Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Siswa Sekolah Dasar Tentang Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Dengan Penyuluhan Cuci Tangan Pakai Sabun Di Yayasan Perguruan Tut Wuri Handayani Di Mabar Kecamatan Medan Deli Tahun 2014

(1)

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA TERHADAP PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DENGAN CUCI TANGAN PAKAI SABUN

DI YAYASAN PERGURUAN TUT WURI HANDAYANI DI MABAR KECAMATAN MEDAN DELI

TAHUN 2014

SKRIPSI

OLEH: WINDA SARI NIM. 111021135

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

DI MABAR KECAMATAN MEDAN DELI TAHUN 2014

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH: WINDA SARI NIM. 111021135

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(3)

(4)

ii

Penyuluhan mencuci tangan pakai sabun merupakan salah satu Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), dan telah menjadi perhatian dunia, hal ini karena masalah kurangnya praktek perilaku cuci tangan tidak hanya terjadi di negara berkembang saja, tetapi ternyata di negara maju pun kebanyakan masyarakatnya masih lupa untuk melakukan perilaku cuci tangan. Mencuci tangan yang benar menurunkan angka kejadian penyakit. Studi pendahuluan yang dilakukan di Yayasan Perguruan Tut Wuri Handayani diketahui bahwa 33 orang anak belum pernah mendapat penyuluhan tentang cara mencuci tangan yang baik dan benar.

Untuk mengetahui gambaran perilaku siswa Sekolah Dasar tentang Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat dengan penyuluhan Cuci Tangan Pakai Sabun di Yayasan Perguruan Tut Wuri Handayani Di Medan Mabar.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif-analitik cross sectional. Objek pada penelitian ini adalah siswa kelas 4.

Nilai variabel pengetahuan dalam kategori baik adalah 55,6% sedangkan untuk variabel sikap adalah 55,6%. Maka, disimpulkan ada gambaran pemberian penyuluhan PHBS tentang mencuci tangan terhadap pengetahuan, sikap, dan tindakan tentang mencuci tangan pada siswa kelas 4.

Ada gambaran pemberian penyuluhan tentang PHBS terhadap mencuci tangan terhadap pengetahuan, sikap, dan tindakan siswa kelas 4 di Yayasan Perguruan Tut Wuri Handayani Di Medan Mabar.


(5)

iii ABSTRACT

Illumination about hand washing using soap is one of Clean and Healthy Living Behavior (PHBS) and has been the world concern, it has because the problem of the lack of hand washing behavior practice occurs in not only developing countries but also developed ones most people still forget FOR perform Hand Washing Behavior. The correct hand washing reduces the incidence of disease. A preliminary study conducted in Foundation Tut Wuri Handayani find that 33 student have not received seminar about the good and correct hand washing.

To describe the behavior of elementary school students about Behavior Clean and Healthy with counseling Handwashing in Foundation Tut Wuri Handayani at Medan Mabar.

This research employed a descriptive-analitic cross sectional. The object of research was the IV graders.

The value of knowledge variable was 55,6%, and attitude variable was 55,6%,. Therefore, it can be there are describe that there was an effect of PHBS illimination about hand washing on the hand washing knowledge, attitude and action in the IV graders in Foundation Tut Wuri Handayani Elementary School.

There are describe that there was an effect of PHBS illimination about hand washing on the hand washing knowledge, attitude and action in the IV graders in Foundation Tut Wuri Handayani Elementary School.

Keywords : Clean And Healthy Lifestyle, Washing Hands With Soap, Knowledge, Attitude, Actions


(6)

iv

Tempat/Tanggal Lahir : Ujung Bayu, 04 April 1989 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Kawin Jumlah Bersaudara : 2 (Dua)

Alamat Rumah : Jl. Manggan No. 11 Medan Alamat Orang Tua : Desa Raja Maligas

Riwayat Pendidikan

1995-2001 SD Alwasliah

2001-2004 MTs Mayang

2004-2007 SMA N 1 Bandar

2007-2010 D-III Akper USU

2011-Sekarang Ekstensi S-1 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Riwayat Pekerjaan -


(7)

v

KATA PENGANTAR

Dengan nama allah yang maha pengasih lagi maha penyayang segala puji dan syukur saya panjat kan kehadirat allah SWT.berkat ridho dan karunia nya penulisan skripsi ini dapat diselesaikan Skripsi ini disusun untuk menyelesai kan program sarjana kesehatan masyarakat.sebagai manusia biasa, saya menyadari bahwa skripsi ini banyak kekurangannya dan masih jauh dari sempurna, namun demikian besar harapan saya kiranya tulisan sederhana ini dapat bermanfaat dalam menambah perbendaharaan bacaan khususnya tentang “Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa Sekolah Dasar Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dengan Penyuluhan Cuci Tangan Pakai Sabun di Yayasan Perguruan Tut Wuri Handayani di Mabar Kecamatan Medan Deli Tahun 2014”.

Dengan selesainya skripsi ini perkenanan kan lah saya menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat.

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Terima kasih kepada bapak Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes selaku Dosen Pembimbing I dan bapak Drs. Eddy Syahrial, MS selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.

3. Bapak Drs. Tukiman, MKM selaku penguji I dan Ketua Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.


(8)

vi

5. Kepada kepala sekolah dan guru-guru “Tut Wuri Handayani” terima kasih telah memberikan izin kepada saya untuk melakukan penelitian sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi saya sampai dengan selesai

6. Kepada ibunda saya tercinta “ENNI MANURUNG”, tiada kata lain yang bisa saya ucapkan dan saya sampaikan selain rasa terima kasih atas kasih sayang, pengorbanan, dukungan, semangat sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi dan pendidikan ini.

7. Kepada abang saya SANDI EKA PUTRA terimakasih atas bantuan, doa, semangat yang telah diberikan. Winda rindu kamu abg ku.!!!!

8. Kepada seluruh keluarga, Oppung, Ocik, Tulang, Wawan, Aulia, Afkar, terima kasih atas semangat dan doa yang telah di berikan kepada saya.

9. Hormat dan terimakasih saya” Letkol. ckm. dr. Listiono Pranoto spB”, selaku pimpinan klinik cendera kasih, yang telah memberi izin saya bekerja sambil kuliah sehingga saya bisa mendapat kan ilmu di pekerjaan dan di pendidikan .Saya hanya bisa berdoa semoga ALLAH Selalu memberi kesehatan,umur yang panjang dan rezeki yang berlimpah.amin yaaa ALLAH.

10. Terima kasih juga kepada ibu “RABUNIAH,AmKeb” ,selaku pimpinan cendera kasih yang telah memberikan bantuan ,semangat dan doa yang telah di berikan 11. Terimaka kasih kepada teman-teman dan rekan kerja saya Bang Tono, Kak nuri


(9)

vii

kecil ck” Adzra maysarah zulfa” terima kasih telah memberikan semangat dan doa selama kuliah dan dalam menyelesaikan skripsi ini.

12. Kepada teman-teman saya Dewita (kocik) Mumu, Kak Llely Sadewa, Kak Kiting, Caca, terima kasih atas semangat dan doa yang telah di berikan dalam penyelesaian skripsi ini

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna. Untuk itu penulis mengaharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, April 2015


(10)

viii

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.3.1 Tujuan Umum ... 8

1.3.2 Tujuan Khusus ... 9

1.4. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Perilaku ... 10

2.1.1 Pengertian Perilaku ... 10

2.2 Pengetahuan ... 10

2.2.1 Pengertian Pengetahuan ... 10

2.2.2 Tingkat Pengetahuan ... 11

2.3 Sikap ... 13

2.3.1 Pengertian Sikap ... 13

2.3.2 Indikator Sikap Terhadap Kesehatan ... 13

2.4 Tindakan ... 14

2.5 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) ... 14

2.5.1 Pengertian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) ... 14

2.5.2 PHBS di Intitusi Pendidikan ... 15

2.5.3 Sasaran PHBS di Sekolah ... 18

2.5.4 Manfaat PHBS di Sekolah ... 19

2.6 Siswa Sekolah Dasar ... 19

2.6.1 Pengertian Anak Siswa Sekolah Dasar ... 19


(11)

ix

2.7 Penyuluhan ... 23

2.8 Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) ... 26

2.8.1 Pengertian Perilaku Mencuci Tangan dengan Sabun . 26 2.8.2 Pentingnya Mencuci Tangan dengan Sabun ... 27

2.8.3 Bahaya Jika Tidak Mencuci Tangan dengan Sabun ... 27

2.8.4 Teknik Mencuci Tangan yang Baik dan Benar serta Penggunaan Sabun ... 27

2.9 Kerangka Konsep ... 29

BAB III METODE PENELITIAN ... 31

3.1 Jenis Penelitian ... 31

3.2 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ... 31

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 31

3.2.2 Waktu Penelitian ... 31

3.3 Populasi dan Sampel ... 31

3.3.1 Populasi ... 31

3.3.2 Sampel ... 32

3.4 Metode dan Pengumpulan Data ... 32

3.5 Defenisi Operasional ... 32

3.6 Aspek Pengukuran dan Instrument ... 33

3.6.1 Aspek Pengukuran ... 33

3.6.1.1 Pengetahuan ... 34

3.6.1.2 Sikap ... 34

3.6.1.2 Tindakan ... 35

3.6.2 Instrumen ... 36

3.7 Metode Penyajian Data ... 36

3.8 Analisa Data ... 37

3.8.1 Analisa Univariat ... 37

3.8.2 Rencana Penyajian Data ... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 39

4.1 Gambaran Umum Yayasan Perguruan Tut Wuri Handayani . 39 4.2 Hasil Analisis Univariat ... 39

4.2.1 Umur ... 39

4.2.2 Jenis Kelamin ... 39

4.2.3 Pendidikan ... 40

4.2.4 Pengetahuan ... 40

4.2.5 Sikap ... 41


(12)

x

Penajaga Sekolah di Sekolah Dasar Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dengan Penyuluhan Cuci Tangan Pakai Sabun terhadap Pengetahuan di Yayasan Perguruan

Tut Wuri Handayani ... 44

5.3 Gambaran Perilaku Siswa, Kepala Sekolah, Guru, dan Penjaga Sekolah di Sekolah Dasar Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Dengan Penyuluhan Cuci Tangan Pakai Sabun terhadap Sikap di Yayasan Perguruan Tut Wuri Handayani ... 45

5.4 Gambaran Perilaku Siswa, Kepala Sekolah, Guru, dan Penajaga Sekolah di Sekolah Dasar Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dengan Penyuluhan Cuci Tangan Pakai Sabun terhadap Tindakan di Yayasan Perguruan Tut Wuri Handayani ... 46

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 47

6.1 Kesimpulan ... 47

6.2 Saran ... 47 DAFTAR PUSTAKA


(13)

xi

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur Siswa,

Kepala Sekolah, Guru, dan Penjaga Sekolah ... 39

Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Siswa, Kepala Sekolah, Guru, dan Penjaga Sekolah ... 39

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Siswa, Kepala Sekolah, Guru, dan Penjaga Sekolah ... 40

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Pengetahuan tentang CTPS... 40

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Sikap tentang CTPS ... 41


(14)

ii

Penyuluhan mencuci tangan pakai sabun merupakan salah satu Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), dan telah menjadi perhatian dunia, hal ini karena masalah kurangnya praktek perilaku cuci tangan tidak hanya terjadi di negara berkembang saja, tetapi ternyata di negara maju pun kebanyakan masyarakatnya masih lupa untuk melakukan perilaku cuci tangan. Mencuci tangan yang benar menurunkan angka kejadian penyakit. Studi pendahuluan yang dilakukan di Yayasan Perguruan Tut Wuri Handayani diketahui bahwa 33 orang anak belum pernah mendapat penyuluhan tentang cara mencuci tangan yang baik dan benar.

