2.5 Standar Mutu Minyak Sawit
Akhir–akhir ini minyak sawit berperan cukup penting dalam perdagangan dunia. Berbagai industri, baik pangan maupun non pangan, banyak yang
menggunakannya sebagai bahan baku. Berdasarkan peranan dan kegunaan minyak sawit itu, maka mutu dan kualitasnya harus diperhatikan sebab sangat menentukan
harga dan nilai komoditas ini. Di dalam perdagangan kelapa sawit, istilah mutu sebenarnya dapat dibedakan menjadi dua arti. Pertama adalah mutu minyak sawit
dalam arti benar–benar murni dan tidak tercampur dengan minyak nabati lain. Mutu minyak sawit dalam arti yang pertama dapat ditentukan dengan menilai
sifat-sifat fisiknya, antara lain titik lebur angka penyabunan dan bilangan iodium. Sedangkan yang kedua, yaitu mutu minyak sawit dilihat dalam arti penilaian
menurut ukuran. Dalam hal ini syarat mutunya di ukur berdasarkan spesifik standar mutu internasional, yang meliputi kadar asam lemak bebas ALB, air,
kotoran, logam besi, logam tembaga, peroksida, dan ukuran pemucatan. Dalam dunia perdagangan, mutu minyak sawit dalam arti yang kedua lebih penting.
Industri pangan maupun non pangan selalu menghendaki minyak sawit dalam mutu yang terbaik, yaitu minyak sawit yang dalam keadaan segar, asli,
murni dan tidak tercampur bahan tambahan lain seperti kotoran, air, logam-logam dari alat-alat selama pemrosesan, dan lain-lain. Adanya bahan-bahan yang tidak
semestinya terikut dalam minyak sawit ini akan menurunkan mutu dan harga jualnya Pardamean, M. 2008.
Universitas Sumatera Utara
Manfaat minyak sawit diantaranya sebagai bahan baku untuk industri
pangandan industri non pangan.
1.Minyak sawit untuk industri pangan Minyak sawit yang digunakan sebagai produk pangan dihasilkan dari
minyak sawit maupun minyak inti sawit melalui proses fraksinasi, rafinasi dan hidrogenesis. Produksi CPO Indonesia sebagian besar difraksinasi sehingga
dihasilkan fraksi olein cair dan fraksi stearin padat. Sebagai bahan baku untuk minyak makan, minyak sawit antara lain digunakan dalam bentuk minyak goreng,
margarine, butter, vanaspati, shortening dan bahan untuk membuat kue-kue. Sebagai bahan pangan, minyak sawit mempunyai beberapa keunggulan
dibandingkan minyak goreng lain, antara lain mengandung karoten yang diketahui berfungsi sebagai anti kanker dan tokoferol sebagai sumber vitamin E.
Kandungan asam linoleat dan asam linolenatnya rendah sehingga minyak goreng yang terbuat dari buah sawit memiliki kemantapan kalor beat stability yang
tinggi dan tidak mudah teroksidasi.
2.Minyak sawit untuk industri nonpangan Produk nonpangan yang dihasilkan dari minyak sawit dan minyak inti
sawit diproses melalui proses hidrolisis splitting untuk menghasilkan asam lemak dan gliserin. Kandungan minor dalam minyak sawit berjumlah kurang lebih
1 , antara lain terdiri dari karoten, tokoferol, sterol, alcohol, triterpen, fosfolipida. Kandungan minor tersebut menjadikan minyak sawit dapat digunakan
sebagai bahan baku dalam industri farmasi. Oleokimia adalah bahan baku industri yang diperoleh dari minyak nabati, termasuk diantaranya adalah minyak sawit dan
Universitas Sumatera Utara
minyak inti sawit. Produksi utama minyak yang digolongkan dalam oleokemikal adalah asam lemak, lemak alcohol, asam amino, metal ester dan gliserin Fauzi,
2004.
2.6 Pengertian dan Karakteristik Mutu pada Minyak Sawit