BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan data penelitian, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
Nilai DOBI CPO Batam = 2,66 lebih besar daripada nilai DOBI CNO Batam =1,61
Nilai DOBI CPO Dumai = 2,66 lebih besar daripada nilai DOBI CNO Dumai
= 1,52
Nilai DOBI CPO Belawan = 2,67 lebih besar daripada nilai DOBI CNO Belawan = 1,54
DOBI CPO Belawan lebih baik daripada DOBI CPO Dumai dan Batam
DOBI CNO Batam lebih baik daripada DOBI CNO Belawan dan Dumai
Universitas Sumatera Utara
5.2. Saran
Diharapkan pada peneliti selanjutnya, agar meneliti :
DOBI pada sampel CPO dan CNO yang berasal dari sumber yang berbeda
DOBI pada daerah Dumai, Batam dan Belawan dengan sampel CPKO
CPO dan CNO untuk parameter yang lain pada daerah Dumai, Batam dan Belawan
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah Tanaman Kelapa
Selama sekitar 3960 tahun yang lalu, dari 4000 tahun sejak adanya
catatan sejarah , telah diketahui penggunaan buah kelapa sebagai bahan makanan dan kesehatan. Selama itu, dicatat bahwa buah kelapa memang sangat bermanfaat, tanpa
efek samping. Pohon kelapa dipandang sebagai sumber daya berkelanjutan yang memberikan hasi panen yang berpengaruh terhadap segala aspek kehidupan
masyarakat di daerah tropis. Dan yang penting adalah buahnya, daging kelapa, air kelapa, santan, dan minyaknya.
Penggunaan minyak kelapa di seluruh dunia,khususnya di daerah tropis, merupakan sesuatu yang umum,yaitu di Amerika Tengah dan Selatan, Afrika, Anak
benua India, Mikronesia, Poinesia dan Asia.Manfaat buah kelapa itu sedemikian begitu dihormati, seperti yang tercantum dalam pengobatan Ayurweda dalam bahasa
Sanskerta pada tahun 1500 SM, mencakup manfaat bagi pikiran, tubuh, dan rohani. Penjelajah bangsa Eropa, misalnya kapten Cook menulis dengan indah tentang
masyarakat Samudera Pasifik yang menggunakan minyak kelapa sebagai bagian
Universitas Sumatera Utara
integral dari kehidupan mereka sehari – hari. Selama Perang Dunia II, air kelapa muda dari jenis kelapa hijau telah digunakan sebagai pengganti air garam yang banyak
menyelamatkan nyawa sekutu. Akan tetapi, semua ini berubah pada tahun 1950-an. Kala itu, penyakit jantung koroner telah menjadi penyebab utama kematian di
kalangan orang dewasa masyarakat Amerika Serikat. Ancel Keys dapat dikatakan sebagai pelopor kampanye anti-lemak jenuh di Amerika Serikat. Semenjak tahun 1953
– 1957, Keys membuat serangkaian pernyataan seputar atherogenesitas lemak. Pernyataannya antara lain: “Semua lemak meningkatkan kadar kolesterol dalam darah.
Hampir setengah dari total lemak berasal dari lemak nabati dan minyak”. Lemak jenuh meningkatkan kolesterol, sedangkan lemak poli tak jenuh menurunkan
kolesterol. Lemak nabati yang dihidrogenasi adalah biang keladi dari masalah jantung koroner. Demikian lemak hewan penyebab penyakit jantung koroner.
2.1.1.Buah Kelapa
Buah kelapa berbentuk bulat panjang dengan ukuran lebih kurang sebesar kepala manusia. Buah terdiri dari sabut ekskarp dan mesokarp, tempurung
endokarp, daging buah endosperm dan air buah. Tebal sabut kelapa lebih kurang 5 cm dan tebal daging buah 1 cm atau lebih. Ketaren,S.2008
Berat buah kelapa yang telah tua kira-kira 2 kg per butir. Buah kelapa digunakan hampir seluruh bagiannya. Daging buahnya dapat langsung dikonsumsi,
Universitas Sumatera Utara
bahan bumbu masakan, diproses menjadi santan kelapa, kelapa parut kering, minyak goreng atau minyak kelapa murni. Daging buah dapat dikeringkan menjadi kopra.
