Analisis Deskriptif Uji Asumsi Klasik

mudah dipahami dan mudah ditafsirkan, sehingga hubungan antara problem penelitian dapat dipelajari dan diuji.

3.6.1. Analisis Deskriptif

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan mengumpulkan, mengklasifikasi dan menginterpretasikan data penelitian sehingga diperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai keadaan perusahaan yang sedang diteliti.

3.6.2. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas Menurut Erlina dan Mulyani 2007:103, ”Tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Pengujian ini diperlukan karena untuk melakukan uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal”. Cara yang digunakan untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak adalah dengan desain grafik. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal atau mengikuti arah garis diagonal, atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas, demikian sebaliknya. Selain itu dapat juga digunakan uji statistik non- parametrik Kolmogorov Smirnov K-S. Cara pengambilan keputusannya adalah : Ho : Data residual berdistribusi normal Universitas Sumatera Utara Ha : Data residual tidak berdistribusi normal Jika signifikan pada nilai Kolmogorov Smirnov 0.05 maka Ho ditolak , jadi data residual berdistribusi tidak normal. Jika signifikan pada nilai K-S 0.05, maka Ho diterima, jadi data residual berdistribusi normal. Dalam penelitian ini, uji normalitas dilakukan dengan menggunkan grafik histogram, normal probability plot, dan uji Kolmogorov-Smirnov. b. Uji Multikolinearitas Multikolineritas merupakan suatu keadaan dimana terjadinya satu atau lebih variabel independen berkorelasi sempurna atau mendekati sempurna dengan variabel independen lainnya. Konsekuensinya adalah pada koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir. Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi korelasi, berarti terjadi masalah multikolinieritas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen Ghozali, 2005:91. Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya gejala multikolinieritas bias dilihat dari variance inflation factor VIF dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen dan juga nilai Toleransinya. Jika suatu model regresi mempunyai nilai VIF lebih kecil dari 10 dan mempunyai angka Tolerance lebih besar Universitas Sumatera Utara dari 0,1 maka model regresi tersebut tidak mengandung gangguan multikolinearitas. c. Uji Heteroskedastisitas Heterokedastisitas muncul apabila kesalahan atau residual dari model-model yang diamati tidak memiliki varians yang konstan dari suatu observasi ke observasi lainnya. Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Salah satu cara mendeteksi terjadinya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik Scatter-Plot. Dasar analisis menurut Ghozali, 2005:105 adalah: 1. Jika pola tertentu, seperti titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur bergelombang, melebar, kemudian menyempit, maka mengindikasikan terjadinya heteroskedastisitas. 2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. d. Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 atau sebelumnya Universitas Sumatera Utara Ghozali, 2005:95. Autokorelasi akan muncul bila data sesudahnya merupakan fungsi dari data sebelumnya, atau data sesudahnya memiliki korelasi yang tinggi dengan data sebelumnya pada data time series dan besaran data sangat tergantung pada tempat data tersebut terjadi. Adanya autokorelasi bertentangan dengan salah satu asumsi dasar regresi linier berganda “yang tidak ada korelasi antara anggota sampel”. Konsekuensi dari adanya gejala autokorelasi ini adalah varian sampel tidak dapat menggambarkan varian populasinya dan model regresi yang dihasilkan tidak dapat digunakan untuk menaksir nilai variabel dependen pada nilai variabel independen tertentu. Untuk mendeteksi adanya problem autokorelasi dengan penggunaan program SPSS adalah dengan melihat besaran Durbin- Watson yaitu panduan mengenai angka D-W pada table D-X. Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut: 1. Angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif 2. Angka D-W diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi 3. Angka D-W diatas +2 berarti ada autokorelasi negative Autokorelasi dapat diatasi dengan berbagai cara, misalnya dengan melakukan transformasi data dan menambah data observasi. Pengujian Hipotesis Penelitian Universitas Sumatera Utara Uji Hipotesis adalah metode pengambilan keputusan yang didasarkan dari analisa data, baik dari percobaan yang terkontrol, maupun dari observasi tidak terkontrol. Dalam statistik sebuah hasil bisa dikatakan signifikan secara statistik jika kejadian tersebut hampir tidak mungkin disebapkan oleh faktor yang kebetulan, sesuai dengan batas probabilitas a. Analisis regresi berganda yang sudah ditentukan sebelumnya. Analisis regresi digunakan untuk memprediksi pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Analisis regresi juga dapat dilakukan untuk mengetahui kelinieritas variabel terikat dengan varibel bebasnya, selain itu juga dapat menunjukkan ada atau tidaknya data yang outlier atau data yang ekstrim. Hipotesis diuji dengan analisis regresi linier berganda untuk menganalisis pengaruh variabel independen terhadap dependen. Untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak, digunakan uji t t-test dan uji F F-test. Model regresi yang digunakan adalah sebagai berikut: Y = a + b1X1 + b2X2 + e Dimana: Y = Rentabilitas Modal Sendiri a = Konstanta X1 = Return on Asset X2 = Struktur Modal b1, b2 = Koefisien regresi dari masing-masing variabel Universitas Sumatera Utara e = Error Besarnya konstanta dalam a, dan besarnya koefisien regresi masing-masing variabel independen yang ditunjukkan pada X1 dan X2. Analisis regresi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara variabel independen dengan variable dependennya. b. Uji signifikan parsial Uji t Uji ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Menurut Ghozali 2005:84, “uji statistic t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen”. Bentuk pengujian : H H : b1 : b2 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari LDER dan ROA terhadap variabel ROE. a Pada penelitian ini nilai t hitung akan dibandingkan dengan t tabel pada tingkat signifikan α = 5, dimana : : b1 : b2 ≠ 0, artinya terdapat pengaruh yang signifikan dari LDER dan ROA terhadap variabel ROE. H H diterima jika : signifikan 0,05 Kriteria pengambilan keputusan pada uji t ini adalah : ditolak jika : signifikan ≤ 0,05 - Jika Thitung Ttabel pada α 0.05, maka H a - Jika Thitung Ttabel pada α 0.05, maka H ditolak dan a diterima Universitas Sumatera Utara c. Uji signifikan Simultan Uji F Uji ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Menurut Ghozali 2005:84, “uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama- sama terhadap variabel dependenterikat”. Bentuk Pengujian : H H : b1 : b2 = 0, artinya variabel LDER dan ROA yang terdapat pada model ini tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel ROE a Pada penelitian ini nilai FHitung akan dibandingkan dengan FTabel pada tingkat signifikan α = 5, dimana: : b1 : b2 ≠ 0, artinya variabel LDER dan ROA yang terdapat pada model ini berpengaruh signifikan terhadap variabel ROE H H diterima jika : signifikan 0.05 Kriteria penilaian hipotesis pada uji F ini adalah : ditolak jika : signifikan ≤ 0.05 - Jika FHitung FTabel pada α 0.05, maka H a - Jika FHitung FTabel pada α 0.05, maka H ditolak dan a diterima Universitas Sumatera Utara BAB IV HASIL ANALISI DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Dokumen yang terkait

Pengaruh Struktur Modal dan Return on Asset terhadap Rentabilitas Modal Sendiri pada Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

2 35 83

Pengaruh Struktur Modal Terhadap Rentabilitas Modal Sendiri Pada Perusahaan Perdagangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

9 82 82

Pengaruh Struktur Modal terhadap Rentabilitas Modal Sendiri pada Industri Otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 50 74

Pengaruh Struktur Modal dan Return on Asset Terhadap Rentabilitas Modal Sendiri pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 11

Pengaruh Struktur Modal dan Return on Asset Terhadap Rentabilitas Modal Sendiri pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Pengaruh Struktur Modal dan Return on Asset Terhadap Rentabilitas Modal Sendiri pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 8

Pengaruh Struktur Modal dan Return on Asset Terhadap Rentabilitas Modal Sendiri pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 24

Pengaruh Struktur Modal dan Return on Asset Terhadap Rentabilitas Modal Sendiri pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 3

Pengaruh Struktur Modal dan Return on Asset Terhadap Rentabilitas Modal Sendiri pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 17

Pengaruh Struktur Modal dan Return on Asset terhadap Rentabilitas Modal Sendiri pada Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 11