Untuk mengetahui gambaran perilaku siswa Sekolah Dasar tentang Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat dengan penyuluhan Cuci Tangan Pakai Sabun di Yayasan Perguruan Tut Wuri Handayani Di Medan Mabar.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif-analitik cross sectional. Objek pada penelitian ini adalah siswa kelas 4.

Nilai variabel pengetahuan dalam kategori baik adalah 55,6% sedangkan untuk variabel sikap adalah 55,6%. Maka, disimpulkan ada gambaran pemberian penyuluhan PHBS tentang mencuci tangan terhadap pengetahuan, sikap, dan tindakan tentang mencuci tangan pada siswa kelas 4.

Ada gambaran pemberian penyuluhan tentang PHBS terhadap mencuci tangan terhadap pengetahuan, sikap, dan tindakan siswa kelas 4 di Yayasan Perguruan Tut Wuri Handayani Di Medan Mabar.


(15)

iii ABSTRACT

Illumination about hand washing using soap is one of Clean and Healthy Living Behavior (PHBS) and has been the world concern, it has because the problem of the lack of hand washing behavior practice occurs in not only developing countries but also developed ones most people still forget FOR perform Hand Washing Behavior. The correct hand washing reduces the incidence of disease. A preliminary study conducted in Foundation Tut Wuri Handayani find that 33 student have not received seminar about the good and correct hand washing.

To describe the behavior of elementary school students about Behavior Clean and Healthy with counseling Handwashing in Foundation Tut Wuri Handayani at Medan Mabar.

This research employed a descriptive-analitic cross sectional. The object of research was the IV graders.

The value of knowledge variable was 55,6%, and attitude variable was 55,6%,. Therefore, it can be there are describe that there was an effect of PHBS illimination about hand washing on the hand washing knowledge, attitude and action in the IV graders in Foundation Tut Wuri Handayani Elementary School.

There are describe that there was an effect of PHBS illimination about hand washing on the hand washing knowledge, attitude and action in the IV graders in Foundation Tut Wuri Handayani Elementary School.

Keywords : Clean And Healthy Lifestyle, Washing Hands With Soap, Knowledge, Attitude, Actions


(16)

1 1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan di Indonesia merupakan bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya guna tercapainya negara yang kuat (Ratna, 2011).

Terwujudnya derajat kesehatan masyarakat tersebut dapat dicapai, salah satunya dengan program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Program PHBS merupakan upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku, melalui pendekatan pimpinan (Advokasi), bina suasana (Social Support) dan pemberdayaan masyarakat (Empowerment) (Ratna, 2011).

Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) yang merupakan salah satu Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), saat ini juga telah menjadi perhatian dunia, hal ini karena masalah kurangnya praktek perilaku cuci tangan tidak hanya terjadi di negara-negara berkembang saja, tetapi ternyata di negara-negara maju pun kebanyakan masyarakatnya masih lupa untuk melakukan perilaku cuci tangan (Depkes, 2008).


(17)

2

Sehat merupakan hak setiap individu agar dapat melakukan segala aktifitas hidup sehari-hari. Untuk bisa hidup sehat, kita harus mempunyai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Perilaku ini merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan sesorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan masyarakatnya (Depkes, 2008).

SD Bersih Sehat adalah Sekolah Dasar yang warganya secara terus-menerus membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat, dan memiliki lingkungan sekolah yang bersih, indah, sejuk, segar, rapi, tertib, dan aman. SD Bersih Sehat mengutamakan pentingnya pembangunan kesehatan melalui kegiatan yang bersifat promotif dan preventif, sehingga dapat mendorong kemandirian semua warga sekolah dan masyarakat di lingkungan sekolah untuk berperilaku hidup sehat, memelihara kesehatannya, dan meningkatkan kesehatan di lingkunganya (Arif, 2013).

Salah satu dari empat kunci kegiatan PHBS untuk meningkatkan pencapaian derajat kesehatan adalah meningkatkan perilaku cuci tangan yang benar (cuci tangan dengan air yang mengalir dan sabun) setelah buang air besar, dan sebelum makan (Yusup, 2009).

Warga sekolah meliputi setiap individu yang berperan di dalam proses belajar-mengajar di sekolah, antara lain, peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan yang melaksanakan tugas pokok dan fungsinya pembelajar. Masyarakat lingkungan sekolah meliputi semua masyarakat yang berada di lingkungan sekolah selain warga sekolah. Perilaku hidup bersih dan sehat warga sekolah dilaksanakan atas dasar keinginan dan kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga warga sekolah mampu


(18)

melakukan kegiatan sendiri di bidang kesehatan serta dapat berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat (Arif, 2013).

Sekolah merupakan institusi formal dan strategis dalam menyiapkan sumber daya manusia yang sehat secara fisik, mental, sosial, dan produktif. Salah satu yang mempengaruhi keberhasilan proses belajar mengajar di sekolah adalah status kesehatan dan kondisi lingkungan sekolah (Arif, 2013).

Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) adalah salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari-jemari menggunakan air dan sabun untuk menjadi bersih. Mencuci tangan dengan sabun merupakan salah satu upaya pencegahan penyakit. Hal ini dilakukan karena tangan seringkali menjadi agen yang membawa kuman dan menyebabkan patogen berpindah dari satu orang ke orang lain, baik dengan kontak langsung ataupun kontak tidak langsung (menggunakan permukaan-permukaan lain seperti handuk, gelas). Tangan yang bersentuhan langsung dengan kotoran manusia dan binatang, ataupun cairan tubuh lain (seperti ingus) dan makanan/minuman yang terkontaminasi saat tidak dicuci dengan sabun dapat memindahkan bakteri, virus, dan parasit pada orang lain yang tidak sadar bahwa dirinya sedang ditulari. WHO telah mencanangkan setiap tanggal 15 Oktober sebagai Hari Mencuci Tangan Pakai Sabun Sedunia, yang diikuti oleh 20 negara di dunia, salah satu diantaranya adalah Indonesia (WHO, 2009).

Mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu cara paling efektif untuk mencegah penyakit diare dan ISPA, keduanya menjadi penyebab utama kematian anak. Setiap tahun, sebanyak 3,5 juta anak di seluruh dunia meninggal sebelum mencapai umur lima tahun karena penyakit diare dan ISPA. Mencuci tangan dengan


(19)

4

sabun juga dapat mencegah infeksi kulit, mata, kecacingan, dan flu burung (Nicholas, 2011). Sebuah penelitian menemukan bahwa mencuci tangan dengan sabun secara teratur dan menggunakan masker, sarung tangan, dan pelindung, lebih efektif untuk menahan penyebaran virus ISPA seperti flu dan SARS. Penelitian ini menyatakan bahwa mencuci tangan dengan air dan sabun adalah cara yang sederhana dan efektif untuk menahan virus ISPA, mulai dari virus flu sehari-hari hingga virus pandemik yang mematikan (Isaa, 2007).

Munculnya berbagai penyakit yang sering menyerang anak usia sekolah (usia 6-10) di atas, ternyata umumnya berkaitan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Oleh karena itu, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di sekolah merupakan kebutuhan mutlak dan dapat dilakukan melalui pendidikan kesehatan itu sendiri. Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di sekolah adalah upaya untuk memberdayakan siswa, guru dan masyarakat lingkungan sekolah agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, dan berperan aktif dalam mewujudkan sekolah sehat (Proverawati, 2012).

Pelaksanaan program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dikelompokkan menjadi 5 tatanan yaitu PHBS di Sekolah, PHBS di Rumah Tangga, PHBS di Institusi Kesehatan, PHBS di Tempat-tempat umum dan PHBS di Tempat Kerja (Notoatmodjo, 2010). Dari ke lima program PHBS tersebut, PHBS di sekolah merupakan tatanan awal untuk menciptakan sumber daya manusia yang sehat dan berkualitas untuk kemajuan bangsa dan negara. Tatanan sekolah merupakan salah satu ruang lingkup promosi kesehatan. Promosi kesehatan di lingkungan sekolah sangat efektif karena anak sekolah merupakan sasaran yang mudah dijangkau sebab


(20)

terorganisasi dengan baik serta merupakan kelompok umur yang peka dan mudah menerima perubahan. Anak sekolah juga berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan sehingga mudah untuk dibimbing, diarahkan, dan ditanamkan kebiasaan-kebiasaan baik (Lucie, 2007).

Salah satu upaya pemberian pendidikan kesehatan di sekolah adalah melalui promosi kesehatan. Promosi kesehatan dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai metode dan media yang disesuaikan dengan sasaran. Cara efektif dalam pendekatan kelompok adalah dengan metode penyuluhan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS). Pada metode ini dapat terjadi proses perubahan perilaku ke arah yang diharapkan melalui peran aktif sasaran dan saling tukar pengalaman sesama sasaran (Notoatmodjo, 2010).

Kualitas sumber daya manusia yang mampu berdaya saing akan tercipta jika pengawasan kesehatan dimulai dari anak usia sekolah. Anak belajar dan diajar oleh lingkungan mengenai bagaimana ia harus bertingkah laku yang baik dan tidak baik, lingkungan dapat berarti orang tua, guru dan teman-temannya (Gunarsa, 2008).

