5.2 Pola Konsumsi Ibu Menyusui dan Kejadian Anemia pada Bayi
Tingginya prevalensi kejadian anemia pada bayi pada penelitian ini dipengaruhi oleh konsumsi ibu per harinya. Setelah dilakukan penelitian, terlihat
bahwa tidak adanya hubungan antara kecukupan energi dengan kejadian anemia pada bayi dimana hasil uji statistik p = 0,106 p = 0.05. Begitu juga
berdasarkan hasil uji, tidak terdapat hubungan anatara kecukupan zat besi dengan kejadian anemia pada bayi dimana hasil uji statistik p = 0,222 p = 0.05
Ibu menyusui merupakan kelompok yang rentan terhadap situasi apapun. Kebutuhan ibu pada saat menyusui akan lebih meningkat di banding dengan
kebutuhan pada saat tidak menyusui. Berdasarkan survei pendahuluan yang telah dilakukan, riwayat konsumsi
tablet Fe selama hamil yang dikonsumsi oleh ibu masih ada sebagian besar yang belum sepenuhnya dalam mengonsumsitablet tersebut. Tablet Fe merupakan
tablet penambah darah yang digunakan ketika ibu selama hamil agar ibu tidak menderita anemia. Ketika seorang ibu menderita anemia selama hamil, besar
kemungkinan akan berakibat terhadap bayinya. Berdasarkan hasil penelitian ini, riwayat konsumsi tablet Fe selama ibu hamil sudah dikategorikan baik. Sebanyak
63,3 ibu yang mengonsumsi tablet Fe selama 90 hari secara teratur. Berdasarkan hal ini, riwayat konsumsi tablet Fe ibu selama hamil besar kemungkinan tidak
berpengaruh terhadap kejadian anemia pada bayi. Karena sebagian besar ibu sudah mengonsumsi tablet penambah darah ini di kategorikan baik.
Berdasarkan hasil penelitian ini juga, untuk frekuensi makanan ibu yang masuk ke dalam kategori sering dikonsumsi adalah ikan basah dan telur.Namun
Universitas Sumatera Utara
berdasarkan hal ini, ketika ibu mengonsumsi ikan ataupun sumber makanan tinggi zat besi lainnya dalam kategori sering, akan tetapi apabila di lihat jenis dan
jumlahnya, ibu masih dalam kategori kurang. Ketika ibu sering mengonsumsi makanan tersebut, akan tetapi apabila jumlah yang seharusnya di penuhi, namun
tidaklah di cukupi oleh ibu setiap harinya. Sebagian besar ibu menyusui lebih banyak mengkonsumsi sumber hewani
setiap harinya seperti ikan, telur dan juga sumber nabati lainnya seperti tahu, tempe dan sayur yang jenisnya hanya itu- itu saja. Banyak ibu yang menganggap
bahwa tahu, tempe atau telur dan sayur saja sudah cukup. Namun sumber nabati ketersediannya di dalam tubuh lebih rendah dari sumber hewani, sehingga sumber
zat besi dari hewani lebih cepat diserap oleh tubuh. Kecukupan asupan zat besi, pada penelitian ini terdapat 53 ibu menyusui
88,3 tergolong tidak cukup kurang dan hanya 7 ibu menyusui 11,7 tergolong cukup untuk asupan zat besi. Asupan zat besi bisa berpengaruh pada
kejadian anemia apabila ada kekurangan. Namun berdasarkan hasil penelitian ini di dapatkan bahwa tidak terdapat hubungan antara asupan zat besi per harinya
yang di konsumsi oleh ibu dengan kejadian anemia pada bayi. Ketika seorang ibu mengonsumsi sesuatu makanan, secara tidak langsung tentu bayi juga akan
menyerap makanan ibu tersebut memalui ASI. Ketika ibu tidak atau kurang dalam mengonsumsi zat-zat penting yang dibutuhkan oleh tubuh ketika menysui, tentu
akan berakibat juga kepada bayinya. Ibu yang kurang memperhatikan asupan makanannya selama menyusui, ini tentu akan berpengaruh terhadap kebutuhanm
gizi si bayi.
Universitas Sumatera Utara
Kebutuhan zat besi ibu pada saat menyusui tentu lebih besar jika di bandingkan pada saat hamil atau tidak hamil. Karena zat besi yang dibutuhkan
oleh bayi ketika si bayi hanya mendapat asupan makanan dari ASI, tentu dari kandungan yang ada di dalam ASI. Ketidakcukupan asupan sumber zat besi pada
ibu menyusui berdasarkan hasil penelitian ini, dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya pendapatan keluarga daya beli dan kurangnya variasi
makanan yang dikonsumsi. Pendapatan keluarga pada penelitian ini sebanyak 68.3 masih di bawah
UMK Binjai yaitu sebesar Rp1.700.000, sehingga untuk asupan makanan ibu tentu masih belum terpenuhi. Untuk pengeluaran makanan saja antara rentang
Rp.500.000 – Rp.1.000.000 lah yang terbanyak sekitar 81,7. Hal ini tentu sangat
berkaitan, dimana pada saat pendapatan yang semakin rendah dan pengeluaran yang juga rendah, tentu akan berakibat terhadap makanan yang dikonsumsi oleh
ibu. Apa yang cukup untuk membeli suatu bahan menjadi makanan, itulah yang akan di konsumsi oleh ibu tanpa memikirkan kecukupan, baik energi dan zat besi
yang di haruskan terpenuhi setiap harinya untuk si ibu ketika menyusui. Kurangnya variasi makanan yang dikonsumsi ibu menyusui dalam
keseharian. Misalnya saja menu makanan yang dimana ada nasi, sayur dan lauk saja. Tanpa ada kombinasi dari yang lainnya. Sayur yang di rebus, ikan yang di
goreng dan nasi putih merupakan makanan yang menjadi menu kebiasaan pada keluarga di Kecamatan Binjai Timur, Binjai Utara dan Binjai Kota ini. Apa yang
menjadi kesukkan di keluarga, maka menu tersebut yang akan sering di konsumsi oleh ibu.
Universitas Sumatera Utara
Para ibu – ibu masih banyak yang belum bisa memvariasikan makanan
setiap harinya untuk menjadi menu makanan yang di konsumsi. Ketika jenis makanan terutama untuk sayuran dan lauk pauk yang setiap harinya tidak berganti
–ganti atau dengan kata lain jenis makanannya kurang beraneka ragam tanpa ada variasi sayur atau lauk yang lain. Sehingga kecukupan untuk sehari baik
kecukupan energi dan zat besi masih kurang tercukupi. Yang kemudian akan berakibat pada asi yang di hasilkan dan kemudian asi tersebut menjadi makanan
untuk bayi. Apabila kebutuhan ibu saja masih kurang, maka kebutuhan bayi tentu akan juiga kurang. Hal ini dapat menyebabkan kejadian anemia pada bayi, dimana
konsumsi ibu akan zat besi masih kurang tercukupi.
Universitas Sumatera Utara
52
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN