Penentuan Kadar Sakarin Dalam Beberapa Jenis Minuman Jajanan Yang Dipasarkan Di SD Negeri No. 064025 Jln. Flamboyan Kelurahan Simpang Selayang Kecamatan Medan Tuntungan Secara Krhomatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)

(1)

PENENTUAN KADAR SAKARIN DALAM BEBERAPA JENIS MINUMAN JAJANAN YANG DIPASARKAN DI SD NEGERI NO. 064025

JLN. FLAMBOYAN KELURAHAN SIMPANG SELAYANG KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN

SECARA KRHOMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT)

TESIS

Oleh :

RANITHA SINULINGGA 087006036/KIM

   

 

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PENENTUAN KADAR SAKARIN DALAM BEBERAPA JENIS MINUMAN JAJANAN YANG DIPASARKAN DI SD NEGERI NO. 064025

JLN. FLAMBOYAN KELURAHAN SIMPANG SELAYANG KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN

SECARA KRHOMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT)

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains Dalam Program Studi Ilmu Kimia Pada Fakultas Matematika Dan

Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Oleh :

RANITHA SINULINGGA 087006036/KIM

   

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

PENGESAHAN TESIS

Judul : PENENTUAN KADAR SAKARIN DALAM

BEBERAPA JENIS MINUMAN JAJANAN YANG DIPASARKAN DI SD NEGERI NO. 064025 JLN. FLAMBOYAN KELURAHAN SIMPANG SELAYANG KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN SECARA KRHOMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT)

Nama : RANITHA SINULINGGA

Nomor Pokok : 087006036 Program Studi : Magister Kimia

Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Tini Sembiring, MS) (Drs. Ahmad Darwin, M.Si.) Ketua Anggota

Ketua Program Studi Ilmu Kimia Dekan FMIPA


(4)

PERNYATAAN ORISINALITAS

PENENTUAN KADAR SAKARIN DALAM BEBERAPA JENISMINUMAN JAJANAN YANG DIPASARKAN DI SD NEGERI NO. 064025

JLN. FLAMBOYAN KELURAHAN SIMPANG SELAYANG KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN

SECARA KRHOMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT)

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa saya mengakui semua karya tesis ini adalah hasil kerja saya sendiri kecuali kutipan dan ringkasan yang tiap

satunya telah dijelaskan sumbernya dengan benar.

Medan, 14 Mei 2011

Ranitha Sinulingga NIM. 087006036


(5)

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika Universitas Sumatera Utara, saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Ranitha Sinulingga

NIM : 087006036

Program Studi : Magister Kimia Jenis Karya Ilmiah : Tesis

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non-Eksklutif ( Non-Exclusive

Royalty Free Right ) atas Tesis/Disertasi saya yang berjudul :

Penentuan Kadar Sakarin Dalam Beberapa Jenis Minuman Jajanan Yang Dipasarkan Di SD Negeri No. 064025 Jln. Flamboyan Kelurahan Simpang Selayang Kecamatan Medan Tuntungan Secara Krhomatografi Cair Kinerja

Tinggi (KCKT)

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif ini, Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media, memformat, mengelola dalam bentuk data-base, merawat dan mempublikasikan tesis saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis dan sebagai pemegang dan atau sebagai pemilik hak cipta. Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.

Medan, 11 Mei 2011


(6)

Telah Diuji pada Tanggal 22 Juni 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Tini Sembiring, M.S. Anggota : 1. Drs. Ahmad Darwin, M.Sc

2. Prof. Basuki Wirjosentono, M.S, Ph.D 3. Prof. Dr. Pina Barus

4. Dr. Mimpin Ginting, M.S 5. Prof. Dr. Yunazar Manjang


(7)

RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama Lengkap berikut gelar : Ranitha Sinulingga, Dra

Tempat dan Tanggal Lahir : Medan, 4 Januari 1954

Alamat Rumah : Jl Dahlia II No 229 Kompleks Pemda

Tingkat I Tanjung Sari, Medan

Telepon : 0819859930

Email : [email protected]

Instansi Tempat Bekerja : Politeknik Negeri Medan

Alamat Kantor : Jl Almamater No 1 Medan

DATA PENDIDIKAN

SD : SD Methodist 1 Medan Tamat : 1967

SMP : SMP Methodist 1 Medan Tamat : 1970

SMA : SMA Negeri 1 Medan Tamat : 1973

Strata – 1 : FMIPA USU Tamat : 1984


(8)

KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati saya mengucap syukur yang setinggi-tingginya kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan kepada saya kekuatan dan kemampuan untuk menyelesaikan dan merampungkan penelitian dan tesis saya.

Selanjutnya ucapan terima kasih saya kepada suami tercinta dan anak yang kekasih serta seluruh keluarga yang senantiasa mendukung saya dalam doa dan perbuatan.

Tidak lupa juga rasa hormat dan terima kasih saya kepada teman-teman sekerja di Politeknik Negeri Medan anatar lain Bp. Berman P. Panjaitan,S.T.,M.T., Udur 1 Januari Hutabarat, S.T.,M.T., Benrad Edwin Simanjuntak,S.T.,M.T., Darman Saragih, Dipl.Ing., M.T.

Terima Kasih saya yang sebesar-besarnya kepada :

1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof.Dr.dr.Syahril Pasaribu, DTM &

H, M.Sc(CTM), Sp.A (K) atas kesempatan yang diberikan kepada saya untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister.

2. Ir. Zulkifli Lubis, M.I. Komp., Direktur Politeknik Negeri Medan

3. Ibu Dr. Tini Sembiring M.S selaku dosen pembimbing I dan Bapak Drs.

Ahmad Darwin, M.Sc selaku dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan pengarahan dan bimbingan hingga terselesaikannya penelitian dan penulisan tesis ini.

4. Bapak Prof. Basuki Wirjosentono, M.S, Ph.D selaku Ketua Program Studi

Kimia Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan waktu untuk mengarahkan

dan memotifasi selama masa studi penulis di Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.


(9)

6. Pemerintah Republik Indonesia melalui Dikti atas beasiswa BPPS yang penulis terima selama perkuliahan program Pasca Sarjana di Universitas Sumatera Utara.

7. Bapak dan Ibu pegawai administrasi di kantor Program Pasca Sarjana

Universitas Sumatera Utara Medan.

8. Kepala, Staf dan seluruh asisten Laboratorium Balai Besar Pengawas Obat

dan Makanan di Medan yang telah memberikan fasilitas selama penulis melakukan penelitian.

9. Rekan-rekan di UKM KMK Politeknik Negeri Medan, Masry

Ompusunggu, Adonia Panjaitan dan Alumni Politeknik Negeri Medan. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangan, karena keterbatasan penulis baik dalam literatur maupun pengetahuan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan tesis ini dan semoga bermanfaat bagi yang membaca.

Medan, 14 Mei 2011 Penulis


(10)

(11)

PENENTUAN KADAR SAKARIN DALAM BEBERAPA JENIS MINUMAN JAJANAN YANG DIPASARKAN DI SD NEGERI NO. 064025 JLN. FLAMBOYAN KELURAHAN SIMPANG SELAYANG KECAMATAN

MEDAN TUNTUNGAN SECARA KRHOMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT)

ABSTRAK

Penentuan kadar natrium sakarin dalam es ganepo, es doger dan es krim yang di pasarkan di SD Negeri No. 064025 Jln. Flanboyan Kelurahan Simpang Selayang, Kecamatan Medan Tuntungan telah di lakukan dengan metoda Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) dan hasilnya dibandingkan dengan

Standar Nasional Indonesia No. 01–6993–2004 tentang kadar sakarin dalam makanan

dan minuman.