Pada usia Sekolah Dasar (SD) anak perlu mendapat pengawasan kesehatan, karena pada tahap ini merupakan proses tumbuh kembang yang teratur. Anak pada usia ini 5-6 hari dalam seminggu akan pulang dan pergi ke sekolah dengan melewati berbagai macam kondisi lalu lintas dan lingkungan yang mengalami polusi, sumber penyakit, bergaul dengan teman yang semuanya rawan tertular berbagai penyakit (Zaviera, 2008).

Anak sekolah merupakan aset atau modal utama pembangunan di masa depan yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Sekolah selain


(21)

6

berfungsi sebagai tempat pembelajaran, juga dapat menjadi ancaman penularan penyakit jika tidak dikelola dengan baik. Lebih dari itu, usia sekolah bagi anak juga merupakan masa rawan terserang berbagai penyakit. Salah satu penyakit yang banyak diderita oleh anak-anak, khususnya usia Sekolah Dasar adalah penyakit infeksi kecacingan, yaitu sekitar 40-60 %.

Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) setiap tahun 100.000 anak Indonesia meninggal akibat diare, sementara data Departemen Kesehatan menunjukkan di antara 1000 penduduk terdapat 300 orang yang terjangkit penyakit diare sepanjang tahun (Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013).

Beberapa jurnal di dunia melaksanakan penelitian yang berkaitan dengan cuci tangan pakai sabun. Jurnal dari Annals of Internal Medicine pada tahun 2009 dengan judul artikel The Effects of Hand Washing and Facemasks on Prevention of Influenza Infection, penelitian ini melibatkan 259 orang yang tinggal di Hongkong, bahwa dengan mencuci tangan dan menggunakan masker membantu mencegah penyebaran cirus influenza kira-kira 36 jam dihitung sejak gejala influenza ditemukan. Dan diikutkan penelitian yang telah dilakukan oleh Park dan kawan-kawan dalam jurnal BMC Infectious Diseases artikel Perceptions And Behaviors Related To Hand Hygiene For The Prevention Of H1N1 Influenza Transmission Among Korean University Students During The Peak Pandemic Period menyebutkan cuci tangan dengan sabun merupakan cara yang efektif untuk mencegah penyakit H1N1 dan Influenza.


(22)

Berdasarkan observasi awal peneliti di Yayasan Perguruan Tut Wuri Handayani di Medan Mabar, didapatkan 5 orang anak memiliki kebiasaan main dengan tanah dan benda-benda kotor lainnya sewaktu istirahat yang setelah bermain tidak melakukan cuci tangan pakai sabun sebelum masuk kelas. Efek dari tidak mecuci tangan pakai sabun sebelum masuk kelas menyebabkan patogen (kuman) akan berpindah dari satu orang ke orang lain sehingga dapat menyebabkan penyakit diare, dan penyakit lainnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan 5 orang anak juga menyebutkan masih jarang guru memberikan pengarahan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, juga tidak pernah dilakukan pendidikan kesehatan dari dinas terkait di sekolah ini. Para siswa di sekolah tersebut belum menyadari betul guna PHBS bagi kesehatan dirinya (Data Yayasan Perguruan Tut Wuri Handayani, 2014)

Tut wuri handayani adalah “Di Depan, Seorang Pendidik harus memberi Teladan atau Contoh Tindakan Yang Baik, Di tengah atau di antara Murid, Guru harus menciptakan prakarsa dan ide, Dari belakang Seorang Guru harus Memberikan dorongan dan Arahan.”(Ki hajar Dewantara)

Yang menjadi masalah di Yayasan ini adalah tidak pernah dilakukan penyuluhan CTPS di sekolah. Di Yayasan Perguruan Tut Wuri tidak berjalan program UKS. Di Yayasan ini disediakan air tetapi tersedia air yang kotor karena jarang dibersihkan, dan tidak ada disediakan sabun.


(23)

8

Gambar 1.1 Kondisi Kamar Mandi Sekolah SD Tut Wuri Handayani Menyadari akan pentingnya peranan pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dengan penyuluhan Cuci Tangan Pakai Sabun terutama pada kelompok usia Sekolah Dasar, maka hal ini membuat peneliti tertarik mengambil judul “Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa, Kepala Sekolah, Guru dan Penjaga Sekolah di Sekolah Dasar tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dengan Penyuluhan Cuci Tangan Pakai Sabun di Yayasan Perguruan Tut Wuri Handayani di Medan Mabar tahun 2014”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dengan Cuci Tangan Pakai Sabun di Yayasan Perguruan Tut Wuri Handayani di Medan Mabar tahun 2014.”


(24)

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui “Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dengan Penyuluhan Cuci Tangan Pakai Sabun di Yayasan Perguruan Tut Wuri Handayani di Medan Mabar tahun 2014”.

1.3.1 Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran pengetahuan siswa, kepala sekolah, guru dan penjaga sekolah tentang perilaku hidup bersih dan sehat dengan penyuluhan cuci tangan pakai sabun di Yayasan Perguruan Tut Wuri Handayani.

2. Mengetahui gambaran sikap siswa, kepala sekolah, guru dan penjaga sekolah tentang perilaku hidup bersih dan sehat dengan penyuluhan cuci tangan pakai sabun di Yayasan Perguruan Tut Wuri Handayani.

3. Mengetahui gambaran tindakan siswa, kepala sekolah, guru dan penjaga sekolah tentang perilaku hidup bersih dan sehat dengan penyuluhan cuci tangan pakai sabun di Yayasan Perguruan Tut Wuri Handayani.

1.4.Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. Diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak sekolah bahwa penyuluhan kesehatan dapat dilakukan dengan penyuluhan.

2. Dapat menciptakan sumber daya yang sehat.

3. Sebagai bahan pembelajaran bagi peneliti dan sebagai bahan masukan kepada pihak-pihak yang menbutuhkan.


(25)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku

2.1.1 Pengertian Perilaku

Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan (Depdiknas, 2005). Dari pandangan biologis perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktifitas organisme yang bersangkutan.

Robert Kwick (1974), menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari (Dikutip dari Notoatmodjo, 2003).

Skinner (1938), merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus/rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya organisme. Dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori Skinner ini disebut “S-O-R” atau Stimulus-Organisme-Respon.

Menurut Green (2005), perilaku kesehatan seseorang dipengaruhi oleh faktor predisposisi (predisposing factor) dimana terdiri dari tiga faktor, yaitu: pengetahuan, sikap dan tindakan.

2.2 Pengetahuan

2.2.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terhadap obyek terjadi melalui panca indera manusia, yakni : penglihatan, pendengaran, penciuman,


(26)

rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui. Manusia memiliki rasa ingin tahu, lalu ia mencari, hasilnya ia tahu sesuatu. Sesuatu itulah yang dinamakan pengetahuan (Meutia, 2009).

2.2.2 Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan yang tercakup dalam domain cognitive mempunyai 6 (enam) tingkatan :

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (Recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada suatu situasi atau kondisi sebenarnya (real). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hokum-hukum, rumus, metode,


(27)

12

prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya penggunaan rumus statistik dalam perhitungan hasil penelitian.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu metode kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

5. Sintesis (Syntesis)

Sintesis menunjukkan kepada sesuatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagain dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, merencanakan, menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justification atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian-penilaian tersebut didasarkan pada suatu kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya dapat menafsirkan sebab-sebab mengapa ibu-ibu tidak mau ikut ber-KB, tidak mau memeriksakan kehamilan dan sebagainya.


(28)

2.3 Sikap

2.3.1 Pengertian Sikap

Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu. Sebagai contohnya yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan atau senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010). Sikap juga merupakan evaluasi atau reaksi perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak memihak (unfavorable) pada objek tertentu (Azwar, 2003).

2.3.2 Indikator Sikap Terhadap Kesehatan

Indikator untuk sikap kesehatan juga sejalan dengan pengetahuan kesehatan, antara lain : (Notoatmodjo, 2007)

1. Sikap terhadap sakit dan penyakit

Adalah bagaimana penilaian atau pendapat seseorang tehadap gejala atau tanda-tanda penyakit, penyebab penyakit, cara penularan penyakit dan sebagainya. 2. Sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat

Adalah penilaian atau pendapat seseorang terhadap cara-cara memelihara dan cara-cara (berperilaku) hidup sehat. Dengan perkataan lain pendapat atau penilaian terhadap makanan, minuman, olahraga, istirahat cukup dan sebagainya. 3. Sikap terhadap kesehatan lingkungan

Adalah pendapat atau penilaian seseorang terhadap lingkungan dan pengaruhnya terhadap kesehatan. Misalnya pendapat atau penilaian terhadap air bersih, pembuangan limbah, polusi dan sebagainya. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Dapat melalui wawancara atau angket.


(29)

14

2.4 Tindakan

Tindakan adalah mekanisme dari suatu pengamatan yang muncul dari persepsi sehingga ada respon untuk mewujudkan suatu tindakan. Kebiasaan setiap anak dalam berperilaku mencuci tangan dengan sabun agar terhindar dari berbagai macam penyakit sehingga dapat diterapkan dalam kegiatan sehari-hari.

Tindakan mempunyai beberapa tingkatan yaitu :

1. Persepsi (perception) yaitu mengenal dan memilih berbagai objek yang akan dilakukan.

2. Respon terpimpin yaitu melakukan segala sesuatu sesuai dengan urutan yang benar.

3. Mekanisme yaitu melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis

4. Adaptasi yaitu suatu praktek atau tindakan yang yang sudah berkembang dan dilakukan dengan baik (Notoatmodjo, 2007).

2.5 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

2.5.1 Pengertian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan dapat berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat (Depkes RI, 2008).


(30)

Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) adalah perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang yang mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya (Kemenkes RI, 2010).

2.5.2 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Institusi Pendidikan

Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) di sekolah merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat. Penerapan PHBS ini dapat dilakukan melalui pendekatan Usaha Kesehatan Sekolah.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di sekolah adalah kebiasaan/perilaku positif yang dilakukan oleh setiap komponen lingkungan sekolah yaitu oleh setiap siswa, guru, penjaga sekolah, petugas kantin sekolah, orang tua siswa, dan lain-lain yang dengan kesadarannya untuk mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya serta aktif dalam menjaga lingkungan sehat di sekolah. PHBS perlu dilakukan sekolah dengan tujuan agar siswa, guru, penjaga sekolah, petugas kantin sekolah, orang tua siswa dan lain-lain terlindungi dari berbagai gangguan dan ancaman penyakit, sekolah menjadi bersih dan sehat sehingga meningkatkan semangat proses belajar-mengajar dan akhirnya meningkatkan prestasi belajar siswa.

Beberapa Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah :

1. Mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan memakai sabun.

Mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan memakai sabun itu penting karena air bersih yang mengalir membersihkan kotoran dan kuman-kuman, sabun


(31)

16

dapat membersihkan kotoran dan membunuh kuman, karena tanpa sabun, kotoran dan kuman masih tertinggal di tangan. Air kotor juga banyak mengandung kuman dan bakteri penyebab penyakit antara lain, mencret/diare, cacingan, typhus, flu burung, dan lain-lain.

2. Jajan di kantin sekolah yang sehat.

Jajanan sehat adalah jajanan yang bersih, aman, sehat dan mengandung zat gizi seperti karbohidrat, protein dan vitamin. Contoh jajanan sehat: gado-gado, pisang goreng, lemper, tahu isi, singkong, bakwan, buah-buahan, dan lain-lain. Ketika kita jajan sembarangan, kita tidak dapat memastikan apakah jajanan tersebut bersih, bergizi, sehat dan aman. Jajanan tidak bersih dapat tercemar kuman. Jajan sembarangan tidak aman karena kita tidak tahu apakah bahan makanan tambahan yang digunakan seperti zat pewarna, zat pengawet, bumbu penyedap apakah aman bagi kesehatan kita.

3. Membuang sampah pada tempatnya.

Sampah adalah sarang kuman dan bakteri penyakit. Membuang sampah pada tempatnya menghindari tubuh supaya tidak tertular penyakit, juga menjaga kebersihan lingkungan sekolah.

4. Mengikuti kegiatan olah raga di sekolah.

Tujuan olahraga secara rutin adalah agar tubuh selalu bugar, untuk memelihara kesehatan fisik dan mental agar tetap sehat dan tidak mudah sakit, untuk pertumbuhan dan perkembangan fisik yang optimal. Sedangkan manfaat dari olahraga teratur adalah berat badan terkendali, otot lebih lentur dan tulang lebih


(32)

kuat, bentuk tubuh ideal dan proporsional, daya tahan tubuh terhadap penyakit lebih baik.

5. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan

Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan secara teratur paling tidak 6 bulan sekali, berarti siswa dapat mengetahui pertumbuhan dan perkembangan badan serta status gizi: kurang, baik atau lebih. Dengan mengamati pertumbuhan berat badan dan tinggi badan dari waktu ke waktu, dapat diketahui perkembangan kesehatannya.

6. Bebaskan diri dari asap rokok

Rokok berbahaya karena pada 1 batang rokok mengandung 4000 bahan kimia dan 43 senyawa tersebut terbukti menyebabkan kanker. Bahan utama rokok terdiri dari nikotin, tar dan karbonmonoksida. Bahaya merokok ialah dapat menderita kanker, penyakit jantung dan pembuluh darah, batuk-batuk yang menahun (kronik), kelainan kehamilan, kerusakan gigi, dan kehilangan pendengaran. Cara untuk terhindari dari merokok ialah jang pernah mencoba untuk merokok, jangan mau terbujuk oleh rayuan merokok, berani katakan tidak kalau ada yang menawari merokok, pilih dan bergaulah dengan teman yang tidak merokok.

7. Memberantas jentik nyamuk di sekolah.

Perlunya dilakukan pemberantasan jentik di sekolah adalah agar siswa terhindar dari berbagai penyakit yang ditularkan oleh nyamuk seperti demam berdarah, malaria, dan kaki gajah, dan juga membuat lingkungan sekolah menjadi bersih dan sehat. Cara memberantas jentik nyamuk yaitu dengan melakukan cara 3M,


(33)

18

yaitu menguras tempat penampungan air seminggu sekali, menutup rapat tempat penampungan air, menguburkan barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan seperti kaleng bekas, plastik, dan lain-lain. Pemeriksaan jentik berkala dan 3M dilakukan secara teratur setiap minggu di sekolah.

8. Buang air kecil dan air besar di jamban sekolah

Pentingnya untuk membuang air besar dan kecil di jamban adalah untuk menjaga lingkungan agar selalu bersih, sehat dan tidak berbau, tidak mencemari sumber air yang ada di sekitarnya, dan tidak menimbulkan datangnya lalat yang dapat menjadi penular penyakit diare, kolera, disentri, tipus, cacingan, dan lain-lain. Cara menggunakan jamban dengan benar adalah menggunakan jamban duduk jangan berjongkok karena kaki/alas kaki akan mengotori jamban, kemudian menyiram bersih setelah buang air kecil dan besar, tidak membuang sampah pada lubang jamban agar tidak tersumbat dan mengingatkan warga sekolah untuk menjaga kebersihannya.

2.5.3 Sasaran Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) di Sekolah 1. Sasaran Primer

Adalah sasaran utama dalam institusi pendidikan yang akan dirubah perilakunya murid atau guru yang bermasalah (individu/kelompok dalam institusi pendidikan yang bermasalah).

2. Sasaran Sekunder

Adalah sasaran yang dapat memengaruhi individu dalam institusi pendidikan yang bermasalah, misalnya kepala sekolah, guru, orang tua, murid, kader kesehatan sekolah, tokoh masyarakat, petugas kesehatan, dan lintas sektor terkait.


(34)

3. Sasaran Tersier

Adalah sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsur pembantu dalam menunjang atau mendukung pendanaan, kebijakan, dan kegiatan untuk tercapainya pelaksanaan PHBS di institusi pendidikan, misalnya kepala desa, lurah, camat, Kepala Puskesmas, Dinas Kesehatan, guru, tokoh masyarakat dan orang tua murid.

2.5.4 Manfaat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah

1. Terciptanya sekolah yang bersih dan sehat sehingga peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah terlindungi dari berbagai gangguan dan ancaman penyakit.

2. Meningkatnya semangat proses belajar-mengajar yang berdampak pada prestasi belajar peserta didik.

3. Citra sekolah sebagai institusi pendidikan semakin meningkat sehingga mampu menarik minat orang tua (masyarakat) untuk menyekolahkan anaknya di sekolah tersebut.

4. Meningkatnya citra pemerintah daerah di bidang pendidikan. 5. Menjadi percontohan sekolah sehat bagi daerah lain

2.6 Siswa Sekolah Dasar

2.6.1 Pengertian Anak Siswa Sekolah Dasar

Anak usia sekolah dasar adalah periode perkembangan anak usia antara 6-12 tahun dikenal sebagai periode laten. Tidak seperti bayi dan usia pra-sekolah, anak


(35)

20

usia sekolah sudah dapat menentukan kehendak/keinginan sesuai dengan kemampuan mereka untuk memilih yang lebih baik (Diktat Anak, 2009).

Menurut Piaget (Friedman dan Clark, 1987), perkembangan anak pada masa ini berada pada tahap konkret operasional. Konkret karena anak hanya mampu memahami hal-hal berbentuk (tangible) dan operasional karena mampu berfikir dengan cara sistematis dan logis.

2.6.2 Ciri-Ciri Anak Usia Sekolah

Orangtua, pendidik, dan ahli psikologis memberikan berbagai label kepada periode ini dan label-label itu mencerminkan ciri-ciri penting dari periode anak usia sekolah. Label-label tersebut yaitu : (Lusi, 2008).

1. Label yang digunakan oleh orang tua a. Usia yang menyulitkan

Suatu masa dimana anak tidak mau lagi menuruti perintah dan dimana ia lebih banyak dipengaruhi oleh teman-teman sebaya daripada oleh orang tua dan anggota keluarga lainnya.

b. Usia tidak rapi

Suatu masa dimana anak cenderung tidak memperdulikan dan ceroboh dalam penampilan, dan kamarnya sangat berantakan. Sekalipun ada peraturan keluarga yang ketat mengenai kerapian dan perawatan barang-barangnya, hanya beberapa saja yang taat, kecuali bila orang tua mengharuskan melakukannya dan mengancam dengan hukuman.


(36)

2. Label yang digunakan oleh para pendidik a. Usia sekolah dasar

Pada usia tersebut anak diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan yang dianggap penting untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa, dan mempelajari berbagai ketrampilan penting tertentu, baik ketrampilan kurikuler maupun ekstra kurikuler.

b. Periode kritis

Suatu masa dimana anak membentuk kebiasaan untuk mencapai sukses, tidak sukses, atau sangat sukses. Sekali terbentuk, kebiasaan untuk bekerja dibawah, diatas atau sesuai dengan kemampuan cenderung menetap sampai dewasa. Dilaporkan bahwa tingkat perilaku berprestasi pada masa kanak-kanak mempunyai korelasi yang tinggi dengan perilaku berprestasi pada masa dewasa.

3. Label yang digunakan ahli psikologi a. Usia berkelompok

Suatu masa dimana perhatian utama anak tertuju pada keinginan diterima oleh teman-teman sebaya sebagai anggota kelompok, terutama kelompok yang bergengsi dalam pandangan teman-temannya. Oleh karena itu, anak ingin menyesuaikan dengan standar yang disetujui kelompok dalam penampilan, berbicara, dan perilaku.

b. Usia penyesuaian diri

Suatu masa dimana perhatian pokok anak adalah dukungan dari teman-teman sebaya dan keanggotaan dalam kelompok.


(37)

22

c. Usia kreatif

Suatu masa dalam rentang kehidupan dimana akan ditentukan apakah anak-anak menjadi konformis atau pencipta karya yang baru dan orisinil. Meskipun dasar-dasar untuk ungkapan kreatif diletakkan pada awal masa kanak-kanak, namun kemampuan untuk menggunakan dasar-dasar ini dalam kegiatan-kegiatan orisinal pada umumnya belum berkembang sempurna sebelum anak-anak belum mencapai tahun-tahun akhir masa kanak-kanak. d. Usia bermain

Bukan karena terdapat lebih banyak waktu untuk bermain daripada periode-periode lain, namun terdapat tumpang tindih antara ciri-ciri kegiatan bermain anak-anak yang lebih muda dengan ciri-ciri bermain anak-anak remaja. Jadi alasan periode ini disebut sebagai usia bermain adalah karena luasnya minat dan kegiatan bermain dan bukan karena banyaknya waktu untuk bermain. Jadi dapat disimpulkan bahwa masa ini adalah masa atau usia dini yang paling tepat bagi anak memperoleh pendidikan kesehatan mencuci tangan. Masa dimana anak senang mempelajari apa yang ada di sekitarnya dengan suka bermain dan berkelompok dengan teman–temannya baik dalam keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan di sekitarnya. Anak akan mudah diberikan masukan mengenai pendidikan kesehatan mencuci tangan sehingga dapat merubah perilaku yang sebelumnya tidak rajin mencuci tangan. Setelah mendapatkan pendidikan kesehatan, anak menjadi tahu pentingnya mencuci tangan dan merubah perilaku mencuci tangannya (Nicholas, 2011).


