Pemicu Kemarahan TINJAUAN UMUM TENTANG MARAH

Malu Shame : rasa salah, malu hati, kesal hati, sesal, aib, hati hancur lebur, perasaan sedih atau dosa yang mendalam. 12

B. Pemicu Kemarahan

Kemarahan merupakan suatu gejolak kehidupan. Jika seorang naik darah atau berbuat kekeliruan, pekerkjaan dan kegiatan mungkin terganggu, suasana kerja yang menyebalkan. Demikianlah kehidupan. Namun, jika episode-episode kemarahan ini mulai sering terjadi dan memakan waktu lebih lama, hal itu tak bisa lagi dipandang sekedar gejolak hidup biasa. Kemarahan sebagai pengganggu rutin dapat sangat melelahkan dan merampas kenyamanan hingga perlu mengadakan perubahan. 13 Untuk menghindari gangguan itu, Rasulullah SAW berwasiat kepada seorang sahabat agar dapat menghindari hal-hal yang dapat memicu kemarahan. َﻋ ْﻦ َاِﺑ ْﻲ ُھ َﺮ ْﯾ َﺮ َة َر ِﺿ َﻲ ُﷲا َﻋ ْﻨ ُﮫ َا ﱠن َر ُﺟ َﻗ َﻼ َلﺎ ِﻟ ﱠﻨﻠ ِﺒ َﺻ ﱢﻲ ﱠﻠ ُﷲا ﻰ َﻋ َﻠْﯿ ِﮫ َو َﺳ ﱠﻠَﻢ ﻰِﻨِﺻْوَأ : َﻗ ، َلﺎ َﻟ : ﺎ َﺗْﻐ َﻀ ْﺐ َﻓ . َﺮ ﱠد ِﻣ َﺮ َﻗ ،اًرا َلﺎ َﻟ : َﺗ ﺎ ْﻐ َﻀ ْﺐ Dari Abu Hurairah RA. “Seseorang berkata kepada Nabi SAW, ‘Berwasiatlah kepadaku’. Beliau bersabda. ‘Jangan marah’ orang itu mengulanginya beberapa kali dan beliau bersabda, ‘Jangan marah’.” 14 Emosi marah bukan hal yang dilarang, karena ia merupakan naluri yang tidak hilang dari tabi’at seseorang. maksud kata larangan di atas adalah sesuatu usaha untuk mengendalikannhya dengan latihan. Seperti pendapat Al-Khaththabi, “makna sabda Nabi SAW ‘Jangan marah’ adalah jauhi sebab-sebab yang 12 Agus Efendi. Revolusi Kecerdasan Abad 21 Kritik MI, EI, SQ, AQ Successful intelligence atas IQ Bandung: Alfabeta, 2005, Cet. I. h. 177 13 W. Robert Nay, Ph.D. Mengelola Kemarahan Trampil Menangani Konflik, Melegakan Hubungan, dan Mengekspresikan Diri Tanpa Lepas Kendali. Penerjemah Leinovar Bahfein Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2007, Cet. I. h. 43 14 Al-H ฀fi฀ Ibnu Hajar al-Asqal฀n฀. Fathul Bari Syarah Shahih Al-Bukhari. Penerjemah Amiruddin Jakarta : Pustaka Azzam, 2008, Jilid 29. h. 397 menimbulkan kemarahan dan jangan mendekati hal-hal yang mengarah kepadanya.” 15 Oleh karena itu, seorang perlu terlebih dahulu mengenali hal-hal yang dapat menyebabkan kemarahan. Secara garis besar sebab yang menimbulkan marah itu terdiri dari faktor fisik dan faktor psikis. 16 A. Faktor Fisik Faktor fisik antara lain: kelelahan yang berlebihan, zat-zat tertentu yang menyebabkan marah, hormon kelamin pun dapat mempengaruhi kemarahan seperti pada saat wanita sedang menstruasi. Berikut ini dampak-dampak lain yang dapat ditimbulkan oleh lima faktor terhadap ketahanan emosi. 17 1. Tidur Tidur yang cukup memulihkan kemampuan seorang untuk berfikir jernih dan bersikap tenang. Kurang tidur cenderung membuat orang lebih mudah jengkel dan labil emosinya. Penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa orang dewasa rata-rata butuh tidur minimal delapan jam sehari. Sementara remaja butuh lebih banyak lagi. Kurang olah raga, jadwal tidur yang tidak teratur, stress yang tidak tertangani, obat-obatan tertentu, penggunaan alkohol yang berlebihan, masalah- masalah kesehatan seperti kelainan tidur sleep apnea, dan kebiasaan tidur yang buruk termasuk di antara faktor yang mengganggu tercapainya tidur yang nyenyak di malam hari. 15 Al-H ฀fi฀ Ibnu Hajar al-Asqal฀n฀. Fathul Bari Syarah Shahih Al-Bukhari. Penerjemah Amiruddin Jakarta : Pustaka Azzam, 2008, Jilid 29. h.400 16 Yadi Purwanto, dan Rachmat Mulyono. Psikologi Marah Perspektif Psikologi Islami Bandung: PT. Refika Aditama, 2006, h. 18 17 W. Robert Nay, Ph.D. Mengelola Kemarahan Trampil Menangani Konflik, Melegakan Hubungan, dan Mengekspresikan Diri Tanpa Lepas Kendali. Penerjemah Leinovar Bahfein Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2007, Cet. I. h. 134 2. Stres Dengan tingkatan stress yang tinggi, seorang akan cenderung menjadi lebih mudah jengkel dan memiliki daya tahan emosi yang lebih rendah. Tugas yang terlalu banyak, tenggang waktu yang tidak realistis, perubahan hidup yang signifikan, ketidakpastian, kecemesan, dan daya kendali yang rendah akan meningkatkan ketegangan, mendorong seorang semakin dekat ke zona berbahaya ketika pemicu amarah yang tak terduga muncul. 