanah Abang, Jakarta Pusat. Aktivitas transaksi jual beli di pusat grosir terbesar di Asia Tenggara ini berlangsung dari pagi hingga menjelang malam. Ribuan orang, dari berbagai suku bangsa dan warna kulit, hilir mudik melakukan perniagaan. Tempat ini hampir tak pernah sepi dari ribuan manusia setiap harinya. Begitulah kondisi sebuah pasar. Namun, bila diperhatikan secara saksama, ada beberapa perbedaan yang cukup mencolok antara Pasar Tanah Abang dibandingkan pasar lainnya, apalagi dengan pasar tradisional. Di tempat ini, kebersihan cukup terjaga kendati dipenuhi berbagai macam barang dagangan. Satu hal lagi, termasuk yang membedakannya dengan pusat perbelanjaan lainnya, adalah keberadaan tempat ibadah (masjid atau mushala). Biasanya, di pasar tradisional, lokasi masjid atau mushala ditempatkan di bagian sudut. Di mal-mal, pada umumnya, masjid atau mushala ditempatkan di pojok ruangan sempit, di basement (lantai dasar), atau di parkiran. Hal tersebut berbeda dengan Blok A Pasar Tanah Abang. Masjid di lokasi ini justru


(17)

8

ditempatkan di bagian paling atas gedung pasar, yakni di lantai 14 sehingga relatif bisa membuat Ibadah menjadi nyaman.

Berdasarkan Latar Belakang dan fenomena kondisi Masjid pada Mall atau Pusat Perbelanjaan di Jakarta sekarang ini, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang keberadaan Masjid yang ada di Pusat Perbelanjaan Grosir Tanah Abang. Maka penulis memilih Judul “ Manajemen Masjid Pasar Tanah Abang Blok A dalam Meningkatkan Aktivitas Keagamaan Pedagang Di Pusat Perbelanjaan Grosir Tanah Abang, Jakarta Pusat “.


(18)

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Berdasarkan Latar Belakang Masalah yang telah dipaparkan di atas, maka Penulis Membatasi Masalah yang akan diteliti hanya pada Manajemen Masjid Blok A Tanah Abang dalam Meningkatkan Aktivitas Keagamaan pada Pusat Perbelanjaan Grosir Tanah Abang Blok A.

Dari pembatasan masalah tersebut dapat diuraikan perumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah Upaya Manajemen Masjid Blok A Tanah Abang dalam Meningkatkan Aktivitas Keagamaan Pedagang pada Pusat Perbelanjaan Grosir Tanah Abang, Jakarta Pusat?

2. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat pada Manajemen Masjid Blok A Tanah Abang dalam Meningkatkan Aktivitas Keagamaan para Pedagang pada Pusat Perbelanjaan Grosir Tanah Abang, Jakarta Pusat?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan:

Berdasarkan Rumusan Penelitian yang telah dikemukakan diatas, penelitian ini bertujuan:

a) Untuk Mengetahui Bagaimana Usaha-usaha Manajemen Masjid Blok A Tanah Abang dalam menjalankan Aktivitas Dakwahnya.


(19)

b) Untuk Mengetahui Faktor-faktor apa sajakah yang menjadi Pendukung dan Penghambat pada Manajemen Masjid Blok A Tanah Abang dalam Meningkatkan Aktivitas Keagamaan para Pedagang pada Pusat Perbelanjaan Grosir Tanah Abang, Jakarta Pusat.

Manfaat :

Adapun Manfaat penelitian yang ingin penulis capai, adalah sebagai berikut: a) Kegunaan Akademis

Diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu manajemen, khususnya Manajemen Masjid dan Manajemen Dakwah itu sendiri.

b) Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan menjadi masukan baru untuk menambah wawasan berbagai kalangan, seperti teoritisi, praktisi, dan aktifitas dakwah Islam pada umumnya serta para pengelola Masjid Blok A Tanah Abang, dan pada khususnya yang menjadikan Masjid Blok A Tanah Abang sebagai sarana dakwah untuk lebih meningkatkan kembali fungsi masjid dan manajemennya.

D. Metode Penelitian

Metode yang digunakan adalah Metode penelitian Kualitatif yaitu dengan menggunakan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata


(20)

tertulis dari orang atau perilaku yang diamati, kegiatan penelitian ini merupakan data yang diambil dari lapangan penelitian dengan pendekatan survei, data yang dikumpulkan berupa fakta-fakta, gambar dan bukan angka-angka. Dalam hal ini penulis melakukan dengan mengamati, dan mengumpulkan data-data dan kemudian data-data yang diperoleh disusun dan dikembangkan dan selanjutnya dikemukakan dengan seobjektif mungkin kemudian dianalisa.1

1. Subjek dan Obyek Penelitian a. Subjek Penelitian

Adapun yang menjadi Subjek dalam Penelitian ini adalah Masjid Blok A Tanah Abang sebagai sarana Ibadah, dalam hal ini penulis mengambil data-data dari pengurus Masjid Blok A Tanah Abang, yang dapat memberikan informasi representatif dan mempunyai akses dan mengetahui pengaruh terhadap aktivitas keagamaan pedagang.

b. Objek Penelitian

Sedangkan yang menjadi Objek Penelitian dalam skripsi ini adalah Bagaimanakah Manajemen Masjid Blok A Tanah Abang dalam Meningkatkan Aktivitas Keagamaan Pedagang di Pusat Grosir Tanah Abang, Jakarta Pusat.

1


(21)

2. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Dalam penulisan Skripsi ini, penulis menggunakan teknik pemeriksaan keabsahan data dengan menggunakan ketekunan pengamatan, yaitu mencari secara konsisten interpretasi dengan berbagai cara dalam kaitannya dengan proses analisis yang konstan atau tentatif.2 Dalam hal ini penulis akan mengamati secara langsung ke lokasi penelitian di Masjid Blok A Tanah Abang untuk memperoleh data-data yang di inginkan.

3. Tekhik Pengumpulan Data

Dalam Teknik Pengumpulan Data, penulis menggunakan beberapa metode atau cara sebagai berikut :

a) Observasi

Observasi atau pengamatan langsung, yakni pengumpulan data dimana peneliti mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala objek yang diteliti.3 Dalam hal ini, penulis langsung melakukan Observasi langsung ke lokasi penelitian yaitu Masjid Blok A Tanah Abang, Jakarta pusat.

b) Wawancara

Wawancara merupakan cara yang digunakan dengan tujuan mencoba mendapatkan keterangan secara lisan dari responden.4 Dalam melakukan wawancara ini bentuknya adalah wawancara bebas, namun tetap

2

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), Edisi Revisi, h.329

3

Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Tarsito, 1980), Cet.7, h.102 4

Koentjoroningrat, Metode-metode Penelitian dalam Masyarakat, (Jakarta: PT Gramedia, 1993), Cetke-5, h. 129


(22)

menggunakan daftar pertanyaan yang disediakan, supaya wawancara terfokus pada tujuan penelitian.5 Dalam hal ini penulis akan mewawancarai pengurus harian atau takmir dari Masjid Blok A Tanah Abang, Jakarta Pusat.

c) Dokumentasi

Dokumentasi, yakni mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkrip, buku-buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dsb.6

4. Waktu dan Tempat Penelitian a) Waktu Penelitian

Waktu penelitian skripsi ini dilaksanakan pada Bulan Januari 2010 sampai Maret 2010.

b) Tempat Penelitian

Tempat Penelitian skripsi ini yaitu Masjid Blok A Tanah Abang terletak di Kelurahan Tanah Abang, Kecamatan Tanah Abang, Wilayah Tanah Abang, letak Masjid ini sangat strategis yang berada di persimpangan jalan antara KH. Mas Mansyur dari sebelah selatan dan utara, sedangkan dari sebelah timur yang berhadapan dengan jalan KH. Fachrudin yang masih dalam wilayah Tanah Abang, Jakarta Pusat.

5

Nadzir, Mohammad, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2000), h. 234 6

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Sebuah Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), Edisi Revisi II, h. 202


(23)

Masjid Pasar Tanah Abang Blok A berada di puncak gedung, yaitu pada lantai 14 Pasar blok A Tanah Abang (Penthouse gedung), tepatnya di sebelah timur dari ruang vital (mesin) gedung Blok A, sedangkan gedung blok A sendiri terletak di Jalan K.H Fachruddin No 1, Jakarta Pusat. Telp. 021-23572006, Fax 235714141.

5. Teknik Analisis Data

Analisis Data menurut Patton yang dikutip oleh Lexy Moleong adalah Proses mengatur urutan data, mengorganisasikan ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian besar.7

Di Dalam Penelitian ini, penulis menganalisa data dengan menggunakan teknik analisa deskriptif kualitatif yaitu dengan cara mengumpulkan data, disusun dan disajikan yang kemudian dianalisa untuk mengungkapkan arti data tersebut menggambarkan keadaan sasaran apa adanya.8

Teknik Metode Penulisan Skripsi ini, penulis berpedoman pada Buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi), diterbitkan oleh CEQDA (Center for Quality Development and Assurance) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007.

7

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 280 8


(24)

E. Tinjauan Pustaka

Penulis menemukan Skripsi yang dijadikan Tinjauan Pustaka sebagai Bahan Pertimbangan dan untuk menghindari adanya penjiplakan dalam pembuatan skripsi yang akan penulis susun, yaitu sebagai berikut:

a) Amir Hamzah, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Jurusan Manajemen Dakwah dengan judul “ Manajemen Penggerakkan Ta’mir Masjid Jami Al Hidayah Kali Abang Bungur Bekasi ” Menitikberatkan pada Penggerakkan ta’mir Masjid Jami Al Hidayah.

b) Lutfi Saefullah, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Jurusan Manajemen Dakwah dengan judul “ Manajemen Masjid Ibnu Sina Pamulang dalam Pengembangan Kegiatan Dakwah pada anak Usia Dini ” yang membahas tentang pengembangan dakwah melalui kegiatan yang mendidik anak usia dini.

c) Hani Ma’rifati, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Jurusan Manajemen Dakwah dengan judul “ Masjid Sebagai Pusat Dakwah (Analisis tentang Strategi Dakwah Masjid Atta’awun) yang membahas tentang strategi dakwah di Masjid Atta’awun.

