xxxiv
1. Deskripsi Latar
a. Lokasi dan Jam Buka Rekso Pustoko
Rekso Pustoko terletak di komplek Pura Mangkunegaran tepatnya di lantai dua, di atas Kantor Dinas Urusan Istana Mangkunegaran sebelah timur Pendopo
Istana. Rekso Pustoko terdiri atas 3 ruang yaitu ruang tunggu ruang tamu, ruang koleksi, dan ruang mikrofilm. Untuk melayani pengunjung, Rekso Pustoko memiliki
jam buka yaitu : hari Senin - Kamis jam 09.00 – 12.30, hari Jumat jam 09.00 – 11.00, dan hari Sabtu jam 09.00 – 11.30. Hari Minggu dan tanggal merah lainnya Rekso
Pustoko tutup wawancara dengan Darweni, tanggal 23 Februari 2010.
b. Sejarah Berdirinya Rekso Pustoko
Rekso Pustako didirikan pada tanggal 11 Agustus 1867 oleh Mangkunegoro IV. Pada jamannya belum ada sekolah formal, maka segala pengetahuan yang
dimiliki telah diperoleh lewat les privat dan membaca, baik buku-buku atau naskah- naskah Jawa, maupun yang non-Jawa bahasa Belanda dan Melayu. Keadaan ini
dilakukan agar para abdidalem berpandangan luas Beliau merelakan koleksi bukunya dibaca oleh orang lain. Atas dasar pemikiran ini didirikan Rekso Pustoko bagi para
pegawai Harmanto, 1992 : 26. Pada awal berdiri, fungsi Rekso Pustako adalah mengurus
serat-serat
.
Serat
berarti
layang
surat, namun
serat
dalam Bahasa Jawa juga berarti buku.
Rekso
artinya penjagaan, pengamanan, pemeliharaan, dan menyuruh mencatat adanya surat- surat.
Pustoko
artinya tulisan, surat-surat, dan buku. Pertama kali Rekso Pustoko adalah tempat arsip, sehingga Rekso Pustoko mempunyai arti mengadakan
xxxv penjagaan,
memelihara keamanan,
mengadakan pemeliharaan
serta mengadministrasikan adanya surat-surat Sarwanta Wiryosuputro, 1984: 23.
Rekso Pustoko sebagai tempat arsip sudah berfungsi secara
de facto
mulai tahun 1860 ketika Raden Ngabehi Sumorejo diperintahkan untuk mengumpulkan dan
menyusun surat-surat. Eksistensi Rekso Pustoko secara
de jure
yaitu setelah keluar Surat Peraturan Sri Mangkunegara IV tertanggal 11 Agustus 1867. Dengan peraturan
itu diadakan pengorganisasian golongan-golongan yang diberi tingkatan sebagai Kawedanan. Adapun Kawedanan-Kawedanan ini membawahi bagian-bagian dengan
Kemantren. Kemantren yang masuk golongan Among Praja ada tiga buah, yaitu : 1 Sastralukita, mengenai sekretariat, 2 Rekso Pustoko, mengenai kearsipan, 3
Pamongsiswa, mengenai pengajaran Sarwanta Wiryosaputo, 1867: 23. Pada tahun 1877 dibentuk kantor Rekso Wilopo, yang benar-benar mengurusi
surat-surat, karena
wilopo
berarti surat. Sementara itu Rekso Pustoko hanya mengurusi buku, karena
pustaka
berarti buku, maka sejak tahun 1877 Rekso Pustako menjadi perpustakaan Laporan KKL Mahasiswa Fisip Airlangga, 1993 : 34. Pada
awal berdiri sebagian besar koleksinya terdiri atas buku beraksara Jawa, berupa naskah asli,
tedhakan
turunan, maupun dalam wujud cetakan. Pada daftar dapat dijumpai
beberapa puluh hasil karya dari Sri Mangkunegara IV. Pada jaman Sri Mangkunegara VII koleksi Rekso Pustako semakin banyak,
baik yang berbahasa Jawa, maupun yang berbahasa asing terutama bahasa Belanda, Inggris, Perancis, Jerman. Sri Mangkunegara VII menyadari betul betapa pentingnya
kebiasaan membaca bagi perkembangan pribadi agar bisa berwawasan luas. Rekso Pustoko merupakan perpustakaan yang terbuka bagi para pegawai, sedang untuk
xxxvi yang bukan pegawai tetapi tinggal di kompleks Pura Mangkunegaran disediakan
Panti Pustoko, dan bagi rakyat yang tinggal di Kota Solo disediakan taman bacaan misalnya Sana Pustoko milik Kasunanan Surakarta Harmanto, 1992 : 29. Di
samping itu terdapat perpustakaan pribadi Sri Mangkunegara VII. Setelah beliau wafat bukunya diserahkan kepada Perpustakaan Pertamina namun kini sudah berada
di Perpustakaan Nasional, dan beberapa buku diserahkan kepada Rekso Pustoko wawancara dengan Bapak Supriyanto, tanggal 25 februari 2010. Pada buku-buku
dari perpustakaan pribadi Sri Mangkunegara VII tersebut terdapat cap bertuliskan
Daleman
atau
prive
.
c. Perkembangan Rekso Pustoko