(38)

2.7 Penyuluhan

Penyuluhan adalah suatu kegiatan pendidikan yang bersifat non-formal yang ditujukan untuk mengubah perilaku baik pengetahuan, sikap, dan keterampilan manusia (Arsury, 2009).

Penggunaan kombinasi dari berbagai penyuluhan akan banyak membantu mempercepat proses perubahan. Penelitian menunjukkan bahwa lebih banyak penyuluhan yang akan digunakan, akan lebih banyak perubahan yang terjadi dalam diri individu. Kombinasi metode penggunaan penyuluhan juga dilakukan pada “kelompencapir”. Dalam operasional di lapangan, kelompencapir menggunakan berbagai cara/metode komunikasi yaitu metode komunikasi banyak tahap (multi step of communication) yaitu arus komunikasi mengalir dari media masyarakat kepada pemuka masyarakat, dari pemuka masyarakat secara “tatap muka” disalurkan kepada anggota kelompencapir melalui diskusi-diskusi kelompok tentang topik yang dibahas oleh media massa, dan selanjutnya disebarkan kepada khalayak secara bersilang dan menyeluruh.

Menurut Mounder dalam Suriatna (1987), menggolongkan metode penyuluhan menjadi 3 (tiga) golongan berdasarkan jumlah sasaran yang dapat dicapai:

1. Metode berdasarkan pendekatan perseorangan. Dalam metode ini, penyuluh berhubungan dengan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan sasaran secara pororangan. Yang termasuk ke dalam metode ini adalah:

a. Surat-menyurat b. Kontak informal


(39)

24

c. Undangan

d. Hubungan telepon e. Magang

2. Metode berdasarkan pendekatan kelompok. Dalam hal ini, penyuluh berhubungan denga sekelompok orang yang menyampaikan pesannya. Beberapa metode pendekatan kelompok antara lain:

a. Ceramah dan diskusi b. Rapat

c. Demonstrasi d. Temu karya e. Temu lapang f. Perlombaan g. Pemutaran slide

h. Penyuluhan kelompok lainnya

3. Metode berdasarkan pendekatan massal. Metode ini dapat menjangkau sasaran yang lebih luas (massa). Beberapa metode yang termasuk dalam golongan itu, antara lain:

a. Rapat umum

b. Siaran melalui media massa c. Pertunjukan kesenian rakyat d. Penerbitan visual


(40)

Sedangkan para ahli yang lain menggolongkan metode berdasarkan teknik komunikasi dan berdasarkan indra penerimaan sasaran. Berdasarkan teknik komunikasi, penyuluhan dibai menjadi 2 golongan, yaitu:

1. Penyuluhan langsung. Artinya para petugas penyuluhan, langsung bertatap muka dengan sasaran. Misalnya anjangsana, kontak personal, demonstrasi, dan lain-lain.

2. Penyuluhan tidak langsung. Dalam hal ini pesan yang disampaikan tidak secara langsung dilakaukan oleh penyuluh teteapi melalui perantara atau media. Misalnya pertunjukan film atau slide, siaran melalau radio atau televisi dan penyebaran bahan tercetak.

Adapun penggolongan metode berdasarkan indera penerima dibagi menjadi 3 golongan yaitu :

1. Metode yang dilaksanakan dengan jalan memperhatikan. Pesan yang diterima melalui indra penglihatan. Misalnya penempelan poster, pemutaran film dan pemutaran slide.

2. Metode yang disampaikan melalui indra pendengaran. Misalnya siaran pertanian melalui radio dan hubungan telephone serata alat-alat audiotif lainnya.

3. Metode yang disampaikan, diterima oleh sasaran melalui beberapa macam indra secara kombinasi. Misalnya :

a. Demonstrasi hasil (dilihat, didengar, dan diraba) b. Demonstrasi cara (dilihat, didengar, dan diraba) c. Siaran melalui televisi (didengar dan dilihat) 4.


(41)

26

2.8 Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)

2.8.1 Pengertian Perilaku Mencuci Tangan dengan Sabun

Cuci tangan adalah salah satu bentuk kebersihan diri yang penting. Selain mencuci tangan juga dapat diartikan menggosok dengan sabun secara bersama seluruh kulit permukaan tangan dengan kuat dan ringkas yang kemudian dibilas di bawah air yang mengalir (Potter, 2005).

Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) adalah salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari-jemari menggunakan air dan sabun oleh manusia untuk menjadi bersih dan memutuskan mata rantai kuman. Mencuci tangan dengan sabun merupakan salah satu upaya pencegahan penyakit. Hal ini dilakukan karena tangan sering menjadi agen yang membawa kuman dan menyebabkan patogen berpindah dari satu orang ke orang lain, baik dengan kontak langsung ataupun kontak tidak langsung (menggunakan permukaan-permukaan lain seperti handuk, gelas). Tangan 16 yang bersentuhan langsung dengan kotoran manusia dan binatang, ataupun cairan tubuh lain (seperti ingus) dan makanan/minuman yang terkontaminasi saat tidak dicuci dengan sabun dapat memindahkan bakteri, virus, dan parasit pada orang lain yang tidak sadar bahwa dirinya sedang ditulari (WHO, 2009).

Perilaku mencuci tangan adalah suatu aktivitas, tindakan mencucin tangan yang dikerjakan oleh individu yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. Mencuci tangan adalah kegiatan membersihkan bagian telapak, punggung tangan dan jari agar bersih dari kotoran dan membunuh kuman penyebab penyakit yang merugikan kesehatan manusia seta membuat tangan menjadi harum baunya.


(42)

2.8.2 Pentingnya Mencuci Tangan dengan Sabun

Kebiasaan mencuci tangan dengan air saja tidak cukup untuk melindungi seseorang dari kuman penyakit yang menempel di tangan. Terlebih bila mencuci tangan tidak di bawah air mengalir. Mencuci tangan pakai sabun terbukti efektif dalam membunuh kuman yang menempel ditangan.

Tujuan utama dari cuci tangan secara higienis adalah untuk menghalangi transmisi patogen-patogen kuman dengan cepat dan secara efektif (Carl, 2008). 2.8.3 Bahaya Jika tidak Mencuci Tangan dengan Sabun

Jika tidak mencuci tangan menggunakan sabun, kita dapat menginfeksi diri sendiri terhadap kuman dengan menyentuh mata, hidung atau mulut. Dan kita juga dapat menyebarkan kuman ke orang lain dengan menyentuh permukaan yang mereka sentuh juga seperti handel pintu.

Penyakit infeksi umumnya menyebar melalui kontak tangan ke tangan termasuk demam biasa, flu dan beberapa kelainan sistem pencernaan seperti diare. Kebersihan tangan yang kurang juga dapat menyebabkan penyakit terkait makanan seperti infeksi Salmonella dan E. Coli. Beberapa mengalami gejala yang mengganggu seperti mual, muntah, dan diare (Lestari, 2008).

2.8.4 Teknik Mencuci Tangan yang Baik dan Benar serta Penggunaan Sabun Untuk mendapatkan hasil yang optimal, maka mencuci tangan haruslah dengan air bersih yang mengalir, baik itu melalui kran air atau disiram dengan gayung, menggunakan sabun yang standar, setelah itu keringkan dengan handuk bersih atau menggunakan tisu (Kemenkes, 2010).


(43)

28

Untuk penggunaan jenis sabun dapat menggunakan semua jenis sabun karena semua sabun sebenarnya cukup efektif dalam membunuh kuman penyebab penyakit. Teknik mencuci tangan yang benar harus menggunakan sabun dan di bawah air yang mengalir dengan langkah-langkah sebagai berikut: (Kemenkes, 2010)

1. Basahi tangan dengan air di bawah kran atau air mengalir.

2. Ambil sabun cair secukupnya untuk seluruh tangan, akan lebih baik jika sabun yang mengandung antiseptik.

3. Gosokkan pada kedua telapak tangan. 4. Gosokkan sampai ke ujung jari.

5. Telapak tangan kanan menggosok punggung tangan kiri (atau sebaliknya) dengan jari-jari saling mengunci (berselang-seling) antara tangan kanan dan tangan kiri, gosokkan sela-sela jari tersebut. Hal ini dilakukan pada kedua tangan.

6. Letakkan punggung jari satu dengan punggung jari lainnya dan saling mengunci. 7. Usapkan ibu jari tangan kanan dengan punggung jari lainnya dengan gerakan

saling berputar, lakukan hal yang sama dengan ibu jari tangan kiri.

8. Gosokkan telapak tangan dengan punggung jari tangan satunya dengan gerakan kedepan, kebelakang, berputar. Hal ini dilakukan pada kedua tangan.

9. Pegang pergelangan kanan kanan dengan pergelangan kiri dan lakukan gerakan memutar. Lakukan pula pada tangan kiri.

10. Bersihkan sabun dari kedua tangan dengan air mengalir.

11. Keringkan tangan dengan menggunakan tissue atau handuk, jika menggunakan kran, tutup kran dengan tisu.


(44)

Karena mikroorganisme tumbuh berkembang biak di tempat basah dan di air yang menggenang, maka apabila menggunakan sabun batangan sediakan sabun batangan yang berukuran yang kecil dalam tempat sabun yang kering. Hindari mencuci tangan di waskom yang berisi air walaupun telah ditambahkan bahan antiseptik, karena mikroorganisme dapat bertahan dan berkembang biak pada larutan ini.

Apabila menggunakan sabun cair jangan menambahkan sabun apabila terdapat sisa sabun pada tempatnya, penambahan dapat menyebabkan kontaminasi bakteri pada sabun yang baru dimasukkan. Apabila tidak tersedia air mengalir, gunakan ember dengan kran yang dapat dimatikan sementara menyabuni kedua tangan dan buka kembali untuk membilas atau gunakan ember dan kendi/teko (Ray, 2011).

