D. Penghalang Menerima Warisan
Kata Al-Mawani adalah bentuk jamak dari mani. Menurut bahasa mani berarti penghalang. Sedangkan menurut istilah adalah sesuatu yang timbul ketika
sebab itu telah jelas dan syarat telah terpenuhi dan menghalangi timbulnya akibat atas sebab. Jadi ketiadaan syarat menurut mereka tidak disebut mani meskipun
menghalangi timbulnya akibat atas sebab. Jadi yang dimaksud dengan beberapa penghalang mewarisi adalah keberadaan penghalang yang menggugurkan hak
seseorang untuk mewarisi harta peninggalan. Namun, ketiadaan penghalang bukan berarti memberikan warisan kepada seseorang. Denga kata lain, yang
dimaksud dengan penghalang-penghalang mewarisi adalah tindakan atau hal-hal yang dapat menggugurkan hak seseorang untuk mewarisi harta peninggalan
setelah adanya sebab-sebab mewarisi.
42
Jadi yang dilarang mendapatkan hak waris adalah seseorang ahli waris yang mempunyai sebab mewarisi tetapi ia
melakukan tindakan yang dapat menggugurkan kelayakan mewarisi. Orang semacam ini yang diharamkan mendapatkan warisan, keberadaannya bagaikan
tidak ada dan dia dapat menhalangi ahli waris lainnya baik secara hirman tidak dapat warisan maupun secara nuqshan pengurangan.
43
Dengan demikian definisi diatas berarti meniadakan hukum dan seseorang dapat terhalang karena keberadaan ahli waris lainnya. Namun, ahli
42 Komite Fakultas Syariah Universitas Al Azhar Mesir, Hukum Waris Islam, hal. 46
43 Ibid.
waris lainnya menghalangi ahli waris yang terhalang dengan cara nuqshan pengurangan. Demikian halnya, definisi tersebut meniadakan hukum waris-
mewarisi karena ketiadaan sebab-sebabnya seperti orang asing orang yang tidak mempuunyai hubungan kerabat dari manapun.
44
1 Penghalang-penghalang yang disepakati
a. Berlainan agama
Para ulama ahli fikih diantaranya Maliki, Syafi’i, Hanafi dan Hambali sepakat bahwasanya, berlainan agama antara orang yang mewarisi dengan orang
yang mewariskan merupakan salah satu penghalang mewaris. Berlainan agama terjadi antara Islam dengan agama yang lainnya terjadi antara satu agama dengan
satu syariat yang berbeda.
45
Agama ahli waris yang berlainan merupakan penghalang untuk mewarisi dalam _isba waris. Dengan demikian orang kafir tidak bisa mewarisi
harta orang islam dan seorang muslim tidak mewarisi harta orang kafir, sebagaimana sabda Rosulullah SAW berikut:
Hukum ini merupakan ketetapan banyak ulama ahli fikih sebagai pengalaman dari keumuman hadist diatas. Bila seorang mati meninggalkan anak-
anak laki-laki yang kafir dan paman nya muslim, niscaya harta peninggalan si mayit di berikan semua kepada paman, sehingga anak laki-laki itu tidak
mendapatkan harta warisan apa-apa dari ayahnya.
46
Namun sebagian ulama ahli fikih berpendapat bahwa orang islam dapat mewarisi harta peninggalan orang kafir dan tidak sebaliknya. Berdasarkan
pendapat tersebut jika seorang istri kitabiyyah ahli kitab mati meninggalkan suami muslim muslim maka sang suami dapat mewarisi dari harta sang istri tapi
tidak sebaliknya. Beberapa alasan yang dijadikan argumen pada kasus diatas adalah:
47
a Berdasarkan hadist Nabi SAW, “islam itu terus bertambah dan tidak
berkurang”. b
Dalam melihat hadist ini mereka berpendapat hak mewarisi seorang muslim dari seorang kafir merupakan suatu tambahan, sedangkan tidak adanya
hak mewarisi bagi muslim terhadap orang kafir adalah suatu kekurangan. Mereka juga berargumen dengan hadist “ islam itu tinggi dan ketinggiannya tidak dapat
diungguli”. Dengan hadist ini mereka berpendapat makna ketinggian adalah
46 Ibid, hal. 48
47 Ibid.
seorang muslim bisa mewarisi harta peninggalan orang kafir sedangkan orang kafir tidak bisa mewarisi harta orang muslim.
48
c Mereka berdalih dengan menganalogikan nikah dan memperoleh harta
rampasan perang yakni kita sebagai orang muslim dapat mewarisi harta orang kafir sebagaimana kita menikahi wanita-wanita mereka, namun mereka tidak bisa
menikahi wanita-wanita muslimah. Kita bisa memperoleh harta rampasan perang yang dilakukan bersama mereka, namun tidak sebaliknya.
49
b. Pembunuhan
Apabila seorang ahli waris membunuh ahli warisnya, maka ia tidak berhak mewarisi harta pewarisnya, karena pembunuhan menghalanginya
menerima harta warisan atau harta peninggalan. Orang yang dibunuh bisa menerima warisan dari pembunuhnya. Apabila si pembunuh lantaran suatu sebab
meninggal sebelum korbannya meninggal. Apabila seorang melukai saudaranya dengan luka sangat parah yang bisa menyebabkan kematian, kemudian dia lebih
dahulu meninggal dengan suatu sebab niscaya si korban orang yang dilukai menerima pusaka dari orang yang melukainya apabila tidak ada ahli waris yang
lebih kuat, asal saja orang yang dilukai atau korban ketika meninggalnya pelaku masih dalam keadaan hidup hayat mustaqirah.
50
Tegasnya si pembunuh tidak
48 Ibid.
49 Ibid.
50 Ibid, hal. 52
boleh menerima harta warisan dari orang yang dibunuh. Dalam hal ini Nabi SAW bersabda:
mereka berselisih tentang hakikat pembunuhan yang benar-benar menjadikan seseorang menerima warisan apakah bentuk pembunuhan mutlak atau khusus.
Dalam hal ini terdapat empat pendapat ulama adalah sebagai berikut: 1.
Mazhab Syafi’iyah berpendapat bahwa seluruh bentuk pembunuhan dapat menghalangi seseorang mendapat harta warisan. Dengan
demikian seorang pembunuh tidak bisa mewaris harta orang yang dibunuhnya, baik karena sengaja, mirip sengaja, khilaf baik dengan
hak atau tidak atau di hukum setelah membunuhnya atau tindakan yang menyebabkan pembunuhan disaksikan oleh orang lain atau tidak
ada yang menyaksikan tindakan tersebut sekalipun pembunuhan itu tidak sengaja, seperti pelakunya orang yang sedang tidur, orang gila
atau anak kecil atau tindakan tersebut demi kemaslahatan seperti pukulan ayah terhadap anaknya dalam rangka mendidik.
53
2. Mazhab Hanafiyah berpendapat bahwa pembunuhan yang menjadi
penghalang mewaris adalah pembunuhan yang hukumnya adalah qishash atau kafarah yaitu pembunuhan dengan sengaja, mirip sengaja,
dan pembunuhan yang di anggap khilaf misalnya seseorang yang sedang nyenyak tidur diatas tempat tinggi kemudian tempatnya runtuh dan
53 Komite Fakultas Syariah Universitas Al azhar Mesir, Hukum Waris Islam, Hal. 57
menjatuhi orang yang dibawahnya, sehingga membawa kepada kematian kepada orang yang dijatuhinya.
54
Adapun pembunuhan yang dianggap tidak menghalangi untuk mendapatkan warisan menurut kalangan Hanafiyah ada tiga macam 1
pembunuhan tidak langsung seperti seseorang menggali lubang bukan miliknya dan belum mendapat izin dari pemiliknya dan kemudian salah satu anggota
keluarganya terperosok hingga jatuh dan meninggal, 2 pembunuhan karena hak, 3 pembunuhan yang dilkukan oleh anak kecil atau orang yang belum cakap
untuk bertindak hukum.
55
3. Mazhab Malikiyah berpendapat bahwa pembunuhan yang menjadi
penghalang untuk menerima warisan adalah pembunuhan sengaja karena permusuhan, sedangkan yang lainnya menurut mereka tidak
menghalangi seseorang mendapat warisan.
56
4. Mazhab Hanabila berpendapat pembunuhan yang menjadi penghalang
menerima warisan adalah pembunuhan yang dilakukan tanpa alasan yang hak, yakni pembunuhan yang dibebani dengan sanksi qishas,
kafarat, diyat dan rugi, pembunuhan tersebut seperti:
57
54 Ibid, hal. 57
55 Ibid, hal. 58
56 Ibid.
57 Ibid, hal. 59
a. Pembunuhan dengan sengaja dan terencana adalah suatu cara
pembunuhan yang dalam pelaksanaannya terdapat unsur kesengajaan ini eksis dengan adanya tiga hal: pertama, sengaja dalam berbuat, kedua, sengaja arah dan
sasaran, ketiga, sengaja dengan menggunakan alat yakni menggunakan alat yang lazimnya mematikan.
b. Pembunuhan mirip dengan sengaja adalah pembunuhan dengan
sesuatu dengan alat yang tidak lazimnya tidak mematikan. c.
Pembunuhan karena khilaf atau tidak sengaja pembunuhan yang didalamnya tidak terdapat unsur kesengajaan, baik alat maupun arahny seperti
menembak burung tetapi mengenai orang dan mati. d.
Pembunuhan yang dianggap khilaf yaitu pembunuhan yang tidak memiliki unsur kesengajaan berbuat tetapi membawa kematian terhadap
seseorang. Adapun pembunuhan yang menurut mereka tidak menghalangi
menerima warisan adalah pembunuhan yang tidak dibebani sanksi tersebut diatas seperti pembunuhan karena melakukan had, qishas pidana untuk membela diri,
untuk melawan pemberontak, atau untuk berbuat demi kemaslahatan. Dalam Kompilasipun dirumuskan tentang pembunuhan dapat
menghalangi dari mendapat warisan. Kompilasi merumuskannya dalam pasal 173 yang berbunyi:
58
58 Departemen Agama RI, Kompilasi Hukum Islam, hal 3
Sesesorang terhalang menjadi ahli waris apabila dengan putusan yang telah mempunyai ketentuan hukum yang tetap, dihukum karena:
a. Dipersalahkan telah membunuh atau mencoba membunuh atau
menganiaya berat pada pewaris. b.
Dipersalahkan secara memfitnah telah mengajukan pengaduan bahwa pewaris telah melakukan suatu kejahatan yang diancam dengan hukuman 5 tahun
penjara atau hukuman yang lebih berat.
E. Asas-asas Kewarisan Islam