Kopra itu dapat diproses menjadi minyak goreng, sabun, lilin, es krim, produk oleokimia seperti asam lemak fatty acid, fatty alcohol dan gliserin. Amin,S.2009
Tabel 2.1 Komposisi Kimia Daging Buah Kelapa Pada Berbagai Tingkat Kematangan
Analisis dalam 100 g
Buah Muda Buah
Setengah Tua Buah Tua
Kalori Protein
Lemak Karbohidrat
Kalsium Fosfor
Besi Aktivitas vitamin A
Thiamin Asam askorbat
Air Bagian yang dapat dimakan
68,0 kal 1,0 g
0,9 g 14,0 g
17,0 mg 30,0 mg
1,0 mg 0,0 Iu
0,0 mg 4,0 mg
83,3 g 53,0 g
180,0 kal 4,0 g
13,09 g 10,0 g
8,0 mg 35,0 mg
1,3 mg 10,0 Iu
0,5 mg 4,0 mg
70,09 g 53,0 g
359,0 kal 3,4 g
34,7 g 14,0 g
21,0 mg 21,0 mg
2,0 mg 0,0 Iu
0,1 mg 2,0 mg
46,9 g 53,0 g
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Proses Pengolahan Minyak Kelapa
Produk kelapa yang paling berharga adalah minyak kelapa. Minyak kelapa dapat diperoleh dari daging buah kelapa segar atau dari kopra. Proses untuk
membuat minyak kelapa dari daging buah kelapa segar dikenal dengan proses basah, kaena pada proses ini ditambahkan air untuk mengestraksi minyak. Sedangkan
pembuatan minyak kelapa dengan bahan baku kopra dikenal dengan proses kering. a.
Proses basah Asal mula untuk memperoleh minyak dari buah kelapa, adalah bukan
dari kopra. Kopra dibuat pada waktu itu untuk memenuhi kekurangan minyak yang melanda daratan Eropa. Daging buah kelapa merupakan bahan yang
mudah membusuk, hal ini disebabkan oleh kandungan airnya yang tinggi. Agar dapat tahan lama diperjalanan, maka daging buah kelapa dikeringkan
dengan maksud memperoleh kopra. Di daerah pertanian kelapa, minyak diperoleh dari daging buah kelapa. Menurut Banzon J. A. Dan Velasco J. R.
1982 komposisi kimia daging buah kelapa adalah sebagai berikut : 1. Air 50
2. Minyak 34 3. Abu 2,2
4. Serat 3 5. Protein 3,5
Universitas Sumatera Utara
6. Karbohidrat 7,3
Pada waktu daging buah kelapa diparut, sel – selnya akan rusak dan isi sel dengan mudah dikeluarkan dalam wujud emulsi berwarna putih yang
dikenal dengan santan. Santan demikian mengandung minyak sebanyak 50 . Sisa minyak yang lain dapat diperoleh dengan penambahan air dan pemerasan
kedua dan ketiga. Cara – cara ekstraksi minyak dengan proses basah yang banyak dilakukan sebagai berikut :
1 Ekstraksi minyak pada industri rumah tangga
Di daerah pedesaan, pada umumnya penyedian kebutuhan minyak berasal dari industri rumah tangga. Tahapan – tahapan pekerjaan yang
dilakukan adalah sebagai berikut : a
Daging buah kelapa diparut untuk memperkecil ukurannya dan unruk merusak sel – sel dari daging buah kelapa, sehingga isi selnya mudah dikeluakan.
b Daging buah kelapa parutan ditempatkan pada kain yang berfungsi untuk
menyaring, kemudian diperas dengan tangan. c
Daging buah kelapa parutan yang santannya telah keluar diberi tambahan air unruk mengeluarkan santannya. Diremas – remas unruk memberikan
kesempatan minyak keluar dari dalam sel. Selanjutnya diperas kembali
Universitas Sumatera Utara
Pekerjan ini diulangi sekali lagi. Penambahan air sama dengan berat dagingbuah kelapa parutan.
d Santan yang diperoleh dicampur menjadi satu, dimasukkan kedalam wajan
untuk diuapkan airnya. e
Setelah air seluruhya menguap, diperoleh minyak dan endapanny disebut blondho.
f Minyak diambil dan blondho dipres untuk mengeluarkan minyaknya, dari
sisanya diperoleh khetak. g
Minyak didingankan, kemudian dimasukkan ke dalam botol atau dalam kaleng yang berisi kurang lebih 18 g.
