BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kemajuan di bidang ekonomi terutama di perkotaan menyebabkan perubahan pada gaya hidup, antara lain perubahan pola makan ke fast food. Fast
food adalah makanan cepat saji yang dikonsumsi secara instan. Fast food
memiliki ciri kandungan gizi tidak seimbang. Kebanyakan mengandung kalori tinggi, tetapi sangat rendah serat. Juga, tinggi kandungan lemak termasuk
kolesterol, gula dan garam. Konsumsi fast food ditambah kehidupan yang disertai
stress dan berkurangnya aktivitas fisik, mulai menunjukkan dampaknya dengan meningkatnya masalah gizi lebih obesitas. Dalam jangka panjang, obesitas ini
memicu timbulnya berbagai penyakit, seperti diabetes dan jantung koroner Hermina, 1997.
Obesitas saat ini sudah menjadi masalah global. Kecenderungannya meningkat tidak hanya di negara-negara maju tapi di negara-negara berkembang.
Menurut organisasi kesehatan dunia WHO, angka kejadian obesitas di negara maju seperti Amerika Serikat, Australia dan negara-negara Eropa sangat tinggi.
Angka ini terus meningkat dari tahun ke tahun. Di wilayah Asia Pasifik, gejala ini juga mulai berkembang, terutama di wilayah perkotaan. Beberapa kasus obesitas
ditemukan sejak usia anak-anak. Di Malaysia, Cina dan Jepang, sekitar 5-17 kasus obesitas terjadi pada golongan usia yang relatif muda yaitu 6-14 tahun. Di
Indonesia, kecenderungan obesitas pada balita terjadi baik di perkotaan maupun di pedesaan. Pada anak laki-laki sebesar 4,6 dan pada anak perempuan sebesar
5,9 Siswono, 2002. Selain berkalori tinggi, makanan cepat saji fast food ternyata juga
memiliki kadar garam yang tinggi. Dalam survei yang dilakukan oleh CASH Consensus Action on Salt and Health, Inggris, asupan garam pada fast food dua
kali lebih tinggi dari batas konsumsi harian garam pada orang dewasa, dan empat kali lebih tinggi pada batas konsumsi untuk anak-anak. Hasil survei ini
menunjukkan makanan tersebut tidak sehat karena mengandung garam sangat
tinggi. Konsumsi garam berlebih akan menyebabkan tekanan darah tinggi hipertensi, stroke dan risiko serangan jantung
http:64.203.71.11ver1Kesehatan071019142219.htm. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Health Education Authority,
usia 15-34 tahun adalah konsumen terbanyak yang memilih menu fast food. Walaupun di Indonesia belum ada data pasti, keadaan tersebut dapat dipakai
sebagai rentang usia golongan pelajar dan pekerja muda Siswono, 2002. Semakin tingginya tingkat konsumsi fast food dan ancaman bahaya
kesehatan yang dapat ditimbulkannya, membuat peneliti ingin mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku mahasiswa PSPD UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta tentang fast food tersebut.
1.2 Rumusan Masalah