Metode Proses Hierarki Analitik PHA

25 a. Peluang : Teknologi Pusteling, seperti perangkat keras, perangkat lunak dan perangkat jaringan yang ada pada sarana layanan Pusteling. b. Tantangan : - Kondisi sosial yang dihadapi oleh pemustaka layanan Pusteling berupa kebutuhan pemustaka dan tingkat kunjungan kuantitas pemustaka layanan Pusteling. - Kondisi wilayah yang dilalui oleh Pusteling yaitu berupa geografis lokasi yang dilalui dan cuaca atau kondisi alam yang terjadi ketika layanan Pusteling dilaksanakan.

2.4 Metode Proses Hierarki Analitik PHA

Perpustakaan yang telah mengukur kinerjanya dengan menggunakan standar ISO diantaranya Perpustakaan Nasional di Swedia, untuk Perpustakaan Nasional RI, dikarenakan keterbatasan data yang diperoleh dalam perhitungan data ISO, maka dalam penulisan ini ditetapkan Metode PHA untuk mengukur keberhasilan layanan Pusteling. Keberhasilan layanan Perpustakaan Elektronik Keliling dan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilannya, diidentifikasi melalui faktor internal dan eksternal, yang kemudian dilakukan pengkajian terhadap faktor- faktor tersebut melalui pendapat atau masukan dari para responden atau pemustaka Pusteling, khususnya yang berhubungan dengan kendala dan hal-hal yang masih belum tercapai. Kelengkapan data tersebut akan dihimpun melalui kuesioner yang diolah melalui metode Proses Hierarki Analitik. Metode Proses Hierarki Analitik digunakan dalam penelitian ini karena Metode Proses Hierarki Analitik dapat dipakai untuk menyelesaikan permasalahan yang kompleks, contohnya dalam penelitian ini yaitu permasalahan dari sisi manajemen layanan pusteling, teknologi pusteling, Sumber Daya Manusia SDM, kebutuhan pemustaka pusteling serta penentuan wilayah lokasi pusteling dimana data dan informasi statistik yang tersedia sangat sedikit terbatas. Data-data yang diperoleh dari kuesioner dalam penelitian ini berdasarkan persesepsi, pengalaman dan intuisi dari pemustaka Pusteling, jadi permasalahan- 26 permasalahan tersebut dapat dirasakan dan diamati, dengan kelengkapan data numerik dari perhitungan dengan menggunakan metode Proses Hierarki Analitik. Metode PHA dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli matematika. Metode ini adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan atau kebijakan dengan efektif atas persoalan yang kompleks dengan menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan dengan memecahkan persoalan tersebut kedalam bagian-bagiannya, menata bagian atau variabel ini dalam suatu susunan hierarki, memberi nilai numerik pada pertimbangan subjektif tentang pentingnya tiap variabel dan mensintesis berbagai pertimbangan ini untuk menetapkan variabel yang mana yang memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut. Metode PHA ini membantu memecahkan persoalan yang kompleks dengan menstruktur suatu hierarki kriteria, pihak yang berkepentingan, hasil dan dengan menarik berbagai pertimbangan guna mengembangkan bobot atau prioritas. Metode ini juga menggabungkan kekuatan dari perasaan dan logika yang bersangkutan pada berbagai persoalan, lalu mensintesis berbagai pertimbangan yang beragam menjadi hasil yang cocok dengan perkiraan kita secara intuitif sebagaimana yang dipresentasikan pada pertimbangan yang telah dibuat Saaty; 2004. Menurut Saaty, ada tiga prinsip dalam memecahkan persoalan dengan PHA, yaitu prinsip menyusun hierarki decomposition, prinsip menentukan prioritas comparative judgement, dan prinsip konsistensi logis logical consistency. Hierarki yang dimaksud adalah hierarki dari permasalahan yang akan dipecahkan untuk mempertimbangkan kriteria-kriteria atau komponen-komponen yang mendukung pencapaian tujuan. Proses dalam menentukan tujuan dan hierarki tujuan, perlu diperhatikan apakah kumpulan tujuan beserta kriteria yang bersangkutan tepat untuk persoalan yang dihadapi. Tahapan ataupun langkah-langkah dalam perhitungan menggunakan metode PHA dapat dilihat seperti contoh perhitungan untuk kriteria teknologi Pusteling berikut: 27 1. Menentukan matriks perbandingan Hasil pengisian kuesioner oleh responden disajikan dalam lampiran 