2.9 Kerangka Konsep

Dari kerangka teori menjadi kerangka konsep menggunakan Teori Precede-Proceed dari Lawrence Green yang dimodifikasi dengan teori segitiga epidemiologi yaitu perilaku seseorang tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, dan sikap yang mendukung terjadinya perilaku tersebut, dalam hal ini perilaku cuci tangan pakai sabun.


(45)

30

Kerangka konsep penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

PHBS

Cuci tanga pakai sabun 1. Umur

2. Jenis kelamin 3. Pendidikan 4. Pengetahuan 5. Sikap 6. Tindakan


(46)

31 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap-sikap serta menghubungkan variabel independen dengan dependen.

3.2 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Yayasan Perguruan Tut Wuri Handayani di Medan Mabar Tahun 2014 dengan penyuluhan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS). Alasan untuk memilih daerah ini adalah kebanyakan anak-anak tidak mencuci tangan sehabis jajan, atau sehabis bermain sehingga menyebabkan perilaku hidup bersih dan sehat tidak diperhatikan.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilakukan mulai bulan Januari 2014 sampai selesai.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Pengertian populasi (universal), menurut Sugiyono (2010), adalah obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh populasi yang ada di Yayasan Perguruan Tut Wuri Handayani di Medan Mabar.


(47)

32

3.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2010).

Sampel diambil secara simple random sampling (pengambilan acak sederhana). Dari kelas 1 sampai dengan kelas 6 diacak dan dipilih sebagai sampel adalah kelas 4 sebanyak 33 siswa. Pilihan diambil pada kelas 4 karena siswa di kelas 4 sudah bisa membaca dan sudah bisa mengerti maksud pesan yang akan disampaikan. Ditambah dengan Kepala sekolah, guru, dan penjaga sekolah.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Data penelitian diperoleh dengan 2 (dua) cara, yaitu: 1. Data Primer

Diperoleh dari hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner yang langsung ditanyakan kepada responden.

2. Data Sekunder

Diperoleh dari Yayasan Perguruan Tut Wuri Handayani Mabar Medan.

3.5 Defenisi Operasional

Sesuai fokus kajian dan tujuan penelitian, deskriptif fokus penelitian di Yayasan Perguruan Tut Wuri Handayani di Medan Mabar terhadap pengetahuan dan sikap siswa terhadap PHBS dengan cuci tangan pakai sabun (CTPS) di Yayasan Perguruan Tut Wuri Handayani di Medan Mabar Tahun 2014. Sebagai pedoman awal untuk pengumpulan informasi sesuai fokus penelitian, digunakan defenisi yang dikembangkan seperti uraian dibawah ini.


(48)

1. Umur

Umur adalah lama hidup responden yang dihitung melalui ulang tahun terakhir responden dalam tahun pada saat penelitian dilakukan.

2. Jenis kelamin

Jenis kelamin adalah pria atau wanita 3. Pendidikan

Pendidikan adalah pendidikan kepala sekolah, siswa, guru dan penjaga sekolah. 4. Pengetahuan

Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui kepala sekolah, siswa, guru dan penjaga sekolah tentang perilaku hidup bersih dan sehat.

5. Sikap

Sikap adalah merupakan reaksi terhadap perilaku hidup bersih dan sehat 6. Tindakan

Tindakan adalah mekanisme dari suatu pengamatan yang muncul dari persepsi sehingga ada respon untuk mewujudkan suatu tindakan.

3.6 Aspek Pengukuran dan Instrumen 3.6.1 Aspek Pengukuran

Metode pengukuran pengetahuan dan sikap siswa terhadap PHBS dengan cuci tangan pakai sabun di Medan Mabar Tahun 2014 menggunakan kuesioner berdasarkan pengukuran pengetahuan, dan sikap. Dalam memilih pertanyaan jawaban responden diukur dengan skala Guttman yaitu skala yang menggunakan tipe jawaban benar-salah, ya-tidak, yang diberi bobot didasarkan pada jawaban responden, dari


(49)

34

semua pertanyaan yang diberikan dengan ketegori baik, cukup, dan kurang (Arikunto, 2007).

3.6.1.1 Pengetahuan

Tingkat pengetahuan dan sikap siswa terhadap PHBS dengan cuci tangan pakai sabun di Medan Mabar Tahun 2014 dalam penelitian ini diukur dengan metode skorsing terhadap kuesioner. Setiap jawaban yang benar akan diberi nilai 1 dan apabila jawaban salah akan diberi nilai 0, maka nilai tertinggi dari pengetahuan adalah 10. Menurut Arikunto 2007, pengetahuan dibagi menjadi 3 kategori :

1. Baik : Apabila responden menjawab soal dengan benar >76%-100% (benar dari total skor).

2. Cukup : Apabila responden menjawab soal dengan benar 56% -75% (benar dari total skor).

3. Kurang : Apabila responden menjawab soal dengan benar < 56% (benar dari total skor) (Arikunto, 2007).

3.6.1.2 Sikap

Sikap siswa sekolah dasar tentang pengetahuan dan sikap siswa terhadap PHBS dengan cuci tangan pakai sabun di Medan Mabar Tahun 2014 dalam penelitian ini diukur dengan skala ordinal dengan wawancara kepada responden. Penyusunan dan penilaian pernyataan disusun berdasarkan skala likert, terdiri dari pertanyaan positif dan negatif (Hidayat, 2007). Jumlah pertanyaan untuk mengukur sikap ada 10. Dari setiap pertanyaan akan diberi 4 pertanyaan. Pada pertanyaan positif, jika responden menjawab “sangat setuju” maka akan diberi nilai 4, jika responden menjawab “setuju” maka akan diberi 3, jika responden menjawab “tidak


(50)

setuju” maka akan diberi nilai 2, jika responden menjawab “sangat tidak stuju” maka akan diberi nilai 1. Pada pernyataan negatif penilaian dibalik dari penilaian pernyataan positif. Jika responden menjawab “sangat tidak setuju” maka akan diberi nilai 4, jika responden menjawab “tidak setuju” maka akan diberi nilai 3, jika responden menjawab “setuju” maka akan diberi nilai 2, jika responden menjawab “sangat setuju” maka akan diberi nilai 1. Nilai tertinggi adala 40. Kemudian variabel sikap dikategorikan sebagai berikut :

1. Baik : Apabila responden menjawab soal dengan benar >76%-100% (benar dari total skor).

2. Cukup : Apabila responden menjawab soal dengan benar 56%-75% (benar dari total skor).

3. Kurang : Apabila responden menjawab soal dengan benar < 56% (benar dari total skor) (Arikunto, 2007).

3.6.1.3 Tindakan

Variabel tindakan dikategorikan sebagai berikut :

1. Baik : Apabila responden menjawab soal dengan benar >76%-100% (benar dari total skor).

2. Cukup : Apabila responden menjawab soal dengan benar 56%-75% (benar dari total skor).

3. Kurang : Apabila responden menjawab soal dengan benar < 56% (benar dari total skor) (Arikunto, 2007).

3.6.2 Instrumen


(51)

36

3.7 Metode Penyajian Data

Data yang terkumpul diedit dan diolah dengan bantuan komputer dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Sebelum dianalisa data dioalah dahulu melalui beberapa tahapan :

1. Editing (Pengeditan)

Data yang telah dikumpulkan melalui kuesioner dan pengukuran diperiksa kelengkapan dan kebenarannya terlebih dahulu seperti kelengkapan pengisian, kesalahan pengisian, dan konsistensi pengisian.

2. Coding (Pengkodean)

Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka/bilangan berfungsi untuk mempermudah pada saat analisis data dan juga mempercepat pada saat proses entry data. Pengkodean dimulai dari bilangan 0 sampai 2 diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Jenis kelamin : 1 = laki-laki; 2 = perempuan

b. Pendidikan: 1 = SD; 2 = SMP; 3 = SMA; 4 = D3/Sarjana c. Pengetahuan : 1 = baik ; 2 = cukup; 3 = kurang

d. Sikap : 1 = sangat setuju; 2 = setuju; 3 = tidak setuju; 4 = sangat tidak setuju e. Tindakan : 1 = tidak pernah; 2 = kadang-kadang; 3 = selalu

Setelah dilakukan pengkodean dan kuesioner diisi oleh responden, selanjutnya melakukan proses entry data atau proses memasukkan data menggunakan komputer sesuai dengan pengkodean yang telah ditetapkan.


(52)

3. Data Output

Data yang sudah di entry disajikan dalam bentuk output untuk mengetahui data saling berhubungan atau tidak.

4. Data Analyzing

Analisa data yang digunakan melaui program komputer SPSS.

3.8 Analisis Data

3.8.1 Analisis Univariat

Analisa data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisa univariat dengan menampilkan tabel-tabel distribusi untuk melihat gambaran distribusi frekuensi responden menurut berbagai variabel yang diteliti yaitu variabel independen dan variabel dependen.

3.8.2 Rencana Penyajian Data

Data yang didapat akan disajikan dalam bentuk tekstuler, dan tabuler 1. Tekstuler

Tekstuler adalah bahan yang terancang secara sistematis untuk mencapai tujuan dan disusun dengan menggunakan teks/kalimat.

2. Tabuler

Tabuler adalah data deskriptif yang menyatakan nilai dan data grafis yang diterangkan dalam bentuk tabel.


(53)

38 BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Yayasan Perguruan Tut Wuri Handayani

Yayasan Perguruan Tut Wuri Handayani didirikan tahun 1986 di Jalan Manggaan II Gang Pelajar Kecamatan Medan Deli Kota Medan. Dengan luas sekolah 1440 M.

Yayasan Perguruan Tut Wuri Handayani mempunyai kepala sekolah 1 orang, guru sebanyak 20 orang, jumlah siswa sebanyak 622 orang dan penjaga sekolah sebanyak 1 orang.

4.2. Hasil Analisis Univariat 4.2.1. Umur

Tabel 4.1. Distribusi Responden berdasarkan Umur Siswa

Umur Responden Frekuensi Presentase (%)

8 tahun 13 39%

9 tahun 16 49%

10 tahun 4 12%

Total 33 100

Tabel 4.1 menunjukkan umur siswa mayoritas berumur 9 tahun sebanyak 16 orang (49%), yang berumur 8 sebanyak 13 orang (39%), sedangkan yang paling sedikit berumur 10 tahun sebanyak 4 orang (12%).