Sedangkan Skripsi Penulis menjelaskan tentang Manajemen Masjid Blok A Tanah Abang dalam Meningkatkan Aktivitas Keagamaan Pedagang pada Pusat Perbelanjaan Grosir Tanah Abang, Jakarta Pusat.


(25)

F. Sistematika Penulisan

Agar karya Ilmiah ini tersusun secara sistematis, maka penulis menjabarkannya dalam lima bab yaitu:

BAB I PENDAHULUAN

Berisikan tentang Latar Belakang Maslah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, Tinjauan Pustaka dan Sistematika Penulisan.

BAB II LANDASAN TEORITIS TENTANG MANAJEMEN, MASJID DAN AKTIVITAS KEAGAMAAN

Berisikan: A.Manajemen, yang meliputi: Pengertian Manajemen, Unsur-unsur Manajemen, dan Fungsi Manajemn. B. Masjid, yang meliputi: Pengertian Masjid, Manfaat dan Tujuan Masjid, Macam-macam Masjid, dan Manajemen Masjid. C. Pengertian Aktivitas Keagamaan. D. Pedagang, yang meliputi: Pengertian Pedagang, Karakteristik Pedagang, dan Perdagangan dalam Perspektif Islam.

BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG MASJID TANAH ABANG BLOK A

Berisikan tentang Sejarah Singkat Berdirinya dan Gambaran Masjid, Vsi dan Misi, Strukur Kepengurusan Masjid, Letak Geografis dan Aktivitas dan Karakter Masjid Tanah Abang Blok A.


(26)

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN MASJID PASAR TANAH ABANG BLOK A DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS KEAGAMAAN PEDAGANG DI PUSAT GROSIR TANAH ABANG

Berisikan Usaha-Usaha Manajemen Masjid dalam Meningkatkan Aktivitas Keagamaan Pedagang pada Pusat Perbelanjaan Grosir Tanah Abang, di antaranya Aplikasi pada Bidang Program, Aplikasi di bidang Kepengurusan, Aplikasi pada Bidang Fisik dan Sarana Masjid, dan juga Sikap dan Perhatian Pengurus Masjid serta Faktor-faktor Pendukung dan Penghambatnya.

BAB V PENUTUP

Kesimpulan dan Saran – saran

DAFTAR PUSTAKA SEMENTARA LAMPIRAN – LAMPIRAN


(27)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Manajemen

1. Pengertian Manajemen

Kata Manajemen berasal dari kata bahasa inggris yang dari kata to manage

yang sinonimnya antara lain to hand berarti mengurus, to control yang berarti memeriksa atau mengawasi, to guide yang berarti menuntun atau mengemudikan. Jadi, apabila hanya dilihat dari asal katanya, Manajemen berarti “Mengurus, Memeriksa, Mengawasi, Pengendalian, Mengemudikan, atau Membimbing.”1 Dan juga dapat diartikan Pengendalian, Menangani, dan Mengelola2. Dan dalam bahasa latin, manus yang berarti Memimpin, Menangani, dan Mengatur.3

Pada Pengertian lain, Istilah Manajemen berasal dari bahasa Italia, yaitu

maneggio yang berarti pelaksanaan atau pengurusan kemudian dalam bahasa inggris menjadi management, dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia yaitu tata laksana, pengelolaan atau pengurusan.4 Sedangkan dalam Kamus Bahasa Arab, Manajemen disebut dengan Idarah.5

1

John M.Echols, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia, 1996), h.375 2

Yayat M.Herujito, Dasar-dasar Manajemen, (Jakarta: Grasindo, 2001), h.1 3

Rosady Ruslan, Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi (Konsep dan Aplikasi), (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), h.1

4

Soni Sumarsono, Manajemen Koperasi, Teori dan Praktek, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2004), Edisi I, h.72

5

Zaid Husein Hamid, Kamus Muhyassar: Indonesia Arab, (Pekalongan: Raja Murah, 1982), h.26


(28)

Manajemen merupakan sebuah kegiatan yang pelaksanaannya disebut

managing dan orang yang melakukannya disebut manajer, individu yang menjadi manajer menangani tugas-tugas baru yang seluruhnya bersifat “manajerial” yang penting diantaranya menghilangkan kecenderungan untuk melaksanakan segala sesuatunya seorang diri.6 Manajemen adalah Penggunaan Sumber daya secara efektif dan efisien untuk mencapai sasaran.7

Pada dasarnya manajemen memiliki pengertian yang begitu luas, sehingga dalam kenyataannya tidak ada satu definisi pun yang digunakan secara permanen. Berikut ini beberapa definisi tentang Manajemen yang dikutip dari beberapa ahli, diantaranya adalah sebagai berikut:

1) George R. Terry, yang dikutip oleh Sarwoto, mengatakan bahwa “ Manajemen adalah proses yang khas terdiri dari planning, organizing, actuating, controlling”. Dimana pada masing-masing bidang digunakan baik ilmu pengetahuan maupun keahlian yang diikuti secara berurutan dalam rangka usaha mencapai sasaran yang telah ditetapkan semula.8 Dalam bukunya Mochtar Effendi, George R.Terry juga mendefinisikan bahwa Manajemen adalah sesuatu tindakan perbuatan seseorang yang berhak

6

George R. Terry, Prinsip-prinsip Manajemen, (Jakarta: Penerbit Bumi Aksara, 2000), h. 9 7

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h.708

8


(29)

menyuruh orang lain mengerjakan sesuatu, sedangkan tanggung jawab di tangan yang memerintah.9

Definisi Manajemen menurut George R. Terry diatas yang menandakan adanya tanggung jawab bagi seseorang pemimpin. Hal ini sejalan dengan Firman Allah SWT dalam Surat Al Mudatsir ayat 38:

Artinya: Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya

(Q.S. Al Mudatsir: 38)10

2) Winardi, yang dikutip oleh Abdul Syani, mengatakan bahwa “Manajemen adalah suatu kumpulan pengetahuan yang sistematis, dikumpulkan dan diterima sehubungan dengan pengertian tentang kebenaran-kebenaran universal”.11

3) Dalam bukunya Jawahir Tantowi, Lauren A. Aply juga berpendapat bahwa: “

Management is art getting things done through people” (Manajemen adalah seni untuk menggerakkan orang untuk melakukan sesuatu pekerjaan untuk mencapai hasil tertentu melalui orang lain dan dengan cara tertentu).12

9

Mochtar Effendi, Manajemen suatu pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam, (Jakarta: Bhatara Karya Aksara, 1986), Cet.Ke-1, h. 9

10

Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan terjemah Transliterasi Latin, (Jakarta: PT Pena Pundi Aksara, 2008), Cet.Ke-3, h. 1353

11

Abdul Syani, Manajemen Organisasi, (Jakarta: Bina Aksara, 1992), h.1 12

Jawahir Tantowi, Unsur-unsur Manajemen menurut Al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka Al Husna , 1983), h.10


(30)

4) M. Manulang berpendapat bahwa: “Manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, penyusunan, penggerakkan, dan pengawasan sumber daya untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan”.13

5) Robert Kritner dalam bukunya Management yang dikutip oleh Zaini Muchtarom, mengatakan bahwa: “ Management is the of working with and the through other to achieve organizational objectives in a changing environment central to process is the effective and efficient use of limited resources” (Manajemen adalah proses kerja dengan dan melalui orang lain dan untuk mencapai suatu tujuan organisasi dalam lingkup yang berubah, proses ini berpusat pada penggunaan secara efektif dan efisien terhadap sumber daya yang terbatas).14

Dari Definisi-definisi Manajemen yang telah disebutkan dapat ditarik kesimpulan bahwa manajemen merupakan suatu proses untuk mencapai sasaran dan tujuan dengan menjalankan setiap fungsi manajemen sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Adapun proses tersebut adalah Perencanaan, Pengorganisasian, Penggerakkan, dan Pengawasan. Dengan proses tersebut diharapkan tujuan dan sasaran organisasi dapat dicapai dengan efektif dan efisien.

13

M. Manulang, Dasar-dasar Manajemen, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1996), Cet.Ke-1, h.15 14

H. Zaini Muchtarom, Dasar-dasar Manajemen Dakwah, (Yogyakarta: Al Amin Press, 1996), Cet.Ke-1, h.36


(31)

2. Unsur-unsur Manajemen

Manajemen selalu dikaitkan dengan usaha bersama sekelompok manusia, yang mana merupakan suatu proses aktifitas guna mencapai sasaran atau suatu telaah yang direncanakan terlebih dahulu, untuk mencapai sasaran itu, diperlukan sejumlah sarana, fasilitas atau alat yang disebut juga sebagai unsur-unsur manajemen.15

Dalam bukunya Ibrahim Lubis, George R. Terry mengemukakan lima unsur manajemen (5M) lebih luas dan terperinci daripada pendapat O.F. Peterson, yaitu:

Man, Materials, Machines, Methods, Money.16

Selain teori 5M diatas dalam dunia perdagangan dikenal unsur dasar yang ke-6 daripada Manajemen yaitu “Market” (Pasar).17 Adapun unsur-unsur tersebut terdiri 6 macam: Man, Money, Material, Machine, Method, dan Market (manusia, uang, barang, mesin, metode, dan pasar) yang dirumuskan menjadi 6M.18

Dan untuk lebih jelasnya dari unsur-unsur tersebut, yaitu sebagai berikut: 1) Man (Tenaga Kerja Manusia)

Faktor manusia dalam manajemen merupakan unsur yang terpenting sehingga berhasil / kuatnya suatu manajemen tergantung pada kemampuan manager untuk mendorong dan menggerakkan orang-orang ke arah tujuan yang akan dicapai.

15

H. Zaini Muchtarom, Dasar-dasar Manajemen Dakwah, h.42 16

Ibrahim Lubis, Pengendalian dan Pengawasan Proyek dalam Manajemen, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985), Cet. Ke I, h. 34

17

Sarwoto, Dasar-dasar Organisasi dan Manajemen, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1991), Cet.ke-8, h.49

18


(32)

Sedangkan Manager atau pimpinan itu sendiri orang yang mencapai hasil atau tujuan melalui orang lain.19 Manusia merupkan hal yang mutlak, tak akan ada Manajemen tanpa adanya manusia, sebab manusialah yang merencanakan, melakukan, menggunakan dan merasakan hal dari manajemen itu sendiri.20

2) Money (Uang yang diperlukan untuk mencapai tujuan)

Dalam dunia modern, uang sebagai alat tukar dan alat pengukur nilai sangatlah diperlukan untuk mencapai tujuan, disamping manusianya. Pengaruh dan peranan uang dalam pergaulan manusia telah dipahami kita bersama. Uang digunakan sebagai sarana manajemen dan harus digunakan sedemikian rupa agar tujuan yang di inginkan bias tercapai dengan baik sehingga tidak memerlukan uang yang begitu besar.

3) Methods (Sistem / Cara untuk mencapai tujuan)

Cara melaksanakan suatu pekerjaan guna mencapai kerja (metode) yang tepat sangat menentukan kelancaran jalannya roda manajemen dalam suatu organisasi. Sebab, dengan cara atau metode yang ditata dengan baik, maka akan menghasilkan produk yang baik pula, sehingga tujuan tercapai dengan efektif dan efisien.

4) Material (Bahan-bahan atau peralatan yang diperlukan)

Faktor Material ini sangat penting, karena manusia tidak dapat melaksanakan tugasnya tanpa dukungan kelengkapan alat. Sehingga dalam proses pelaksanaan

19

M. Manulang, Dasar-dasar Manajemen, h. 6 20

Hamzah Yaqub, Menuju Keberhasilan Manajemen dan Kepemimpinan, (Bandung: Diponegoro, 1984), h. 31


(33)

suatu kegiatan oleh organisasi tertentu perlu dipersiapkan bahan perlengkapan apa-apa yang sedang dibutuhkan.

5) Machines (Mesin-mesin yang diperlukan)

Peranan Mesin dalam zaman modern ini tidak dapat diragukan lagi, mesin dapat membantu manusia dalam pekerjaannya, mendefinisikan waktu bekerja untuk menghasilkan sesuatu sehingga memperoleh keuntungan yang lebih banyak dan baik..

6) Market (Pasar / Tempat untuk menjual hasil produksi / hasil karya)

Peranan Market sangat penting dalam Manajemen karena tanpa market tidak akan ada produksi. Market merupakan aktivitas yang berhubungan dengan penjualan barang hasil produksi. Pengadaan bahan baku supaya kegiatan berjalan secara kontinu, promosi produksi dan sampai kepada usaha menerobos pasar supaya penjualannya memperoleh keuntungan. Pasar juga menghendaki seorang manager untuk mempunyai orientasi pemasaran.21

3. Fungsi- Fungsi Manajemen

Fungsi-fungsi Manajemen merupakan fungsi-fungsi yang harus dilaksanakan dalam bidang manajemen. Fungsi manajemen adalah hal-hal yang secara khas dilakukan oleh para manajer dan bersifat universal. Artinya, Fungsi manajemen dapat digunakan dalam organisasi apapun dan dalam bentuk perusahaan apapun.

21


(34)

Terdapat perbedaan pendapat antara para ahli manajemen tentang fungsi manajemen ini, namun secara umum mempunyai kesamaan. Dan disini penulis hanya menggunakan 4 fungsi manajemen yang sering / biasa digunakan adalah

Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling.

Agar lebih mudah dipahami penjelasan, arti, dan maksud dari setiap fungsi manajemen tersebut adalah sebagai berkut:

1. Planning (Perencanaan)

Planning atau disebut juga Perencanaan adalah gambaran dari suatu kegiatan yang akan datang dalam jarak waktu tertentu dan metode yang akan dipakai dalam tindakan-tindakan yang akan diambil. Perencanaan itu berisikan imajinasi dan pandangan ke depan yang terarah berdasarkan penilaian yang benar.22 Perencanaan (Planning) adalah memutuskan di depan tentang apa yang akan dilakukan, bagaimana melaksanakannya, kapan dilaksanakan, dan siapa yang akan melaksanakannya.23 Perencanaan adalah suatu kumpulan keputusan-keputusan yang saling kait mengait sehingga sulit perencanaan tersebut di buat secara mendadak.24 Perencanaan adalah menentukan tujuan-tujuan yang hendak dicapai selama masa yang akan datang dan apa yang harus diperbuat agar dapat mencapai tujuan-tujuan itu.25

22

Mochtar Effendi, Manajemen suatu pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam, h. 75 23

Harold Koontz, dkk., Intisari Manajemen, (Jakarta: Bina Aksara, 1989), h. 56 24

Ahmad Anwari, Dasar-dasar Manajemen, (Jakarta: Yayasan Pembinaan Keluarga UPN Veteran, 1987), h. 39

25

George R. Terry Leslie W. Rue, Dasar-dasar Manajemen, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1999), h. 1


(35)

2. Organizing (Pengorganisasian)

Menurut Drs. Malayu Hasibuan bahwa pengorganisasian adalah suatu proses penetuan, pengelompokkan dan pengaturan bermacam-macam aktifitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan, menyempatkan orang-orang pada aktifitas, menyediakan alat-alat yang diperlukan, menetapkan wewenang yang secara relatif didelegasikan pada setiap individu yang akan melakukan aktivitas-aktivitas tersebut.26 Pengorganisasian (Organizing) adalah keseluruhan proses pengelompokkan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, serta wewenang dan tanggung jawab sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan yang utuh dan bulat dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.27 Pengorganisasian adalah suatu proses dimana pekerjaan yang ada dibagi dalam komponen-komponen yang dapat ditangani, dan aktivitas mengkoordinasi hasil-hasil yang dicapai untuk mencapai tujuan.28 Pengoranisasian adalah proses penentuan struktur dan alokasi kerja.29 Pengorganisasian adalah menetapkan dimana keputusan akan dibuat, siapa yang akan melaksanakan tugas dan pekerjaan, serta siapa yang akan bekerja.30 Pengorganisasian adalah menentukan apa yang perlu dilaksanakan, cara pelaksanaannya dan siapa yang melaksanakannya.31

26

Malayu Hasibuan, Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah, h. 119 27

Sondang P. Siagian, Fungsi-fungsi Manajerial, (Jakarta: Bina Aksara, 1989), h. 81-82 28

Winardi, Asas-asas Manajemen, (Bandung: Mandar Maju, 1990), h. 375 29

Joseph L. Massie, Dasar-dasar Manajemen, (Jakarta: Erlangga, 1979), h. 7 30

Chuck Williams, Manajemen, (Jakarta: Salemba Empat, 2001), h. 9 31


(36)

3. Actuating (Penggerakkan)

Fungsinya meliputi kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk jabatan-jabatan yang ada dalam struktur, setelah diadakan pembagian pekerjaan / pengorganisasian, ditunjuk orang-orang yang akan melaksanakan dan bertanggung jawab dalam pekerjaannya. Bila rencana telah tersusun, struktur organisasi telah ditetapkan dan posisi-posisi atau jabatan sudah di isi, maka tugas pimpinan untuk menggerakkan atau mengerahkan bawahan agar apa yang menjadi tujuan perusahaan tersebut dapat direalisasikan. Penggerakkan (Actuating) juga berarti keseluruhan usaha, cara, teknik, dan metode untuk mendorong para anggota organisasi agar mau dan ikhlas bekerja dengan sebaik mungkin demi terciptanya tujuan organisasi dengan efisien, efektif dan ekonomis.32

4. Controlling (Pengawasan)

Fungsinya Pengawasan ini tidak kalah penting dari fungsi yang lain. Pengawasan atau biasa disebut pengendalian, mengadakan koreksi sehingga apa yang dilakukan bawahan dapat diarahkan ke jalan yang benar dengan maksud tercapai tujuan yang sudah di gariskan. Fungsi Manajerial pengawasan adalah mengukur dan mengoreksi prestasi kerja bawahan guna memastikan, bahwa tujuan organisasi dan rencana yang didesain untuk mencapainya yang sedang

32


(37)

dilaksanakan.33 Pengawasan (Controlling) juga berarti suatu proses untuk menetapkan pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya, mengoreksi bila perlu dengan maksud supaya pelaksanaannya sesuai dengan rencana semula.34 Pengawasan adalah proses pengamatan dari seluruh kegiatan organisasi guna lebih menjamin bahwa semua pekerjaan yang sedang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.35 Pengawasan adalah memastikan bahwa hasil aktual sesuai dengan rencana.36 Pengawasan adalah mengawasi kemajuan pencapaian sasaran dan mengambil tindakan korektif bilamana dibutuhkan.37 Pengawasan adalah memantau kegiatan untuk memastikan bahwa kegiatan-kegiatan diselesaikan seperti yang direncanakan.38

B. Masjid

1. Pengertian Masjid

Masjid berasal dari kata sajada, yasjudu, sujudan, masjidan, yang berarti “tempat merendah diri”, tempat menyembah tuhan, tempat sujud, setiap tempat yang dipakai untuk sujud, setiap tempat yang dipakai untuk beribadah kepada Allah dan setiap tempat yang dipakai untuk menunduk kepada Allah.39

33

AM. Radarman SJ, Jusuf Usaya, Pengantar Ilmu Manajemen, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1994), h.132

34

Ahmad Anwari, Dasar-dasar Manajemen, h. 140 35

Sondang P. Siagian, Fungsi-fungsi Manajerial, h. 169 36

Winardi, Asas-asas Manajemen, h. 588 37

Chuck Williams, Manajemen, h. 9 38

Stephen p. Robbins dan Mary Coulter, Manajemen, h. 11 39

Muhammad Idris Abdul Ra’uf Al- Marbawi, Kamus Arab Melayu, (Melayu: T.Pn., 1350), Cet.Ke-4, h. 279


(38)

M.HR.Songge menyatakan Masjid secara etimologis, bermakna sebagai tempat para hamba yang beriman bersujud melakukan ibadah mahdhah berupa shalat wajib dan berbagai shalat sunnah lainnya kepada Allah, dimana para hamba melakukan segala aktivitas baik yang bersifat vertikal maupun horizontal dalam kerangka beribadah kepada Allah SWT.40

Masjid berasal dari bahasa Arab, sajada yang berarti tempat sujud atau tempat menyembah Allah. Bumi yang kita tempati bersama ini adalah Masjid bagi kaum Muslimin, Masjid merupakan tempat orang berkumpul dan melakukan shalat berjamaah, dengan tujuan meningkatkan solidaritas dan sillaturahmi di kalangan kaum muslimin. Di Masjid pula lah tempat terbaik untuk melangsungkan shalat shubuh.41

Masjid berarti tempat untuk bersujud. Secara terminologi, Masjid juga dapat diartikan sebagai tempat beribadah umat islam, khususnya dalam melaksanakan shalat. Masjid sering disebut dengan Baitullah (Rumah Allah), yaitu rumah yang dibangun sebagai sarana mengabdi kepada Allah.42

Masjid merupakan bangunan tempat suci kaum muslim. Tetapi, karena akar katanya mengandung makna tunduk dan patuh, hakikat masjid adalah tempat melakukan segala aktivitas yang mengandung kepatuhan kepada Allah semata.

40

M. hr. Songge, PesanRisalah Masyarakat Madani, (Jakarta: PT. Media Citra, 2001), h. 12-13

41

Moh.E. Ayub, Manajemen Masjid, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), Cet. Ke-1, h. 1-2 42

Siswanto, Panduan Praktis Organisasi Masjid, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005), Cet.Ke-1, h.23


(39)

Karena itu Al-Qur’an menegaskan dalam Surat Al- Jin ayat 18:

Artinya: “Dan Sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allah” (Q.S. Al-Jin: 18)43

Menurut Aidh bin Abdullah Al-Qarni, “Masjid adalah tempat saling mengenal dan mengakrabkan diri diantara kaum muslimin, karena disaat di dalam masjid mereka dapat mengetahui informasi tentang saudaranya yang absen atau tidak hadir, apakah mereka dalam kesusahan atau yang lainnya. Dengan demikian maka akan timbul rasa tolong menolong sehingga dapat mempererat tali persaudaraan dan memperkokoh iktan kasih saying antar jamaah masjid kaum mukmin.44

Sedangkan Syaikh Sayid Sabiq, dalam Bukunya Fiqhus Sunnah mengartikan bahwa Masjid sebagaimana Allah telah mengkhususkan kepada umat ini yaitu menjadikan bumi dalam keadaan suci dan sebagai Masjid, dimana saja seorang Muslim telah sampai pada waktu shalat, shalatlah dimana saja ia berada atau mendapatinya.45

43

Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan terjemah Transliterasi Latin, (Jakarta: PT Pena Pundi Aksara, 2008), Cet.Ke-3, h. 1343

44

Aidh bin Abdullah Al-Qarni, MemakmurkanMasjid, langkah maju kebangkitan islam, (Jakarta: Pustaka Al-Sofwa, 2005), h. 44

45


(40)

Sedangkan pengertian Masjid menurut istilah adalah sebagai berikut: “ tempat sujud, yaitu tempat umat Islam mengerjakan shalat, dzikir kepada Allah SWT dan untuk hal-hal yang berhubungan dengan Dakwah Islamiyah.46

Menurut Yusuf Qordhawi yang dimaksud dengan masjid adalah rumah, seperti makna yang tersirat dalam firman Allah SWT An-Nur ayat 36-37:

Artinya: “Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang Telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang, Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. mereka takut kepada suatu

46


(41)

hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang” (Q.S. An Nuur: 36-37)47

Dengan demikian, Masjid adalah rumah Allah SWT, yang dibangun agar umat mengingat, mensyukuri, dan menyembah-Nya dengan baik.48

2. Manfaat dan Tujuan Masjid

Dengan semangat tinggi Masjid yang kita bangun secara bergotong royong, saling membantu, berkorban menyalurkan harta shadaqah, infak dan wakaf demi berdirinya masjid bangunan suci Allah SWT dan tanpa memandang kaya, miskin atau golongan, masjid-masjid dapat berdiri dengan megahnya, layaknya kawasan taman-taman surga nan indah dan damai, sejuk menyegarkan, harum semerbak mewangi, semua tersenyum puas. Tinggal lagi mengisi dan memakmurkannya, hendaknya masjid jangan sampai sepi dalam syi’ar atau kegiatannya. Masjid dalam fungsi dan perannya harus mampu melayani keperluan jama’ah atau umat dari berbagai aspek manfaat paling tidak ada enam aspek yang terdiri dari:49 a) Aspek Ibadah

Manfaat Kemakmuran masjid bagi ibadah sesuai dengan kebiasaan atau sunnah Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul-Nya yang menjadi tolak ukur dan tuntunan bagi setiap muslim dalam menjalankan ibadah adanya khusyuk dalam

47

Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan terjemah Transliterasi Latin, (Jakarta: PT Pena Pundi Aksara, 2008), Cet.Ke-3, h. 798

48

Yusuf Al-Qardhawi, Tuntunan Membangun Masjid, (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), Cet.Ke-1, h.7

49


(42)

shalat, suasana tenang, damai dan ada rasa dekat kepada Allah SWT, termasuk juga membayar zakat harta atau fitrah dengan rasa senang, dengan pelayanan yang ceria dan cerah tanpa pilih kasih. Dengan demikian masjid yang berjalan menurut sistem dan aturan yang jelas memudahkan jama’ah, dan masyarakat sekitar bertambah simpatik dan senang untuk berjama’ah secara rutin, apalagi dengan Imam Shalat yang bagus dan baik dari segi bacaan ayat-ayat suci Al-qur’an, yang Insya Allah menambah khusyu’ dalam beribadah.50 Dengan demikian, masjid merupakan tempat yang baik untuk latihan dan kritik diri kita, serta pembaharuan I’tikad baik.

b) Aspek Kehidupan, Sosial, Ekonomi, dan Pemberdayaan SDM (Mu’amalah). Dilihat dari aspek mu’amalah ini antara lain dari kehidupan social, ekonomi, dan pemberdayaan SDM, bila masjid berfungsi dan berjalan dengan program-program atau kegiatan yang jelas terhadap kegiatan social dan lain sebagainya, akan menambah kepercayaan jama’ah atau masyarakat. Jama’ah yang kurang mampu akan merasa aman karena ada perhatian tentang diri mereka bentuk-bentuk santunan, bantuan dan lain jelas arahnya siapa yang berhak menerimanya.

Masjid sebagai pusat kebudayaan di samping pusat ibadah juga menampung semua jenis kegiatan kemasyarakatan yang berada dalam batas-batas taqwa, atau yang menunjang tercapainya rohani taqwa.

c) Aspek Bagi Keluarga, Lingkungan Masyarakat.

50


(43)

Pada setiap kepala keluarga dan anggota keluarga yang telah dewasa dalam memakmurkan masjid, maka keluarga tersebut mendapatkan yakni rahmat Allah karena do’a yang dibaca setiap memasuki masjid kita berdoa’a kepada Allah SWT: “ Ya Allah, bukakanlah untukku pintu-pintu rahmat engkau ”, dan ketika keluar dari masjid lalu memohon kepada Allah, “ Ya Allah, sesungguhnya saya karunia dari engkau ”, maka sesama keluarga-keluarga penuh dengan naungan rahmat Allah, akan tercipta sesama terutama yang membuahkan banyak kebaikan dan kebaikan dari Allah, belum lagi manfaat dari shalat jama’ah akan memperkuat tali persaudaraan dengan anggota jama’ah lainnya, dengan demikian akan terbangunnya rasa solidaritas atau ta’awun (saling tolong menolong), dampak positif bagi lingkungan masyarakat akan menambah hubungan baik, lingkungan akan nyaman, peraudaraan antara lingkungan masyarakat makin kuat. Dengan demikian akan tercipta dilingkungan masyarakat masyarakat yaitu rasa

marhamah (saling kasih sayang).51 d) Aspek Bagi Generasi Muda.

Generasi Muda yang membuahkan mata hati yang sejuk dipandang, dan calon pemimpin masa depan, harus dapat dilahirkan dari masjid-masjid yang berfungsi dan mampu membaca dan memberikan peluang terhadap generasi muda merupakan cikal bakal pemimpin masa depan. Dengan program-program kegiatan pembinaan terhadap generasi muda, masjid dapat mandiri dan dapat menolong masyarakat lemah dilingkungan masjidnya. Sementara ini memang hasil belum

51


(44)

maksimal pembinaan generasi muda masjid, sehingga menimbulkan ketimpangan-ketimpangan, hendaknya jangan sampai terjadi kekosongan pembinaan terhadap generasi muda masjid, kekosongan pembinaan akan membawa dampak negatif atau kemunduran masjid masa-masa mendatang.

e) Aspek Ta’lim dan Pendidikan (Tarbiyatul Islam)

Dengan ilmu, kita akan sadar dan berupaya membangun diri untuk berbuat sesuatu yang bermanfaat. Oleh karena itu masjid yang makmur memberikan peluang untuk para jama’ah atau masyarakat sekitar melakukan belajar dan mengajar. Maka pengelolaan masjid harus dapat memprogramkan kegiatan belajar dan mengajar.

f) Aspek Dakwah

Kita ketahui bahwa dakwah adalah ummul hasanah, induk segala kebaikan. Dakwah merupakan kewajiban kita semua. Perubahan jama’ah atau masyarakat sekitar masjid terhadap pengamalan agama dengan sendirinya menjadi baik, dakwah menyebabkan datangnya hidayah, dengan hidayah dapat mencerahkan manusia dari kegelapan. Dahulu orang-orang yang semula-mula mengagungkan berhala, tekhnologi, harta benda dan keduniaan lainnya. Dakwah mampu menggunakan semuanya dan sekaligus itu dapat menyakini hanya kekuasaan adalah milik Allah yang mutlak mengalahkan semua. Maka di situlah bahwa masjid berfungsi secara benar, dapat menjadi makmur bila dakwah dapat berperan. Maka dengan sendirinya masjid menjadi pusat segala aktivitas umat.


(45)

Pengelolaan masjid perlu berfikir bagaimana lebih jauh bias memberdayakan umat untuk lebih berdayaguna untuk memakmurkan dari aspek dakwah tersebut, sehingga masjid akan benar-benar bermakna dan bermanfaat bagi masyarakat sekitar.52

3. Macam- Macam Masjid

a) Masjid Kota

Masjid Kota ini sudah jelas harus berlokasi di pusat kota, mengingat pusat kota ini mempunyai aksebilitas yang sangat tinggi terhadap penduduk di seluruh wilayah kota.

b) Masjid Wilayah

Masjid Wilayah ini berfungsi melayani penduduk di daerah perumahan dalam skala wilayah dan penduduk yang berada pada pusat-pusat aktivitas untuk melaksanakan shalat fardhu, shalat jum’at serta kegiatan keagamaan lainnya yang mencakup kegiatan sosial bagi masyarakat.

c) Masjid Kecamatan

Pada prinsipnya Masjid Kecamatan ini dibangun untuk melayani penduduk Islam yang berada disekitar kecamatan tersebut, terutama dalam melaksanakan shalat jum’at, shalat Hari Raya, serta kegaiatan-kegiatan sosial masyarakat.

d) Masjid Lingkungan

52


(46)

Lokasi Masjid Lingkungan ini lebih berorientasi ke arah perumahan, karena fungsinya hanya melayani penduduk di dalam daerah pelayanannya untuk melaksanakan shalat sehari-hari, shalat jum’at serta kegiatan keagamaan lainnya.

e) Masjid Lokal (Langgar / Mushollah)

Langgar atau Mushollah ini hanya dipergunakan untuk shalat sehari-hari, tidak dipergunakan dalam pelaksanaan shalat jum’at.53

4. Manajemen Masjid

Ada beberapa pengertian manajemen masjid yang dapat dikutip. Dalam buku

Idarah Masjid terbitan KODI DKI Jakarta disebutkan: “ idarah masjid ialah ilmu dan usaha yang meliputi segala tindakan dan kegiatan muslim dalam menempatkan masjid sebagai tempat ibadah dan pusat kebudayaan islam”.54 Sementara itu Drs. Moh.E. Ayub dalam bukunya Manajemen Masjid yang diterbitkan Gema Insani Press, mendefinisikan: “Idarah Masjid adalah Usaha-usaha untuk merealisasikan fungsi-fungsi masjid sebagaimana mestinya”.55

Dari sini kita bisa merumuskan definisi lain. Manajemen Masjid adalah suatu proses atau usaha mencapai kemakmuran masjid yang ideal, dilakukan oleh seorang pemimpin pengurus masjid bersama staf dan jamaahnya melalui berbagai

53

Nana Rukmana D.W., Masjid dan Dakwah, h. 86-90 54

Ahmad Yani, Menuju Masjid Ideal, (Jakarta: LP2SI Haramain, 2001), h. 81 55


(47)

aktivitas yang positif. Dengan demikian, ketua pengurus masjid harus melibatkan seluruh kekuatan masjid untuk mewujudkan kemakmuran masjid.

Dalam pelaksanaan manajemen masjid atau idarah masjid, secara garis besar dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

a) Idarah Binail Maadiy (Physical Management), yaitu manajeman secara fisik yang meliputi kepengurusan masjid, pengaturan pembangunan fifik masjid, penjagaan kehormatan, ketertiban dan keindahan masjid, pemeliharaan tata tertib dan keamanan, pengaturan-pengaturan keuangan, dan administrasi masjid serta pemeliharaan fasilitas yang dimiliki masjid tersebut dan penataan masjid lainnya yang bersifat fisik.

b) Idarah Binail Ruhiy (Functional Management), yaitu Pengaturan tentang pelaksanaan fungsi masjid sebagai wadah pembinaan umat, sebagai pusat kebudayaan islam. Idarah Binail Ruhiy ini meliputi pendidikan islamiyah, pembinaan akhlakul karimah, pelaksanaan dakwah, pembinaan-pembinaan mental spiritual dan pemberdayaan ekonomi umat dalam rangka menciptakan kesejahteraan material umat. Disamping itu, kegiatan penerangan ajaran islam secara teratur meliputi: 1) Pembinaan Ukhuwah Islamiyah dan persatuan umat, 2) Melahirkan Fikrul Islamiyah dan Kebudayaan Islam, dan 3) Mempertinggi mutu keIslaman dalam diri pribadi dan masyarakat.56

56


(48)

C. Pengertian Aktivitas Keagamaan

Aktivitas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “Aktivitas adalah keaktifan, kegiatan-kegiatan, kesibukan atau bisa juga berarti kerja atau salah satu kegiatan yang dilaksanakan dalam tiap bagian dalam suatu organisasi atau lembaga ”.57 Sedangkan menurut Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, kata aktivitas berasal dari kata Ling: activity; lat; activus: aktif, bertindak, yaitu bertindak pada diri setiap eksistensi atau makhluk dengan dunia. Manusia mengalihkan dan megalahkan alam. Berkat aktivitas atau kerjanya, manusia mengangkat dirinya dari dunia dan kemudian secara bertahap mengembangkan proses histories-kultural yang bersifat khas sesuai ciri dan kebutuhannya.

Ada dua jenis aktivitas, yaitu eksternal dan internal. Dan yang dimaksud dengan aktivitas eksternal, jika operasi manusia terhadap objek-objek menggunakan lengan, tangan jari-jari dan kaki, sedangkan aktivitas internal, menggunakan tindakan mental dalam bentuk gambaran-gambaran dinamis.58

Dapat disimpulkan bahwa aktivitas adalah sebuah tindakan untuk menghasilkan sesuatu yang dilakukan secara pribadi maupun kolektif, dan aktivitas terkadang juga terkait dengan lembaga atau sebuah organisasi.

57

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), Cet.Ke-3, h. 17

58

Save M. Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Lembaga pengkajian kebudayaan nusantara, LPKN, 1997), Cet.Ke-1, h. 25


(49)

Menurut Ensiklopedi Islam, kata agama dalam bahasa Indonesia berarti sama dengan kata Din dalam bahasa arab. Sedangkan kata Din mempunyai arti “ menguasai, memudahkan, patuh, utang, batasan, atau kebiasaan “. Din juga membawa peraturan-peraturan berupa hukum yang harus dipatuhi, baik dalam bentuk perintah yang wajib dilaksanakan maupun berupa larangan yang harus ditinggalkan.59

Sementara itu, konteks keberagaman menurut Quraish Shihab tidak hanya berorientasi pada bentuk-bentuk peribadatan yang bersifat superficial atau menekankan aspek-aspek “luar” dengan sikap batin atau aspek-aspek “dalam”.60

Menurut Glock dan Stark sebagaimana dikutipkan oleh Djamaluddin Ancok ada empat macam dimensi keagamaan:

1) Dimensi Keyakinan, berisi pengharapan-pengharapan di mana orang beragama berpegang teguh kepada teologis tertentu dan mengakui doktrin-doktrin tersebut.

2) Dimensi Praktek Agama, mencakup perilaku pemujaan dan ketaatan yang dilakukan seseorang untuk menunjukkan komitmen terhadap agama yang dianutnya.

3) Dimensi Pengalaman, berisikan dan memperhatikan fakta bahwa semua agama memandang pengharapan-pengharapan tertentu, persepsi, dan sensasi yang dialami seseorang.

59

Dewan Redaksi, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: Ikhtiar Baru Van Hoeve, 1993), Cet.Ke-1, h. 63

60


(50)

4) Dimensi Pengetahuan Agama, mengacu pada harapan bahwa orang yang sudah beragama paling tidak memiliki sejumlah pengetahuan dasar-dasar keyakinan, ritus, dan tradisi.

Dimensi pengalaman konsekuensi mengacu kepada identifikasi akibat-akibat keyakinan keagamaan, praktek, pengalaman dan pengetahuan seseorang dari hari ke hari.61

Dengan demikian aktivitas keagamaan adalah suatu perbuatan, tindakan yang dilakukan secara individu atau golongan dalam hal-hal yang berhubungan dengan keyakinan pada sebuah lembaga-lembaga keagamaan tertentu.

D. Pedagang

1. Pengertian Pedagang

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pedagang adalah orang-orang yang mencari nafkah dengan berdagang.62 Sedangkan hakikat dari pedagang itu sendiri adalah orang atau instansi yang memperjualbelikan suatu produk atau barang kepada konsumen baik secara langsung maupun tidak langsung.63

Pengertian pedagang dalam pembahasan ini lebih difokuskan kepada pedagang kecil termasuk dalam sektor informal, yaitu para pelaku usaha berskala kecil yang memproduksi serta menjual barang dan jasa dengan tujuan pokok

61

Djamaluddin Ancok dan Fuad Suroso, Psikologi Islam: Solusi Islam atas Problem Psikologi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), h. 77-78

62

M. Deden Ridwan, Islam dan Ekonomi Kerakyatan, (Jakarta: PT. Media Cita & Yayasan Kalam, 2000), h. 7-8

63


(51)

untuk menciptakan kesempatan kerja dalam pendapatan bagi dirinya masing-masing.

2. Karakteristik Pedagang

Orang-orang mukmin dalam pandangan Al-Qur’an bukanlah orang yang berdiam diri di masjid, bukan pula seperti pendeta-pendeta yang mendiami gereja-gereja, tetapi orang mukmin adalah manusia pekerja. Keistimewaan mereka, bahwa kesibukan duniawinya tidak memalingkan meraka dalam memenuhi kewajiban agama. Dalam dunia perdagangan dikenal adanya pedagang, barang yang diperdagangkan, pembeli dan alat tukar. Dengan demikian terjadi perputaran sistem dagang yang mengikuti jalur distribusi.

Dalam dunia ekonomi, pedagang dapat dibedakan menurut jalur distribusi yang dilakukan, yaitu sebagai berikut:

a) Pedagang Distributor (tunggal), yaitu pedagang yang memegang hak distribusi atau produk-produk dari perusahaan tertentu.

b) Pedagang (partai) Besar, yaitu pedagang yang membeli suatu produk dalam jumlah besar yang dimaksud untuk dijual kembali kepada pedagang yang lain.

c) Pedagang Kecil (Eceran), yaitu pedagang yang menjual barang dagangannya langsung kepada konsumen.64

64

Ahmad Syarabasya, Tanya Jawab Hukum Dan Pengetahuan Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1987), Cet.Ke-1, h. 344


(52)

3. Perdagangan dalam Perspektif Islam

Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa berhubungan dan butuh kepada manusia lainnya, pola hubungan antara manusia dengan manusia lainnya, memiliki pola hubungan yang beragam. Dalam Islam, pola hubungan anatara manusia dengan manusia yang lainnya diatur sedemikian rupa menjadi hubungan timbal balik yang harmonis.

Salah satu interaksi hubungan antara manusia dengan manusia lainnya adalah lewat hubungan perdagangan atau perniagaan dan itu telah melekat pada kehidupan manusia bahkan seumur dengan kehidupan manusia di dunia. Selanjutnya, perdagangan telah mengalami perkembangan dari zaman ke zaman, baik dari pola hubungannya maupun dari segi barang yang diperdagangkan. Dan Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:

Artinya: “ Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba “. (Q.S. Al-Baqarah: 275)65

Dalam Ayat Al Baqarah ke 275, menjelaskan bahwa perdagangan itu pada asalnya adalah mubah (boleh). Dalam hadits juga, disebutkan 9 dari 10 pintu rezeki ada dalam berdagang. Ini berarti bahwa perdagangan bisa membawa

65

Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan terjemah Transliterasi Latin, (Jakarta: PT Pena Pundi Aksara, 2008), Cet.Ke-3, h. 95


(53)

keberuntungan. Selagi agama membolehkan untuk berdagang, maka di belakang perdagangan itu dapat menimbulkan keuntungan. Tetapi agama sendiri melarang adanya keuntungan yang diperoleh dari suatu dosa, yaitu tambahan keuntungan melebihi ukuran yang umum.66

Perdagangan atau perniagaan yang salah satu aktivitasnya adalah jual beli ini kemudian juga menjadi tinjauan yang dianggap penting di dalam Islam. Hal ini disebabkan karena Nabi Muhammad SAW sendiri sebelum diutus menjadi Nabi dan Rasul yang seorang pedagang yang sukses. Dengan kejujuran dan keuletannya, beliau berhasil menjadi pedagang yang memiliki komitmen dan iman yang kuat, baik dari konsumen pembelinya maupun dari pemilik barang dagangan beliau.

Di samping itu juga, Masyarakat Arab pada saat dimana beliau tinggal adalah masyarakat yang mayoritas aktivitas hidupnya, adalah pedagang. Kegiatan perdagangan bangsa Arab ini kemudian diabadikan di dalam Al-Qur’an yang terdapat pada Surat Al-Quraisy ayat 1-4:

66


(54)

Artinya: “Karena kebiasaan orang-orang Quraisy, (yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas. Maka hendak mereka menyembah Tuhan pemilik rumah ini (Ka’bah). Yang telah memberikan makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan.” (Q.S. Al Quraisy: 1-4)67

Dalam surat tersebut memang yang disorot adalah Bangsa Arab Quraisy yang memiliki mobilitas dan naluri bisnis atau dagang yang tinggi, sehingga tak salah bila Allah SWT mengabadikan dalam Al-Qur’an. Hal ini sangatlah berguna bagi umat Islam untuk pembelajaran bahwa kegiatan berdagang atau berbisnis telah menjadi kegandrungan suatu bangsa tersebut. Dari sinilah kemudian muncul persepsi bahwa aktivitas bisnis atau perdagangan adalah aktivitas yang memiliki nilai tinggi disisi Allah SWT, disamping aktivitas ibadah ritual, seperti shalat, puasa, zakat, dan haji.

Berdagang merupakan cara mencari nafkah yang halal, sistem Islam dalam memperoleh harta berdasarkan atas prinsip bahwa tidak seorang pun mempunyai hak memperoleh keuntungan atas pengorbanan orang lain. Sedangkan transaksi yang di izinkan hanyalah yang di dalamnya kedua belah pihak saling menguntungkan dengan cara yang adil.68

67

Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan terjemah Transliterasi Latin, (Jakarta: PT Pena Pundi Aksara, 2008), Cet.Ke-3, h. 1434

68

Syeh Mahmudanassir, Islam Konsepsi dan Sejarah, (Bandung: PR. Remaja Rosda Karya, 1994), Cet. Ke-4, h. 465


(55)

(56)

BAB III

GAMBARAN UMUM TENTANG MASJID BLOK A TANAH ABANG

A. Sejarah Berdirinya dan Gambaran Masjid Blok A Tanah Abang

Lazimnya sebuah Pasar, keramaian pun pasti mewarnai suasana Pasar Tradisional ataupun Modern, tak terkecuali pada Pasar Blok A Tanah Abang, Jakarta. Di setiap lantai pasar ini, penat dan hawa panas kerap menyerang pengunjung walaupun gedung Ber-AC. Namun rasa itu seketika akan sirna jika kita terus meniti sampai ke atap gedung. Disinilah saya bisa menemukan Keteduhan yang ditawarkan Masjid Blok A Tanah Abang.1

Masjid Blok A Tanah Abang berdiri pada tahun akhir 2005. Setelah terjadinya renovasi besar-besaran yang dilakukan Gubernur DKI Jakarta Bapak Sutiyoso terhadap pasar Tanah Abang dengan menggandeng pengembang Pasar P.T Priamanaya maka terbentuklah sebuah pasar yang dikonsep bergaya Modern, Lux dan Nyaman. Pasar yang berbeda dari yang sebelumnya dengan dilengkapi penunjang-penunjang yang lengkap seperti AC, Lift, Escalator, dan keamanan 24 jam. Dan tentunya juga Masjid yang megah, nyaman dan bersih.2 Proses pembangunan Pasar Tanah Abang Blok A lengkap dengan masjid megahnya itu yang memakan waktu satu setengah tahun lebih. Dana keseluruhan yang

1

http://alifmagz.com/2009/09/07/masjid-di-atap-pusat-pertokoan/ diakses pada tanggal 17 Februari 2010 jam 20.15 WIB

2

Ust. Mahdi, Sie. Bidang Dakwah dan Peribadatan, Wawancara Pribadi, (Jakarta: 12 Februari 2010)


(57)

dibutuhkan untuk pembangunan keseluruhannya adalah Rp 770 milyar. Oleh Pemda DKI Jakarta, bangunan itu diharapkan sebagai icon ibu kota.

Masjid ini merupakan yang terindah, yang ada di sebuah pusat perbelanjaan. hampir setiap orang sudah terbiasa dengan hiruk pikuk suasana di pasar. Begitu pula dengan pusat perbelanjaan Blok A Tanah Abang, Jakarta Pusat. Aktivitas transaksi jual beli di pusat grosir terbesar di Asia Tenggara ini berlangsung dari pagi hingga menjelang malam. Ribuan orang, dari berbagai suku bangsa dan warna kulit, hilir mudik melakukan perniagaan. Tempat ini hampir tak pernah sepi dari ribuan manusia setiap harinya. Begitulah kondisi sebuah pasar yang tak pernah sepi.

Namun, bila diperhatikan secara seksama, ada beberapa perbedaan yang cukup mencolok antara Pasar Tanah Abang dibandingkan pasar lainnya, apalagi dengan pasar tradisional. Di tempat ini, kebersihan cukup terjaga kendati dipenuhi berbagai macam barang dagangan. Satu hal lagi, termasuk yang membedakannya dengan pusat perbelanjaan lainnya, adalah keberadaan tempat ibadah (masjid atau mushala). Biasanya, di pasar tradisional, lokasi Masjid atau Mushalah ditempatkan di bagian sudut. Di mall-mall, pada umumnya, Masjid atau Mushalah ditempatkan di pojok ruangan sempit, di basement (lantai dasar), atau di parkiran. Hal tersebut berbeda dengan Blok A Pasar Tanah Abang. Masjid di lokasi ini justru ditempatkan di bagian paling atas, yakni di lantai 14.


(58)

Tentu, ada pesan berbeda yang ingin disampaikan pengelola pasar melalui keberadaan masjid yang berada di lantai paling atas ini. Pertama, untuk menempatkan posisi sebagai puncak tertinggi dalam mengagungkan asma Allah. Kedua, tentunya agar selalu terlihat indah dan bersih. Bagi yang belum pernah berkunjung ke lokasi ini, keberadaan masjid di puncak bangunan itu mungkin akan terasa merepotkan karena harus menaiki ratusan anak tangga. Tapi, jangan salah, pengelola pasar sudah mengantisipasi hal tersebut dengan menyediakan tangga berjalan (eskalator) dan lift. Sehingga, akan memudahkan para pengunjung dan jamaah masjid untuk menjalankan ibadah kepada Allah.3

Para pedagang yang berada di basement pun tak perlu khawatir akan ketinggalan shalat berjamaah. Sebab, kumandang azan akan senantiasa berseru kepada mereka untuk menunaikan shalat di rumah Allah ini melalui pengeras suara yang tersedia dari lantai dasar hingga puncak.

Konsep pendirian Masjid Blok A Tanah Abang dimaksudkan untuk memberikan tempat ibadah yang nyaman dan tenang bagi pengunjung dan pelaku niaga di Pasar Blok A Tanah Abang. Ini ide dari Pak Djan Faridz yang sekarang beliau adalah anggota DPD RI dan juga sebagai pemilik gedung Blok A Tanah

3

http://koran.republika.co.id/koran/153/101048/Masjid_Blok_A_Tanah_Abang_Sentuhan_Isl am_Klasik_dan_Eropa/ dikases pada tanggal 18 Februari jam 21.15 WIB


(59)

Abang. Bahkan, konsep dan gaya arsitektur masjid ini pun beliau yang memilihkan.4

Masjid yang diberi nama sesuai dengan nama tempat perniagaan ini memiliki nilai-nilai arsitektur yang sangat indah. Gaya Eropa ala Alhambra di Cordoba, Spanyol, begitu kental mewarnai bangunan masjid ini. Ia dipadukan dengan gaya Islam klasik yang bersentuhan dengan budaya dari Dinasti Umayyah saat mendirikan Mozqueta Grande Cordoba atau Alhambra itu. Pilar-pilar hingga dinding- dindingnya dipadati dengan aneka gaya bangunan dan ukiran terindah dari abad ke-16 Masehi itu. Saat menapaki masjid Blok A Tanah Abang pertama kali, pandangan mata langsung tertuju pada lorong-lorong masjid yang dilengkapi tembok dengan pilar berukir warna putih dan merah. Hal ini mengingatkan pada Istana Alhambra di Cordoba. Ornamen kaca serta kaligrafi hasil sentuhan arsitektur asal Maroko terlihat sangat indah dan menawan. Dan di dalamnya terdapat Perpaduan warna tembok dan hamparan karpet (permadani) di atas lantainya semakin memperindah ruangan masjid yang hanya membutuhkan waktu enam bulan untuk berdiri ini. Menyaksikan sekaligus menikmati ruangan dan aneka kaligrafi di dinding masjid membuat hawa sejuk langsung menyelimuti setiap hati para jamaah ataupun pengunjung masjid. Bukan saja karena ruangannya yang full AC di setiap sudutnya, tetapi asma Allah selalu berkumandang dengan lantunan irama yang syahdu.

4


(60)

Karena itu, hati jamaah akan senantiasa larut bermunajat kepada Sang Khaliq. Keindahan arsitekturnya membuat orang betah untuk berlama-lama berada di dalamnya dan mengagumi karya anak manusia yang diberikan dari Sang Maha Karya, pemilik keindahan dan keagungan. Allah SWT. Kesan ini menafikan keberadaan tempat ibadah yang dibuat seadanya di berbagai pusat perbelanjaan, bahkan hotel-hotel berbintang sekalipun. Bila di lokasi seperti ini masjid hanya menjadi sekadar memenuhi persyaratan untuk umat Islam, sebaliknya di Pasar Blok A Tanah Abang, tempat ibadah ditempatkan pada posisi yang sesungguhnya, yakni tinggi, indah, bersih, dan mewah.

Tentu, belum cukup dengan semua keindahan dan keelokan dari bangunan Masjid Cordoba yang ada di Spanyol itu. Masjid Blok A Pasar Tanah Abang ini juga mengadopsi arsitektur Masjid al-Haram di Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah. Inilah akulturasi arsitektur Islam klasik dengan gaya Eropa dan dua masjid kebanggaan umat Islam di seluruh dunia, Masjid al-Haram dan Nabawi. Masjid yang mampu menampung sekitar 3000 jamaah itu, juga sangat terasa dengan nuansa Timur Tengah. Begitu pengunjung atau jamaah memasuki masjid yang full AC ini, puluhan pohon palem siap menyambutnya. Saat pertama kali masjid didirikan, ada 16 pohon kurma mini yang didatangkan khusus dari Arab Saudi. Sayangnya, karena akarnya semakin membesar dan terasa mengganggu akan keberadaan masjid, akhirnya pohon terpaksa kita cabut. Pengurus lalu menggantinya dengan pohon palem.


(61)

Selanjutnya, ketika mendekati tempat imam masjid, terlihat sebuah mimbar kokoh yang dibuat menyerupai Mimbar Masjid Nabawi. Namun, ukurannya lebih diperbesar, sekitar empat meter persegi dan menjulang tinggi ke atas. Mimbar yang terbuat dari kayu jati itu memiliki tujuh anak tangga. Maka, khatib pun akan terlihat gagah Saat memberikan ceramah setiap shalat Jumat. Sementara itu, pada bagian belakang, terdapat dua buah tangga yang terletak di sebelah kiri dan kanan untuk menggapai lantai dua, tempat ibadah khusus perempuan. Tersedia mukena bagi mereka yang ingin mengerjakan shalat. Selain itu, deretan kran-kran yang mengalirkan deras air untuk berwudhu menjadikan nilai plus bagi masjid tersebut. Dengan banyak dan derasnya air yang mengalir dari kran-kran itu, para jamaah tidak harus lama-lama antri untuk berwudhu.

Masjid ini didominasi warna hijau cerah dan warna cokelat muda. Perpaduan warna bangunan masjid ini sengaja dipakai untuk menyiratkan kesan teduh, nyaman, dan tenteram serta warna hijau cerah ini juga sebagai Ciri Khas dari Gedung Pasar Tanah Abang Blok A. Kembali menuruni anak tangga, setelah melewati pintu keluar, akan terlihat ruang wudhu bergaya modern minimalis yang dibalut keramik putih. Terdapat enam wastafel dan kaca dalam ruang wudhu. Agar tertib, pengelola masjid membuat dua buah ruang khusus untuk berwudhu, laki-laki dan perempuan secara terpisah. Masjid ini juga memiliki ruang sekretariat dan ruang tunggu tamu VIP. Al- Qur’an juga tersedia di setiap sudut ruangan masjid. Bagi Jamaah yang malas menemani istrinya berbelanja dapat


(1)

nyaman dan bersih inilah membuat para pengunjung dan pedagang semakin rajin akan ibadah dalam masjid, baik itu shalat fardhu maupun shalat sunnah, mengaji, dan juga menghadiri kajian2 tentang keislaman yang diadakan oleh pihak Takmir Masjid. Dan makin banyak juga penampilan para pedagang pada khususnya yang lebih agamis dari segi penampilan serta lebih mengerti akan pemahaman keislaman karma pihak takmir masjid yang mengadakan pengajian setiap bada dzuhur di hari senin, salah satunya kajian ekonomi islam yang mana tema ini sangat mendukung keadaan pedagang akan praktek dan transaksi perdagangan di pasar tanah abang ini agar lebih terjaga dari praktek perdagangan yang haram dan menjadi perdagangan yang islami yang halal dan thayibah.

10.Menurut Pengamatan Pihak Takmir Masjid, Faktor Apa Sajakah yang menjadi Pendukung dan Penghambat dalam Meningkatkan Aktivitas Keagamaan pada Pusat Perbelanjaan Tanah Abang?

Jawab:

Berhasil atau suksesnya suatu usaha, tidaklah mungkin terlepas dari faktor-faktor yang mendukungnya begitupun juga dengan manajemen Masjid Blok A dalam pelaksanaan dakwah Islamnya, adalah sebagai berikut:

a) Bangunan Masjid yang dibangun dengan megah yang mengadopsi arsitektur bergaya islam klasik yang dipadukan dengan gaya eropa serta dua masjid kebangaan umat islam yaitu Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Dan Masjid Blok A ini juga sangat terjaga akan kebersihannya yang senantiasa bersih dan juga kenyamanannya dalam beribadah yang jauh akan suasana bising sehingga Ibadah pun menjadi sangat nyaman dan khusyu.

b) Berlokasi di tempat yang strategis yang berada di pusat perbelanjaan grosir terbesar di asia tenggara yang jamaahnya berasal dari berbagai suku dan ras, jadi jamaah masjid blok a bukan hanya berasal dari lokal tapi juga banyak yang berasal dari luar negeri.

c) Fasilitas Masjid yang sangat memadai, diantaranya tempat wudhu dan wc yang bersih, nyaman dan juga banyak sehingga tidak perlu ngantri. Serta tersedianya tempat penitipan sandal dan sepatu, serta sarana lift dan eskelator


(2)

yang siap mengantarkan anda menuju lantai atap gedung pasar yang mana lokasi dari Masjid Blok A ini.

d) Para pengisi acara masjid yang terpilih dan yang berkualitas serta mempunyai kapasitas untuk menyampaikan sesuai bidangnya. Seperti dari kalangan para Kyai, para Habaib, dan juga Ulama yang terkenal masyarakat luas.

e) Dukungan dana yang dimiliki oleh masjid lumayan besar, sehingga setidaknya akan dapat mendanai sendiri dari kegiatan-kegiatan masjid yang berskala besar dan berkelanjutan.

f) Adanya dukungan yang antusias dari berbagai pihak, baik dari ekstern maupun intern, yang mana ini merupakan dukungan moril untuk selalu bersemangat dan eksis dalam melaksanakan kegiatan dakwah islam di lingkungan pasar tanah abang.

Hambatan di dalam suatu kegiatan pada hakikatnya merupakan ujian dalam mencapai kemajuan dan untuk perbaikan lebih lanjut, hambatan tersebut kadang dari dalam dan kadang dari luar. Menurut pengamatan penulis yang menjadi faktor penghambat dalam meningkatkan aktivitas kegamaan di Masjid Blok A, adalah sebagai berikut:

a) Karena keterbatasan luas masjid yang berada di lantai paling atas gedung pasar, jadi terkadang masjid tidak dapat menampung jamaah, yang hanya menampung kurang lebih sekitar 3000 jamaah ini.

b) Terbatasnya waktu, dikarenakan jam buka gedung pasar tanah abang blok a yang dimulai dari menjelang dzuhur dan sampai menjelang maghrib. Sehingga kegiatan masjid dilaksanakan di waktu yang sempit.

c) Belum adanya Layanan Kesehatan dari Masjid Blok A Tanah Abang dalam melayani jamaah yang kurang mampu berobat ke rumah sakit yang relative besar biayanya.

d) Tidak adanya kotak saran masjid, yang berguna untuk menampung saran, pendapat, dan kritik dari jamaah yang dapat disampaikan secara tidak langsung dan tertulis yang akan bermanfaat untuk demi kemajuan masjid dan kepengurusan masjid itu sendiri.


(3)

Hasil Wawancara II

Nama : Ust. Dhomiri dan Ust. Lutfi

Jabatan : Takmir Masjid Bid.Kesra Sosial dan Bid. Pembangunan Waktu Wawancara : 19 Februari 2010

Pukul : Ba’da Jum’at ( Pukul 14.00 WIB) Tempat : Ruang Sekretariat Masjid

1. Apa Sajakah Tugas Takmir Masjid Bid. Kesra dan Sosial? Jawab:

Sesuai dengan namanya Bidang Kesra Sosial lebih konsentrasi dalam menangani Kegiatan Masjid yang lebih bersifat social, misalnya dalam pelaksanaan dan membentuk panitia kecil untuk Amil Zakat Fitrah, Infaq dan Shadaqah ketika Bulan Ramadhan datang, serta panitia penyembelihan hewan qurban di saat hari raya Idul Adha dan menyalurkan kepada yang berhak. Serta menggalang dana untuk kepedulian sosial misalnya korban bencana alam.

2. Bagaimanakah penyaluran Zakat, Infak dan Shadaqah Masjid ? Jawab:

Pada Saat Idul Fitri, pelaksanaan wajib zakat fitrah bagi kaum muslim, yang dikumpulkan kemudian disalurkan kepada mustahik zakat. Dengan cara membuka stand di masjid dan mempublikasikan dengan cara menyebarkan brosur dan spanduk serta melalui pengumuman pada waktu shalat jum’at dan lain sebagainya. Sedangkan pelaksanaan Idul Adha, yaitu Qurban, Masjid menerima dan menyalurkan hewan kurban. Mekanisme pengumpulan sama seperti pengumpulan zakat pada bulan Ramadhan.

Begitu pula halnya pada saat Idul Fitri dan Idul Adha, kegiatan diatas berjalan seperti biasanya, seperti zakat fitrah dan pembagian daging kurban, masjid pasar tanah abang blok A dalam hal pendistribusian bekerjasama dengan Dompet Dhuafa dan Badan Wakaf Al Qur’an, untuk Daging Kurban, Masjid membagikan hewan


(4)

kurban yaitu berupa sapi atau kambing yang akan diserahkan kepada masjid-masjid luar yang ada di sekitar tanah abang.

Untuk Kepedulian sosial, Masjid mengumpulkan dan menyalurkan bantuan kepada yang terkena musibah dan bencana alam. Dan pengumpulan dana dilakukan dengan cara mengumumkan kepada jama’ah melalui masjid dan kotak-kotak yang disediakan disekitar masjid dan gedung pasar tanah abang blok A. yang kemudian setelah dana terkumpul akan langsung diberikan kepada korban-korban bencana alam, seperti Gempa di Jogja, Sumatra Barat, Sukabumi, dan korban bencana alam lainnya.

3. Apa sajakah tugas Takmir Masjid Bid. Pembangunan? Jawab:

Dalam bidang ini yang dimaksudkan adalah inventaris masjid dibagi pada beberapa bagian diantaranya:

a) Mengawasi seluruh sarana atau inventaris masjid.

b) Mengawasi dan merawat kebersihan seluruh fisik masjid dan lingkungannya. c) Mengatur dan mengawasi jadwal petugas harian kebersihan.

d) Melaporkan kegiatan dan kebersihan rumah tangga masjid.

4. Bagaimanakah Gaya Arsitektur dari Masjid Tanah Abang Blok A ini? Jawab:

Masjid yang diberi nama sesuai dengan nama tempat perniagaan ini memiliki nilai-nilai arsitektur yang sangat indah. Gaya Eropa ala Alhambra di Cordoba, Spanyol, begitu kental mewarnai bangunan masjid ini. Ia dipadukan dengan gaya Islam klasik yang bersentuhan dengan budaya dari Dinasti Umayyah saat mendirikan Mozqueta Grande Cordoba atau Alhambra itu. Pilar-pilar hingga dinding- dindingnya dipadati dengan aneka gaya bangunan dan ukiran terindah dari abad ke-16 Masehi itu. Saat menapaki masjid Blok A Tanah Abang pertama kali, pandangan mata langsung tertuju pada lorong-lorong masjid yang dilengkapi tembok dengan pilar berukir warna putih dan merah. Hal ini mengingatkan pada Istana Alhambra di Cordoba. Ornamen kaca serta kaligrafi hasil sentuhan arsitektur asal Maroko terlihat sangat indah dan menawan. Dan di dalamnya terdapat Perpaduan warna tembok dan hamparan karpet


(5)

(permadani) di atas lantainya semakin memperindah ruangan masjid yang hanya membutuhkan waktu enam bulan untuk berdiri ini. Menyaksikan sekaligus menikmati ruangan dan aneka kaligrafi di dinding masjid membuat hawa sejuk langsung menyelimuti setiap hati para jamaah ataupun pengunjung masjid. Bukan saja karena ruangannya yang full AC di setiap sudutnya, tetapi asma Allah selalu berkumandang dengan lantunan irama yang syahdu.

Karena itu, hati jamaah akan senantiasa larut bermunajat kepada Sang Khaliq. Keindahan arsitekturnya membuat orang betah untuk berlama-lama berada di dalamnya dan mengagumi karya anak manusia yang diberikan dari Sang Maha Karya, pemilik keindahan dan keagungan. Allah SWT. Kesan ini menafikan keberadaan tempat ibadah yang dibuat seadanya di berbagai pusat perbelanjaan, bahkan hotel-hotel berbintang sekalipun. Bila di lokasi seperti ini masjid hanya menjadi sekadar memenuhi persyaratan untuk umat Islam, sebaliknya di Pasar Blok A Tanah Abang, tempat ibadah ditempatkan pada posisi yang sesungguhnya, yakni tinggi, indah, bersih, dan mewah.

Tentu, belum cukup dengan semua keindahan dan keelokan dari bangunan Masjid Cordoba yang ada di Spanyol itu. Masjid Blok A Pasar Tanah Abang ini juga mengadopsi arsitektur Masjid al-Haram di Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah. Inilah akulturasi arsitektur Islam klasik dengan gaya Eropa dan dua masjid kebanggaan umat Islam di seluruh dunia, Masjid al-Haram dan Nabawi. Masjid yang mampu menampung sekitar 3000 jamaah itu, juga sangat terasa dengan nuansa Timur Tengah. Begitu pengunjung atau jamaah memasuki masjid yang full AC ini, puluhan pohon palem siap menyambutnya. Saat pertama kali masjid didirikan, ada 16 pohon kurma mini yang didatangkan khusus dari Arab Saudi. Sayangnya, karena akarnya semakin membesar dan terasa mengganggu akan keberadaan masjid, akhirnya pohon terpaksa kita cabut. Pengurus lalu menggantinya dengan pohon palem.

Selanjutnya, ketika mendekati tempat imam masjid, terlihat sebuah mimbar kokoh yang dibuat menyerupai Mimbar Masjid Nabawi. Namun, ukurannya lebih diperbesar, sekitar empat meter persegi dan menjulang tinggi ke atas. Mimbar yang terbuat dari kayu jati itu memiliki tujuh anak tangga. Maka, khatib pun akan terlihat gagah Saat memberikan ceramah setiap shalat Jumat. Sementara itu, pada bagian


(6)

belakang, terdapat dua buah tangga yang terletak di sebelah kiri dan kanan untuk menggapai lantai dua, tempat ibadah khusus perempuan. Tersedia mukena bagi mereka yang ingin mengerjakan shalat. Selain itu, deretan kran-kran yang mengalirkan deras air untuk berwudhu menjadikan nilai plus bagi masjid tersebut. Dengan banyak dan derasnya air yang mengalir dari kran-kran itu, para jamaah tidak harus lama-lama antri untuk berwudhu.

Masjid ini didominasi warna hijau cerah dan warna cokelat muda. Perpaduan warna bangunan masjid ini sengaja dipakai untuk menyiratkan kesan teduh, nyaman, dan tenteram serta warna hijau cerah ini juga sebagai Ciri Khas dari Gedung Pasar Tanah Abang Blok A. Kembali menuruni anak tangga, setelah melewati pintu keluar, akan terlihat ruang wudhu bergaya modern minimalis yang dibalut keramik putih. Terdapat enam wastafel dan kaca dalam ruang wudhu. Agar tertib, pengelola masjid membuat dua buah ruang khusus untuk berwudhu, laki-laki dan perempuan secara terpisah. Masjid ini juga memiliki ruang sekretariat dan ruang tunggu tamu VIP. Al- Qur’an juga tersedia di setiap sudut ruangan masjid. Bagi Jamaah yang malas menemani istrinya berbelanja dapat menunggu di masjid sambil membaca Al-qur’an ataupun mengikuti kajian yang diadakan Pengurus Masjid. Sementara itu, pada bagian luar, pengelola melengkapinya dengan bangunan penitipan barang dan sepatu. Sehingga, mereka yang beribadah di masjid tak perlu khawatir akan kehilangan atau tertukar alas kakinya.