PENGARUH GANGGUAN PRIBADI, EKSTERN, ORGANISASI, DAN SISTEM IMBALAN YANG DITERIMA TERHADAP PERAN AUDITOR INSPEKTORAT DALAM PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH (Studi Kasus Pada Inspektorat Kabupaten Dairi)

(1)

1.1. Latar Belakang Masalah

Aktifitas suatu lembaga baik perusahaan maupun lembaga nirlaba termasuk lembaga pemerintahan bekerja menurut aturan tertentu terkait kegiatan lembaga tersebut.Setiap pelaksana tugas di dalam lembaga tersebut dituntut mematuhi aturan yang ditetapkan.Apabila semua berjalan pada aturan yang ditetapkan, maka tidak akan terjadi adanya inefisiensi dalam bentuk kebocoran dana.Pada prakteknya, sungguh tidak terhindarkan adanya penyimpangan baik kesalahan penerapan standar maupun adanya unsur kesengajaan dalam kesalahan tersebut.

Kondisi ini mengharuskan setiap lembaga memiliki suatu bagian yang bertugas untuk melakukan pengawasan terhadap aktifitas yang dijalankan oleh setiap bagian di dalam perusahaan tersebut.Walaupun memiliki terminologi nama yang berbeda-beda, namun pada hakekatnya perusahaan maupun lembaga nirlaba memiliki bidang yang menjalankan fungsi yang sama.Pada perusahaan lebih dikenal dengan istilah Internal Control sedangkan di lembaga pemerintahan lebih dikenal dengan istilah Inspektorat.Bagian tersebut menjalankan tugas pimpinan dari lembaga tersebut untuk memastikan setiap bagian berjalan sesuai dengan aturan yang ditetapkan.Dalam perspektif yang lebih luas pengawas internal juga membantu menjaga kepentingan yang lebih luas.Pada perusahaan terbuka, peran auditor melindungi kepentingan investor dan calon investor sedangkan pada lembaga pemerintah peran inspektorat


(2)

melindungi penyelewengan dana yang berasal dari pembayaran pajak oleh warga Negara.

Mengingat pentingnya tugas yang diemban oleh auditor internal/inspektorat, maka diperlukan kepastian bahwa tugas dan fungsi yang diemban dapat dijalankan dengan baik.Keahlian dan kecakapan teknis untuk melakukan pemeriksaan tentunya merupakan suatu hal yang sangat signifikan dalam menjalankan tugas tersebut, namun hal itu tidak cukup untuk memastikan pelaksanaan tugas dengan baik.Berbagai aspek harus dipenuhi seorang auditor agar peran yang dijalankannya memberikan suatu dampak yang maksimal bagi unit yang diperiksanya.Berbagai hal tersebut misalnya independensi, pemahaman terhadap operasional lembaga yang diperiksa, kejujuran, dan berbagai hal lainnya.

Hal ini juga berlaku secara khusus bagi inspektorat daerah terutama dalam era otonomi daerah yang berlaku saat ini.Otonomi daerah telah memberikan keleluasaan pengelolaan keuangan daerah bagi kepala daerah setempat.Pengawasan internal menjadi ujung tombak pertama dalam rangka usaha meningkatkan efisiensi pengelolaan anggaran.Pada sisi lain kualitas laporan keuangan berdasarkan hasil audit BPK RI terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Daerah sampai dengan tahun 2007 mengalami penurunan hingga mencapai hanya 1 %.Seiring dengan penguatan peran inspektorat daerah, opini Wajar Tanpa Pengecualian bagi LKPD meningkat pada tahun 2008 menjadi 3% dan pada tahun 2009 menjadi 4%.Jika dibandingkan dengan data pada tahun 2004, maka hasil tersebut masih dibawah jumlah opini wajar Tanpa


(3)

Pengecualian pada tahun 2004 yaitu sebanyak 5 %, yang diakses dari laporan tahunan BPK RI.

Jumlah LKPD yang mendapat opini WTP yang sangat sedikit ini sebenarnya telah lama menjadi keprihatinan.Penyebab utama rendahnya jumlah LKPD yang mendapat opini wajar tanpa pengecualian sebenarnya merupakan dampak dari rendahnya peran inspektorat daerah dalam melakukan fungsi pengawasannya sehingga laporan keuangan tidak memiliki kualitas yang baik sebelum diperiksa oleh BPK.Rendahnya peran inspektorat ini diakibatkan oleh berbagai hal seperti lemahnya Sumber Daya Manusia (SDM), gangguan pribadi, gangguan ekstern, gangguan organisasi, mekanisme sistem imbalan, manajemen audit yang tidak baik, dan berbagai faktor lainnya.

Inspektorat daerah memiliki peran yang sangat signifikan dalam mengatasi hal tersebut.Inspektorat harus mampu mengurangi dampak dari kelemahan relatif ini.Inspektorat harus mampu berperan dalam memberikan masukan-masukan yang bertujuan untuk memperbaiki laporan keuangan sebelum diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), inspektorat harus memahami proses serta pengelolaan keuangan yang terkait agar laporan yang disusun dapat memenuhi standar yang ditetapkan dalam pengelolaan keuangan daerah pada setiap tingkatan satuan kerja.Hal ini dipercaya menjadi salah satu faktor yang dapat meningkatkan jumlah opini WTP di masa yang akan datang.

Dalam rangka meningkatkan peran dari inspektorat daerah tersebut, BPK mengeluarkan berbagai aturan dan petunjuk.Independensi adalah salah satu faktor


(4)

yang harus dipenuhi dalam rangka meningkatkan peran inspektorat daerah.Berdasarkan defenisi peraturan yang dikeluarkan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI Nomor 01 Tahun 2007 tentang standar Pemeriksaan Keuangan Negara dinyatakan “Dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan, organisasi pemeriksa dan pemeriksa, harus bebas dalam sikap mental dan penampilan dari gangguan pribadi, ekstern, dan organisasi yang dapat mempengaruhi independensinya”.Peraturan ini menunjukkan bahwa terdapat tiga variabel yang terindentifikasi mempengaruhi independensi seorang auditor yaitu gangguan pribadi, ekstern, dan organisasi, sehingga bila satu atau lebih dari gangguan independensi tersebut mempengaruhi kemampuan pemeriksa secara individu dalam melaksanakan tugas pemeriksaannya, maka pemeriksa tersebut harus menolak penugasan pemeriksaan, namun apabila seorang auditor tidak menghindar dari penugasan tersebut, maka keadaan tersebut seharusnya diungkapkan dalam laporan hasil pemeriksaan.Faktor lain yang mempengaruhi independensi seorang auditor adalah mekanisme pemberian imbalan.Kondisi ini secara logis akan sangat mempengaruhi tingkat independensi seorang auditor.

Gangguan pribadi dari pemeriksa secara individu meliputi gangguan yang diakibatkan memiliki hubungan baik kekerabatan ataupun hubungan lain yang terjadi sebelum penugasan audit.Gangguan ekstern pelaksanaan suatu pemeriksaan merupakan gangguan dari luar dalam bentuk mempengaruhi pelaksanaan proses audit.Gangguan organisasi adalah kemungkinan ketidakindependenan sebagai akibat dari bentuk struktur organisasi.Sedangkan sistem imbalan adalah sistem yang


(5)

digunakan dalam pemberian imbalan atas hasil kerja dari seorang auditor.Keempat faktor ini menjadi fokus yang diteliti dalam penelitian yang akan dilaksanakan.

Kondisi diatas juga sesuai dengan penelitian Siregar (2009) bahwa variabel gangguan pribadi, gangguan ekstern, dan gangguan organisasi akan mempengaruhi independensi auditor.Purmalasari (2008) dalam penelitiannya menemukan bahwa faktor lama bekerja, sistem imbalan, religiuitas, dan emotional quotation (EQ) mempengaruhi auditor.Dalam penelitian ini, fokus yang ingin diteliti adalah peran dari auditor tersebut dalam pengawasan keuangan daerah.

Dengan demikian, sebagaimana uraian latar belakang masalah tersebut, mendorong peneliti untuk melakukan penelitian tentang pengaruh gangguan pribadi, ekstern, organisasi dan sistem imbalan terhadap peran auditor inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah (studi kasus pada Inspektorat Kabupaten Dairi) “.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diungkapkan diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah Gangguan Pribadi, Gangguan Ekstern, Gangguan Organisasi, dan Sistem Imbalan berpengaruh terhadap Peran Auditor Inspektorat Dalam Pengawasan Keuangan Daerah baik secara simultan maupun parsial?”


(6)

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh gangguan pribadi, ekstern, organisasi, dan sistem imbalan terhadap peran auditor inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah baik secara simultan maupun parsial.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti, untuk menambah wawasan peneliti terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi peran auditor inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah. 2. Bagi Akademisi, penelitian ini diharapkan dapat memberikan ruang bagi diskusi

mengenai peran auditor inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah.

3. Bagi Instansi Terkait, sebagai bahan untuk membuat kebijakan yang dapat mendorong peningkatan peran inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya, sebagai tambahan informasi dan masukan untuk

membantu memberikan gambaran yang lebih jelas bagi para peneliti yang ingin melakukan penelitian selanjutnya mengenai gangguan-gangguan yang mempengaruhi peningkatan peran auditor inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah.

1.5. Originalitas Penelitian

Penelitian ini direplikasi dari penelitian Amrullah (2010) yang berjudul

Personal Background (Latar Belakang Pribadi), Pengetahuan Tentang Pengelolaan


(7)

Inspektorat Dalam Pengawasan Keuangan Daerah, studi kasus di Provinsi Sumatera Utara.Objek Penelitian Amrullah adalah seluruh auditor inspektorat Provinsi Sumatera Utara.Variabel independen dari peneliti terdahulu adalah personal

background (latar belakang pribadi), pengetahuan tentang pengelolaan keuangan

daerah dan proses pelaksanaan audit internal.Sedangkan dependen variabelnya adalah peran auditor inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah.Hasil penelitian Amrullah (2010) menyimpulkan bahwa personal background (latar belakang pribadi), pengetahuan tentang pengelolaan keuangan daerah dan proses pelaksanaan audit internal secara simultan berpengaruh terhadap peranan auditor inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah.Secara parsial hanya variabel personal

background (latar belakang pribadi) yang tidak berpengaruh terhadap peranan auditor

inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah.Berdasarkan argumentasi tersebut, peneliti tertarik melanjutkan penelitian terdahulu dengan menambahkan variabel gangguan pribadi, ekstern, organisasi, dan sistem imbalan yang diterima sebagai variabel independen.Penelitian ini berbeda dengan penelitian terdahulu.

Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah sebagai berikut :

1. Variabel independen yang digunakan.Variabel independen yang digunakan dalam penelitian terdahulu adalah Personal Background (Latar Belakang Pribadi), Pengetahuan Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Proses Pelaksanaan Audit Internal, sedangkan dalam penelitian ini variabel


(8)

independennya adalah Gangguan Pribadi, Gangguan Ekstern, Gangguan Organisasi, dan Sistem Imbalan yang diterima.

2. Lokasi penelitian.Lokasi penelitian dari peneliti terdahulu adalah Inspektorat Provinsi Sumatera Utara, sedangkan dalam penelitian ini lokasi penelitiannya adalah Inspektorat Kabupaten Dairi.


