Pisang Kepok Pisang kepok merupakan pisang kultivar triploid hibrida berasal dari Kulit Pisang Kepok

8 putih, tepung pisang nangka bewarna putih coklat, tepung pisang ambon bewarna putih abu-abu, tepung pisang raja bulu bewarna putih kecoklatan, tepung pisang ketan bewarna putih abu-abu dan tepung pisang siem bewarna kuning kecoklatan dengan komposisi kimia rata-rata tepung pisang, yaitu kadar air 6,24 - 8,39 dan kadar karbohidrat 70,10 - 78,88 [15].

2.2 Pisang Kepok Pisang kepok merupakan pisang kultivar triploid hibrida berasal dari

Filipina dengan nama ilmiah Musa paradisiaca L. cultigroup Plantain cv. ‘Saba’. Pisang kepok seperti kultivar pisang lainnya tumbuh dengan baik di daerah lembab hangat, dengan suhu berkisar antara 18 °C hingga 35 °C dan curah hujan tahunan 2.500 mm yang merata sepanjang tahun. Pisang kepok juga tumbuh dengan baik di bawah sinar matahari penuh dengan tanah subur yang kaya akan bahan organik dan pH tanah antara 5,5 dan 6,5. Pisang kepok dapat dimakan mentah atau dimasak. Saba pisang juga dibudidayakan sebagai tanaman hias dan pohon rindang untuk ukuran besar dan warna mencolok. Daunnya juga digunakan sebagai pembungkus tradisional makanan hidangan asli di Asia Tenggara. Seratnya juga dapat diambil dari batang atau daun dan diolah menjadi tali, tikar, dan karung [16].

2.3 Kulit Pisang Kepok

Limbah kulit pisang merupakan biomassa yang awalnya derivatif dari pisang yang telah di ambil dari kulit pisang. Limbah kulit pisang biasanya dibuang di tempat pembuangan sampah kota, yang berkontribusi terhadap masalah lingkungan yang ada [17]. Di Indonesia, buah pisang adalah ketiga terbesar dari hasil produksi pertanian setelah padi dan singkong. Produksi buah pisang di Indonesia sekitar 6.7 juta matrik ton yang dihasilkan selama setahun. Sekarang ini, limbah kulit pisang belum banyak dimanfaatkan karena masyarakat masih beranggapan bahwa kulit pisang hanyalah limbah yang bisa menyebabkan pencemaran lingkungan [18]. Limbah kulit buah pisang kepok mungkin berisi zat yang sama kadarnya dengan umumnya yang ditemukan di bagian daging dari pisang. Zat-zat bernilai Universitas Sumatera Utara 9 ini dapat digunakan untuk memformulasikan persiapan dengan farmakologi nilai obat, nutrisi, dan energi. Daur ulang limbah kulit buah tidak hanya akan membantu mengurangi masalah limbah padat tetapi juga akan membantu menemukan zat penting yang mungkin terbukti memiliki penggunaan yang penting. Limbah kulit buah pisang kepok kemudian dapat dimanfaatkan dengan baik sebelum dibuang. Hasil positif dari penelitian ini diharapkan akan mempercepat penelitian yang serupa di limbah bahan lainnya. Ini akan membuka jalan dalam memproduksi kebutuhan penting bagi manusia dari limbah. Manusia akan dapat melestarikan sumber daya dengan menggunakan limbah sebagai sumber pengganti [19]. Komposisi kulit pisang kepok ditunjukan pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Kandungan Kulit Pisang Kepok [20] Unsur Komposisi Air 73,60 Protein 2,15 Lemak 1,34 Gula Reduksi 7,62 Pati 11,48 Abu 1,03 Vitamin C, mg100g 36 Kalsium, mg100g 31 Besi, mg100g 26 Fosfor, mg100g 63

2.4 Pirolisis