Tabel 4.2. Distribusi Responden berdasarkan Umur Kepala Sekolah, Guru, dan Penjaga Sekolah

Umur Responden Frekuensi Keterangan

40 tahun 1 Penjaga sekolah

42 tahun 1 Guru

45 tahun 1 Kepala Sekolah

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa penjaga sekolah berumur 40 tahun, guru berumur 42 tahun dan Kepala Sekolah berumur 45 tahun.


(54)

4.2.2. Jenis Kelamin

Tabel 4.3. Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kelamin Siswa

Jenis Kelamin Responden Frekuensi Presentase (%)

Laki-laki 22 67

Perempuan 11 33

Total 33 100

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa mayoritas responden adalah laki-laki sebanyak 22 orang (67%). Sedangkan yang paling sedikit adalah perempuan sebanyak 11 orang (33%).

Tabel 4.4. Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kelamin Kepala Sekolah, Guru, dan Penjaga Sekolah

Jenis Kelamin Responden Frekuensi Presentase (%)

Laki-laki 2 67

Perempuan 1 33

Total 3 100

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa responden laki-laki sebanyak 2 orang (67%) yaitu kepala sekolah dan penjaga sekolah. Sedangkan responden perempuan sebanyak 1 orang (33%) yaitu guru.

4.2.3. Pendidikan

Tabel 4.5. Distribusi Responden berdasarkan Pendidikan Siswa

Pendidikan Responden Frekuensi Presentase (%)

SD 33 100

Total 33 100

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa responden yang berpendidikan SD sebanyak 33 orang (100%) adalah siswa.


(55)

40

Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Kepala Sekolah, Guru, dan Penjaga Sekolah

Pendidikan Responden Frekuensi Keterangan

SMA 1 Penjaga sekolah

D3 PGSD 1 Guru

S1 1 Kepala sekolah

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa responden yang berpendidikan SMA yaitu penjaga sekolah, responden yang berpendidikan D3 PGSD yaitu guru, responden yang berpendidikan S1 yaitu kepala sekolah.

4.2.4. Pengetahuan

Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Pengetahuan tentang CTPS

Pengetahuan Responden Frekuensi Presentase (%)

Baik 20 55,6

Cukup 16 44,4

Kurang - -

Total 36 100,0

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa sebelum diberikan penyuluhan mayoritas responden yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 20 orang (55,6%). Sedangkan responden yang memiliki pengetahuan yang cukup sebanyak 16 orang (44,4%). 4.2.5. Sikap

Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Sikap tentang CTPS

Sikap Responden Frekuensi Presentase (%)

Sangat setuju 20 55,6

Setuju 16 44,4

Total 36 100,0

Tabel 4.8 menunjukkan bahwa sikap sangat setuju responden sebelum diberikan penyuluhan sebanyak 20 orang (55,6%). Sedangkan responden yang menunjukkan sikap setuju sebanyak 16 orang (44,4%).


(56)

4.2.6. Tindakan

Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Tindakan tentang CTPS

Tindakan Responden Frekuensi Presentase (%)

Tidak pernah 3 8,3

Kadang-kadang 22 61,1

Selalu 11 30,6

Total 36 100,0

Tabel 4.9 menunjukkan bahwa sebelum diberikan penyuluhan tindakan kadang-kadang sebanyak 22 orang (61,1%). Sedangkan responden yang menunjukkan tindakan tidak pernah sebanyak 3 orang (8,3%).


(57)

42 BAB V PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden

Pendidikan merupakan salah satu usaha pengorganisasian masyarakat untuk meningkatkan kesehatan karena tingkat pendidikan dapat mempengaruhi perilaku sehat keluarga dengan tingkat pendidikan yang kurang mendukung akan menyebabkan rendahnya kesadaran lingkungan, semakin baik tingkat pendidikan formal sehingga akan mematangkan pemahaman tentang pengetahuan kesehatan lingkungan dan kesadaran menjaga kesehatan lingkungan termasuk penerapan prinsip-prinsip PHBS.

Menurut Mubarak (2007), juga menjelaskan bahwa pendidikan sebagai suatu proses dalam rangkaian mempengaruhi dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan perilaku pada dirinya, karena tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima informasi kesehatan. Sebaliknya jika seseorang yang tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat perkembangan seseorang terhadap penerimaan, informasi kesehatan dan nilai nilai baru yang diperkenalkan. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Kusumawati (2008), menjelaskan bahwa ada hubungan antara pendidikan dengan perilaku hidup bersih dan sehat. Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian Zaahara dalam Kusumawat (2008), yang juga mengemukakan bahwa status sosial ekonomi yang didalamnya termasuk pendidikan mempunyai hubungan dengan perilaku hidup bersih dan sehat.


(58)

Adanya keterkaitan antara pendidikan dengan perilaku hidup bersih dan sehat mempunyai hubungan yang signifikan dengan tingkat kesehatan. Makin tinggi tingkat pendidikan semakin mudah menerima konsep hidup sehat.

Hasil penelitian terhadap karakter responden berdasarkan pendidikan menujukkan bahwa mayoritas responden aalah berpendidikan SD sebanyak 33 orang (91,7%) sedangkan yang paling sedikit adalah SMA, D3, PGSD, dan S1 sebanyak 1 orang (2,8%). Dalam hal ini pendidikan sangatlah penting hubungannya dalam penerapan PHBS, semakin tinggi tingkat pendidikan semakin tinggi pula pemahamannya dalam melakukan PHBS.

Istilah usia diartikan dengan lamanya keberadaan seseorang diukur dalam satuan waktu di pandang dari segi kronologik, individu normal yang memperlihatkan derajat perkembangan anatomis dan fisiologik sama (Nuswantari, 1998).

Usia adalah lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan) (Hoetomo, 2005) Kebiasaan berfikir rasional mereka meningkat, juga biasannya mereka cukup aktif dan jarang menerima penyakit yang berat. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Harwinta (2004), yang menyebutkan bahwa ada pengaruh variabel umur terhadap tingkat PHBS. Ada interaksi signifikan antara variabel tindakan dengan umur. Responden yang umurnya < 40 tahun memiliki probabilitas peningkatan tingkat PHBS sebesar 55,9%. Hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Yuningsih dalam Wantiyah (2004), menyatakan bahwa ada hubungan yang negatif bermakna antara umur dan perilaku, yaitu semakin muda umur seseorang maka makin baik perilakunya. Maulana (2009), menjelaskan bahwa umur merupakan


(59)

44

variabel yang kurang berkorelasi terhadap perilaku karena dianggap diperantai oleh sikap.

Hasil penelitian terhadap karakteristik responden menunjukkan responden yang berumur > 10 tahun sebanyak 33 orang (91,7%). Sedangkan yang paling sedikit adalah berumur > 25 tahun sebanyak 3 orang (8,3%). Hasil penelitian distribusi umur responden, umur termuda responden yaitu 8 tahun dan yang tertua 45 tahun. Umur mempunyai pengaruh terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya.

Hasil penelitian pada distribusi jenis kelamin, jenis kelamin responden adalah laki-laki sebanyak 24 orang (66,7%). Sedangkan yang paling sedikit adalah perempuan sebanyak 12 orang (33,3%). Perhatian sangatlah penting dalam mengikuti kegiatan dengan baik dan hal ini akan berpengaruh pula terhadap minat siswa alam menerima penyuluhan yang diberikan. Namun dalam hasil penelitian ini, perbedaan jenis kelamin responden tidak memengaruhi tingkat pengetahuan dan sikap responden.

5.2 Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa Terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dengan Cuci Tangan Pakai Sabun terhadap Pengetahuan di Yayasan Perguruan Tut Wuri Handayani

Salah satu faktor yang memengaruhi pengetahuan seseorang menurut Mubarak (2007), adalah pengalaman. Pengalaman adalah sesuatu yang pernah dialami seseorang mungkin akan menambah sesuatu. Dalam hal ini, umur merupakan wujud dari pengalaman yang nantinya akan menambah wawasan pengetahuan menjadi lebih banyak.


(60)

Hasil pengelompokan berdasarkan tinggi rendahnya tingkat pengetahuan menunjukkan 20 responden (55,6%) dengan pengetahuan baik, 16 responden (44,4%) dengan pengetahuan cukup.

Kedalaman pengetahuan yang ingin diukur hingga tingkatan application, yaitu siswa telah mampu menggunakan apa yang telah dipelajarinya dari suatu situasi untuk diterapkan pada situasi yang lain. Mengukur pengetahuan seseorang tentang apapun hanya dapat diukur dengan membandingkan pengetahuan orang tersebut dalam kelompoknya dalam arti luas.

5.3 Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa Terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dengan Cuci Tangan Pakai Sabun terhadap Sikap di Yayasan Perguruan Tut Wuri Handayani

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus tau obyek. Sikap secara nyata menunjukkan adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo, 2003).

Hasil pengelompokan berdasarkan tinggi rendahnya sikap menunjukkan 20 responden (55,6%) dengan sangat setuju, 16 responden (44,4%) dengan setuju.

Perilaku cuci tangan pakai sabun merupakan suatu upaya yang mudah, sederhana, murah dan berdampak besar bagi pencegahan penyakit-penyakit menular seperti diare dan ISPA belum menjadi kebiasaan pada anak usia sekolah padahal anak diusia tersebut rentan terhadap penyakit.


(61)

46

Sikap diturunkan dari pengetahuan responden. Dengan demikian untuk menentukan sikap harus didasari oleh pengetahuan responden. Menurut Menurut Sari S. (2006), menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dengan PHBS responden dengan tingkat keeratan hubungan dengan tindakan. Hal ini menunjukan bahwa sikap positif responden yang ditunjukan oleh sikap menerima, merespon, menghargai, dan bertanggung jawab terhadap PHBS akan memberi dampak yang positif juga bagi PHBS mereka.

5.4 Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa Terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dengan Cuci Tangan Pakai Sabun terhadap Tindakan di Yayasan Perguruan Tut Wuri Handayani

Hasil pengelompokan berdasarkan tindakan menunjukkan 22 responden (61,1%) dengan tindakan kadang-kadang, 3 responden (8,3%) dengan tindakan tidak pernah.

Hal ini terjadi karena suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (over behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu tindakan diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain fasilitas dan faktor dukungan (support) dari pihak lain (Notoatmodjo, 2003).