(9)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

Dalam penelitian ini fokus perhatian adalah Peran Auditor Inspektorat Dalam pengawasan keuangan daerah.Secara teori banyak faktor-faktor yang dapat mempengaruhi peran inspektorat dalam menjalankan fungsi pengawasannya.Seperti gangguan pribadi, gangguan ekstern, gangguan organisasi, imbalan, sistem pengawasan, respon auditee, komitmen pimpinan, keberadaan auditor eksternal, dan berbagai faktor lainnya.Namun berdasarkan berbagai penelitian dan fokus yang dipilih sebagai permasalahan dalam penelitian ini dipilih beberapa buah sebagai variabel yang diduga akan mempengaruhi peran auditor inspektorat yaitu gangguan pribadi, gangguan ekstern, gangguan organisasi dan sistem imbalan.

Pemilihan variabel gangguan pribadi, gangguan ekstern, dan gangguan organisasi didasari penelitian Siregar (2009) yang mengadopsi dari Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005.Variabel ini secara teoritis diduga akan mempengaruhi inspektorat dalam menjalankan fungsinya.Penjelasan terperinci hubungan antara masing-masing variabel gangguan tersebut terhadap peran auditor inspektorat akan dijelaskan dalam masing-masing sub bab terkait.


(10)

2.1.1. Peran Auditor Inspektorat dalam Pengawasan Keuangan Daerah

Dalam tata cara pengelolaan keuangan daerah, pengelola dana harus memberikan pertanggungjawaban penggunaan keuangan kepada internal lembaga maupun eksternal.Pengawasan keuangan daerah dilakukan secara internal oleh Inspektorat Jenderal, Inspektorat Provinsi dan Kabupaten/Kota maupun pengawasan secara eksternal Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka menjalankan fungsi pengawasan.Fungsi pengawasan merupakan bagian dari fungsi manajemen yang memberi masukan kepada manajemen tentang hal yang sesungguhnya terjadi dalam operasional perusahaan.Fungsi operasional ini dimulai dari tahapan penyusunan perencanaan, pelaksanaan hingga tahapan evaluasi kinerja dari masing-masing SKPD.Hasil pengawasan akan menjadi bahan manajemen untuk memperbaiki dan menyempurnakan kualitas perencanaan dan pelaksanaan.Jika fungsi pengawasan tidak berjalan sebagaimana mestinya, maka sudah dapat dipastikan kualitas perencanaan dan pelaksanaan tidak akan baik.

Hal ini sebenarnya sesuai dengan prinsip dasar audit bahwa terdapat auditor internal yang dalam hal pengelolaan administrasi pemerintahan dijalankan fungsinya oleh inspektorat.Peran auditor eksternal yang dikenal sebagai auditor independen dalam pengelolaan keuangan negara fungsinya dijalankan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.Sesuai dengan kewenangan yang dimilikinya BPK dapat menugaskan pihak lain seperti Kantor Akuntan Publik (KAP) untuk melakukan audit atas laporan keuangan pemerintah daerah.Kewenangan BPK


(11)

melakukan pemeriksaan terhadap laporan keuangan pemerintah daerah didasarkan pada Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan dan Pertanggungjawaban Pengelolaan Keuangan Negara dan Undang-undang Nomor 15 Tahun 2006 Tentang Badan Pemeriksa Keuangan.

Pada sisi auditor internal yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat Daerah, bahwa auditor internal pemerintah daerah adalah unsur pengawas penyelenggaraan pemerintahan daerah yang selanjutnya disebut Inspektorat.Karena peraturan dan ketentuan-ketentuan yang terdapat di dalam relatif baru, beberapa pemerintah daerah masih menamakan organisasi auditor internal nya sebagai Badan Pengawas Daerah (Bawasda) seperti istilah yang digunakan sebelum keluarnya peraturan ini.

Dalam hal auditor internal, sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Pedoman Tata Cara Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dikatakan bahwa terdapat pejabat yang karena jabatan yang dipangkunya bertindak atas nama Menteri Dalam Negeri atau Kepala Daerah tertentu bertindak sebagai pengawas yang disebut dengan Pejabat Pengawas Pemerintahan (PPP).Hasil kerja dari pejabat tersebut diserahkan kepada :

1. Laporan hasil pemeriksaan Inspektorat Provinsi disampaikan kepada Gubernur dengan tembusan kepada Menteri Dalam Negeri dan BPK Perwakilan.

2. Laporan hasil pemeriksaan Inspektorat Kabupaten/Kota disampaikan kepada Bupati/Walikota dengan tembusan kepada Gubernur dan BPK Perwakilan.


(12)

Laporan hasil kerja inspektorat menjadi informasi bagi kepala daerah yang dapat digunakan untuk memperbaiki laporan keuangan daerah tersebut.Hal ini diperlukan agar dalam pemeriksaan eksternal yang akan dijalankan oleh BPK terdapat suatu laporan keuangan yang lebih baik jika disesuaikan dengan standar dan peraturan yang berlaku.Dalam hal ini laporan hasil kerja inspektorat sebagai pemeriksaan awal yang berfungsi meningkatkan kehandalan laporan keuangan daerah.Berdasarkan mekanisme kerja ini terlihat bahwa inspektorat merupakan komponen penting dari sistem peringatan dini (early warning system) yang dimiliki kepala daerah.Kepala daerah harus mengetahui bagaimana setiap perangkat yang dimilikinya menjalankan anggaran yang disediakan negara untuk pembangunan.Idealnya, inspektorat melakukan pemeriksaan dan penilaian tersebut sebelum BPK sebagai auditor eksternal datang melakukan audit.

Berdasarkan konsep manajemen, sebenarnya inspektorat adalah alat kelengkapan kepala daerah untuk mengawasi ruang lingkup kerjanya, sehingga baik atau buruknya hasil pengawasan yang dilakukan oleh inspektorat sesungguhnya mencerminkan kepemimpinan kepala daerah dalam menjalankan fungsi pengelolaan administrasi daerah yang menjadi tanggungjawabnya.Bagi SKPD yang diperiksa hasil pemeriksaan menjadi masukan dalam rangka menyempurnakan laporan keuangan yang akan disusun.

Laporan inspektorat dikirimkan kepada Menteri Dalam Negeri, Gubernur, dan Perwakilan BPK.Kesesuaian laporan tersebut dengan hasil pemeriksaan BPK akan menjadi ukuran efektifitas pelaksanaan pengawasan internal.Jika laporan yang


(13)

dihasilkan oleh inspektorat berbeda sangat jauh dengan hasil temuan BPK hal ini mengindikasikan fungsi pengawasan internal dalam suatu daerah tersebut tidak berjalan dengan baik.

2.1.2. Gangguan Pribadi

Gangguan yang bersifat pribadi merupakan suatu keadaan dimana auditor secara individual tidak dapat untuk tidak memihak, atau dianggap tidak mungkin tidak memihak.Gangguan yang bersifat pribadi ini dapat berlaku bagi auditor secara individual dan juga dapat berlaku bagi organisasi/lembaga audit.Bidang pemeriksa harus memiliki mekanisme untuk membantu menentukan apakah pemeriksa memiliki gangguan pribadi terhadap independensi.Organisasi pemeriksa perlu memperhatikan gangguan pribadi terhadap independensi petugas pemeriksanya. Perkembangan di masa lalu membuat setiap individu tertentu memiliki cara pandang, cara pikir dan berhubungan dengan dunia sekelilingnya.

Gangguan pribadi yang disebabkan oleh suatu hubungan dan pandangan pribadi mungkin mengakibatkan pemeriksa membatasi lingkup pertanyaan dan pengungkapan atau melemahkan temuan dalam segala bentuknya, sehingga pemeriksa kurang termotivasi dalam melaksanakan tugasnya.Peraturan BPK RI Nomor 01 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara, Lampiran II pada Standar Pemeriksaan Pernyataan Nomor 01 Standar Umum menyebutkan gangguan pribadi dari pemeriksa secara individu meliputi antara lain :


(14)

a. Memiliki hubungan pertalian darah ke atas, ke bawah, atau semenda sampai dengan derajat kedua dengan jajaran manajemen entitas atau program yang diperiksa atau sebagai pegawai dari entitas yang diperiksa, dalam posisi yang dapat memberikan pengaruh langsung dan signifikan terhadap entitas atau program yang diperiksa.

b. Memiliki kepentingan keuangan baik secara langsung maupun tidak langsung pada entitas atau program yang diperiksa.

c. Pernah bekerja atau memberikan jasa kepada entitas atau program yang diperiksa dalam kurun waktu dua tahun terakhir.

d. Mempunyai hubungan kerjasama dengan entitas atau program yang diperiksa. e. Terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam kegiatan obyek

pemeriksaan, seperti memberikan asistensi, jasa konsultasi, pengembangan sistem, menyusun dan/atau mereviu laporan keuangan entitas atau program yang diperiksa.

f. Adanya prasangka terhadap perorangan, kelompok, organisasi atau tujuan suatu program, yang dapat membuat pelaksanaan pemeriksaan menjadi berat sebelah. g. Pada masa sebelumnya mempunyai tanggung jawab dalam pengambilan

keputusan atau pengelolaan suatu entitas, yang berdampak pada pelaksanaan kegiatan atau program entitas yang sedang berjalan atau sedang diperiksa.

h. Memiliki tanggung jawab untuk mengatur suatu entitas atau kapasitas yang dapat mempengaruhi keputusan entitas atau program yang diperiksa, misalnya sebagai seorang direktur, pejabat atau posisi senior lainnya dari entitas, aktivitas atau


(15)

program yang diperiksa atau sebagai anggota manajemen dalam setiap pengambilan keputusan, pengawasan atau fungsi monitoring terhadap entitas, aktivitas atau program yang diperiksa.

i. Adanya kecenderungan untuk memihak, karena keyakinan politik atau sosial, sebagai akibat hubungan antar pegawai, kesetiaan kelompok, organisasi atau tingkat pemerintahan tertentu.

j. Pelaksanaan pemeriksaan oleh seorang pemeriksa, yang sebelumnya pernah sebagai pejabat yang menyetujui faktur, daftar gaji, klaim, dan pembayaran yang diusulkan oleh suatu entitas atau program yang diperiksa.

k. Pelaksanaan pemeriksaan oleh seorang pemeriksa, yang sebelumnya pernah menyelenggarakan catatan akuntansi resmi atas entitas/unit kerja atau program yang diperiksa.

l. Mencari pekerjaan pada entitas yang diperiksa selama pelaksanaan pemeriksaan. Gangguan pribadi bisa terjadi pada salah satu individu pemeriksa namun tidak harus menggangu keseluruhan tim.Atasan pemeriksa dapat meminta pemeriksa untuk menghilangkan gangguan tersebut atau kemungkinannya diminimalisasi dengan cara menangani akun-akun atau bagian yang memiliki exposure yang kecil dengan gangguan tersebut.Apabila organisasi pemeriksa menghadapi gangguan pribadi dalam ukuran yang relatif lebih besar yang dapat menimbulkan gangguan pribadi, organisasi pemeriksa harus mempunyai sistem pengendalian mutu intern yang dapat mengidentifikasi gangguan pribadi dan memastikan kepatuhannya terhadap ketentuan


(16)

independensi yang diatur dalam standar pemeriksaan.Untuk itu organisasi pemeriksa antara lain harus (Siregar, 2009) :

a. Menetapkan kebijakan dan prosedur untuk dapat mengidentifikasi gangguan pribadi terhadap independensi, termasuk mempertimbangkan pengaruh kegiatan non pemeriksaan terhadap hal pokok pemeriksaan dan menetapkan pengamanan untuk dapat mengurangi risiko tersebut terhadap hasil pemeriksaan.

b. Mengkomunikasikan kebijakan dan prosedur organisasi pemeriksa kepada semua pemeriksanya dan menjamin agar ketentuan tersebut dipahami melalui pelatihan atau cara lainnya.

c. Menetapkan kebijakan dan prosedur intern untuk memonitor kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur organisasi pemeriksa.

d. Menetapkan suatu mekanisme disiplin untuk meningkatkan kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur organisasi pemeriksa.

e. Menekankan pentingnya independensi.

2.1.3. Gangguan Ekstern

Gangguan yang bersifat ekstern bagi organisasi/lembaga audit dapat membatasi pelaksanaan audit atau mempengaruhi kemampuan auditor dalam menyatakan pendapat dan kesimpulan auditnya secara independen dan obyektif.Dalam Peraturan BPK RI Nomor 01 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara, Lampiran II pada Standar Pemeriksaan Pernyataan Nomor 01 Standar Umum menyebutkan, independensi dan obyektifitas


(17)

pelaksanaan suatu pemeriksaan dapat dipengaruhi gangguan ekstern, apabila terdapat :

a. Campur tangan atau pengaruh pihak ekstern yang membatasi atau mengubah lingkup pemeriksaan secara tidak semestinya.

b. Campur tangan pihak ekstern terhadap pemilihan dan penerapan prosedur pemeriksaan atau pemilihan sampel pemeriksaan.

c. Pembatasan waktu yang tidak wajar untuk penyelesaian suatu pemeriksaan. d. Campur tangan pihak ekstern mengenai penugasan, penunjukan, dan promosi

pemeriksa.

e. Pembatasan terhadap sumber daya yang disediakan bagi organisasi pemeriksa, yang dapat berdampak negatif terhadap kemampuan organisasi pemeriksa tersebut dalam melaksanakan pemeriksaan.

f. Wewenang untuk menolak atau mempengaruhi pertimbangan pemeriksa terhadap isi suatu laporan hasil pemeriksaan.

g. Ancaman penggantian petugas pemeriksa atas ketidaksetujuan dengan isi laporan hasil pemeriksaan, simpulan pemeriksa, atau penerapan suatu prinsip akuntansi. h. Pengaruh yang membahayakan kelangsungan pemeriksa sebagai pegawai, selain

sebab-sebab yang berkaitan dengan kecakapan pemeriksa atau kebutuhan pemeriksaan.

Pada dasarnya berdasarkan sudut pandang keberadaan gangguan eksternal, seorang pemeriksa harus dinyatakan betul-betul bebas dari tekanan apapun dalam membuat simpulan akhir dari hasil pemeriksaan tersebut. Seorang pengawas atau


(18)

dalam penelitian ini adalah inspektorat harus terbebas dari konflik kepentingan yang mungkin terjadi.

2.1.4. Gangguan Organisasi

Independensi para auditor pemerintah dapat dipengaruhi oleh kedudukannya dalam struktur organisasi pemerintahan, tempat auditor tersebut ditugaskan, dan juga dipengaruhi oleh audit yang dilaksanakannya, yaitu apakah mereka melakukan audit intern atau audit terhadap entitas lain.Independensi organisasi pemeriksa menurut Peraturan BPK RI Nomor 01 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara, Lampiran II pada Standar Pemeriksaan Pernyataan Nomor 01 Standar Umum, dapat dipengaruhi oleh gangguan organisasi yaitu kedudukan, fungsi, dan struktur organisasinya.

Menurut Amirsyah (2007) agar tercipta independensi secara organisasi, maka organisasi/lembaga audit memperhatikan hal-hal kritis sebagai berikut :

1. Peranan Standard Mengatur Gangguan Organisasi.

Standar pemeriksaan harus mengatur gangguan organisasi secara lebih jelas dan mendalam untuk menghindari perbedaan persepsi dan pendapat sehingga organisasi pemeriksa dalam menjalankan tugas dan fungsinya dapat lebih terarah dalam menjaga independensinya khususnya yang berkaitan dengan gangguan organisasi dalam pelaksanaan pemeriksaan.Dengan adanya standar yang mengatur independensi organisasi, organisasi pemeriksa dapat lebih fokus merencanakan pemeriksaan, menentukan tim dan personel pemeriksa hingga


(19)

melakukan sosialisasi dan pendidikan mengenai pentingnya memahami independensi organisasi dan gangguan yang mungkin datang dari organisasi dalam melakukan pemeriksaan.Bagi pemeriksa, dengan adanya standar yang lebih jelas yang mengatur independensi organisasi dapat memudahkan untuk bertindak dan keleluasaan mengambil keputusan dalam pemeriksaan mulai dari perencanaan hingga pembuatan laporan hasil pemeriksaan.

2. Menghindarkan gangguan organisasi

Independensi para auditor pemerintah dapat dipengaruhi oleh kedudukannya dalam struktur organisasi pemerintahan, tempat auditor tersebut ditugaskan, dan juga dipengaruhi oleh audit yang dilaksanakannya, yaitu apakah mereka melakukan audit intern atau audit terhadap entitas lain.

Agar tercipta independensi secara organisasi, organisasi/lembaga audit wajib:

1. Melaksanakan akuntabilitas serta melaporkan hasil audit mereka kepada pejabat tertinggi dalam lembaga atau entitas pemerintah yang bersangkutan.

2. Ditempatkan diluar fungsi manajemen garis dan staf entitas yang diaudit tersebut. 3. Menyampaikan hasil audit secar teratur kepada instansi atau lembaga pemerintah

yang berwenang dan BPK.

4. Dijauhkan dari tekanan politik, gara mereka dapat melaksanakan audit secara obyektif dan dapat melaporkan temuan audit, pendapat dan kesimpulan mereka secara obyektif, tanpa rasa takut akibat tekanan politik tersebut.


(20)

5. Diadakan pembinaan dalam suatu sistem kepegawaian yang mengatur kompensasi, pelatihan, promosi jabatan dan pengembangannya, didasarkan pada prestasi kerja yang dihasilkan.

Jika faktor-faktor diatas telah terpenuhi maka dapat dikatakan bahwa secara gangguan organisasi auditor sudah dapat dikatakan independen dan dapat melakukan tugas pemeriksaan secara independen.

2.1.5. Sistem Imbalan

Sistem Imbalan berbicara tentang imbalan yang diterima seorang pekerja karena melakukan suatu pekerjaan.Menurut Gito Sudarmo (1997) ada beberapa isu penting tentang imbalan yang muncul dalam organisasi, yaitu :

1. Orang bekerja pada suatu organisasi tertentu dengan berbagai macam alasan dimana salah satu alasan utama adalah mendapatkan imbalan.

2. Uang bukan satu-satunya imbalan yang dicari orang dalam berkerja.

3. Imbalan yang dicari pekerja bervariasi sepanjang waktu sesuai dengan perubahan kondisi yang terjadi dalam kehidupan seseorang.

Untuk imbalan yang berwujud financial, manajemen dapat melakukan pengendalian secara penuh.Sedangkan imbalan dalam bentuk lain (intrinsik) manajemen hanya dapat melakukan pengendalian secara tidak langung.Pada imbalan intrinsik persepsi pekerja menjadi faktor yang menentukan apakah imbalan tersebut dianggap imbalan atau tidak.Dalam manajemen sistem imbalan perlu diisadari bahwa imbalan tersebut adalah faktor yang menetukan tingkat prestasi seseorang.Sistem


(21)

imbalan yang dilaksanakan dalam sebuah lembaga, harus mempertimbangkan 3 buah faktor, yaitu ; kondisi organisasi yang bersangkutan, anggota organisasinya dan sistem imbalan yang dilakukan lembaga lain yang sejenis.Faktor-faktor tersebut menjadi signifikan jika dikaitkan dengan tujuan pemberian imbalan, yaitu :

1. Memotivasi anggota organisasi.Sistem Imbalan yang dirancang oleh suatu organisasi harus mampu mendorong anggota organisasi tersebut untuk bekerja pada tingkatan yang maksimum dari potensi yang dimilikinya, sehingga imbalan yang diberikan harus dipandang berharga oleh anggota / individu tersebut.

2. Imbalan harus mampu membuat seorang pekerja bertahan pada pekerjaan tersebut dan tidak berniat untuk meninggalkan dan berpindah pada organisasi lain.Hal ini terutama sangat penting jika individu tersebut memiliki kualitas yang baik.

3. Untuk menarik orang yang berkualitas.Organisasi membutuhkan orang-orang yang memiliki kualitas yang baik.Sistem imbalan yang baik akan menarik orang-orang yang berkualitas tersebut

Dari tujuan pemberian imbalan diatas dapat dilihat bahwa sistem imbalan sangat diperlukan oleh perusahaan. Seperti yang dikatakan oleh Newman and

Hotgetts (1998) “In order to maintain a TQS (Total Quality Service) strategy, it is

necessary to keep the associates highly motivated. This is where performance

rewards enter the picture”.Menurut Siagian (2002), dalam usaha mengembangkan


(22)

1. Melakukan analisis pekerjaan.Organisasi perlu menyusun deskripsi jabatan. Uraian pekerjaan dan standar pekerjaan yang terdapat dalam suatu organisasi. 2. Melakukan penilaian pekerjaan dikaitkan dengan keadilan internal.Dalam melakukan penilaian pekerjaan, diusahakan tersusunnya peringkat pekerjaan, penentuan “nilai” untuk suatu pekerjaan, susunan perbandingan dengan pekerjaan lain dalam organisasi tersebut.

3. Melakukan survei berbagai sistem imbalan yang berlaku guna memperoleh bahan yang berkaitan dengan keadilan eksternal.Organisasi yang disurvei adalah organisasi atau lembaga lain yang memiliki tugas dan wewenang yang sama dengan organisasi tersebut.

Menurut Gito Sudarmo (1997), jenis imbalan ada 2 jenis, yaitu intrinsik dan ekstrinsik.Imbalan intrinsik adalah imbalan yang berkaitan dengan pekerjaan itu sendiri.Dimana imbalan intrinsik meliputi penyelesaian, pencapaian prestasi, otonomi dan pertumbuhan pribadi.Imbalan intrinsik ini penting bagi para manajer, karena merupakan kunci untuk membuka kekuatan motivasi seseorang.Sebab, motivasi merupakan pekerjaan dari diri sendiri dan merupakan temuan dari pribadi itu sendiri.Imbalan ekstrinsik adalah imbalan yang tidak berkaitan dengan pekerjaan tetapi berasal dari pekerjaan.Imbalan ekstrinsik menjadi suatu hal yang signifikan dalam mendorong motivasi seseorang bekerja walaupun imbalan ekstrinsik memiliki wujud yang relatif abstrak dibandingkan dengan imbalan intrinsik.


(23)

2.2. Review Penelitian Terdahulu

Penelitian ini direplikasi dari penelitian Amrullah (2010).Hasil penelitian tersebut adalah sebagai berikut :

1. Personal Background (Latar Belakang Pribadi), Pengetahuan Tentang

Pengelolaan Keuangan Daerah, dan Pengetahuan Tentang Proses Pelaksanaan Audit Internal mempengaruhi Peran Auditor Inspektorat Dalam Pengawasan Keuangan Daerah, namun secara individual, personal background (latar belakang pribadi) tidak berpengaruh terhadap peran auditor inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah.

2. Pengetahuan Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Peran Auditor Inspektorat Dalam Pengawasan Keuangan Daerah serta Pengetahuan Tentang Proses Pelaksanaan Audit Internal terhadap Peran Auditor Inspektorat Dalam Pengawasan Keuangan Daerah.

Penelitian lain yang melatar belakangi penelitian ini adalah penelitian penelitian Siregar (2009) dan turut serta mengadopsi dari peraturan yang terdapat di dalam Peraturan BPK RI Nomor 01 Tahun 2007.Hasil penelitian tersebut adalah sebagai berikut :

1. Secara bersama-sama faktor Gangguan Pribadi, Ekstern dan Organisasi berpengaruh signifikan terhadap Independensi Pemeriksa.

2. Secara parsial Gangguan Pribadi, Ekstern dan Organisasi masing-masing berpengaruh signifikan terhadap Independensi Pemeriksa, tetapi yang memiliki pengaruh terbesar terhadap Independensi Pemeriksa adalah Gangguan Organisasi.


(24)

Penelitian tersebut sejalan dengan penelitian Supriyono (1998) dan Purmalasari (2008).Penelitian ini telah mematuhi dan mendukung yang terdapat dalam Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan RI Nomor 01 Tahun 2007 tanggal 7 Maret 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara.Penelitian Supriyono (1998) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi independensi auditor. Hasil penelitiannya menunjukkan :

1. Tujuh puluh lima persen responden menyatakan bahwa ikatan keuangan dengan perusahaan klien dan hubungan bisnis dengan klien mempengaruhi rusaknya independensi.

2. Persaingan yang tajam dalam pemberian jasa audit antar kantor akuntan mempengaruhi rusaknya independensi akuntan publik disetujui oleh 42 %.

3. Tiga puluh empat persen responden menyatakan bahwa lama penugasan audit pada klien tertentu mempengaruhi rusaknya independensi akuntan publik.

4. Ukuran kantor akuntan yang lebih mudah rusak independensinya disetujui 27 %. 5. Delapan persen responden menyatakan bahwa pemberian jasa selain jasa audit

mempengaruhi rusaknya independensi akuntan publik.

Sedangkan Purmalasari (2008) di melakukan penelitian tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Integritas Auditor Independent, dengan hasil penelitian yang menyebutkan bahwa terdapat perbedaan pendapat antara auditor dengan mahasiswa tentang faktor lamanya bekerja, imbalan yang diterima, religuitas, Emotional

Quotient (EQ), dan integritas, sebagai faktor yang mempengaruhi integritas auditor


(25)

Tabel 2.1. Tinjauan Atas Penelitian Terdahulu No

Nama Peneliti /Tahun

Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian

1 Amrullah (2010) Pengaruh Personal Background, Pengetahuan Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah Serta Proses Pelaksanaan Audit Internal Terhadap Peran Inspektorat Dalam Pengawasan Keuangan Daerah,

Studi Kasus Di Provinsi Sumatera Utara Variabel Independen Personal Background Pengetahuan Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, Proses Pelaksanaan Audit Internal Variabel Dependen Peran Auditor Inspektorat Dalam Pengawasan Keuangan Daerah

Ketiga variabel independen secara simultan berpengaruh terhadap peran auditor namun secara parsial variabel personal background tidak mempengaruhi peran auditor. 2 Winarna & Murni (2007) Pengaruh Personal Background, Political Background dan Pengetahuan Dewan Tentang Anggaran Terhadap Pengawasan oleh DPRD Variabel Independen Pengaruh Personal Background, Political Background, Pengetahuan Dewan Tentang Anggaran Variabel Dependen Pengawasan Oleh DPRD Variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. 3 Nurcholiq , Lilik, 2005, Pengaruh Jabatan, Budaya Organisasi dan Konflik Peran Auditor Internal Terhadap Kepuasan Kerja Variabel Independen Pengaruh Jabatan, Budaya Organisasi, Konflik Peran Auditor Internal Variabel Dependen Kepuasan Kerja

Kepuasan kerja dipengaruhi oleh Jabatan, Budaya Organisasi dan Konflik Peran Auditor Internal

4

Iwan Pantas Siregar

(2009)

Pengaruh Gangguan Pribadi, Ekstern dan Organisasi Terhadap

Variabel Independen

Gangguan pribadi

1. Gangguan pribadi, gangguan ekstern, dan gangguan organisasi


(26)

Independensi Pemeriksa (Study Empiris Pada Inspektorat Kabupaten Deli Serdang) Gangguan Ekstern Gangguan Organisasi Variabel Dependen Independensi Inspektorat mempengaruhi independensi inspektorat di Kabupaten Deli Serdang

2. Gangguan organisasi adalah vatiabel yang paling mempengaruhi tingkat independensi inspektorat. 5 Supriyono (1998)

Pemeriksaan Akuntan : Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Independensi Akuntan

Publik : Suatu Hasil Penelitian Empiris di

Indonesia

Variabel Independen

Ikatan Kepentingan Keuangan

Persaingan antar kantor akuntan Pemberian jasa lain

selain jasa audit Lama penugasan audit Besar kantor akuntan Besarnya fee audit.

Variabel Dependen:

Independensi auditor

Ikatan keuangan menjadi faktor yang paling merusak independensi auditor, berikutnya adalah persaingan yang tajam dalam pemberian jasa audit antar kantor akuntan sedangkan pemeberian jasa diluar jasa audit adalah faktor yterkecil dalam mempengaruhi independensi auditor.


(27)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konseptual

Gambar 3.1. Kerangka Konsep

Dari permasalahan yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, telah tergambar hal yang menjadi ketertarikan peneliti.Bagian-bagian tersebut juga telah menjelaskan keterkaitan antara variabel yang akan diteliti.Namun demikian perlu dibuat suatu ringkasan dan konsep pikir yang sistematis agar lebih mudah untuk mengembangkan metodologi penelitian yang akan digunakan Kerangka konsep ini disusun berdasarkan pemahaman teori yang disajikan pada bab II untuk menjawab permasalahan yang telah dikemukakan pada bab I.

Gangguan Ekstern (X2)

Gangguan Pribadi (X1)

Gangguan Organisasi (X3)

Sistem Imbalan (X4)

Peran Auditor Inspektorat Dalam Pengawasan Keuangan Daerah (Y)


(28)

Peran auditor inspektorat dalam pengelolaan keuangan sangat signifikan.Inspektorat harus mampu memberikan masukan-masukan serta koreksi yang dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan suatu daerah atau satuan kerja.Perbaikan laporan keuangan ini akan menghasilkan laporan keuangan yang kemungkinan tingkat kesesuaian dengan standar yang berlaku semakin tinggi.Inspektorat harus mampu menjadi alat kelengkapan kepala daerah yang efektif dalam rangka usaha mencapai opini audit Wajar tanpa Pengecualian atau minimal Wajar Dengan Pengecualian.

Pada sisi lain, peran inspektorat tersebut sangat tergantung pada banyak faktor baik yang berasal dari dalam individu pemeriksa, diluar individu pemeriksa, maupun gangguan dari organisasi itu sendiri.Hal ini yang melatarbelakangi termuatnya faktor-faktor tersebut di dalam Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan RI Nomor 01 Tahun 2007 tanggal 7 Maret 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara, Lampiran II Pernyataan Nomor 01 Standar Umum menyatakan “ada tiga faktor gangguan yang dapat mempengaruhi peran pemeriksa yaitu gangguan yang bersifat pribadi, gangguan yang bersifat ekstern dan gangguan yang bersifat organisasi”.

Ketiga variabel gangguan tersebut secara teoritis akan memberikan pengaruh negatif.Artinya, meningkatnya salah satu gangguan tersebut secara parsial maupun secara bersama-sama (simultan) akan berimplikasi pada penurunan peran auditor inspektorat, demikian sebaliknya jika gangguan tersebut dapat diminimalisasi maka peran auditor inspektorat dapat ditingkatkan.


(29)

Berdasarkan pandangan peneliti, ada faktor lain yang sangat signifikan yang mempengaruhi peran pemeriksa.Imbalan yang menjadi tujuan utama seseorang bekerja, menjadi faktor yang tidak dapat dinafikan akan mempengaruhi peran seseorang pemeriksa.Sistem imbalan ini mencakup pemberian imbalan dalam bentuk

financial maupun non financial.Imbalan financial tentunya adalah imbalan yang

berhubungan langsung dengan upah dalam melakukan suatu pekerjaan, sedangkan imbalan non financial berhubungan dengan segala diluar imbalan financial secara langsung yang dianggap bernilai oleh seseorang.

Secara teori diduga sistem imbalan akan memberikan pengaruh yang positif terhadap peran auditor inspektorat.Peningkatan kepuasan auditor inspektorat terhadap imbalan yang diterimanya akan mendorong peningkatan peran auditor tersebut, demikian sebaliknya, jika auditor inspektorat tidak puas dengan sistem imbalan yang berlaku dapat berimplikasi pada penurunan peran yang dijalankannya.

3.2. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitisan ini dikembangkan dari telaah teoritis dan penelitian terdahulu sebagai jawaban sementara dari masalah atau pertanyaan yang memerlukan pengujian secara empiris. Dengan demikian dikemukakan hipotesis yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu “gangguan pribadi, ekstern, organisasi, dan sistem imbalan berpengaruh terhadap peran auditor inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah secara simultan dan parsial”.


(30)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Sesuai dengan konsep pikir yang dikembang di bab sebelumnya penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat kausal (causal effect) Ghozali & Ikhsan (2006), yaitu penelitian yang dilakukan untuk memperoleh fakta dari fenomena yang ada dan mencari keterangan secara faktual tentang hubungan dan pengaruh suatu variabel terhadap variabel lainnya.Hubungan kausal (causal effect) dimaksud dalam penelitian ini adalah hubungan kausal (causal effect) analisis faktor-faktor yang mempengaruhi peran auditor inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah yaitu gangguan pribadi, gangguan eksternal, gangguan organisasi, dan sistem imbalan.

4.2 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Inspektorat Kabupaten Dairi.Jadwal penelitian dilaksanakan terhitung dari bulan Maret 2010 s/d November 2010.

4.3 Populasi dan sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas; obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,2001:57).


(31)

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2007: 73).Penelitian ini menggunakan seluruh populasi menjadi sampel atau disebut sensus, yaitu sebanyak 35 orang responden yang merupakan staf Inspketorat Kabupaten Dairi.Sensus yang digunakan jika elemen populasi relatif sedikit dan bersifat heterogen.Metode yang digunakan adalah metode survei yaitu pengumpulan data primer yang diperoleh secara langsung dari sumber asli.

4.4. Prosedur Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan kuesioner, seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (1999), kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.

Jenis data dalam penelitian ini adalah data subyek.Menurut Indriantono dan Supomo (1999) data subyek adalah jenis data yang berupa opini, sikap, pengalaman atau karakteristik dari seseorang atau sekelompok orang yang menjadi subyek penelitian (responden).Data subyek yang digunakan dalam penelitian ini dilaporkan sendiri oleh responden secara individual.

Sumber data penelitian merupakan faktor penting yang menjadi pertimbangan dalam penentuan metode pengumpulan data.Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer.Indriantoro dan Supomo (1999) menyebutkan data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui


(32)

media perantara).Sumber data dalam penelitian ini berasal dari responden yaitu Inspektorat Kabupaten dairi.

Instrumen dalam penelitian ini berbentuk kuesioner, untuk variabel gangguan pribadi, gangguan ekstern dan gangguan organisasi diadopsi dari Siregar (2009), sedangkan untuk variabel sistem imbalan yang diterima diadopsi dari Amrullah (2010).Menurut Sugiyono (1999) bahwa peneliti-peneliti dalam bidang sosial instrumen penelitian yang digunakan sering disusun sendiri termasuk menguji validitas dan reliabilitasnya.Setiap pernyataan diberikan bobot yaitu skor 5 (lima) untuk pernyataan yang dipilih dengan tingkat sangat setuju, 4 (empat) untuk penilaian setuju, 3 (tiga) untuk netral, 2 (dua) untuk tidak setuju, serta 1 (satu) untuk sangat tidak setuju.

4.5. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel

Variabel harus didefinisikan secara operasional agar lebih mudah dicari hubungan antara satu variabel dengan lainnya dan pengukurannya.Definisi operasional adalah definisi yang menjadikan variabel-variabel yang sedang diteliti menjadi bersifat operasional dalam kaitannya dengan proses pengukuran variabel-variabel tersebut Sarwono (2006).Definisi operasional memungkinkan sebuah konsep yang bersifat abstrak dijadikan suatu yang operasional sehingga memudahkan penelitian dalam melakukan pengukuran.

Untuk pengukuran variabel dalam penelitian ini, peneliti menggunakan skala pengukuran interval.Sarwono (2006) menyebutkan bahwa skala pengukuran interval


(33)

memberikan informasi tentang jumlah relatif karakteristik berbeda yang dimiliki oleh obyek atau individu tertentu.Tingkat pengukuran ini mempunyai informasi skala nominal ditambah dengan sarana peringkat relatif tertentu yang memberikan informasi apakah suatu obyek memiliki karakteritik yang lebih atau kurang tetapi bukan berapa banyak kekurangan dan kelebihannya.

Penelitian ini menggunakan empat variabel independen yaitu gangguan pribadi (X1), gangguan ekstern (X2), gangguan organisasi (X3), dan sistem imbalan (X4) dan satu variabel dependen yaitu peran auditor inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah (Y).

Gangguan Pribadi (X1) dalam penelitian ini adalah gangguan yang disebabkan oleh suatu hubungan dan pandangan pribadi mungkin mengakibatkan pemeriksa membatasi lingkup pertanyaan dan pengungkapan atau melemahkan temuan dalam segala bentuknya.Pengukuran dengan menggunakan skala interval.

Gangguan Ekstern (X2) dalam penelitian ini adalah gangguan ekstern bagi organisasi pemeriksa yang dapat membatasi pelaksanaan pemeriksaan atau mempengaruhi kemampuan pemeriksa dalam menyatakan pendapat atau simpulan hasil pemeriksaannya secara independen dan obyektif.Pengukuran variabel dalam penelitian ini dengan menggunakan skala interval.


(34)

Tabel 4.2.Definisi Operasional Nama

Variabel Definisi Parameter Skala

Independen Gangguan Pribadi

Gangguan yang disebabkan oleh suatu hubungan dan pandangan pribadi mungkin mengakibatkan pemeriksa membatasi lingkup pertanyaan dan pengungkapan atau melemahkan temuan dalam segala bentuknya.

− adanya hubungan keluarga atau pertalian darah.

− memiliki kepentingan keuangan.

− pernah bekerja dalam kurun 2 tahun terakhir.

− Mempunyai hubungan kerjasama dengan entitas atau program yang diperiksa

− terlibat dalam kegiatan obyek pemeriksaan.

− Adanya prasangka terhadap perorangan, kelompok, organisasi atau tujuan suatu program, yang dapat

membuat pelaksanaan pemeriksaan menjadi berat sebelah.

− Pada masa sebelumnya mempunyai tanggung jawab dalam pengambilan

keputusan atau pengelolaan suatu entitas.

− adanya tanggung jawab untuk mengatur entitas.

− adanya kecendrungan memihak karena keyakinan politik atau sosial.

− pernah bekerja terhadap obyek pemeriksaan.

− mencari pekerjaan pada entitas yang diperiksa selama pemeriksaan. Interval Gangguan Ekstern Gangguan ekstern bagi organisasi pemeriksa yang dapat

− Adanya campur tangan atau pengaruh pihak ekstern yang membatasi atau mengubah


(35)

membatasi pelaksanaan pemeriksaan atau mempengaruhi kemampuan pemeriksa dalam menyatakan pendapat atau simpulan hasil pemeriksaannya secara independen dan obyektif.

lingkup pemeriksaan secara tidak semestinya.

− Terdapat campur tangan pihak ekstern terhadap pemilihan dan penerapan prosedur pemeriksaan atau pemilihan sampel

pemeriksaan.

− Pembatasan waktu yang tidak wajar untuk penyelesaian suatu pemeriksaan.

− Adanya campur tangan pihak ekstern mengenai penugasan, penunjukan, dan promosi pemeriksa.

− Terdapat pembatasan terhadap sumber daya yang disediakan bagi organisasi pemeriksa

− Terdapat wewenang Pihak Ekstern untuk menolak atau mempengaruhi pertimbangan pemeriksa terhadap isi suatu laporan hasil pemeriksaan.

− Adanya ancaman penggantian petugas pemeriksa atas

ketidaksetujuan dengan isi laporan hasil pemeriksaan.

− Terdapatnya pengaruh yang membahayakan

kelangsungan pemeriksa sebagai pegawai.

Ganguan Organisasi

Gangguan yang dapat dipengaruhi oleh kedudukannya dalam struktur organisasi pemerintahan, tempat auditor tersebut ditugaskan, dan juga dipengaruhi oleh

− dipengaruhi kedudukan pemeriksa dalam struktur organisasi pemerintahan.

− dipengaruhi oleh pemeriksaan yang dilaksanakannya.


(36)

audit yang dilaksanakannya.

Sistem Imbalan

Imbalan atau reward yang diterima seorang inspektorat setalah melakukan pekerjaan

pemeriksaan.

- Imbalan financial yaitu imbalan berbentuk uang ataou materi lainnya terkait dengan suatu tugas pemeriksaan.

- Imbalan non-finansial yaitu yang berbentuk penghargaan, balas jasa lain atau bentuk apapun yang dianggap berharga oleh pemeriksa.

Interval Dependen Peran auditor inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah (Y) Peran auditor inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah dalam penelitian ini digunakannya hak-hak auditor baik dalam pengelolaan keuangan daerah.

Pengukuran variabel ini dilakukan dengan skala likert dengan item pernyataan yang berkaitan peran auditor dalam pengawasan keuangan daerah yang meliputi pengawasan dalam perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan maupun pertanggungjwaban anggaran pendapatan belanja daerah (APBD) sebagaimana pentahapan anggaran yang dibuat oleh Henley et.al (1992), Permendagri 13 tahun 2006.

Interval

Gangguan Organisasi (X3) dalam penelitian ini adalah gangguan terhadap independensi para auditor pemerintah dapat dipengaruhi oleh kedudukannya dalam struktur organisasi pemerintahan, tempat auditor tersebut ditugaskan, dan juga


(37)

dipengaruhi oleh audit yang dilaksanakannya, yaitu apakah mereka melakukan audit intern atau audit terhadap entitas lain.Pengukuran variabel dalam penelitian ini dengan menggunakan skala pengukuran interval.

Sistem Imbalan yang diterima (X4) dalam penelitian ini adalah pola pemberian imbalan sebagai balasan dari pekerjaan yang dilakukan seorang inspektorat.Sistem imbalan ini mencakup imbalan dalam bentuk financial maupun dalam bentuk non financial.

Sementara itu, peran auditor inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah (Y) berkaitan dengan peran auditor dalam pengawasan keuangan daerah yang meliputi pengawasan dalam perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan maupun pertanggungjawaban Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD).

4.6. Metode dan Teknik Analisis Data 4.6.1. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda (Multiple Linear Regression Analysis).Menurut Sugiyanto (2004) analisis regresi linier berganda digunakan untuk menganalisis pengaruh lebih dari satu variabel independen terhadap variabel dependen.

Persamaan linier berganda adalah sebagai berikut :


(38)

Dimana:

Y = Peran auditor inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah X1 = Gangguan Pribadi

X2 = Gangguan Eksternal X3 = Gangguan Organisasi X4 = Sistem Imbalan

α = konstanta

β = koefisien regresi e = error

4.6.2. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan model regresi.Dalam suatu penelitian, kemungkinan munculnya masalah dalam analisis regresi cukup sering dalam mencocokkan model prediksi kedalam sebuah model yang dimasukkan kedalam serangkaian data.Penelitian diuji dengan beberapa uji statistik yang terdiri dari uji kualitas data, uji asumsi klasik, statistik deskriptif, dan uji statistik untuk pengujian hipotesis.

4.6.2.1Uji Kualitas Data

Menurut Indriantoro dan Supomo (1999) ada dua konsep mengukur kualitas data yaitu reliabilitas dan validitas.Kualitas data yang dihasilkan dari penggunaan instrumen penelitian dapat dievaluasi melalui uji validitas dan reliabilitas.Pengujian tersebut masing-masing untuk mengetahui konsistensi dan akurasi data yang dikumpulkan dari penggunaan instrumen.


(39)

Dalam penelitian ini untuk mengukur kualitas data digunakan antara lain : 1. Uji Reliabilitas

Pengujian reliabilitas dilakukan untuk menguji konsistensi jawaban responden atas seluruh butir pertanyaan atau pertanyaan yang digunakan, untuk keperluan pengujian tersebut.Pengujian reliabilitas berguna untuk mengetahui apakah instrumen yang dalam hal ini kuesioner dapat digunakan lebih dari satu kali, paling tidak responden yang sama (Umar, 2008).

Untuk menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten jika diulang beberapa kali.Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai cronbach Alpha > 0.60 (Ghozali,2002:133).

2. Uji Validitas.

Dilakukan untuk menjawab pertanyaan apakah instrumen penelitian yang telah disusun benar-benar akurat sehingga mampu mengukur apa yang seharusnya diukur (variabel kunci yang diteliti).Menurut Umar (2008) uji validitas berguna untuk mengetahui apakah ada pertanyaan-pertanyaan kuesioner yang harus dibuang/diganti karena dianggap tidak relevan.Uji tersebut dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana instrumen yang digunakan sudah memadai untuk mengukur apa yang seharusnya diukur dengan cara meminta pendapat atau penelitian para ahli yang berkompeten dengan masalah yang sedang diteliti.Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk


(40)

mengungkapkan suatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.Jika r-hitung (untuk r tiap butir dapat dilihat pada kolom Corrected item-total correlation) lebih besar dari r-tabel dan nilai positif, maka butir atau pernyataan tersebut dikatakan valid (Ghozali, 2002:135).

4.6.2.2.Uji Asumsi Klasik

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis yang menggunakan analisis regresi, maka diperlukan pengujian asumsi klasik yang meliputi:

a. Uji Normalitas, yaitu bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam variabel yang akan digunakan dalam penelitian.Asumsi distribusi normal diperiksa dengan menggunakan grafik Normal Probability Plot atau

Histogram.Jika data mengikuti garis normal pada grafik Normal Probability

Plot maka data diasumsikan berdistribusi normal.Untuk menghindari

subjektifitas pengamatan dapat digunakan pengujian normalitas dengan menggunakan pengujian Kolmogorov-Smirnov.Pengujian dengan metode ini menyatakan jika nilai Kolmogorov-Smirnov memiliki probabilitas lebih besar dari 0.05 (Santoso, 2005), maka variabel penelitian tersebut dapat dinyatakan berdistribusi normal.

b. Uji multikolinieritas, diperlukan untuk mengetahui apakah ada tidaknya variabel independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen lain dalam satu model.Selain itu deteksi terhadap multikolinearitas juga bertujuan untuk menghindari kebiasaan dalam proses pengambilan


(41)

kesimpulan mengenai pengaruh pada uji parsial masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen.Deteksi multikolinieritas pada suatu model dapat dilihat jika nilai Variance Inflation Faktor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0.1, maka model tersebut dapat dikatakan terbebas dari multikolinieritas.

4.6.2.3.Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif dalam penelitian pada dasarnya merupakan proses tranformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi, sehingga mudah dipahami dan diinterpretasikan.Tabulasi menyajikan ringkasan, pengaturan atau penyusunan data dalam bentuk tabel numerik.Statistik deskriptif umumnya digunakan peneliti untuk memberikan informasi mengenai karakteristik variabel penelitian yang paling utama dan data demografi responden (Ghozali, 2002).

Dalam penelitian ini menggunakan statistik deskriptif yang terdiri dari rata-rata, deviasi standar, jawaban minimum, dan jawaban maksimum dari jawaban yang telah didapat melalui kuesioner.

4.6.2.4.Uji Hipotesis

Untuk menguji hipotesis yang diajukan dilakukan dengan melihat rata-rata nilai variabel yang dipakai.


(42)

Pengujian hipotesis diuraikan sebagai berikut: 1. Uji-t.

Pengujian hipotesis secara parsial dilakukan dengan uji-t, yaitu menguji pengaruh parsial antara variabel independen terhadap variabel dependen, dengan asumsi bahwa variabel lain dianggap konstan.Adapun langkah-langkah dalam pengambilan keputusan untuk uji-t adalah sebagai berikut:

Ho : β = 0

Gangguan pribadi, ekstern, organisasi, dan sistem imbalan tidak berpengaruh secara parsial terhadap peran auditor inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah.

Ha : β≠ 0

Gangguan pribadi, ekstern, organisasi, dan sistem imbalan berpengaruh secara parsial terhadap peran auditor inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah. Untuk mencari t-tabel dengan df = N-K, taraf nyata 5 % dapat dengan menggunakan tabel statistik.Nilai tabel dapat dilihat dengan menggunakan t-tabel.Dasar pengambilan keputusan adalah :

a. Jika t-hitung > t-tabel, maka Ha diterima dan Ho ditolak b. Jika t-hitung < t-tabel, maka Ha ditolak dan Ho diterima. 2. Uji-F

Uji-F menguji pengaruh simultan antara variabel independen terhadap variabel dependen.Adapun langkah-langkah dalam pengambilan keputusan untuk uji-F adalah sebagai berikut :


(43)

Ho : β = 0

Gangguan pribadi, ekstern, organisasi, dan sistem imbalan tidak berpengaruh secara simultan terhadap peran auditor inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah.

Ha : β≠ 0

Gangguan pribadi, ekstern, organisasi, dan sistem imbalan berpengaruh secara simultan terhadap peran auditor inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah.

Pada tabel ANOVA didapat uji-F yang menguji semua sub variabel bebas yang akan mempengaruhi persamaan regresi.Dengan menggunakan derajat keyakinan 95 % atau taraf nyata 5 % serta derajat kebebasan df1 dan df2 untuk mencari nilai F-tabel.Nilai F-tabel dapat dilihat dengan menggunakan F- tabel.Dasar pengambilan keputusan adalah :

a. Jika F-hitung > F-tabel, maka Ha diterima dan Ho ditolak. b. Jika F-hitung < F-tabel, maka Ha ditolak dan Ho diterima.

Keputusan statistik hitung dan statistik tabel dapat juga diambil keputusan berdasarkan probabilitas, dengan dasar pengambilan keputusan :

a. Jika probabilitas > tingkat signifikan, maka Ha ditolak dan Ho diterima.

b. Jika probabilitas < tingkat signifikan, maka Ha diterima dan Ho ditolak.


(44)

4.6.2.5.Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) atau adjusted R2 bertujuan untuk melihat daya jelas model untuk menganalisis permasalahan.Koefisien determinasi untuk melihat berapa besar akumulasi dari keseluruhan variabel independen terhadap variabel dependen.Nilai pengaruh diluar koefisien determinasi secara teori dapat dikatakan sebagai pengaruh dari variabel lain yang tidak digunakan dalam penelitian.Setiap penambahan variabel independen akan mendorong naiknya koefisien determinasi walaupun variabel tersebut tidak memberikan pengaruh, namun secara matematis hal tersebut akan selalu terjadi.Untuk menghindari hal tersebut penelitian ini akan menggunakan adjusted R2 yang merupakan ukuran yang telah disesuaikan dengan penambahan variabel independen.Secara sederhana dapat dikatan nilai variabel ini berkisar dari 0 sampai dengan 100% dimana semakin besar nilainya mengindikasikan semakin besar kekuatan model untuk menjelaskan masalah yang diteliti.


(45)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Penelitian ini dimulai sejak bulan April tahun 2010 dengan tahapan penyusunan proposal.Tahapan berikutnya adalah tahapan pengumpulan dan pengolahan data di Pemerintahan Kabupaten Dairi.Tahapan ini terjadi selama 1 (satu bulan).Proses pengumpulan dan pengolahan data ini menemukan berbagai kendala, namun hampir semua kendala tersebut dapat diatasi.Pada tahapan selanjutnya, pengolahan data yang relatif berlangsung dalam waktu yang singkat.Tahapan ini dilanjutkan dengan penyusunan laporan hasil penelitian.

Bab ini akan menjelaskan pembahasan hasil-hasil pengujian yang dilakukan baik dimulai dengan pengujian syarat yang diperlukan dalam analisa regresi berganda sampai pada pengujian hipotesis.Pengujian dilakukan untuk memperoleh keyakinan atas penerimaan atau penolakan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini.Hasil pengujian secara rinci dapat dilihat pada lampiran tesis ini.

5.1.1 Pengujian Alat Ukur

Sebelum melakukan pengujian data dan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan pengujian atas kualitas data untuk menjamin bahwa data yang diperoleh sudah dapat digunakan dalam penarikan kesimpulan.Pengujian ini secara umum


(46)

diarahkan untuk menguji alat ukur yang digunakan (kuesioner) serta data yang diperoleh dari responden.Kuesioner yang diajukan kepada responden berisikan 38 butir pernyataan yang digunakan untuk mengukur 5 buah variabel penelitian.Tabel 5.1 menunjukkan butir pernyataan untuk setiap variabel penelitian

Tabel 5.1

Keterangan Butir Pernyataan Kuesioner

Variabel Butir

Pernyataan

Gangguan Pribadi (X1) 12

Gangguan Ekstern (X2) 8

Gangguan Organisasi (X3) 4

Sistem Imbalan (X4) 6

Peran Inspektorat daerah Dalam pengawasan Keuangan Daerah (Y) 10 Sumber : Kuesioner Penelitian

5.1.1.1Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui tingkat ketepatan suatu alat ukur mampu melakukan fungsinya (Hadi, 2004).Alat ukur yang dapat digunakan dalam pengujian validitas suatu kuesioner adalah angka hasil korelasi antara skor pernyataan dan skor keseluruhan pernyataan responden terhadap informasi dalam kuesioner melalu metode pearson correlation.Asumsi yang digunakan dalam uji validitas adalah jika rhitung lebih besar dari rkritis (rhitung > r kritis), maka item pernyataan tersebut dinyatakan valid.Nilai rkritis pada penelitian ini untuk N sebanyak 35 (df = 33) dan p = 0.05 adalah sebesar 0.325, sehingga nilai ini akan digunakan sebagai pembanding dengan nilai rhitung yang diperoleh dari pengolahan dengan menggunakan SPSS.


(47)

Tabel 5.2

Hasil Pengujian Validitas

Variabel Butir Pernyataan rhitung rkritis Keterangan Gangguan Pribadi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 0.465 0.681 0.509 0.504 0.515 0.504 0.744 0.543 0.503 0.547 0.387 0.480 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Gangguan Ekstern 1 2 3 4 5 6 7 8 0.329 0.583 0.409 0.474 0.519 0.583 0.642 0.415 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Gangguan Organisasi 1 2 3 4 0.330 0.453 0.606 0.364 0.325 0.325 0.325 0.325 Valid Valid Valid Valid Sistem Imbalan 1

2 3 4 5 6 0.453 0.361 0.425 0.350 0.368 0.384 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Peran Inspektoarat daerah Dalam pengawasan Keuangan Daerah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0.404 0.123 0.424 0.396 0.364 0.467 0.345 0.411 0.588 0.322 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid


(48)

Tabel 5.2 menunjukkan output pengujian validitas yang terdapat di dalam lampiran.Semua pernyataan di dalam kuesioner yang merupakan pembentuk variabel telah valid.Hasil pengujian validitas ini menyatakan bahwa semua pernyataan dalam kuesioner kecuali butir 2 variabel peran inspektorat tidak valid sehingga harus dihapuskan dari kuesioner penelitian.

5.1.1.2Uji Reliabilitas

Pengujian lanjutan yang harus dilakukan terhadap data setelah pengujian validitas adalah pengujian reliabilitas yang bertujuan untuk mengukur konsistensi alat ukur yang digunakan untuk suatu objek yang diteliti.Hasil uji reliabilitas dapat dipercaya atau tidaknya suatu instrumen penelitian berdasarkan tingkat kemantapan dan ketepatan suatu alat ukur dalam pengertian bahwa hasil pengukuran yang didapatkan merupakan ukuran yang benar dari sesuatu yang diukur.Metode yang sering digunakan untuk mengukur reliabilitas adalah Cronbach’s Alpha.Menurut Santoso (2005), jika alpha hitung lebih besar dari alpha tabel dengan nilai positif maka instrumen penelitian dapat disebut reliabel dengan penggolongan yang ditunjukkan oleh tabel 5.3.


(49)

Tabel 5.3

Tingkat Reliabilitas Berdasarkan Nilai Alpha

Alpha Tingkat Reliabilitas

0.0 s/d 0.20 0.20 s/d 0.40 0.40 s/d 0.60 0.60 s/d 0.80 0.80 s/d 1.00

Kurang Reliabel Agak Reliabel Cukup Reliabel

Reliabel Sangat Reliabel Sumber : Lampiran 9 – 13

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini diuji tingkat reliabilitasnya dengan output dalam lampiran yang ditunjukkan di dalam tabel 5.4.Pengujian reliabilitas yang dilakukan dengan Cronbach’s Alpha menunjukkan kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini dapat digunakan sebagai alat ukur yang konstan.Nilai

Cronbach’s Alpha untuk setiap variabel menyatakan bahwa kuesioner sangat reliabel

untuk digunakan sebagai alat ukur penelitian. Tabel 5.4

Hasil Pengujian Reliabilitas

Variabel Nilai Cronbach’s Alpha

Gangguan Pribadi (X1) 0.856

Gangguan Ekstern (X2) 0.783

Gangguan Organisasi (X3) 0.626

Sistem Imbalan (X4) 0.661

Peran Inspektoarat daerah Dalam pengawasan Keuangan Daerah (Y)

0.722 Sumber : Lampiran 9 – 13

5.1.2 Uji Asumsi Klasik 5.1.2.1Uji Normalitas

Pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan pengujian Kolmogorov-Smirnov.Pengujian dengan metode ini menyatakan jika nilai


(50)

Kolmogorov-Smirnov memiliki probabilitas lebih besar dari 0.05 (Santoso, 2005), maka variabel penelitian tersebut dapat dinyatakan berdistribusi normal. Tabel 5.5 disusun berdasarkan lampiran.

Selain melakukan pengujian normalitas terhadap sebaran data bagi masing-masing variabel penelitian, sebelum melakukan pengujian selanjutnya peneliti menguji distribusi normal dari model penelitian.Prosedur pengujian yang dilakukan adalah dengan menggunakan Uji Shapiro-Wilk dan Q-Q Plot.Pengujian ini menguji sebaran data berdasarkan residu penyimpangan dari asumsi normalitas.Output kedua pengujian tersebut terdapat dalam lampiran.

Tabel 5.5 Pengujian Normalitas

Variabel Nilai p

Gangguan Pribadi (X1) 0.385

Gangguan Ekstern (X2) 0.682

Gangguan Organisasi (X3) 0.088

Sistem Imbalan (X4) 0.875

Peran Inspektorat daerah Dalam pengawasan Keuangan Daerah (Y)

0.753 Sumber : Lampiran 14

Berdasarkan uji Kolomogorov-Smirnov, asumsi normalitas dapat dipenuhi karena nilainya p-value untuk maisng-masing variabel lebih besar dari nilai signifikansi.Hasil ini menunjukkan bahwa asumsi normalitas berdasarkan nilai residu dapat dikatakan berdistribusi normal.

Hal yang sama terjadi ditunjukkan oleh Q – Q Plot dimana data tersebar di sekitar garis asumsi normalitas, hal ini berarti sebaran residu dari model penelitian ini berdistribusi normal.


(51)

Berdasarkan hasil pengujian dengan berbagai prosedur diatas, semua variabel serta residu model telah berdistribusi normal.Hasil yang diperoleh di atas menunjukkan masing-masing variabel penelitian dan model memiliki nilai yang membentuk asumsi distribusi normal.Data dan model yang berdistribusi normal dapat digunakan untuk penarikan kesimpulan karena data sudah menyebar dengan karakteristik menyerupai populasi yang diwakili.

5.1.2.2Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas dapat timbul jika variabel bebas saling berkorelasi satu sama lain, sehingga multikolinearitas hanya dapat terjadi pada regresi berganda.Hal ini mengakibatkan perubahan tanda koefisien regresi serta mengakibatkan fluktuasi yang besar pada hasil regresi.Perubahan tanda koefisien regresi ini dapat mengakibatkan kesalahan menafsirkan hubungan antara variabel sehingga keberadaan multikolinearitas ini harus diuji (Levin, 1998) supaya dapat dijamin bahwa variabel independen di dalam penelitian tidak saling berkorelasi.Pengujian dapat dilakukan dengan Colinearity Diagnostic serta Partial Correlation.

Tabel 5.6

Pengujian Multikolinearitas

Variabel Tolerance Variance Inflaction Factor

Gangguan Pribadi (X1) 0.676 1.478

Gangguan Ekstern (X2) 0.583 1.715

Gangguan Organisasi (X3) 0.197 5.070

Sistem Imbalan (X4) 0.201 4.972


(52)

Berdasarkan output yang terdapat pada lampiran yang ditunjukkan di dalam tabel 5.6 terlihat bahwa diantara variebel independen tidak terdapat korelasi.Regresi berganda yang baik tidak boleh mengandung dua buah variabel bebas yang saling berkorelasi sehingga peneliti telah beroleh keyakinan bahwa regresi ini sudah memenuhi asumsi klasik yang diperlukan.

5.2 Pembahasan Hasil Penelitian

Setelah dilakukan pengujian terhadap alat ukur dan data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian dan data dapat digunakan dalam menguji model yang diajukan.

5.2.1 Deskripsi Statistik

Ukuran-ukuran statistik deskriptif dapat memberikan gambaran yang cukup bermanfaat dalam melakukan analisa permasalahan.Tabel 5.7 menunjukkan statistik deskriptif variabel dalam penelitian ini.Hasil lengkap statistik deskriptif terdapat di dalam lampiran.

Tabel 5.7

Rangkuman Statistik Deskriptif Variabel Gangguan

Pribadi

Gangguan Ekstern

Gangguan Organisasi

Sistem Imbalan

Peran Inspektorat

Mean 37.42 26.48 12.77 12.00 35.17

Nilai Max 51 35 10 19 47

Nilai Min 25 18 19 6 22

Standard deviasi

8.6 4.99 2.15 3.03 5.59

Nilai Tengah 36 24 12 18 30

Interval Kemungkinan


(53)

Kuesioner yang diberikan dalam penelitian ini berbentuk pernyataan positif.Tingkat persetujuan responden terhadap pernyataan akan memberikan nilai antara interval 1 sampai dengan 5.Apabila responden memberikan pernyataan sangat baik atau sangat setuju maka nilai yang diberikan adalah 5 (lima), sedangkan jika memberikan pernyataan sangat tidak baik atau sangat tidak setuju maka nilai yang diberikan adalah 1 (satu).Interval kemungkinan merupakan nilai minimum yang diperoleh jika responden memberi angka 1 untuk semua butir pernyataan dalam variabel tersebut sampai pada nilai jika responden memberi angka 5 untuk semua butir dalam variabel tersebut, sebagai contoh variabel gangguan pribadi diukur dengan menggunakan 12 (dua belas) buah pernyataan, jika responden memberi nilai minimal yaitu 1 maka nilai variabel tersebut menjadi dua belas sebaliknya jika memberikan nilai maksimal maka jumlah total menjadi 60.

Secara umum berdasarkan ringkasan statistik deskriptif pada tabel 5.7 dapat ditarik beberapa kesimpulan.Gangguan pribadi, gangguan ekstern, dan gangguan organisasi terlihat disadari oleh responden.Hal ini terlihat dari rata rata ketiga variabel itu berada diatas nilai tengah kemungkinan hasil.Sebagai contoh variabel gangguan pribadi nilai rata-ratanya sebesar 37.42 berada diatas nilai tengah kemungkinan hasil.Nilai tengah dapat dihitung dari seandainya seorang responden menjawab semua pernyataan dengan nilai netral yaitu 3, maka variabel gangguan pribadi responden tersebut adalah 36 (12 pernyataan dikali 3).

Hal ini juga terjadi pada variabel-variabel lain.Hal ini tidak dapat disimpulkan bahwa keberadaan variabel tersebut nyata terjadi di lingkungan inspektorat di


(54)

Kabupaten Dairi, namun hal ini memberikan indikasi bahwa inspektorat menyadari bahwa variabel tersebut dapat menjadi unsur yang menggangu peran mereka sebagai pengawas satuan kerja.

Hal ini juga terjadi variabel sistem imbalan dan peran inspektorat.Hasil analisa statistik deskriptif dapat mengindikasikan bahwa responden memang menyadari variabel tersebut dalam menjalankan tugas mereka.Kondisi ini membuat hasil yang akan diperoleh dapat memberikan gambaran yang baik terhadap hipotesis yang sedang diperiksa.

5.2.2 Pengujian Hipotesis

Penelitian ini mengajukan sebuah model persamaan regresi berganda yang menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen, dengan persamaan regersi sebagai berikut :

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 e Dimana:

Y = Peran auditor inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah X1 = Gangguan Pribadi

X2 = Gangguan Eksternal X3 = Gangguan Organisasi X4 = Sistem Imbalan

α = konstanta

β = koefisien regresi e = error

H0 akan ditolak jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05 sehingga hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima.Tingkat signifikansi yang


(55)

digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 0,05 karena dinilai cukup ketat untuk mewakili hubungan antara variabel-variabel yang diuji atau menunjukkan hubungan bahwa korelasi antara kedua variabel cukup nyata.Di samping, itu tingkat signifikansi 0,05 sering digunakan dalam penelitian-penelitian ilmu sosial (Levin, 1998).Tabel 5.8 menunjukkan hasil pengujian model yang terdapat di dalam lampiran.

Tabel 5.8 Pengujian Model

Keterangan B Standard

Error

TTabel THitung Signifikansi

Konstan 62.863 3.060 20.542 0.000

Gangguan Pribadi -0.166 0.057 2.06 -2.915 0.007 Gangguan Ekstern -0.518 0.107 2.06 -4.855 0.000 Gangguan Organisasi -1.059 0.425 2.06 -2.494 0.018

Sisitem Imbalan 0.179 0.299 0.600 0.553

R2 Model 81.6 %

Signifikansi model 0.000

FTabel 2.760

FHitung 33.302

Sumber : Lampiran 16

Jika dinyatakan di dalam bentuk persamaan regresi maka dapat dituliskan sebagai berikut :

Y = 62.863 -0.166X1 – 0.518X2 - 1.059X3 + 0.179X4

Berdasarkan lampiran yang dirangkumkan di dalam tabel 5.8, dapat disampaikan beberapa kesimpulan umum sebagai berikut :

1. Hipotesis penelitian yang menyatakan secara simultan variabel gangguan pribadi, gangguan ekstern, gangguan organisasi dan sistem imbalan berpengaruh signifikan terhadap peran inspektorat daerah dapat diterima.Hal


(56)

ini terlihat dari nilai probabilitas model sebesar 0.000 jauh lebih kecil dari batas signifikansi yang digunakan yaitu sebesar 0.05.Berdasarkan uji-F dengan jumlah sampel 35, variabel independen 4 dan tingkat signifikansi sebesar 0.05 dihasilkan bahwa Fhitung (33.302) > Ftabel (2.76) sehingga hipotesis penelitian dapat diterima, sehingga dapat dikatakan bahwa kombinasi dari variabel independen berpengaruh terhadap peran inspektorat di Kabupaten Dairi.

2. Variabel gangguan pribadi secara parsial berpengaruh signifikan terhadap hasil peran inspektorat daerah berdasarkan output yang terdapat di lampiran yang diringkaskan di dalam tabel 5.8 menunjukkan bahwa nilai probabilitas sebesar 0.007, dimana nilai ini lebih kecil dari batas signifikansi model yaitu 0.05 serta uji-t menghasilkan nilai thitung ([-2.915]) > ttabel (2.06), dimana jika nilai thitung lebih besar dari ttabel maka hipotesis penelitian diterima.Koefisien yang bertanda negatif menujukkan bahwa variabel gangguan pribadi memberikan pengaruh negatif terhadap peran inspektorat.