3. Bahan-Bahan Kimia Alkohol, kafein, dan bahan-bahan kimia lain yang masuk ke tubuh, bisa memperhebat emosi secara dramatis. Tidak seperti slogan yang umum diketahui, alkohol tidak serta-merta membuat konsumen merasa gembira dan rileks. Jika seorang dari awal sudah merasa kesal, sedih atau gelisah, alkohol cendrung akan memperhebat perasaan tersebut, karena bahan ini menekan pusat dalam otak yang sedianya memungkinkan seorang mengendalikan emosi. Kafein memperbesar tingkat ketegangan dan dapat memperhebat rasa jengkel dan stress. Banyak pula obat-obatan terlarang yang melemahkan kemampuan seorang untuk berfikir jernih, meningkatkan emosi, dan secara khusus terkait dengan sikap-sikap agresif. Jadi adalah penting untuk meneliti efek samping sebelum mengonsumsi bahan makanan dan obat-obatan yang mengandung bahan kimia. 4. Makanan Nutrisi yang cukup dan memadai adalah keharusan untuk mempertahankan fleksibilitas dan memperkecil intensitas emosi. Ketika seorang lupa sarapan atau makan siang misalnya, maka level gula darah akan menurun tajam. Begitupun sebaliknya, mengonsumsi gula yang terlalu tinggi atau junk food dapat meningkatkan kecenderungan naik-turunnya suasana hati yang bisa mempengaruhi kemampuan menghadapi pemicu amarah berikutnya secara konsisten. Akibatnya seorang menjadi lebih mudah marah dan letih, dan kemampuan untuk berpikir jernih menurun. Menyantap makanan yang seimbang dan memastikan memperoleh vitamin dan mineral yang penting, akan meningkatkan daya tahan emosi dalam mengahapi apa pun yang muncul. 5. Penyakit Ketika seorang terserang penyakit atau merasakan sakit, daya fleksibilitas menurun. Saat sakit kepala, sakit perut, atau penderitaan kala terserang pilek atau flu berat, sumber daya dalam diri kita terfokus kepada penyembuhan. Sebagai akibatnya energi yang tersisa untuk menghadapi kejadian-kejadian yang menyesakan dada menjadi kecil. Kondisi tersebut dapat mengacaukan kosentrasi seorang untuk dapat sepenuhnya terfokus pada aspek-aspek penting dari suatu situasi yang bisa menyulut kemarahan. B. Faktor Psikis Faktor psikis yang menimbulkan marah adalah erat kaitannya dengan kepribadian seseorang. terutama sekali menyangkut apa yang disebut “self concept yang salah” yaitu anggapan seseorang terhadap dirinya yang salah. Self concept yang salah manghasilkan pribadi yang tidak seimbang. Karena seseorang akan menilai dirinya sangat berlainan sekali dengan kenyataan yang ada. Self concept yang salah terdapat tiga bagian yaitu: 18 1. Rasa rendah diri, yaitu menilai dirinya sendiri lebih rendah dari yang sebenarnya. Orang semacam ini mudah sekali tersinggung karena segala 18 Yadi Purwanto dan Rachmat Mulyono. Psikologi Marah Perspektif Psikologi Islami Bandung: PT. Refika Aditama, 2006, h. 18-19 sesuatu dinilai sebagai yang merendahkannya, akibatnya wajar. Ia mudah sekali marah. 2. Sombong, yaitu menilai dirinya sendiri lebih dari kenyataan yang sebenarnya. Jadi merupakan sifat kebalikan sifat dari rasa rendah diri. Orang yang sombong terlalu menuntut banyak pujian bagi dirinya. Jika yang diharapkan tidak terpenuhi, ia wajar sekali marahnya. 3. Egoistis atau terlalu mementingkan diri sendiri, yang menilai dirinya sangat penting melebihi kenyataan. Orang yang bersifat demikian akan mudah marah karena selalu terbentur pada pergaulan sosial yang bersifat apatis masa bodoh, sehingga orang yang egoistis tersebut merasa tidak diperlakukan dengan semestinya dalam pergaulan sosial.

C. Ekspresi Marah