58
4.6.3 Kedudukan Wanita
Kedudukan wanita pada orang Tionghoa dulu adalah sangat rendah. Pada waktu masih anak-anak, saudara laki-laki mereka memperlakukan mereka dengan baik, tetapi
pada waktu meningkat dewasa mereka dipingit di rumah. Sesudah kawin, mereka harus tunduk kepada suami mereka dan dikuasai oleh mertua mereka. Mereka tidak mendapat
bagian di dalam kehidupan di luar rumah. Keadaan demikian sekarang sudah ditinggalkan. Wanita dapat memasuki perkumpulan-perkumpulan, memasuki sekolah dan di dalam
kehidupan ekonomi peranan wanita sebagai pembantu suaminya dalam perdagangan memegang peranan penting.
Pada masa kini wanita berhak mendapat harta yang sama dengan anak-anak laki-laki di dalam hal warisan, bahkan kadang-kadang mendapat tugas untuk mengurus abu leluhurnya
sehingga suaminya yang harus ikut tinggal di rumah orang tuanya secara uxorilokal. Dengan naiknya kedudukan wanita, tidak ada kecenderungan lagi untuk memiliki anak
laki-laki
4.7 Sistem Kemasyarakatan
Dalam masyarakat orang Tionghoa di Indonesia ada perbedaan antara lapisan buruh dan lapisan majikan, golongan orang miskin dan golongan orang kaya. Namun perbedaan
ini tidaklah sangat menyolok karena golongan buruh ini tidak menyadari akan kedudukannya, demikian juga sebaliknya. Hal ini disebabkan karena sering masih adanya
ikatan kekeluargaan antara si buruh dan si majikan.
Universitas Sumatera Utara
59
Tionghoa Peranakan yang kebanyakan terdiri dari orang Hokkien, merasa dirinya lebih tinggi dari Tionghoa Totok karena mereka menganggap Tionghoa Totok umumnya berasal
dari kuli dan buruh. Sebaliknya Tionghoa Totok memandang rendah Tionghoa Peranakan karena mereka dianggap mempunyai darah campuran.
Sekarang ini, dengan adanya pemisahan pendidikan bagi anak-anak Tionghoa, yaitu sebagian yang mengikuti pendidikan Cina berorientasi ke negara Cina dan sebagian lagi
yang mengikuti pendidikan Indonesia dan Barat Belanda, maka telah timbul pemisahan antara golongan yang berpendidikan berlainan itu. Masing-masmg menganggap lawannya
sebagai golongan yang lebih rendah. Orang-orang yang kaya dalam masyarakat Tionghoa umumnya tidak akan bekerjasama dengan orang yang miskin dan sebagainya. Demikian
stratifikasi sosial orang Tionghoa di Indonesia berdasarkan orientasinya perbedaan pendidikannya dan tingkat kekayaannya.
Universitas Sumatera Utara
60
BAB V TATA CARA TRADISI SANGJIT PADA SUKU HOKKIAN DI KOTA MEDAN
5.1 Tata Cara Upacara Tradisi Sangjit
Pada dasarnya Sangjit adalah salah satu prosesi pernikahan dalam budaya Tionghoa. Sangjit dalam bahasa Indonesia berarti proses seserahan atau proses kelanjutan lamaran dari pihak mempelai pria
dengan orang tua, saudara dan teman dekatnya yang masih single dengan membawa “persembahan” ke pihak mempelai wanita. Acara Sangjit biasanya dilakukan setelah lamaran dan
sebelum wedding, atau biasanya antara sebulan sampai minggu sebelum acara pernikahan secara resmi. Waktu pelaksanaan prosesi sangjit umumnya berlangsung pada siang hari, antara pukul
09.00-13.00. Berikut tata cara dalam prosesi Sangjit :
1. Pihak pria memberikan sejumlah baki yang sudah diisikan barang-barang keperluan wanita kepada pihak wanita, lalu pihak wanita mengeluarkan isi baki tersebut kecuali
makanan dan menggantinya dengan barang-barang keperluan pria yang sudah disiapkan sebelumnya. Sedangkan untuk makanan,diambil sebagian dan sebagian dikembalikan lagi
ke pihak pria. 2. Cara yang kedua adalah dengan cara menukar baki sangjit.
Pihak pria dan pihak wanita masing-masing menyediakan bakinya sendiri dalam keadaan
Universitas Sumatera Utara