BAB IV PEMBAGIAN WARISAN DALAM AHLI WARIS PENGGANTI
A. Pembagian Warisan Menurut Fikih Islam
Di dalam fikih mazhab dikenakan adanya istilh al-hajb dan ‘ashabah. Al-Hajb adalah :
Artinya: “Dan bagimu suami istri seperdua dari harta yang ditinggal oleh istri-istrimu, jika mereka tidak mempunyi anak. Jika istri-isrtimu
itu mempunyai anak, maka kamu mendapat seperempat dari harta yang di tnggalkannya ssudah dipenuhi wasiat yang mereka buat atau dan sesudah
dibayar hutangnya. Para istri memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. Jika kamu mempunyai anak, maka
istri memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan”. Sedangkan hajb al-hirman adalah
dan menghijab seperti anak, dan cucu tidak dapat mewarisi bersama dengan anak laki-laki.
Dari perkataan Zaid tersebut dapat dipahami bahwa cucu tidak dapat menerima harta warisan apabila adaanak laki-laki pewaris yang masih hidup.
Dan perkataan tersebuta dapat dijadikan hujjahdasar hukum karen Zaid bin Tsabit adalah sahabat Nabi yang paling mengetahui tentang perkara waris,
sebagaimana Nabi S.W.T. bersabda:
mengambil seleruh harta. Ashabah terbagi menjadi tiga macam, yaitu: ‘ashabah bi al-nafsi, ‘ashabah bi al-ghairi, dan ‘ashabah ma’a al-ghair
‘Ashabah bi al-nafsi adalah setiap ahli waris laki-laki yang sangat dekat hubungan kekerabatanya dengan si mayit, yang tidak diselingi oleh seorang
perempuan kecuali suami dan saudara seibu. Sebagian dari mereka yaitu anak laki-laki, cucu laki-laki dari anak laki-laki dan generasi dibawahnya, bapak,
kakek dan generesi diatasnya, saudara sekandung, saudara bapak,dan paman. ‘Ashabah bi al-ghairi adalah setiap perempuan yang mempunyai
bagian tertentu, yang ada bersama laki-laki yang sederajat dengannya, dalam hal sepeti ini dia menjadi ‘ashabah dengan laki-laki itu. Mereka yang ternasuk
‘ashabha bi al-ghair yaitu anak perempuan bersama dengan anak laki-laki, cucu perempuan dari anak laki-laki bersama cucu dari anak laki-laki, saudara
perempuan sekandung bersama dengan saudara laki-laki sekandung, dan saudara perempuan sekandung seayah bersama dengan saudara laki-laki seayah.
‘Ashabah ma’a al-ghair adalah setiap ahli waris perempuan yang menjadi ‘ashabah bersama dengan ahli waris perempuan yang lain. ‘Ashabah
ma’a al-ghair ini hanya ada dua, yaitu saudara perempuan sekandung bersama dengan anak perempuan atau cucu perempuan dari anak laki-laki atau bersama
dengan mereka berdua, dan saudara perempuan seayah bersama dengan hak perempuan atau cucu perempuan dari anak laki-laki atau besama dengan mereka
berdua.
Adapun penyelesaian kasus-kasus diatas menurut fikih Islam adalah sebagai berikut:
Dalam hal ini yang berhak menerima warisan adalah Rohadi bin Pilin, Siti binti Bohan, dan Aisah binti Bohan. Mereka bersekutu dalam mewarisi
seluruh harta warisan. Kedudukn Rohadi bin Pilin adalah ashabah bi al-nafsi sekaligus menghijab seluruh cicit laki-laki maupun perempuan melalui cucu
laki-laki maupun perempuan yang telah meninggal untuk mendapatkan harta warisan, sedangkan Siti binti Bohan dan Aisah binti Bohan ashabah ma’a al-
ghair. Si Rohadi mendapatkan dua bagian dan Siti binti Bohan dan Aisah binti bohan masing-masing mendapatkan satu bagian. kedudukan Muhanah p.r. Sailah
adalah sebagai dzawil arhamyang tidak mempunyai hak untuk mewarisi harta warisan.
Ahli Waris Kadar Bagiannya
Asal masalah : 4 Rohadi bin Pilin
Ashabah : 24 2
Siti binti Bohan Ashabah : ¼
1 Aisah binti Bohan
Ashabah : ¼ 1
Muhanah p.r Sailah Dzawil al-arham
X Ratna p.r Muhipah
Mahjub X
Dimroh binti Sainin Mahjub
X Mahari bin Murgani
Mahjub X
Rosidah binti Murgani Mahjub
X
Waris bin Murgani Mahjub
X Saimah p.r Maimunah
Mahjub X
Mansur p.r Maimunah Mahjub
X M soleh bin Arsad
Mahjub X
Arni binti Arsad Mahjub
X Saud bin Arsad
Mahjub X
Jaini bin Arsad Mahjub
X Zakaria bin Arsad
Mahjub X
Aspas bin Arsad Mahjub
X Marwan bin Arsad
Mahjub X
Masnun bin Arsad Mahjub
X Rosip bin Arsad
Mahjub X
Sabariyah binti Bukhori Mahjub
X Harianto p.r Mutinah
Mahjub X
B. Pembagian Warisan Menurut Kompilasi Hukum Islam