Perilaku cuci tangan pakai sabun merupakan suatu upaya yang mudah, sederhana, murah dan berdampak besar bagi pencegahan penyakit-penyakit menular seperti diare dan ISPA belum menjadi kebiasaan pada anak usia sekolah padahal anak diusia tersebut rentan terhadap penyakit.


(62)

47 6.1Kesimpulan

1. Perilaku cuci tangan pakai sabun merupakan suatu upaya yang mudah, sederhana, murah dan berdampak besar bagi pencegahan penyakit

2. Umur merupakan wujud dari pengalaman yang nantinya akan menambah wawasan pengetahuan menjadi lebih banyak.

3. Perbedaan jenis kelamin tidak memengaruhi tingkat pengetahuan dan sikap responden secara signifikan.

4. Ada gambaran perilaku siswa, guru, kepala sekolah, dan penjaga sekolah tentang perilaku hidup bersih dan sehat dengan penyuluhan cuci tangan pakai sabun terhadap pengetahuan di Yayasan Perguruan Tut Wuri Handayani.

5. Sikap responden menganalisis bahwa informasi berperan dalam menunjang perubahan perilaku seseorang.

6. Ada gambaran perilaku siswa,kepala sekolah ,guru dan penjaga sekolah sekolah dasar tentang perilaku hidup bersih dan sehat dengan penyuluhan cuci tangan terhadap tindakan pakai sabun di Yayasan Perguruan Tut Wuri Handayani.

6.2 Saran

1. Untuk sekolah

a. Menciptakan sekolah yang lebih bersih dan sehat muntuk menuju PHBS syarat utama.


(63)

48

c. Menyediakan sabun di kanmar mandi agar dapat di perlukan untuk cuci tangan pakai sabun

2. Untuk guru

a. Semua guru harus terlibat dalam mendidik siswa dalam peneraspan program PHBS terutama cuci tangan pakai sabun yang masih kurang dari kelas satu sampai kelas enam

b. Menjadi model prilaku dalan prilaku hidup bersih dan sehat sebaik baiknya 3. Untuk siswa

a. Lebih meningkatkan prilaku hidup bersih dan sehat untuk mencegah penyakit

b. Lebih giat dalam meningkatkan kemampuan dan keterampilan tentang perilaku hidup bersih dan sehat

c. Agar meminta dukungan dari guru dan orang tua untuk dapat menerapkan program PHBS di sekolah


(64)

49 Republik Indonesia; p. 53-54.

Arif, Infiltrasi. 2013. Mini Project PHBS Sekolah.

Arikunto, Suharsimi. 2007. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta: Jakarta.

Arsury. 2009. Mengembangkan Kompetensi Nasional.

Azwar, Azrul. 2003. Pengantar Administrasi Kesehatan. Bina Rupa Akasara: Jakarta. B.F. Skinner.1938. The Behavior Of Organisms: An Experimental Analysis. Cambrideg, Massachusetts: B.F. Skinner Foundation. ISBN 1-58390-007-1, ISBN 0-87411-487 X.

Crompton, Montresor, dkk. 2003. Controlling Disease due to Helminth Infections. Geneva: World Health Organization.

Depdiknas. 2005. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 19 Th 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. Dep Dik Nas: Jakarta.

Depkes RI. 2005. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Bakti Husada: Jakarta.

Depkes RI. 2008. Panduan Manajemen PHBS Menuju Kabupaten/Kota Sehat. Departemen Kesehatan RI: Jakarta.

Gunarsa. 2008. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Gunung Mulia: Jakarta. Hera Lestari Mikarsa, dkk. 2008. Pendidikan Anak di SD. Univeritas Terbuka:

Jakarta.

Isaa, Cairncross FS. 2007. How often do you wash your hands? A review of studies of hand-washing practices in the community during and after the SARS outbreak in 2003. International Journal of Enviromental Health Research.

Kemenkes RI. 2010. Profil Kesehatan Indonesia. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta.

Lawrence Green. 2005. Health Promotion Planning, An Educational and Environment Approach 2nd Edition. Mayfield Publishing Company: London.


(65)

50

Lucie, Setiana, 2007. Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat. Ghalia Indonesia: Bogor.

Lusi Nuryanti. 2008. Psikologi Anak. Penerbit Indeks: Jakarta. Meutia. 2009. Inisiasi Menyusu Dini. Pustaka Bunda : Jakarta.

Nicholas Midzi, Sekesai Mtapuri-Zinyowera, et al. 2011. Knowledge attitudes and practices of grade three primary school children in relation to schistosomiasis, soil transmitted, helminthiasis and malaria in Zimbabwe. BMC Infectious Disease.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta: Jakarta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta.

Potter, P.A, Perry, A.G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik.Edisi 4.Volume 2.Alih Bahasa : Renata Komalasari,dkk. EGC: Jakarta.

Proverawati, Atikah. 2012. Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS). Nuha Medika: Yogyakarta.

Ratna, Wati. 2011. Pengaruh Pemberian Penyuluhan PHBS Tentang Mencuci Tangan Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Mencuci Tangan Pada Siswa Kelas V Di SDN Bulukantil Surakarta. Skripsi.

Ray S, Amarchand R, dkk. 2011. A Study On Prevalence Of Bacteria In The Hands Of Children And Their Perception On Hand Washing In Two Schools Of Bangalore And Kolkata. Indian Journal of Public Health.

Singgih Kusuma. 2011. Tingkat Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku Siswa Sd Kelas 4– 6 Terhadap Penyakit Kecacingan Yang Ditularkan Melalui Tanah Di SD Islam Ruhama Tahun 2011: Jakarta.

Soekidjo Notoadmojo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta: Jakarta.


(66)

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif & RND. Alfabeta: Bandung. WHO. 2009. WHO guidelines on hand hygiene in health care first global patient

safety challenge. Switzerland: WHO Press.

Zaviera, F. 2008. Mengenal dan Memahami Tumbuh Kembang Anak. Katahati: Jogjakarta.


(67)

52

Lampiran 1

Untuk Kepala Sekolah, Guru Dan Penjaga Sekolah KUESIONER No. Responden :

I. Identitas Responden:

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan :

II. Jawablah Pertanyaan Berikut Ini! 1. Apakah sumber air bersih di sekolah?

a. Air PDAM b. Air sumur

2. Apakah air bersih yang digunakan memenuhi persyaratan fisik (tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna) ?

a. Ya b. Tidak

3. Apakah menurut Anda, air bersih yang tersedia mencukupi kebutuhan siswa setiap hari?

a. Ya b. Tidak

4. Untuk Penjaga Sekolah

Berapa kali Anda membersihkan tempat penampungan air? a. Setiap hari

b. Sekali semingggu c. Tidak pernah

5. Bagaimana keadaan tempat penyimpanan air?

a. Bersih, tertutup, dan menggunakan gayung khusus untuk mengambil air dan tersedia sabun


(68)

6. Apakah siswa mencuci tangan dengan sabun? a. Tidak Pernah

b. Kadang-kadang c. Selalu

7. Apakah sekolah menyediakan sabun untuk cuci tangan? a. Ya

b. Tidak

8. Apakah siswa selalu mencuci tangan pakai sabun sesudah bermain sebelum masuk ke kelas?

a. Tidak Pernah b. Kadang-kadang c. Selalu

9. Menurut Anda, apa gunanya mencuci tangan pakai sabun? a. Mencegah masuknya kuman penyakit ke tubuh manusia b. Supaya bersih

10. Apakah Anda selalu mengajari siswa mencuci tangan pakai sabun? a. Ya


(69)

54

Untuk Siswa

I. Identitas Responden:

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis Kelamin :

4. Kelas :

A. PENGETAHUAN

1. Menurut adik-adik apakah syarat air bersih itu? a. Tidak berwarna dan jernih

b. Air yang berwarna c. Tidak jernih d. Bau

e. Keruh kekuningan

2. Menurut adik-adik apa yang harus kita lakukan sebelum makan? a. Cuci tangan pakai air bersih dan sabun

b. Cuci tangan pakai air saja c. Langsung makan

d. Tangan hanya di lap

e. Tangan hanya dibersihkan dengan tisu 3. Menurut adik-adik apakah sampah itu?

a. Semua Benda yang tidak disenangi

b. Semua Benda bekas

c. Semua benda yang tidak terpakai lagi, benda yang harus dibuang

d. Benda berharga

e. Benda yang bisa digunakan

4. Menurut adik-adik dimana kita harus membuang sampah? a. Tong sampah tertutup c. Sembarang tempat b. Tong sampah terbuka d. Diselokan


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Pengetahuan Dan Sikap Orangtua Tentang Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Rumah Tangga Di Kelurahan Tomuan Kecamatan Siantar Timur Tahun 2012

2 75 63

Hubungan Pengetahuan dan Sikap siswa Sekolah Dasar (SD) tentang Sanitasi Dasar dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Kota Medan Tahun 2011

13 117 114

GAMBARAN SIKAP TENTANG PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI DI DESA Gambaran Sikap Tentang Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Pada Anak Sekolah Dasar Negeri Di Desa Gonilan Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo.

0 1 14

GAMBARAN SIKAP TENTANG PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI DI DESA Gambaran Sikap Tentang Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Pada Anak Sekolah Dasar Negeri Di Desa Gonilan Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo.

0 1 16

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN PADA MASYARAKAT DI DESA SENURO TIMUR

2 4 7

Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Siswa Sekolah Dasar Tentang Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Dengan Penyuluhan Cuci Tangan Pakai Sabun Di Yayasan Perguruan Tut Wuri Handayani Di Mabar Kecamatan Medan Deli Tahun 2014

0 0 16

Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Siswa Sekolah Dasar Tentang Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Dengan Penyuluhan Cuci Tangan Pakai Sabun Di Yayasan Perguruan Tut Wuri Handayani Di Mabar Kecamatan Medan Deli Tahun 2014

0 0 21

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Siswa Sekolah Dasar Tentang Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Dengan Penyuluhan Cuci Tangan Pakai Sabun Di Yayasan Perguruan Tut Wuri Handayani Di Mabar Kecamatan Medan Deli Tahun 2014

0 2 9

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA TERHADAP PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DENGAN CUCI TANGAN PAKAI SABUN DI YAYASAN PERGURUAN TUT WURI HANDAYANI DI MABAR KECAMATAN MEDAN DELI TAHUN 2014 SKRIPSI

0 1 13

Faktor Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) di SMP

0 0 8