Dari hasil penilitian diperoleh bahwa kadar sakarin dari: es ganepo, es doger dan es krim masing-masing adalah : 40,475 mg/kg, 310,5 mg/kg dan 117 mg/kg. Bila dibandingkan kadar Na sakarin dari masing-masing es ganepo, es doger dan es krim

dengan kadar yang di tetapkan dalam SNI 01 – 6993 – 2004 ( es ganepo dan es doger

batas maksimum 300 mg/kg, es cream 200 mg/kg ) maka es ganepo dan es krim

memenuhi syarat yang ditetapkan oleh SNI 01 – 6993 – 2004 sedangkan es doger tidak


(12)

DETERMINATION OF THE CONCENTRARTED SACCHARIN SEVERAL KIND OF SNAKCS MARKETING IN PRMARY

SCHOOL OF NUMBER 064025.JlN. FLAMBOYAN KELURAHAN SIMPANG SELAYANG

KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN BY HIGH PERFORMANCE LIQUID

CHROMATOGRAPHY (HPLC)

ABSTRACT

Determination of Sodium saccharin content of ice ganepo, ice doger and ice cream which are commecialed at SD Negeri No. 064025 Jln. Flamboyan Kelurahan Simpang Selayang Kecamatan Medan Tuntungan have been carried out by High Performance Liquid Chromatography (HPLC) and their results are compared with

Indonesian Nasional Standard SNI 01 – 6993 – 2004 about saccharin content in food

and drink .

From results of the research, it is abtained that sodium saccharin content of ice ganefo, ice doger and ice cream are : 40,475 mg/kg, 310,5 mg/kg and 117 mg/kg. If these sodium saccharin contents of ice ganefo, ice doger and ice cream are compared to saccharin content of Indonesian Nasional Standard (ice ganefo and ice doger maximum volue : 300 mg/kg and ice cream maximum volue: 200 mg/kg ), it can be seen that ice ganefo and ice cream are full fill with Indonesian Nasional Standard while ice doger is not full fill with Indonesian Nasional Standard.


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah... 3

1.3 Pembatasan Masalah ... 3

1.4 Tujuan Penelitian... 3

1.5 Manfaat Penelitian... 4

1.6 Metodologi Penelitian ... 4

1.7 Lokasi Penelitian ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Makanan/Minuman Jajanan ... 6

2.2 Bahan Tambahan Pangan ... 6

2.2.1 Tujuan Pengunaan Bahan Tambahan Makanan ... 7

2.2.2 Penggolongan Bahan Tambahan Pangan ... 7

2.2.3 Penyimpangan Penggunaan Bahan Tambahan Makanan... 9

2.3 Pemanis ... 10

2.3.1 Pemanis Alami ... 10

2.3.2 Pemanis Sintetik... 11


(14)

2.5 Sifat Fisis dan Kimia Sakarin... 15

2.6 Dampak Terhadap Kesehatan... 16

2.7 Metode Pengujian Sakarin ... 17

2.7.1 Metode Volumetri ... 17

2.7.2 Metode Spektrofotometri ... 17

2.7.3 Metode Kromatografi ... 17

2.8 Prinsip Dasar Penentuan Sakarin Dengan Metode KCKT... 18

2.8.1 Komponen Utama/Alat Pada KCKT... 19

2.8.1.1 Pompa... 19

2.8.1.2 Unit Injeksi... 20

2.8.1.3 Kolom... 20

2.8.1.4 Detektor... 20

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Bahan-Bahan ... 21

3.2 Alat-Alat... 21

3.3 Pembuatan Pereaksi... 22

3.3.1 Pembuatan Metanol 60% ... 22

3.3.2 Buffer Pospat pH 6,8... 22

3.4 Pembuatan Fase Gerak Dapar Pospat... 22

3.5 Pengaturan Kondisi Sistem KCKT ... 22

3.6 Mengaktifkan Sistem... 23

3.7 Penentuan Garis Alas (Base Line)... 23

3.8 Penyuntikan Fase Gerak... 23

3.8.1 Prosedur Kerja... 23

3.8.1.1 Larutan Uji ... 23

3.8.1.2 Larutan Baku ... 24

3.8.1.2.1 Larutan Baku Induk... 24

3.8.1.2.2 Larutan Baku Antara ... 24

3.8.1.2.3 Larutan Baku Kerja ... 24


(15)

3.8.1.2.4 Cara Penetapan ... 24

3.9 Bagan Penelitian... 25

3.9.1 Preparasi Sampel ... 25

3.9.2 Pembuatan Kurva Baku... 26

3.9.3 Penentuan Kadar Natrium Sakarin Dalam Sampel ... 27

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ... 28

4.2 Pembahasan ... 34

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... 37

5.2 Saran-Saran ... 37


(16)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

1. Tabel 4.1 Data Penimbangan Sampel 28

2. Tabel 4.2 Data Hasil Pengukuran Baku Pembandingan 29

3. Tabel 4.3 Pengukuran Data-Data Untuk Perhitungan

Dengan Metode Least Square 29

4. Tabel 4.4 Data Hasil Kromatogram Sampel 30

5. Tabel 4.5 Data-data Hasil Pengukuran Peak Area Dan


(17)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

1. Gambar 1 Struktur Kimia Natrium Sakarin 12

2. Gambar 2 Struktur Kimiawi Sakarin 13

3. Gambar 3 Efek Subtitusi Pada Sakarin Terhadap


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1. Lampiran 1 Kromatogram Sampel Baku 40

2. Lampiran 2 Kromatogram Sampel Baku 41

3. Lampiran 3 Kromatogram Sampel Baku 42

4. Lampiran 4 Kromatogram Sampel Baku 43

5. Lampiran 5 Kromatogram Sampel Baku 44

6. Lampiran 6 Kromatogram Es Ganepo 45

7. Lampiran 7 Kromatogram Es Ganepo 46

8. Lampiran 8 Kromatogram Es Doger 47

9. Lampiran 9 Kromatogram Es Doger 48

10. Lampiran 10 Kromatogram Es Cream 49

11. Lampiran 10 Kromatogram Es Cream 50

12. Lampiran 12 Tabel untuk pengukuran area vs konsentrasi 51

13. Lampiran 13 Kurva Area Vs Konsentrasi 51

14. Lampiran 14 SNI-01-2972-1996 52

15. Lampiran 15 SNI-01-6993-2004 53

16. Lampiran 16 Badan Pengawas Obat dan Makanan 54


(19)

PENENTUAN KADAR SAKARIN DALAM BEBERAPA JENIS MINUMAN JAJANAN YANG DIPASARKAN DI SD NEGERI NO. 064025 JLN. FLAMBOYAN KELURAHAN SIMPANG SELAYANG KECAMATAN

MEDAN TUNTUNGAN SECARA KRHOMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT)

ABSTRAK

Penentuan kadar natrium sakarin dalam es ganepo, es doger dan es krim yang di pasarkan di SD Negeri No. 064025 Jln. Flanboyan Kelurahan Simpang Selayang, Kecamatan Medan Tuntungan telah di lakukan dengan metoda Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) dan hasilnya dibandingkan dengan

Standar Nasional Indonesia No. 01–6993–2004 tentang kadar sakarin dalam makanan

dan minuman.

Dari hasil penilitian diperoleh bahwa kadar sakarin dari: es ganepo, es doger dan es krim masing-masing adalah : 40,475 mg/kg, 310,5 mg/kg dan 117 mg/kg. Bila dibandingkan kadar Na sakarin dari masing-masing es ganepo, es doger dan es krim

dengan kadar yang di tetapkan dalam SNI 01 – 6993 – 2004 ( es ganepo dan es doger

batas maksimum 300 mg/kg, es cream 200 mg/kg ) maka es ganepo dan es krim

memenuhi syarat yang ditetapkan oleh SNI 01 – 6993 – 2004 sedangkan es doger tidak


(20)

DETERMINATION OF THE CONCENTRARTED SACCHARIN SEVERAL KIND OF SNAKCS MARKETING IN PRMARY

SCHOOL OF NUMBER 064025.JlN. FLAMBOYAN KELURAHAN SIMPANG SELAYANG

KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN BY HIGH PERFORMANCE LIQUID

CHROMATOGRAPHY (HPLC)

ABSTRACT

Determination of Sodium saccharin content of ice ganepo, ice doger and ice cream which are commecialed at SD Negeri No. 064025 Jln. Flamboyan Kelurahan Simpang Selayang Kecamatan Medan Tuntungan have been carried out by High Performance Liquid Chromatography (HPLC) and their results are compared with

Indonesian Nasional Standard SNI 01 – 6993 – 2004 about saccharin content in food

and drink .

From results of the research, it is abtained that sodium saccharin content of ice ganefo, ice doger and ice cream are : 40,475 mg/kg, 310,5 mg/kg and 117 mg/kg. If these sodium saccharin contents of ice ganefo, ice doger and ice cream are compared to saccharin content of Indonesian Nasional Standard (ice ganefo and ice doger maximum volue : 300 mg/kg and ice cream maximum volue: 200 mg/kg ), it can be seen that ice ganefo and ice cream are full fill with Indonesian Nasional Standard while ice doger is not full fill with Indonesian Nasional Standard.


(21)

1   

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan produksi makanan dan minuman yang terus meningkat dapat dilihat dari berdirinya perusahaan makanan dan minuman yang mengemas produknya baik dalam wadah plastik, kaleng maupun dalam kemasan lainnya. Seiring dengan perkembangan tersebut, maka pemakaian zat tambahan makanan dan minuman semakin banyak ragamnya seperti pengawet, pemanis serta pewarna yang semakin berkembang untuk memperoleh produk yang lebih menarik perhatian konsumen ( Budiyanto 2004).

Pada makanan dan minuman jajanan sering ditambahkan pemanis buatan untuk menciptakan rasa manis, namun sesungguhnya tidak mempunyai nilai gizi seperti sakarin. Sakarin merupakan pemanis buatan yang mempunyai rasa manis 200-700 kali sukrosa (Cahyadi 2005). Banyak jajanan di sekolah dasar dan menengah dengan harga murah dengan tujuan agar semua makanan/minuman tersebut dapat dijangkau oleh semua masyarakat sehingga besar dugaan bahwa mereka menggunakan sakarin sebagai pengganti gula.

Anak-anak sebagai generasi penerus bangsa harus dijaga kesehatannya. Anak adalah konsumen yang sangat potensial dalam hal makanan/minuman jajanan. Para produsen makanan dan minuman ringan turut menjadikan anak sebagai sasaran produk yang dihasilkan. Jadi kadar sakarin perlu diperhatikan


(22)

2   

pada jajanan anak-anak karena apabila konsumsinya berlebihan dapat membahayakan kesehatan bahkan dapat bersifat karsinogenik. Dalam kehidupan sehari-hari bahan tambahan makanan dan minuman sudah digunakan secara umum oleh masyarakat. Dalam praktek masih banyak produsen pangan yang menggunakan bahan tambahan yang beracun atau berbahaya bagi kesehatan yang sebenarnya tidak boleh digunakan. Hal ini disebabkan ketidaktahuan produsen pangan baik mengenai sifat-sifat atau keamanan bahan tambahan makanan dan minuman terhadap kesehatan.

Di Indonesia pemberian sakarin yang dibenarkan di tambahkan dalam makanan jajanan atau minuman ringan yang diizinkan oleh pemerintah 300mg/kg, jika kelebihan dapat menimbulkan rasa pahit-getir serta menyebabkan gangguan ginjal, kanker kandung kemih, pusing, mual, migran, kehilangan daya ingat, diare, asma, hipertensi dan lain-lain.

Sakarin merupakan pemanis alternatif untuk penderita diabetes melitus, karena sakarin tidak diserap lewat sistem pencernaan. Maka sakarin dapat mendorong sekresi insulin karena rasa manisnya, sehingga gula darah akan turun. Dalam hal manapun penggunaan sakarin tetap mempunyai batas-batas yang ditoleransi.

Menyadari hal tersebut diatas bahwa efek karsinogenik yang akan ditimbulkan oleh sakarin dapat merugikan konsumen, maka peneliti tertarik melakukan pemeriksaan kadar sakarin di dalam jajanan di sekolah dasar Negeri No. 064025 .


(23)

3   

Analisa bahan tambahan didalam makanan dan minuman jajanan pada penelitian ini menggunakan metode KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT) karena analisa dengan KCKT kerjanya cepat, daya pisah baik, peka, preparasi sampel mudah dan dapat dihubungkan dengan detektor yang sesuai.

1.2 Perumusan Masalah

Apakah kadar sakarin dalam es ganefo, es krim dan es doger yang dijual di Sekolah Dasar Negeri No. 064025 Jl.Flamboyan Kelurahan Simpang Selayang Kecamatan Medan Tuntungan sesuai dengan standar yang di benarkan menurut mutu bahan makanan dan minuman (SNI 01-6993-2004).

1.3 Pembatasan Masalah

‐ Makanan/ minuman dibatasi jenis es ganefo, es krim, es doger yang

dijual di Sekolah Dasar Negeri No.064025 Jl.Flamboyan Kelurahan Simpang Selayang Kecamatan Medan Tuntungan

‐ Standar yang digunakan adalah mutu yang dikeluarkan oleh SNI

01-6993-2004

‐ Penentuan sakarin dari es ganefo, es krim, es doger dilakukan dengan

metode KCKT

1.4 Tujuan Penelitian

‐ Menentukan kadar sakarin yang terdapat dalam sampel es ganefo, es


(24)

4   

Jl.Flamboyan Kelurahan Simpang Selayang Kecamatan Medan Tuntungan.

‐ Membandingkan kadar sakarin yang terdapat dalam es ganefo, es krim

dan es doger dengan standar mutu yang ditetapkan oleh SNI 01-6993-2004.

1.5 Manfaat Penelitian

Memberikan informasi kepada masyarakat tentang kandungan sakarin dalam es ganefo, es krim, dan es doger yang dijual di lokasi Sekolah Dasar Negeri No.064025 Jl.Flamboyan Kelurahan Simpang Selayang Kecamatan Medan Tuntungan.

1.6 Metodologi Penelitian

1. Sampel (es ganefo, es doger, dan es krim) diambil dari Sekolah

Dasar Negeri No.064025 Jl.Flamboyan Kelurahan Simpang Selayang Kecamatan Medan Tuntungan secara komposit dari pedagang yang setiap hari berjualan di SD Negeri No.064025.

2. Sampel Dimasukkan kedalam Ice Box atau Cooler Box dengan


(25)

5   

3. Preparasi sampel dilakukan sebagai berikut : sejumlah tertentu dari

sampel diencerkan dengan metanol 60% hingga volume tertentu, kemudian disaring dengan penyaringan milipore 0,45 µm.

4. Kadar sakarin dalam es ganefo, es doger, dan es krim diukur

dengan KCKT

1.7 Lokasi Penelitian


(26)

6   

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Makanan/Minuman jajanan

Makanan/Minuman jajanan adalah makanan/minuman yang tidak mengandung alkohol, merupakan minuman olahan dalam bentuk bubuk atau cair yang mengandung bahan-bahan tambahan lainnya baik alami maupun sintetik yang dikemas dalam kemasan siap untuk di konsumsi (Cahyadi,2005).

