Pengertian Pernikahan Pandangan Masyarakat Dalam Pernikahan Usia Dini Studi Kasus Di Desa Cikurutug Kecamatan Cikreunghas Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat
18
لاڊُفَ اَعَتِٶل َٵِئاَبَٮَول ًَڊُع ُشلْ ُُاَڂْلَعَجَول ََْٿُأَول ٍَܳكَ ل ْپِملْ ُُاَڄْٯَلَܮل اِّإل ُ ااڂٶالاَ هَّأل ََ لْڂِعلْ َُُمَْܳكَألانِإ
لٌيِبَܭلٌمِلَعل َ اّالانِإلْ ُُاَٯْܓَألِ اّالَܱ ل
Artinya: “Hai manusia sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki- laki seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-
bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal …” QS. An-
Nur24:32 Pengertian pernikahan menurut imam madzhab memiliki
pandangan masing-masing,antara lain sebagai berikut a.
Imam Abu Hanifah:
لْٯَعلُچاٿِ َِل ُ ََِڂٶا لَٮل ََـْٿلُأْ َِلَِܑعْتُمال َ ِْْمل ُْܱيِ٬ُيلٌܱ
اًܱ ْص
Artinya : “Nikah adalah suatu akad dengan tujuan memiliki kesenangan secara sengaja
.” b.
Imam Maliki :
لَِِلِ ُ ََاتٶالَِܑعاُّملِ اَܳجُمل َََعلٌْܱٯَعلُچاٿَأِبل ُ ََِڂٶَا لْلِم
لَيلِܑ للَغ
لِْي للُم
لْڊ لِج
لَب للِٮلَي
لَٽلَِت لا
لِبلَبلِي لَڄلِܑ
للَٮلْب لَُل
للَغ لُْي
ل
Artinya: “Nikah adalah suatu akad yang mengandung ketentuan hukum semata-
mata untuk membolehkan watha‟,bersenang-senang dan menikmati apa saja yang ada pada diri seorang perempuan yang
boleh dinikahinya ”.
c. Imam Syafi‟i :
لَولََܑح ََِإل ُپاٽ َضَتَيلٌْܱٯَعل ُ ََِڂٶا لِچِتَ َََْܳتل ْوَألٍجِوْزَتل ْوَألٍ ََْځِإلِْٗ٬َلِبلٍء ْط
Artinya : “Nikah adalah suatu akad yang mengandung pemilikan ”wathi” dengan menggunakan kata menikahkan atau mengawinkan
atau kata lain yang menjadi sinonimnya ”.
d. Imam Hambali :
لَعَڊُڇل ُ َاڂٶا لِعاتْٽِت ْ سل ِألْالَِܑعَ٬َّْمل َََعلِܬْيِوْزِتْوَألِ ََْځِإلُِٗ٬لِبلٌِܱٯ
Artinya : “ Nikah adalah suatu akad dengan menggunakan lafdz-lafadz inkah atau tazwij untuk manfaat menikmati kesenangan
”.
19
Dilihat dari beberapa pengertian yang telah diberikan oleh para Imam diatas, dapat disimpulkan bahwa nikah adalah diizinkannya seorang
suami bersenang-senang atau memanfaatkan apa yang ada pada diri istrinya, karena sudah menjadi halal baginya kehormatan dan keseluruhan
dari apapun yang dimiliki oleh seorang istri untuk suaminya dan begitupun sebaliknya, karena hal tersebut sudah sesuai dengan Syara atau ketentuan
yang berlaku, hal ini dapat terjadi tidak terlepas dari sudah adanya suatu aqad atau ikatan legal baik menurut hukum agama ataupun hukum negara
yang telah mereka lakukan.