Proses dengan cara ini sebenarnya kurang menguntungkan,karena jumlah minyak yang diperoleh hanya antara 70 – 80 dari minyak yang
terkandung di dalam daging buah kelapa. 2
Proses menurut lava Proses ini ditemukan oleh Dr. V.G. Lava seorang profesor kimia dari
Los Banos. Ia memperoleh paten dari amerika serikat pada tahun 1940. Proses ini meliputi pemerasan daging buah kelapa untuk memperoleh santan dengan
menggunakan press roller khusus yang permukaannya kasar. Se;anjutya santan disentrifugasi untuk menghasilkan cream yangkemudian diasamkan pada pH
Universitas Sumatera Utara
4, sehingga cream pecah dan mengalami dekomposisi yang menghasilkan minyak.
Masalah yang umum terjadi pada proses basah, dalam mengembangkan proses ini Lava menemukan dua masalah utama yaitu :
a Kesulitan mengekstraksi minyak dalam bentuk santan. Minyak yang diperoleh
maksimum 80 , disamping itu dipengaruhi juga oleh tingkat kemasakan buah kelapa. Menurut Manzanilla 1953 yang mengamati penampang daging buah
kelapa dengan mikroskop mengemukakan bahwa 60 – 70 minyak dengan mudah dapat diekstraksi, karena merupakan minyak yang bebas, dan terlihat
dalam bentuk globula – globula. b
Kesulitan untuk membebaskan minyak dari emulsi yang mirip dengan susu. Santan merupakan emulsiminyak di dalam air yang agak stabil.
Emulsifikasinya kadang – kadang bersma – sama protein. Pada saat ini belum diketahui adanya penerapan proses basah pada
skala komersial. Dibandingkan dengan proses kering yang menggunakan expeller, investasi yang ditanamkan dalam pembelian peralatan mesin pada
proses basah lebih besar, disamping itu juga diperlukan operator yang terampil. Menurut Hagenmaier 1980 proses mengunakan daging buah kelapa
segar secara ekonomis kurang menguntungkan, karenapenggunaan bahan baku
Universitas Sumatera Utara
kopra bukan hanya sekedar pemakaian bahan setengah jadi,melainkan pembuatan kopra dapat memberikan lapangan pekerjaan bagi banyak orang.
b. Proses kering
Cara paling sederhana untuk memperoleh untuk memperoleh minyak dari kopra, adalah dengan membungkus kopra dalam kain,kemudian ditumbuk
menggunakan penumbuk dari kayu dan selanjutnya dimasukkan ke dalam air mendidih. Minyakakan mengapung dipermukaan dan dapat dipisahkan dari air
dengan mengambil minyaknya. Dengan demikian minyak yang diperolehnya hanya sedikit untuk meningkatkan perolehan minyak, kopra diberi perlakuan
penekanan pada wadah statis yang selanjutnya berkembang dengan pengunaan penekan ulir.
Untuk memperoleh tekanan yang lebih besar daripada penekan ulir digunakan alat berprinsip hydraulis. Walaupun secara teoritis penekan
hydraulis dapat menyediakan tenaga yang lebih besar dengan mudah dibanding penekan mekanis, namun penemuan alat yang meendasarkan pada
aksi mekanis telah mengalahkan penekan hydraulis di dalam penggunaanya secara komersial. Penemuan ini adalah expeller, suatu nama dagang mesin
yang dipatenkan oleh V.D. Anderson. Expeller terdiri atas 3 bagian utama, yaitu uliran berguna untuk mendorong kopra ke arah depan; barrel adalah
ruangan untuk bergeraknya uliran dan choke tempat keluarnya bungkil kopra.
Universitas Sumatera Utara
Untuk memperoleh minyak dalam jumlah lebih banyak, telah ditemukan perlakuan – perlakuan yang paling baik, sebelum kopra dimasukkan
kedalam expeller, terdiri atas : 1.
Pembersihan kopra, terdiri atas pemisahan benda – benda asing khususnya bahan dari besi seperti paku. Pembersihan dilakukan dengan magnetic
separator. 2.
