1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Maraknya berbagai penyakit yang disebabkan oleh nyamuk membuat masyarakat semakin sadar akan pentingnya menjaga lingkungan agar tetap bersih
dan bebas dari penyakit. Masyarakat sudah melakukan langkah-langkah antisipatif untuk mencegah datangnya penyakit, yaitu salah satunya dengan cara memakai
produk yang berfungsi untuk mengusir nyamuk pembawa penyakit. Ada berbagai varian obat anti nyamuk , seperti obat anti nyamuk semprot, obat anti nyamuk
bakar, dan tentunya lotion anti nyamuk. Penggunaan lotion anti nyamuk terkesan lebih praktis dan ramah
lingkungan dibandingkan jenis produk anti-nyamuk lainnya. Lotion anti nyamuk dapat langsung dioleskan ke bagian tubuh yang ingin dilindungi dari gigitan
nyamuk. Lotion anti nyamuk tidak mengeluarkan asap seperti anti nyamuk bakar dan tidak menimbulkan bau tidak sedap seperti bentuk anti nyamuk semprot.
Berkembangnya produk-produk inovatif seperti lotion anti nyamuk membuat produsen harus semakin fokus pada lini lotion anti nyamuk. Telah
muncul berbagai varian lotion anti nyamuk, mulai dari segi daya tahan terhadap serangan nyamuk, wangi, dan rasa. Salah satu merek lotion anti nyamuk yang
terkenal adalah Sari Puspa. Nama dan ekuitas merek Sari Puspa juga sudah sangat kuat di kalangan konsumen maupun retailer. Sari Puspa telah menguasai pasar
Universitas Sumatera Utara
2 lotion
anti nyamuk sekitar 80, jauh mengalahkan beberapa kompetitornya yaitu Lavenda,Autan dan beberapa merek lainnya. www.swa.co.id.
Merek Sari Puspa yang sudah terkenal di pasaran membuat banyak konsumen yang menjadi loyal untuk tetap membeli lotion anti nyamuk Sari Puspa.
Konsumen yang loyal merupakan aset yang sangat berharga bagi perusahaan. Konsumen yang loyal harus tetap dipertahankan oleh perusahaan, dengan cara
tetap memberikan kualitas dan pelayanan produk yang baik bagi para konsumen. Selain itu, masih banyak keunggulan yang dimiliki apabila suatu perusahaan
memiliki banyak konsumen yang loyal. Dari sisi cost, perusahaan dapat meminimalkan biaya promosi produk
karena untuk memperoleh pelanggan baru dibutuhkan biaya yang cukup tinggi. Selain itu, konsumen yang loyal akan terus membeli produk yang disukainya
dalam suatu rentang waktu serta konsumen yang loyal biasanya akan merekomendasikan produk yang digunakannya kepada orang lain. Semua ini
merupakan keunggulan-keunggulan yang dimiliki PT Sari Enesis yang memiliki banyak konsumen yang setia akan produk Sari Puspa.
Akan tetapi, pada tahun 2000, PT Sari Enesis mengubah nama Sari Puspa menjadi Soffell. Merek Soffell sebenarnya sudah lama dipakai sebagai
merek internasional Sari Puspa. Jadi, produk Sari Puspa yang diekspor sebelum ini sudah menggunakan merek Soffell. Dengan tujuan untuk menginformasikan
kepada konsumen Indonesia bahwa Sari Puspa juga menjadi pemimpin pasar di
luar negeri, maka brand Sari Puspa di Indonesia diganti dengan Soffell.
Universitas Sumatera Utara
3 Pergantian nama merek di saat produk sedang berada di jajaran produk
laris merupakan suatu langkah yang dinilai sangat riskan. Ditambah masyarakat di Indonesia hanya mengenal Sari Puspa, dan sama sekali tidak pernah mendengar
nama Soffell. PT Sari Enesis telah mempertimbangkan secara matang akan keputusan pergantian merek tersebut, mengingat brand awareness yang dimiliki
Sari Puspa sangat tinggi. Secara emosional merek Sari Puspa sudah sangat dekat dengan konsumen.
PT Sari Enesis berpeluang kehilangan pangsa pasar lotion anti nyamuk yang sudah dikuasainya selama beberapa dekade. Konsumen yang tadinya sangat
loyal terhadap merek Sari Puspa, bukan tidak mungkin akan berpindah menggunakan merek lotion anti nyamuk lainnya.
Pergantian merek juga pernah dilakukan oleh beberapa perusahaan lainnya. Banyak perusahaan yang berhasil dalam melakukan strategi rebranding,
namun tidak sedikit juga yang gagal. Perubahan merek Handyplast menjadi Hansaplast, Kentucky Fr ied Chicken menjadi KFC, National menjadi Panasonic
adalah beberapa contoh produk yang tetap berhasil walaupun telah melakukan proses rebranding. www.marketing.co.id.
Akan tetapi, ada pula beberapa perusahaan yang dinilai gagal dalam melakukan proses perubahan merek pada produk nya. Contohnya:
Kellogg’s yang berusaha merubah salah satu produknya Coco-Pops di Inggris pada tahun 1999
agar seragam di pasar Eropa, menjadi Choco Krispies. Hasilnya gagal total, penjualan menurun, konsumen lebih suka nama yang lama.
Universitas Sumatera Utara
4
1.2 Perumusan masalah