Fungsi makanan/minuman jajanan itu tidak berbeda jauh dengan minuman lainnya yaitu sebagai minuman untuk melepaskan dahaga sedangkan dari segi harga, ternyata minuman karbonasi relatif lebih mahal dibandingkan minuman non-karbonasi. Hal ini disebabkan teknologi proses yang digunakan dan kemasan yang khas yaitu dalam kemasan kalengatau botol seperti sprite (Cahyadi,2005).

2.2 Bahan Tambahan Pangan

Bahan tambahan pangan (Food Additive) adalah bahan atau campuran bahan yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi ditambahkan kedalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk bahan pangan. Jadi bahan tambahan pangan ditambahkan untuk memperbaiki karakter pangan agar memiliki kualitas yang meningkat (Budiyanto,2004)


(27)

7   

Menurut Peraturan Mentri Kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/1988 tentang bahan tambahan pangan atau aditif adalah suatu bahan yang ditambahkan dan dicampurkan kedalam bahan pangan sewaktu pengolahan untuk meningkatkan mutu.

2.2.1 Tujuan Penggunaan Bahan Tambahan Makanan

Menurut Syah (2005) secara khusus tujuan penggunaannya bahan tambahan adalah untuk :

a. Membentuk makanan menjadi lebih baik dan lebih enak di mulut.

b. Memberikan warna dan aroma yang lebih menarik sehingga

menambah selera .

c. Meningkatkan kualitas makanan.

d. Menghemat biaya.

e. Mempertahankan atau memperbaiki nilai gizi makanan.

2.2.2 Penggolongan Bahan Tambahan Pangan

Pengelompokan bahan tambahan makanan yang diizinkan penggunaannya dalam makanan menurut Permenkes RI.722/Per/IX/88 sebagai berikut :

a. Antioksidan, fungsinya melindungi suatu hasil produk terhadap


(28)

8   

Contoh : Asam Askorbat, digunakan sebagai anti oksidan pada produk daging dan ikan serta sari buah kalengan, Butil Hidroksianisol (BHA) dipakai sebagai antioksidan pada lemak, minyak dan margarin.

b. Pengatur asam adalah bahan tambahan makanan yang dapat

mengasamkan, menetralkan dan mempertahankan derajat keasaman.

Contoh : Asam Asetat, Asam Sitrat, Asam Malat, Asam Suksinat, Asam Tartrat dan Asam Laktat.

c. Pemanis Buatan adalah bahan tambahan makanan yang menyebabkan

rasa manis pada makanan, yang tidak atau hampir tidak mempunyai nilai gizi.

Contoh : Sakarin, Siklamat, Aspartam

d. Pemutih, digunakan dalam produksi tepung agar warna putih yang

merupakan ciri khas tepung dapat terjaga dengan baik

Contoh : Benzoil Peroksida

e. Pengental, bahan makanan yang merupakan cairan dapat dikentalkan

dengan menggunakan gumi dan bahan polimer sintetik.

Contoh : Ekstrak rumput laut, Gelatin

f. Pengawet adalah bahan tambahan yang digunakan untuk menghambat

fermentasi atau penguraian terhadap makanan yang disebabkan oleh mikroorganisme.


(29)

9   

Contoh : Asam Benzoat dan garamnya, Asam Sorbat serta garam dan kaliumnya, efektif untuk menghambat pertumbuhan bakteri, jamur dan ragi, biasaya dipake dalam keju, margarin, acar, buah kering, jelli,

pekatan sari buah dan minuman ringan mengandung CO2.

g. Pengeras adalah bahan tambahan yang dapat memperkeras atau

mencegah melunaknya makanan.

Contoh : Aluminium Sulfat, Kalsium Klorida, Kalsium Glukonat dan Kalsium Sulfat pada buah yang dikalengkan misalnya apel dan tomat.

h. Penyedap rasa adalah bahan tambahan yang diberikan untuk

menambahkan atau mempertegas rasa atau aroma.

Contoh : MSG (Mono Sodium Glutamate)

i. Pewarna adalah bahan tambahan makanan/minuman yang dapat

memperbaiki atau memberikan warna pada makanan/minuman.

Contoh : Tartrazin (kuning jingga), Carmoisine (merah).

2.2.3 Penyimpangan Penggunaan Bahan Tambahan Makanan

Menurut Syah (2005) pengaruh bahan tambahan makanan terhadap kesehatan umumnya tidak langsung dapat dirasakan atau dilihat, maka produsen sering kali tidak menyadari bahaya penggunaan bahan makanan yang tidak sesuai dengan peraturan.


(30)

10   

Penyimpangan atau pelanggaran mengenai penggunaan bahan tambahan makanan yang sering dilakukan oleh produsen makanan, yaitu :

a. Menggunakan bahan makanan yang dilarang penggunaannya untuk

makanan.

Misalnya : Pengawet makanan menggunakan formalin,

Pewarna makanan menggunakan rodamin (pewarna pakaian)

b. Menggunakan bahan tambahan makanan melebihi dosis yang

diizinkan.

Misalnya pada konsentrasi tinggi, sakarin akan menimbulkan rasa pahit-getir (nimbrah) dan bisa menyebahkan mual dan pusing.

2.3 Pemanis

Pemanis merupakan zat yang sering ditambahkan dan digunakan untuk keperluan produk olahan pangan industry serta minuman dan makanan kesehatan yang berfungsi untuk meningkatkan cita rasa manis (Cahyadi,2005).

2.3.1 Pemanis Alami

Merupakan bahan pemberi rasa manis yang diperoleh dari bahan-bahan nabati maupun hewani.


(31)

11   

Contoh :

a. Gula Tebu

Mengandung zat pemanis fruktosa yang merupakan salah satu jenis glukosa. Gula tebu atau gula pasir yang diperoleh dari tanaman tebu merupakan pemanis yang paling banyak digunakan. Selain memberi rasa manis, gula tebu juga bersifat mengawetkan.

b. Gula Merah

Merupakan pemanis dengan warna coklat. Gula merah merupakan pemanis kedua yang banyak digunakan setelah gula pasir. Kebanyakan gula jenis ini digunakan untuk makanan tradisional, misalnya pada bubur dodol dan lain-lain.

c. Madu

Merupakan pemanis alami yang dihasilkan oleh lebah madu.

d. Kulit Kayu Manis

Merupakan kulit kayu yang berfungsi sebagai pemanis. Selain itu kayu manis juga berfungsi sebagai pengawet (Anonim, 1992).

2.3.2 Pemanis Sintetik

Pemanis sintetik (buatan) merupakan bahan tambahan yang dapat menyebabkan rasa manis dalam makanan tetapi tidak memiliki nilai gizi (Yuliarti, 2005).


(32)

Pemanis sintetik dapat menimbulkan rasa manis atau dapat membantu mempertajam penerimaaan terhadap rasa manis sedangkan kalori yang dihasilkannya jauh lebih rendah dari gula atau glukosa, sukrosa dan maltosa.

Contoh : Siklamat, Sakarin dan Aspartam

2.4 Struktur Kimia Sakarin

Sakarin adalah pemanis buatan yang memiliki struktur dasar Sulfinida

Benzoat tidak menghasilkan kalori. Sakarin jauh lebih manis dibandingkan

sukrosa dengan perbandingan rasa manis kira-kira 350 kali lebih tinggi dari kemanisan sukrosa (angka perbandingan ini berdasarkan nilai ambang batas) (Woodroof 1974).

Rumus molekul sakarin adalah C7 H5NO3S dan berat molekulnya 183,18.

Sakarin lebih stabil dalam bentuk garam sehingga sering dijumpai dalam bentuk

garam Natriumnya dengan struktur sebagai berikut : 

 

    Gambar. 1  Struktur kimia Natrium Sakarin 

12   


(33)

Sakarin diperkenalkan pertama kali oleh Ira Remsen dan Constantine

Fahlberg pada tahun 1879 dengan reaksi sintesanya sebagai berikut :

Gambar. 2 Stuktur Kimiawi Sakarin

Meskipun sakarin memepunyai struktur kimia yang berlainan dengan senyawa gula, rasa manisnya tidak dapat dibedakan secara nyata oleh manusia, hanya sebagian orang yang indera perasanya sangat peka akan dapat merasakan adanya sakarin dalam suatu campuran bahan makanan dan minuman.

Sakarin juga banyak dipakai dalam industri makanan dan mainuman serta obat-obatan akan menimbulkan rasa ikutan yang pahit yang semakin terasa dengan bertambahnya konsentrasi. Oleh karenanya kita tidak perlu menambahkan sakarin dalam jumlah yang lebih banyak dari yang seharusnya, sebab kenaikan rasa manis dibanding dengan kenaikan konsentrasi bahan pemanis tidak proporsional. Secara umum dapat dikatakan bahwa tingkat kemanisan sakrin relatif menurun dengan makin meningkatnya konsentrasi.

13   


(34)

Pada suhu pengolahan, struktur kimia sakarin dapat rusak, oleh karenanya penambahan sebaiknya dilakukan setelah proses pemanasan.

Perubahan kecil pada struktur kimia dapat mengubah rasa suatu senyawa termasuk pada sakarin, yang semula rasanya manis dapat berubah menjadi pahit ataupun menjadi tidak berasa (Beidler, 1996). Dibawah ini diberikan beberapa contoh pengaruh subtitusi terhadap tingkat kemanisan sakarin (Gambar.3)

Suatu subtitusi yang dimaksudkan untuk memberikan rasa, harus dapat larut dalam air agar dapat memenuhi fungsinya.

 

Gambar.3 Efek Subtitusi Pada Sakarin Terhadap Kemanisan

(Sumber : Beidler, 1996 pada de Mann, 1976).

14   


(35)

15   

2.5  Sifat Fisis dan Kimia Sakarin,

Sakarin dalam perdagangan berbentuk kristal putih, tak berbau, berasa manis dan bersifat larut dalam air.

Apabila ada perubahan pada struktur kimianya dapat mengubah rasa suatu senyawa termasuk sakarin, yang semula rasanya manis dapat berubah menjadi pahit ataupun menjadi tidak berasa (Beidler 1966).

Sifat sakarin terhadap temperatur :

1. Tidak stabil pada pemanasan

2. Akan pahit bila mengalami pemanasan

3. Pada temperatur sedang sampai tinggi bersifat meninggalkan rasa

pahit atau rasa logam

Sakarin mempunyai titik leleh pada suhu 225 -228oC dan panas

pembakaran sebesar 4,753 kkal/gram (Perry 1973).

Secara kimiawi sakarin merupakan senyawa 2,3 – Dihidro – 3 – Oxobenziso sulfonasol atau Benzosulfimida. Kelarutan Sakarin adalah sebagai berikut satu gram sakarin dapat larut dalam 290ml air pada suhu kamar atau dalam 250ml air mendidih, 1 gr sakarin juga larut dalam 31 ml alkohol, 12ml aseton atau 50ml gliserol, sakarin mudah sekali larut dalam larutan alkali karbonat dan sedikit larut dalam chloroform ataupun eter.


(36)

16   

Sakarin mengalami hidrolisa dalam suasana alkalis menjadi asam O –

Sulfamoil – Benzoat sedangkan dalam susana asam akan menjadi asam amonium

o – Sulfo - Benzoat.

2.6 Dampak Terhadap kesehatan,

Sakarin merupakan salah satu zat pemanis buatan yang sering digunakan oleh produsen makanan dan minuman pada produk industri mereka. Kadar yang belebihan dapat merugikan kesehatan terutama terhadap anak-anak. Kadang-kadang ada beberapa produsen yang menggunakan zat pemanis buatan melebihi batas standar yang diperbolehkan.

Penggunaan sakarin yang berlebihan, dapat menimbulkan bahaya bagi kesehatan manusia, anatara lain:

1. Migran dan sakit kepala

2. Kehilangan daya ingat

3. Bingung

4. Insomnia

5. Iritasi

6. Asma

7. Hipertensi

8. Diare

9. Sakit perut

10.Alergi


(37)

17   

12.Kebotakan

13.Kanker otak

14.Kanker kantung kemih

2.7 Metode Pengujian Sakarin

Sakarin dapat dianalisa dengan mengunakan metode volumetri, spektrofotometri dan kromatografi.

2.7.1 Metode Volumetri

Metode ini masih digunakan secara luas karena merupakan metode yang tahan, murah dan mampu memberikan ketepatan (presisi) yang tinggi. Keterbatasan metode ini adalah bahwa metode ini kurang spesifik

2.7.2 Metode Spektrofotometri

Penetapan kadar secara spektofotometri memegang peranan yang penting untuk penentuan kuantitatif bahan baku dan analisa sesuatu senyawa

2.7.3 Metode kromatografi

Kromatografi dapat di bedakan atas berbagai macam tergantung pada pengelompokannya. Berdasarkan pada mekanisme pemisahannya, kromatografi dibedakan menjadi:

a. Kromatografi adsorbsi

b. Kromatografi Partisi.


(38)

18   

d. Kromatografi eksklusi ukuran (Penyaringan Molekul)

Berdasarkan Pada alat yang digunakan, kromatografi dapat dibagi atas:

a. Kromatografi kertas

b. Kromatografi lapis tipis

c. Kromatografi kolom.

Kromatografi Cair Kinaerja Tinggi merupakan teknik dimana zat terlarut atau zat yang terlarut terpisah oleh perbedaan kecepatan elusi. Ini dikarenakan zat-zat terlarut tersebut melewati suatu kolom kromatografi. Pemisahan zat-zat-zat-zat terlarut ini diatur oleh distribusi zat terlarut dalam fase gerak dan fase diam. Penggunaan kromatografi cair secara sukses terhadap suatu masalah yang dihadapi membutuhkan penggabungan secara tepat dari berbagai macam kondisi seperti jenis kolom, fase gerak, panjang dan diameter kolom, kecepatan alir fase gerak, suhu kolom dan ukuran sampel (Rohman, 2007).

2.8 Prinsip Dasar Penentuan Sakarin Dengan Metode KCKT

Analisa bahan tambahan pada makanan dan minuman jajanan seperti sakarin dapat ditentukan dengan menggunakan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (Satrohamidjojo, 1985)

KCKT merupakan teknik dimana suatu zat terlarut terpisah oleh perbedaan kecepatan elusi. Ini dikarenakan zat-zat terlarut tersebut terdistribusi secara berbeda pada saat melewati suatu kolom khromatografi. Pemisahan zat terlarut ini diatur oleh distribusi masing-masing zat terlarut tersebut dalam fase gerak dan fase diam. Penggunaan khromatografi cair secara sukses terhadap suatu masalah


(39)

19   

yang dihadapi membutuhkan penggabungan secara tepat dari berbagai macam kondisi operasional seperti jenis kolom, fase gerak, panjang, diameter kolom, kecepatan alir fase gerak, suhu kolom, dan ukuran sampel (Rohman, 2007)

Langkah-langkah yang dikerjakan penentuan sakarin dengan metode KCKT :

1. Preparasi sampel

2. Pembuatan kurva standar luas puncak terhadap konsentrasi.

3. Pengukuran sakarin dalam sampel secara KCKT

4. Perhitungan kadar sakain dalam sampel, dihitung dengan menggunakan

rumus

Y = a + bx dimana : a = intercepet

b = Koefisien arah pada grafik

Y = luas puncak dari khromatogram sakarin x = konsentrasi sakarin dalam sampel

2. 8. 1 Komponen utama/alat pada KCKT 2. 8. 1. 1. Pompa

Tujuan penggunaan pompa atau sistem penghantar fase gerak berlangsung secara tepat, konstan, dan bebas dari gangguan.


(40)

20   

2. 8. 1. 2. Unit Injeksi

Sampel-sampel cair dan larutan disuntikkan secara langsung ke dalam fase gerak yang mengalir di bawah tekanan dan menuju kolom dengan menggunakan alat penyuntik yaitu mikroliter atau injektor.

2. 8. 1. 3. Kolom

Kolom pada KCKT merupakan bagian yang sangat penting sebab pemisahan komponen-komponen sampel akan terjadi di dalam kolom. Kolom akan menjadi kunci penentu keberhasilan pemisahan komponen-komponen sampel serta hasil akhir analisis dengan Khromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)

2. 8. 1. 4. Detektor

Detektor berfungsi untuk memonitor keluarnya zat terlarut yang dibawa fase gerak dari kolom out put yang berupa signal listrik yang sebanding dengan sifat-sifat zat terlarut. Detektor dikelompokkan menjadi 2 golongan yaitu detektor universal dan detektor UV–VIS (Rohman, 2007).

     


(41)

21   

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Bahan-Bahan :

‐ Kalium Dihidrogen Pospat (KH2PO4) Merck

‐ Dikalium Hidrogen Pospat (K2HPO4) Merck

‐ Metanol Pekat Merck

‐ Na-Sakarin Merck

‐ Aquabidest

3.2 Alat –alat :

HPLC Shimadzu Class - VP

- Branson, Ultrasonic

- Labu ukur 50 ml, 100 ml, 500 ml, 1000 ml

- Beaker glass 100 ml

- Batang pengaduk

- Membran filter 0,45 µm

- Milipore 0,45 µm

- Kertas aluminium foil

- Pipet volume; 0,5, 1, 2, 3, 4 ml


(42)

22   

3.3 Pembuatan Pereaksi 3.3.1 Pembuatan Metanol 60%

Diencerkan 600ml metanol dengan aquabidest 400ml ke dalam labu ukur 1000ml.

3.3.2 Buffer Pospat pH 6,8

Timbang Dikalium Hidrogen Pospat 0,8709 g dan 0,68 g Kalium Dihidrogen Pospat, dimasukkan dalam labu ukur 1000 ml kemudian dilarutkan dengan aquabidest sampai garis tanda.

3.4 Pembuatan Fase Gerak Dapar Pospat : Metanol ( 920 : 80 )

Dimasukkan 920 ml Buffer Pospat pH 6,8 dan 80 ml metanol 60% kedalam labu ukur 1000 ml.

3.5 Pengaturan Kondisi Sistem KCKT

Sistem diperiksa dan dicek untuk meyakinkan apakah sistem pengalir pelarut telah disambungkan dengan baik, kolom telah dipasang, tersedia cukup pelarut di dalam botol pelarut, sistem pengawasan pelarut bekerja dengan baik, penyaring pelarut sudah dipasang dan detektor yang sesuai sudah terpasang dengan baik


(43)

23   

3.6 Mengaktifkan Sistem

Setelah masing-masing sistem diatur, hubungkan sistem dan sumber arus listrik. Tekan tombol POWER pada pompa, detektor UV-VIS ke posisi ON dan CBM (Communication Bus Mobile) ke posisi ON

3.7 Penentuan Garis Alas (Base Line)

Bila nilai absorbansi yang ditampilkan pada detektor UV-VIS telah menunjukkan 0,000 maka dibiarkan beberapa menit sampai diperoleh garis alas (base line) yang relatife cukup lurus yang menandakan sistem telah stabil

3.8 Penyuntikan Fase Gerak

Dimasukkan fase gerak ke dalam injektor dengan menggunakan mikroliter syiringe kemudian putar injektor ke posisi INJECT (Rohman, 2007)

3.8.1 Prosedur Kerja 3.8.1.1 Larutan Uji

- Timbang 5 g sampel biarkan pada suhu kamar sampai cair lalu masukkan ke dalam labu ukur 100 ml

- Encerkan dengan metanol 60% sampai garis tanda

- Kemudian disaring dengan menggunakan penyaring milipore 0,45 µm dan di awa-udarakan (Larutan A)


(44)

24   

3.8.1.2 Larutan Baku 3.8.1.2.1 Larutan Baku Induk

Timbang 50 mg natrium sakarin kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 50 ml, kemudian dilarutkan dengan metanol 60% dan diencerkan sampai garis tanda

3.8.1.2.2 Larutan Baku Antara

Pipet 5 ml dari larutan baku induk dimasukkan kedalam labu ukur 50 ml,

diencerkan sampai garis tanda.

3.8.1.2.3 Larutan Baku Kerja

Di pipet masing-masing berturut-turut 0,5, 1, 2, 3, 4 ml dari larutan baku antara ke dalam labu ukur 50 ml, diencerkan dengan metanol 60% sampai garis tanda kemudian disaring dengan milipore 0,45 µm (Larutan B)

3.8.1.2.4 Cara Penetapan

Larutan A dan B disuntikkan secara terpisah pada KCKT dengan kondisi : menggunakan kolom oktadesilsilana Rp-18 dengan ukuran partikel silika 5 µm, diameter 6 mm panajang 15 cm (atau yang sesuai), semua penetapan dilakukan dengan detektor UV-VIS pada absorbansi detektor dengan panajang gelombang 225 nm, kecepatan aliran 1,5ml / menit, volume penyuntikan 20 µl dengan fase gerak metanol 60% : Buffer pospat pH 6,8 (8:92), disaring menggunakan membran filter 0,45 µm. Hasil yang diperoleh dapat dilihat dari bentuk puncak


(45)

yang direkam oleh CBM (Communication Bus Mobile) yaitu sejenis penghubung dengan sistem komputer dilengkapi dengan pencetak kromatogram.

3.9 Bagan Penelitian

3.9.1 Preparasi Sampel          5g sampel 

25   

 

                        Dimasukkan kedalam labu ukur 100ml                

Encerkan dengan methanol 60%  sampai garis tanda 

Saring dengan menggunakan penyaring  milipore 0,45µm 

 

   

      Filtrat        Residu 

       Diawa Udarakan 

   

Larutan yang akan 

di uji (Larutan A)   

   


(46)

3.9.2  Pembuatan Kurva Baku 

     

     Larutan Baku Antara (5mg/50 ml Natrium Sakarin=0,1mg/ml)   

         Pipet masing‐masing 0,5ml, 1ml, 2ml, 3ml,dan4ml  kedalam 5 buah labu ukur 50 ml         Kedalam masing‐masing labu ukur     ditambahkan   metanol 60% sampai     garis tanda(larutan baku kerja)  26    Suntikkan 20µl secara terpisah darimasingmasing   larutan baku kerja kedalam KCKT dengan kondisi         sebagai berikut            Kolom : oktadesisilana Rp‐18 pada partikel         silika 5µm. Φ 6mm x 15cm.                  Fase gerak : Dikalium hidrogen pospat 10 mmol +              Kalium dihidrogen pospat 10 mmol +    metanol 60 % (47:47:6). Disaring               menggunakan panjang membran, 4 µm         Laju aliran : 1,5ml/menit          Detektor    : Cahaya Ultraviolet λ 225 nm   

Khromatogram   

 

      Baca area dan waktu retensi dari masing‐masing        Khromatogram dari larutan baku kerja. 

 

          Buat kurva area vs konsentrasi baku kerja   

          Hitung persamaan garis lurus dari hubungan            Area Vs konsentrasi dengan metode Least  Square 

                                

        Persamaan Garis 


(47)

 

3.9.3  Penentuan Kadar Natrium Sakarin Dalam Sampel 

 

     KCKT 

       Dioperasikan dengan kondisi   

       Kolom : oktadesisilana Rp‐18 pada partikel silica      

       5µm. Φ 6mm x 15cm. 

 

27   

Fase gerak : Dikalium hydrogen fosfat 10mmol +      

       Kalium dihidrogen 10mmol + metanol  

         60% (47:47:6).   

   

Disaring menggunakan panjang membrane 0,4µm  

       Laju aliran : 1,5ml/menit       

      Detektor    : Cahaya Ultraviolet  225nm 

 

Suntikkan 20 µl larutan A (larutan uji untuk es  Ganepo) 

    Khromatogram 

 

Baca waktu retensi dari khromatogram yang  sesuai dengan waktu retensi standar Na  sakarin 

 

Baca area peak Na sakarin dari khromatogram  sampel 

 

Hitung kadar Na sakarin dengan mensubsitusi area  (luas peak) ke dalam persamaan garis lurus  

 Y = a + bx 

 

     Hasil 

 

   

Demikian juga dilakukan untuk sampel es doger dan es krim 

   


(48)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Pengukuran Sampel

Tabel 4.1 Data Penimbangan Sampel

No Nama Sampel Berat 1 (g) Berat 2 (g)

1. Es Ganepo 5,1853 5,2476

2. Es Doger 5,1452 5,1476

3. Es Krim 5,1345 5,1368

   

Perhitungan Kadar Larutan Uji 

       X      1000 

Kadar Sampel   ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐  x Faktor Pengencer x  ‐‐‐‐   Kadar Baku        W sampel       20        

 

Keterangan : X = Kadar larutan uji        w sampel = bobot sampel        kadar baku = 87,7 % = 87,7/100 

      v = volume penyuntikan sampel = 20µ

Baku Pembanding : Na Sakarin 87,70 % 

28   


(49)

Bobot : 50 mg 

Volume Pengencer = 50 ml     Konsentrasi : 1 mg/ml = 1000 ppm 

Tabel  4.2 Data Hasil Pengukuran Baku Pembandingan 

 

No Seri (ml /50ml) X  (µg/20µl) Y (Area)  Rt (Menit) 

1. 0,5 0,2 722 317 12.422

2. 1 0,4 1495 642 12.6

3. 2 0,8 2877 281 12.633

4. 3 1,2 4571 271 12.617

5. 4 1,6 5970 587 12.663

 

 Tabel  4.3 Pengukuran Data‐data Untuk Perhitungan Dengan Metode Least  Square 

 

No X Y XY      X2 

1. 0,2 722 317 144 463,4 0,04

2. 0,4 1495 642 598 256,8 0,16

3. 0,8 2877 281 2 301 824,8 0,64

4. 1,2 4571 271 5485525,2 1,44

5. 1,6 5970 587 9552939,2 2,56

ΣX = 4,2         ΣY = 15637098     ΣXY = 18083009,4  ΣX2 = 4,84

                X  =  0,84      Y  =  3127419,6        29   


(50)

30   

         Σ XiYi       18083009,4 

b  =   ________     =     ______________   =  3736158,967 

         Σ Xi 2               4,84 

      _        _  a  =     Y  ‐  b X   

    = 3127419,6 – 3736158,967 (0,84) 

   = 3127419,6 – 3138373,532 =   ‐ 10953,932 

 

Tabel  4.4 Data Hasil Kromatogram Sampel  Nama  Sampel  Bobot  (Gram)  Volume  (Pengenceran) ml  Volume  (Penyuntikan)

µl 

Area  Rt  

(Menit) 

  5,1853  100  20  167143  13,4 

Es  Ganepo 

         

  5,2476  100  20  170629  13,358 

       

  5,1452  100  20  1352628  13,325 

Es Doger       

  5,1476  100  20  1347359  13,383 

       

  5,1345  100  20  495472  12,800 

Es Krim       

  5,1368  100  20  505808  12,842 

     


(51)

31   

Perhitungan :  

1. Es Ganepo 

 

1.1Na.Sakarin : 167143 =   ‐  10953,932 + 3736158,967 X 

        

       178 096,932         X  =       _______________         373 6158,967        

       =     0,047668456  =  0,0477 µg/20µ

 

      0,04477      1000             Na.Sakarin    =       _______________   x   __________  x 100  x  87,70% 

      5,1853      20   

       =         40,33797466   =   40,34 mg

/kg  

 

1.2Na.Sakarin : 170629 =   ‐  10953,932 + 3736158,967 X 

        

       181 582,932         X    =       _______________ 

      373 6158,967        

      =         0,0486015  =  0,0486 µg/20µ

      0,0486      1000              Na.Sakarin    =      _______________   x   __________  x 100  x  87,70%  

       5,2476       20          =       40,61113652  =   40,61  mg

/kg    

       40,34 + 40,61 

      Rata‐Rata      =       _______________   =  40,475 mg

/kg         2 


(52)

32   

2 Es Doger 

 

2.1Na.Sakarin : 1352 628  =   ‐  10953,932 + 3736158,967 X 

        

       1363581,932        X    =       _______________ 

       3736158,967        

       =     0,364968927  =  0,3650 µg/20µ

 

      0,3650      1000              Na.Sakarin         =       _______________   x   __________  x 100  x  87,70% 

       5,1452      20   

       =      311,0714841 mg

/kg    =   311 mg/kg  

 

2.2Na.Sakarin : 1347359 =   ‐  10953,932 + 3736158,967 X 

        

       1358312,932         X    =       _______________ 

       373 6158,967        

       =     0,0363558655  =  0,3636 µg/20µ

 

      0,3636      1000              Na.Sakarin         =       _______________   x   __________  x 100  x  87,70% 

       5,1476      20   

       =      309,7338566 mg

/kg   =   310 mg/kg  

       

       311 + 310 

      Rata‐Rata      =       _______________   =  310,5  mg

/kg         2 


(53)

33   

3. Es Krim 

 

3.1Na.Sakarin :  495472 =   ‐  10953,932 + 3736158,967 X 

       

       506425,932         X    =       _______________ 

       373 6158,967        

       =     0,135547212  =  0,1355 µg/20µ

 

      0,1355       1000             Na.Sakarin        =       _______________   x   __________  x 100  x  87,70% 

      5,1345       20   

       =      115,7206154 mg

/kg   =   155,72 mg/kg  

 

3.2Na.Sakarin : 505808 =   ‐  10953,932 + 3736158,967 X 

        

       516 761,932         X    =       _______________ 

       373 6158,967        

       =     0,138313689  =  0,1383 µg/20µ

 

      0,1383       1000             Na.Sakarin        =       _______________   x   __________  x 100  x  87,70% 

      5,1368       20   

      =      118,0590056  mg

/kg  =   118,06 mg/kg  

 

      115,72 + 118,06 

      Rata‐Rata       =       ___________________   =  116,89   mg

/kg  =  117 mg/kg 


(54)

34   

Tabel  4.5 Data‐data Hasil Pengukuran Peak Area Dan Waktu Retensi Pada  Sampel 

 

No  Penyuntikan  20µl 

Area  Rt 

(Menit)  Kadar  Lar.Uji  (µg/20µl)  Kadar  Lar.Sampel  (mg/kg)   

Es Ganepo  1,03706 (1)  167143  13,4  0,0477  40,34 

  1,04952 (2)  170629  13,358  0,0486  40,61 

Es Doger  1,02904 (1)  1352628  13,325  0,3650  311  

  1,02952 (2)  1347359  13,383  0,3636  310 

Es Krim  1,0269 (1)  495472  12,800  0,1355  115,72  

  1,02736 (2)  505808  12,842  0,1383  118,06  

 

Dari hasil percobaan dengan menggunakan khromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT), diperoleh bahwa es ganepo, es doger, dan es krim yang diuji

mengandung sakarin dengan kadar yang diperoleh 40,475 mg/kg , 310,5 mg/kg , dan

117 mg/kg

4.2 Pembahasan

Dari hasil percobaan dengan menggunakan KCKT, diketahui bahwa kadar sakarin dalam Es Ganepo memenuhi persyaratan. Kadar sakarin pada penyuntikan

sampel yang pertama adalah 40,34 mg/kg dan pada penyuntikan sampel yang kedua

adalah 40,61 mg/kg sehingga jika dirata-ratakan diperoleh hasilnya 40,475 mg/kg .