Memperkecil ukuran kopra,menggunakan mesin pemecah dan penggiling. 3.
Mengeringkan kopra sampai pada kadar air yang tepat. Menurut Thieme 1968 kadar air kopra yang tepat unruk proses expeller ini adalah 3 – 5 .
Di Indonesia hasil minyak yang diperoleh dengan mengepres kopra di dalam expeller satu kali adalah 54 – 58 , sedangkan apabila dilakukan
pengepresan dua kali dapat diperoleh 60 dengan kadar asam lemak bebas berkisar antara 4 – 6 . Sedangkan, minyak yang tertinggal di dalam bungkil
17,76 . Pada proses kering ini terdapat modifikasi bahan mentah yang diproses, yaitu daging buah kelapa segar. Bedanya dengan proses kering
adalah buah kelapa segar tidak dibuat kopra, melainkan diparut menggunakan mesin selanjutnya daging buah kelapa parutan ini digoreng selama 30 menit
dan dalam keadaan panas dimasukkan ke dalam expeller untuk diperas minyaknya. Hasil yang diperoleh adalah minyak goreng dengan mutu yang
Universitas Sumatera Utara
baik dan memenuhi standar mutu minyak yang dipersyaratkan di dalam Standar Industri Minyak yang diperoleh adalah 12 dari kelapa butiran.
1. Ekstraksi minyak menggunakan solvent
Untuk memperoleh minyak kelapa di samping dilakukan dengan proses basah, dapat pula diperoleh dengan cara ekstraksi menggunakan solvent
zat pelarut. Prinsip yang digunakan dalam ekstraksi solvent ini adalah memperoleh minyak kelapa dari kopra dengan melarutkan minyak kelapa
dalam larutan solvent yang sesuai. Terdapat beberapa jenis solvent yang dapat dipergunakan seperti hidrokarbon, aseton, dietil eter, karbon disulfida, karbon
tetraklorida dan bahkan alkohol. Agar dapat dipergunakan sebagai solvent untuk mengekstraksi minyak kelapa, maka solvent harus memenuhi syarat
sebagai berikut : a
Mempunyai kemampuan melarutkan minyak kelapa yang tinggi. b
Tidak meninggalkan residu beracun. c
Tidak berinteraksi secara kimia dengan minyak kelapa atau pembungkus minyak kelapa yang dapat menghasilkan senyawa beracun
d Harus mempunyai spesifik gravitas, panas spesifik, panas laten dan titik didih
yang rendah.
Universitas Sumatera Utara
e Tidak mudah terbakar atau minimal tidak mempunyai tendensi membentuk
campuran yang mudah terbakar jika berhubungan dengan udara. Pada saat ini telah dipergunakan secara luas pemakaian heksan suatu
senyawa hidrokarbon yang merupakan hasil industri minyak bumi, karena solvent ini dapat memenuhi persyaratan seperti telah disebutkan di atas.
Sebagaimana gambaran sederhana prinsip kerja ekstraksi solvent iniadalah ekstraktor soklet di laboratorium. Pada sistem ini kopra di tempatkan
pada ruangan dan direndam di dalam larutan solvent selama 40 menit. Selanjutnya cairan dialirkan ke dalam labu. Dari labu ini solvent diuapkan dan
dikondensasikan, kemudian kondesat dikembalikan ke daalam ruangan yang berisi kopra. Proses diulangi sampai 15 – 16 kali. Akhirnya larutan ini diuapkan
solventnya, sehingga diperoleh minnyak kelapa. Claudio dan kawan – kawan 1968 menyatakan bahwa tipe lain dari ekstraksi solvent, yaitu dengan cara
menapis terus – menerus padaa wadah kopra yang mendatar atau vertikal, sehingga cara ini disebut dengan ekstraksi penyaringan.
Pada ekstraksi minyak menggunakan solvent ini dipergunakan alat – alat yang canggih dan akan menguntungkan jika diterapkan dalam skala besar.