1. Setelah digunakan rumus rata-rata maka hasil perhitungan disajikan dalam Tabel 2 dan Tabel 3. Tabel 2 Prioritas Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Pusteling Kriteria Penyusunan Prioritas Kelembagaan Teknologi Pusteling Sosial Wilayah a. Kelembagaan 1 1.2854 1.2854 1.2854 b. Teknologi Pusteling 0.7780 1 1.1113 1.2546 c. Sosial 0.7780 0.8998 1 1.2807 d. Wilayah 0.7780 0.7971 0.7808 1 Tabel 3 Kriteria Teknologi Pusteling Analisa Penyusunan Kriteria Teknologi Pusteling Perangkat Keras Perangkat Lunak Perangkat Jaringan a. Perangkat Keras 1 1.1003 1.0962 b. Perangkat Lunak 0.9088 1 1.0255 c. Perangkat Jaringan 0.9122 0.9751 1 2. Perhitungan Bobot Parsial Langkah 1. Menentikan aij tiap kolom Tabel 4 Nilai aij per-kolom Prioritas Faktor Penentu Keberhasilan Pusteling Kriteria Penyusunan Prioritas Kelembagaan Teknologi Pusteling Sosial Wilayah a. Kelembagaan 1 1.2854 1.2854 1.2854 b. Teknologi Pusteling 0.7780 1 1.1113 1.2546 c. Sosial 0.7780 2 1 1.2807 d. Wilayah 0.3333 0.7971 0.7808 1 Jumlah aij per-Kolom 2.8893 5.0825 4.1775 4.8207 Tabel 5 Nilai aij per-kolom Kriteria Teknologi Pusteling Analisa Penyusunan Kriteria Teknologi Pusteling Perangkat Keras Perangkat Lunak Perangkat Jaringan a. Perangkat Keras 1 1.1003 1.0962 b. Perangkat Lunak 0.9088 1 1.0255 c. Perangkat Jaringan 0.9122 0.9751 1 Jumlah aij per-Kolom 2.82 3.0754 3.1217 28 Langkah 2. Membagi nilai aij tiap kolom dengan jumlah nilai kolom tersebut untuk mendapatkan matriks yang dinormalisasi. Tabel 6 Matriks Normalisasi Prioritas Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pusteling Kriteria Penyusunan Prioritas Kelembagaan Teknologi Pusteling Sosial Wilayah Jumlah a. Kelembagaan 0.3461 0.2529 0.3077 0.2666 1.1734 b. Teknologi Pusteling 0.2693 0.1968 0.2660 0.2603 0.9923 c. Sosial 0.2693 0.3935 0.2394 0.2657 1.1678 d. Wilayah 0.1154 0.1568 0.1869 0.2074 0.6665 Tabel 7 Matriks Normalisasi Kriteria Teknologi Pusteling Analisa Penyusunan Kriteria Teknologi Pusteling Perangkat Keras Perangkat Lunak Perangkat Jaringan Jumlah a. Perangkat Keras 0.3545 0.3578 0.3512 1.0634 b. Perangkat Lunak 0.3222 0.3252 0.3285 0.9758 c. Perangkat Jaringan 0.3234 0.3171 0.3203 0.9608 Langkah 3. Jumlah nilai tiap baris pada matriks normalisasi dan membaginya dengan jumlah elemen tiap baris untuk mendapatkan bobot global. Kriteria Penyusunan Prioritas Bobot Global a. Kelembagaan 1.1734 : 4 = 0.2933 b. Teknologi Pusteling 0.9923 : 4 = 0.2481 c. Sosial 1.1678 : 4 = 0.2920 d. Wilayah 0.6665 : 4 = 0.1666 Kriteria Penyusunan Teknologi Pusteling a. Perangkat Keras 1.0634 : 3 = 0.3545 b. Perangkat Lunak 0.9758 : 3 = 0.3253 c. Perangkat Jaringan 0.9608 : 3 = 0.3203 3. Perhitungan Konsistensi Langkah 1 : Menghitung λ Maksimal. 29 Tabel 8 Perhitungan Nilai λ Maksimal Kriteria Teknologi Pusteling Kriteria Penyusunan Teknologi Pusteling a b b Jumlah 0.3545 0.3253 0.3203 a. Perangkat Keras 0.3545 0.3579 0.3511 1.0634 b. Perangkat Lunak 0.3222 0.3253 0.3284 0.9759 c. Perangkat Jaringan 0.3234 0.3172 0.3203 0.9608 Hasil penjumlahan ini kemudian dibagi dengan nilai prioritas menyeluruh : 1.0634 : 0.3545 = 3 0.9759 : 0.3253 = 3 0.9608 : 0.3203 = 3 Nilai λ Maks = 3 + 3 + 3 = 3 3 Langkah 2: Menghitung Index Konsistensi. CI CI = Nilai λ Maks - N N-1 = 3 – 3 3 – 1 = 0 Langkah 3: Menghitung Ratio Konsistensi. CR CR = CL RIRandom Index = No. 0.58 = 0.0001 Tabel 9 Hasil Pembobotan Global dan Parsial seluruh subkriteria Kriteria Subkriteria Bobot Global Bobot Parsial Lokal Rasio Konsistensi 1 Kelembagaan 0.293 0.2 a. Manajemen Pusteling 0.561 0.523 b. Petugas Pusteling 0.439 0.668 2 Teknologi Pusteling 0.248 0.1 a. Perangkat Keras 0.354 0.700 30 b. Perangkat Lunak 0.325 0.763 c. Perangkat Jaringan 0.320 0.775 3 Sosial 0.292 0.5 a. Kebutuhan Pemustaka 0.560 0.521 b. Kuantitas Pemustaka 0.440 0.663 4 Wilayah 0.167 0.1 a. Geografis Lokasi Pusteling 0.562 0.296 b. Cuaca Kondisi Alam 0.438 0.380 Perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa perhitungan dikatakan konsisten dikarenakan telah memenuhi syarat yaitu rasio konsistensi tidak melebihi 0.10 atau 10. 31

BAB III METODE PENELITIAN