Dalam Es Doger kadar sakarin tidak memenuhi persyaratan. Kadar sakarin pada


(55)

35   

yang kedua adalah 310 mg/kg sehingga dirata-ratakan diperoleh hasilnya 310,5

mg

/kg. Dalam Es Krim kadar sakarin memenuhi persyaratan . Kadar sakarin pada

penyuntikan sampel yang pertama adalah 115,72 mg/kg dan pada penyuntikan

sampel yang kedua adalah 118,06 mg/kg sehingga dirata-ratakan diperoleh hasilnya

117 mg/kg. Dari hasil penelitian dari ketiga jenis minuman jajanan ternyata kadar

sakarin pada sampel es ganepo ( kadar jumlah maksimum 300 mg/kg ) dan es krim (

kadar jumlah maksimum 200 mg/kg ) memenuhi persyaratan sedangkan dalam es

doger tidak memenuhi persyaratan ( batas jumlah maksimum 300 mg/kg ) yang

dinyatakan didalam SNI 01 – 6993 – 2004.

Pemanis sakarin dalam Es Ganepo, Es Doger, dan Es Krim dapat ditetapkan kadarnya secara KCKT karena analisis dengan KCKT cepat, daya pisahnya baik, penyiapan sampelnya mudah dan dapat dihubungkan detektor yang sesuai.

Metode KCKT yang digunakan adalah dengan kolom fase terbalik. Khromatografi ini fase diamnya bersifat non polar sedangkan fase geraknya bersifat polar yaitu campuran metanol 60% dan dapar pospat pH 6,8 dimana akan terjadi pemisahan yang berdasarkan kompetisi antara fase gerak dengan sampel yang berikatan didalam kolom. Oleh karena itu molekul-molekul polar akan lebih cepat keluar dari kolom sedangkan molekul-molekul yang non-polar akan tertahan lebih lama didalam kolom. Keuntungan menggunakan khromatografi fase terbalik ini adalah senyawa polar akan lebih baik pemisahannya dan air juga dapat digunakan sebagai salah satu komponen pada pelarut campuran.


(56)

36   

Bertitik tolak dari hal-hal seperti tersebut diatas, maka perlu diadakan penyuluhan kepada pedagang-pedagang yang tidak mengetahui jumlah kadar sakarin dalam pemakaian pada pembuatan makanan dan minuman yang mereka pasarkan.


(57)

37   

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan:

Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat diambil kesimpulan :

1. Kadar sakarin dalam es ganepo 40,475 mg/kg, kadar sakarin dalam es

doger 310,5 mg/kg dan kadar sakarin dalam es krim 117 mg/kg.

2. Dari ketiga jenis minuman jajanan yang diteliti yang memenuhi

persyaratan adalah : es ganepo dan es krim sedangkan es doger tidak memenuhi persyaratan karena melampaui batas yang ditetapkan oleh SNI 01 – 6993 – 2004.

5.2 Saran-Saran

1. Sebaiknya pemerintah melakukan penyuluhan kepada produsen makanan

dan minuman jajanan tentang jumlah penggunaan sakarin dalam makanan dan minuman serta dampaknya terhadap kesehatan yang melampaui batas.

2. Perlu dilakukan pengawasan terhadap minuman dan jajanan yang


(58)

38   

DAFTAR PUSTAKA

Adnan, Mochammad. (1997). Teknik Khromatografi. Edisi Pertama. Yogyakarta: Penerbit Andi

Beidler, Lloyd M. (1966). Chemical Excitation of Taste and Odor Receptors. American Chemical Society

Budiyanto, A.K. (2004). Dasar-dasar Ilmu Gizi. Malang: Universitas Muhammadiyah.

Cahyadi, W. (2005). Bahan Tambahan Pangan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

de Man, J.M (1976). Principles of Food Chemistry. The AVI Publishing Company, Inc. Westport,Connecticut.

Dirjen POM (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV, Jakarta ; Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hal. 748

Edward L. Johnson, Robert Stevenson.(1991). Dasar Kromatografi Cair. Bandung : ITB

J.Suprapto (2000). Statistik Teori Dan Aplikasi Edisi VI Jilid. 1 Hal. 175 - 177

M A P POM No.43 MA 1993. Tentang Metoda Penetapan Kadar Asam Benzoat, Sorbat dan Sakarin.

Pease, Burton F. (1980). Basic Instrumental Analysis. D. Van Nostrand Company, New York


(59)

39   

Perry, R.H. and C.H. Chilton. (1973). Chemical Engineers’ Handbook, 5th ed. Mc.Graw-Hill. Kogakusha, Ltd

Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yokyakarta: Pustaka Pelajar

SNI 01-2972-1998. Tentang Kadar Sakarin dalam Minuman Ringan.

SNI 01-6993-2004. Tentang Penggunaan Sakarin Bedasarkan Kategori Pangan.

Winarno,F.G (1984).Kimia Pangan Dan Gizi. PT. Gramedia Jakarta.

Woodroof, J.G. and G.F. Philips. (1974). Beverages : Carbonated and

Noncarbonated. The AVI Publishing Company, Inc, Westport,

Connecticut.  

                   


(60)

Lampiran 1.  Khromatogram sampel baku  

   

       

40   


(61)

Lampiran 2. Khromatogram sampel baku

   

       

41   


(62)

Lampiran 3.  Khromatogram sampel baku 

   

   

42   


(63)

Lampiran 4. Khromatogram sampel baku

   

 

43   


(64)

Lampiran 5. Khromatogram sampel baku

   

 

44   


(65)

Lampiran 6. Kromatogram Sampel Es Ganepo

   

45   


(66)

Lampiran 7 Kromatogram Sampel Es Ganepo

   

46   


(67)

Lampiran 8 Kromatogram Sampel Es Doger

   

47   


(68)

Lampiran 9. Kromatogram Sampel Es Doger

   

48   


(69)

Lampiran 10 Kromatogram Sampel Es Cream

 

49   


(70)

Lampiran 11. Kromatogram Sampel Es Cream

 

50   


(71)

Lampiran 12. Tabel untuk pengukuran area vs konsentrasi

X ( g/20 l)  Y (AREA).105 

0,2  7,22 

0,4  14,96 

0,8  28,77 

1,2  45,71 

1,6  59,7 

 

Lampiran 13. Kurva Area Vs Konsentrasi

   

 

51   


(72)

Lampiran 14

 

   

52   


(73)

Lampiran 15.

 

SNI 01‐6993‐2004

 

 

53   


(74)

Lampiran 16.  

  54   


(1)

Lampiran 10 Kromatogram Sampel Es Cream


(2)

Lampiran 11. Kromatogram Sampel Es Cream

 

50   


(3)

Lampiran 12. Tabel untuk pengukuran area vs konsentrasi

X ( g/20 l)  Y (AREA).105 

0,2  7,22 

0,4  14,96 

0,8  28,77 

1,2  45,71 

1,6  59,7 

 

Lampiran 13. Kurva Area Vs Konsentrasi

 

 


(4)

Lampiran 14

 

 

 

52   


(5)

Lampiran 15.

 

SNI 01‐6993‐2004

 


(6)

Lampiran 16.

 

 

54