3. Variabel gangguan ektern secara parsial menunjukkan pengaruh yang signifikan karena berdasarkan output nilai probabilitas lebih kecil (0.000) dari tingkat signifikansi sebesar 0.05 serta uji-t menghasilkan nilai thitung ([-4.855]) > ttabel (2.06).Koefsien yang bertanda negatif menunjukkan bahwa varaiabel ini memberikan pengaruh negatif terhadap peran inspektorat.

4. Variabel gangguan organisasi berpengaruh signifikan terhadap peran inspektorat.Hasil uji variabel ini menunjukkan probabilitas 0.018 lebih kecil


(57)

dari batas signifikansi yang digunakan (0.05) serta uji-t menghasilkan nilai thitung [-2.494] > ttabel (2.06).Koefisien variabel ini yang juga bertanda negatif menujukkan bahwa variabel ini memberikan pengaruh negatif terhadap peran inspektorat.

5. Variabel sistem imbalan menjadi satu-satunya variabel yang secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap peran inspektorat.Hal ini terlihat dari nilai signifikansi sebesar 0.553 lebih besar dari batas signifikansi penelitian (0.05) serta uji-t menghasilkan nilai thitung [0.600] < ttabel (2.06).Koefisien variabel menjadi tidak dapat diintepretasi karena nilainya tidak signifikan. 6. Koefisien determinasi sebesar 81.6 % artinya peran inspektorat daerah

dipengaruhi pada kisaran 81.6 % oleh gangguan pribadi, gangguan ekstern, gangguan organisasi, dan sisitem imbalan.Sisanya sebanyak 18.4 % dipengaruhi oleh faktor lain diluar variabel yang digunakan di dalam penelitian ini.

Berbagai hal yang terdapat di dalam hasil pengujian model akan lebih diperjelas pada bagian berikutnya.

5.2.3 Pembahasan

Berdasarkan pengujian yang dilakukan pada bagian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima.Artinya, secara simultan variabel gangguan pribadi, gangguan ektern, gangguan organisasi dan sistem imbalan berpengaruh secara signifikan terhadap


(58)

peran inspektorat di Pemerintahan Kabupaten Dairi.Hal ini terlihat dari berbagai output hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS dan dianalisa dengan berbagai teknik yang sesuai.

Hasil penelitian ini melengkapi hasil penelitian Amrullah (2010) yang menemukan bahwa variabel personal background (latar belakang pribadi) dan pengetahuan mempengaruhi peran seorang inspektorat.Personal background (latar belakang pribadi) pada dasarnya memiliki persamaan dengan ketiga variabel gangguan sehingga hasil kedua penelitian ini dapat dikatakan sejalan.Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian Siregar (2009), dimana ketiga variabel gangguan yang digunakan pada penelitian tersebut dan yang digunakan pada penelitian ini juga secara simultan berpengaruh terhadap independensi pemeriksa.Variabel independensi yang digunakan oleh Siregar (2009) pada dasarnya adalah syarat dalam pelaksanaan peran seorang inspektorat.Hasil analisis secara parsial juga menunjukkan hal yang sama, dimana variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini mempengaruhi peran inspektorat daerah di Kabupaten Dairi.

Sistem imbalan yang menjadi variabel yang ditambahkan dalam penelitian ini terbukti tidak berpengaruh terhadap peran auditor secara parsial.Hal ini kemungkinan disebabkan bahwa inspektorat yang berstatus sebagai PNS memiliki konsep bahwa peran mereka sebagai inspektorat tidak memiliki hubungan dengan gaji yang diperoleh karena sistem penggajian yang ditetapkan pada PNS telah memiliki aturan yang baku.Inspektorat masih memandang bahwa imbalan masih terbatas pada gaji


(59)

yang diterima dan belum memandang imbalan dalam bentuk bukan uang sebagai sesuatu reward yang harus diperoleh.

Ditinjau dari teori, hasil yang diperoleh dalam penelitian ini sesuai dengan berbagai teori terkait.Gangguan pribadi, gangguan ekstern, dan gangguan organisasi akan dapat mempengaruhi seorang pemeriksa dalam menjalankan fungsinya.Pengaruh itu timbul sebagai akibat dampak dari berbagai variabel tersebut yang mempengaruhi sikap dan tindakan inspektorat dalam menjalankan fungsinya.Hal ini juga yang mendasari berbagai peraturan perundang-undangan terkait diorancang untuk meminimalkan adanya ketiga jenis gangguan tersebut dalam diri seorang inspektorat.

Jika memperhatikan tanda pada koefisien masing-masing variabel, dapat diperhatikan bahwa ketiga tanda pada variabel gangguan adalah negatif.Tanda negatif tersebut dapat mengarahkan pada kesimpulan bahwa keberadaan gangguan akan memberikan pengaruh negatif terhadap peran auditor.Hal ini sejalan dengan teori yang membangun konsep hubungan antar variabel tersebut.Walaupun tidak signifikan, jika diperhatikan, tanda untuk koefisien variabel sistem imbalan bertanda positif, hal ini berarti keberadaan variabel sistem imbalan akan mempengaruhi peran inspektorat secara positif.Hal ini juga sejalan dengan teori yang membangun hubungan antara variabel tersebut.

Hasil penelitian ini yang menunjukkan bahwa ketiga variabel gangguan berpengaruh secara parsial sementara variabel sistem imbalan tidak berpengaruh secara parsial menunjukkan bahwa peran seorang inspektorat lebih dipengaruhi oleh


(60)

berbagai gangguan yang dihadapinya daripada permasalahan sistem imbalan.Pemerintah Kabupaten Dairi sebaiknya lebih berkonsentrasi untuk meminimalisasi keberadaan variabel gangguan ini agar peran inspektorat di Kabupaten Dairi dapat ditingkatkan.

Nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 81.6% menyatakan bahwa variabel dependen secara bersama-sama mempengaruhi kualitas hasil pemeriksaan sebesar 81.6 %.Nilai koefisien determinasi tersebut relatif besar.Variabel independen dapat menerangkan kualitas hasil pemeriksaan mencapai 81.6% sehingga model ini dapat dikatakan cukup baik untuk menerangkan permasalahan yang sedang diteliti, sedangkan variabel lain memberikan pengaruh sekitar 18 %.Dalam penelitian ilmu sosial nilai koefisien determinasi sebesar ini relatif tinggi.Hal ini memperkuat keyakinan peneliti dalam penerimaan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini.


(61)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data serta pembahasan yang dilakukan pada bagian sebelumnya, maka penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil analisis data secara keseluruhan dan gabungan menunjukkan bahwa

hipotesis penelitian diterima bahwa gangguan pribadi, gangguan ektern, gangguan organisasi dan sistem imbalan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peran inspektorat daerah Pemerintahan Kabupaten Dairi.Berdasarkan hal tersebut Pemerintah Kabupaten Dairi perlu memperhatikan keberadaan faktor-faktor tersebut dalam rangka peningkatan peran inspektorat Pemerintahan Kabupaten Dairi.

2. Ketiga variabel gangguan yaitu variabel gangguan pribadi, gangguan ekstern, dan gangguan organisasi terbukti secara parsial berpengaruh terhadap peran inspektorat kabupaten Dairi, sedangkan hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa pengetahuan tentang pengelolaan keuangan daerah dan proses pelaksanaan audit internal berpengaruh secara parsial terhadap peran auditor inspektorat. 3. Variabel sistem imbalan tidak memiliki pengaruh parsial yang signifikan terhadap

peran inspektorat di Kabupaten Dairi, sedangkan hasil penelitan terdahulu menunjukkan bahwa personal background (latar belakang pribadi) tidak berpengaruh secara parsial terhadap peran inspektorat.


(62)

4. Gangguan pribadi, gangguan ekstern, gangguan organisasi, dan sistem imbalan secara simultan berpengaruh terhadap peran inspektorat Kabupaten Dairi, sedangkan hasil penelitan terdahulu menunjukkan bahwa personal background (latar belakang pribadi), pengetahuan tentang pengelolaan keuangan daerah dan proses pelaksanaan audit internal berpengaruh secara simultan terhadap peran inspketorat.

6.2 Keterbatasan

Penelitian ini memiliki keterbatasan, antara lain :

1. Kuesioner ini diberikan kepada responden yang dapat saja diartikan sebagai proses menilai diri mereka sendiri sehingga pemberian nilai yang tidak sewajarnya merupakan kemungkinan yang dapat saja terjadi.

2. Terdapat sejumlah inspektorat yang belum terlalu lama dalam menjalankan tugas, sehingga pemahaman inspektorat tersebut terhadap tugas pokoknya masih relatif terbatas.

6.3 Saran

Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan penelitian ini, penulis memberikan beberapa saran berikut :

1. Bagi peneliti selanjutnya perlu menyempurnakan kuesioner yang digunakan sebagai instrumen penelitian agar dapat diperoleh pengukuran yang lebih baik.


(63)

2. Bagi Pemerintah Kabupaten Dairi perlu memberikan perhatian lebih pada para auditor inspektorat terhadap tugas pokoknya.


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Personal Background Dan Pengetahuan Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah Terhadap Peran Auditor Inspektorat Dalam Pengawasan Keuangan Daerah, Studi Kasus Inspektorat Pemerintah Kabupaten Langkat

4 92 86

Pengaruh Gangguan Pribadi, Ekstern, Organisasi dan Kecakapan Profesional terhadap Independensi Pemeriksa (Studi Empiris pada Auditor BPK RI Perwakilan Provinsi Sumatera Utara)

1 35 95

Pengaruh Gangguan Pribadi, Ekstern Dan Organisasi Terhadap Independensi Pemeriksa (Study Empiris Pada Inspektorat Kabupaten Deli Serdang)

0 37 115

PENGAWASAN OLEH INSPEKTORAT KABUPATEN KARANGANYAR TERHADAP EFISIENSI PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

0 8 73

PENDAHULUAN Pengaruh Independensi, Kompetensi, Akuntabilitas, Pengalaman Dan Motivasi Terhadap Kualitas Audit Pada Aparat Inspektorat Dalam Pengawasan Keuangan Daerah (Studi Empiris pada Inspektorat Pemerintah Kabupaten Sukoharjo).

0 2 6

PENGARUH PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN PERAN INSPEKTORAT TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN.

1 4 44

PENGARUH FRAUD RISK ASSESMENT DAN KECAKAPAN AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT APARAT INSPEKTORAT DALAM PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH (Studi kasus pada Inspektorat Daerah Kabupaten Kudus dan Jepara)

0 0 12

1. LATAR BELAKANG - Pengaruh Komitmen Organisasi Dan Kompetensi Auditor Terhadap Kinerja Auditor Pada Kantor Inspektorat Daerah Provinsi Lampung (Study Kasus pada Kantor Inspektorat Daerah Provinsi Lampung)

0 0 16

LATAR BELAKANG - Pengaruh Komitmen Organisasi Dan Kompetensi Auditor Terhadap Kinerja Auditor Pada Kantor Inspektorat Daerah Provinsi Lampung (Study Kasus pada Kantor Inspektorat Daerah Provinsi Lampung)

0 0 16

PENGAWASAN INSPEKTORAT DAERAH TERHADAP PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA (Studi Pada Inspektorat Kabupaten Pesawaran)

0 3 12