Dalam praktek penerapan ekstraksi solvent ini pada umumnya digabungkan dengan expeller, dengan cara kopra dipres di dalam expeller, selanjutnya bungkil
Universitas Sumatera Utara
yang masih mengandung minyak kelapa sekitar 17,78 dimasukkan ke dalam instalansi solvent ekstraktor menggunakan normal heksan. Dari ekstraktor ini sisa
minyak yang masih tertinggal di dalam bungkil rata - rata sebesar 0,03 .
2 Pemurnian minyak mentah Minyak mentah yang keluar dari expeller nampak keruh, disebabkan
oleh partikel – partikel kopra yang tidak tersaring di dalam barrel dari expeller. Perlakuan yang sesuai untukdiberikan kepada minyak demikian adalah
pengendapan. Minyak yang telah diendapkan ini masih sedikit keruh, unruk menjernihkannya, maka minyak dialirkan ke penyaring seperti penyaring penekan.
Jika di dalam endapan diperoleh dari proses pengendapan dan bungkil hasil penyaringan masih mengandung sejumlah minyak, maka untuk instalansi yang
mempunyai kapasitas besar, bahan ini dicampurkan dengan kopra yang akan dimasukkan ke dalam expeller.
Sekeluarnya minyak dari penyaring peneka, minyak sudah jernih tetapi masih mengandung asam lemak bebas dalam jumlah yang tidak dapat diterima
oleh konsumen. Asam lemak bebas dapat memberikan sabun, tetapi dapat merusak rasa dan minyak mudah berasap pada waktu dipergunakan untuk menggoreng,
maka asam lemak bebas itu harus dibuang.
Universitas Sumatera Utara
Kopra yang bertemperatur tinggi pada waktu diperas di dalam expeller menyebabkan minyak yang dihasilkan berwarna cokelat kemerah –
merahan. Untuk memenuhi beberapa keperluan, dipandang perlu untuk mengurangi warna dan pekerjaan ini disebut dengan pekerjaan pemucatan.
Pemurnnian alkali sering kali mampu menurunkan warna. Keseluruhan pemurnian minyak kelapa terdiri atas pembuangan asam lemak bebas, pemucatan dan
penghilangan bau. Suhardikono.L, 1988
2.2 Buah Kelapa Sawit
Buah kelapa sawit tergantung pada varietas dan umurnya. Buah yang masih muda berwarna hijau pucat kemudian berubah menjadi hijau hitam, semakin tua
warna buah menjadi kuning muda dan pada wkatu sudah masak berwarna merah kuning jingga. Mulai dari penyerbukan sampai buah matang diperlukan waktu
kurang lebih 5 – 6 bulan. Cuaca kering yang terlalu panjang dapat memperlambat pematangan buah.
Tanaman kelapa sawit normal yang telah berbuah akan menghasilkan kira – kira 20-22 tandan per tahun dan semakin tua produktivitasnya menurun menjadi
12-14 tandan per tahun. Pada tahun – tahun pertama tanaman sawit berbuah atau pada
Universitas Sumatera Utara
tanaman yang sehat berat tandannya berkisar antara 3 – 6 kg. Tanaman semakin tua, berat tandannya pun bertambah,yaitu antara 25 – 35 kg tandan.
Banyaknya buah yang terdapat dalam suatu tandan tergantung pada beberapa faktor, antara lain umur tanaman, faktor lingkungan, faktor genetik dan juga
tergantung pada teknik budi dayanya. Jumlah buah pertandan pada tanaman yang cukup tua mencapai 1.600 buah. Panjang buah antara 2 – 5 cm dan beratnya sekitar
20-30 g per buah. Secara anatomi, bagian – bagian buah kelapa sawit dari luar kedalam
adalah sebagai berikut : 1.
Perikarpium terdiri dari : a.
Epikarpium yaitu kulit buah keras dan licin. b.
Mesokarpium yaitu daging buah yang berserabut dan mengandung minyak dengan rendemen paling tinggi tinggi rendahnya kandungan minyak sawit
ini tergantung pada umur dan varietas tanaman kelapa sawit. 2.
Biji, mempunyai bagian :
a. Endokarpium kulit biji = tempurung, berwarna hitam dan keras.
b. Endosperm kernel = daging biji, berwarna putih dan dari bagian ini akan
dihasilkan minyak inti sawit setelah melalui ekstraksi. Tim Penulis PS, 1998
Universitas Sumatera Utara
2.3 Minyak