4.1.2 Perhitungan 1. Persentase Kadar Kotoran
Kadar Kotoran =
0,7190 - 0,7215 10,0044
� 100
=
0,0025 10,0044
� 100
= 0,024 Prosedur yang sama diulangi untuk data yang selanjutnya.
4.2. Pembahasan
Dari Tabel 4.1 hasil analisa kadar kotoran pada CPO yang terdapat pada bak penampungan rata–rata 0,024 sesuai dengan standar mutu yang ada di
pabrik tetapi tidak sesuai dengan standar mutu final produksi. Penentuan kadar kotoran secara gravimetri, dimana kadar pengotor
dianggap sebagai kotoran dan bahan asing lainnya yang tidak larut dengan pelarut N–heksan. Namun hasil yang diperoleh setiap kali percobaan mengalami nilai
yang berbeda-beda, yang disebabkan oleh penambahan n–heksan yang berlebih yang mengakibatkan CPO ada yang keluar dari tempat penyaringannya yang
mengakibatkan nilai kadar kotorannya berkurang. Penentuan kadar kotoran secara gravimetri dapat dilakukan dengan cara melarutkan CPO dengan pelarut organik,
dimana kotoran yang larut dalam pelarut organik dianggap sebagai zat pengotor yang terdapat pada CPO. Hal ini dapat terjadi karena adanya perbedaan berat jenis
antara kotoran dan pelarut organik CPO.
Universitas Sumatera Utara
Tingginyakadar kotoran pada bak penampungan disebabkan karena tempat penimbunantidak dijaga kebersihan atau tidak dijaga dari faktor-faktor pengotor
yang dapat merusak mutu CPO dengan tingginya kadar kotoran CPO pada bak tersebut. Hal ini dapat dilihat pada CPO yang semakin lama ditimbun pada bak
penampungan semakin tinggi kadar kotorannya. Penimbunan CPO pada bak penampungan bertujuan untuk mengumpulkan losis minyak dari hasil proses
produksi yang kemudian akan dikembalikan ke stasiun klarifikasi. Waktu penimbunan yang terlalu lama mengakibatkan peningkatan kadar kotoran karena
minyak sawit mentah yang terdapat dalam bak penampungan terkontaminasi oleh pengotor–pengotor baik yang berasal dari luar maupun pengotor yang tercampur
dalam minyak sawit mentah itu sendiri. Waktu penimbunan yang lama pada bak penampungan mengakibatkan sludge atau lumpur yang telah diendapkan
bercampur kembali bersama minyak karena adanya guncangan saat sludge atau lumpur dari hasil proses produksi masuk kebak penampungan. Selain sludge dan
lumpur yang bercampur kembali dengan minyak, pengotor–pengotor dari lingkungan juga mengakibatkan peningkatan kadar kotoran minyak sawit mentah
padabak penampungan. Dari hasil percobaan yang dilakukan di PT.SARANA AGRO
NUSANTARA UNIT BELAWAN maka diperoleh data hasil kadar kotoran dari bak penampungan seperti tertera pada lampiran, yang menunjukkan kualitas
minyak sawit. Kualitas minyak sawit cenderung naik turun, tetapi mutu minyak sawit masih dalam standar mutu yang ditetapkan oleh pabrik.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN