37
b. Bus Pusteling biasanya ditempatkan di lapangan terbuka dan tidak memiliki
perlindungan dari hujan, maka akses menuju lokasi layanan dapat beresiko terhalang oleh hujan.
3.4 Penyusunan Kuesioner Survei
Kuesioner diberikan kepada pemustaka layanan Pusteling, dimana kuesioner yang dibagikan untuk pemustaka dilakukan secara kebetulan ketika pemustaka
melakukan pelayanan pada layanan Perpustakaan Elektronik Keliling Pusteling. Bentuk kuesioner yang akan disebarkan antara lain terdapat pada lampiran 1.
3.5 Survei Lapangan
Survei lapangan yang dilakukan untuk penelitian ini meliputi penentuan populasi dan sampel serta teknik pengumpulan data yaitu sebagai berikut:
1. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pemustaka Pusteling. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan sampling by accident
yakni yang memberikan kesempatan yang sama untuk diambil kepada setiap elemen dengan cara pengambilan sampel secara kebetulan, dengan pemustaka
pelajar SMU sederajat di wilayah DKI Jakarta yang dilakukan pada tanggal 17-18 Februari dan 21-23 Februari 2011. Jumlah pelajar SMU yang didapat selama
waktu pengambilan sampel penelitian yaitu sebanyak 110 pelajar. Adapun lokasi penyebaran kuesioner disajikan pada Gambar 3.
B E
D C
A
F G
38
Gambar 3 Lokasi Layanan Pusteling Pada Saat Penyebaran Kuesioner A. SMUN. 77; B. SMKN. 11; C. STM Poncol; D. SMUN. 1; E.
SMKN. 27; F. SMK Satya Bhakti I; dan G. SMK Satya Bhakti II.
Karakteristik pemustaka pusteling dari ketujuh sekolah yang menjadi sampel penelitian ini disajikan dalam Gambar 4.
Gambar 4 Karakteristik Sampel Penelitian.
2. Teknik Pengumpulan Data
Metode yang digunakan untuk pengumpulan data informasi yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:
1. Studi literatur yaitu dilakukan dengan mengumpulkan literatur yang terkait
dengan konsep dan praktek penyebaran informasi melalui Pusteling. 2.
Pengumpulan data melalui penyebaran kuesioner untuk memperoleh data yang dapat menjelaskan maupun menjawab pertanyaan penelitian tentang layanan
Pusteling.
3.6 Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data untuk penelitian ini terdapat dalam kerangka penelitian seperti pada Gambar 5 berikut:
10 20
SMU N. 77
SMK N. 11
SMK Poncol
SMU N. 1
SMK N. 27
SMK Satya
Bhakti I SMK
Satya Bhakti II
Jumlah Laki-laki Jumlah Perempuan
39
Gambar 5 Kerangka Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode Proses Hierarki Analitik. Metode
tersebut dipilih untuk penelitian ini dengan alasan bahwa metode Proses Hierarki Analitik dapat digunakan dalam penyelesaian permasalahan yang kompleks atau
tidak berkerangka di mana data dan informasi statistik dari masalah yang dihadapi sangat sedikit, dan data yang didasarkan atas persepsi, pengalaman dan intuisi.
Jadi masalah tersebut dapat dirasakan, diamati, dengan kelengkapan data numerik dari perhitungan dengan menggunakan metode Proses Hierarki Analitik. Menurut
Saaty, ada tiga prinsip dalam memecahkan persoalan dengan PHA, yaitu prinsip menyusun hierarki decomposition, prinsip menentukan prioritas comparative
judgement, dan prinsip konsistensi logis logical consistency.
Fakta Keadaan yang Diharapkan
Adanya Permasalahan internal dan eksternal
Pusteling:
- Lemahnya manajemen - Jumlah bus bus
kurang - Koneksi jaringan yang
tidak stabil.
Terwujudnya tujuan pengadaan Pusteling:
- Meningkatkan pengetahuan
pemustaka Pusteling dalam hal penggunaan informasi berbasis
Teknologi Informasi khususnya untuk para pelajar.
- Dukungan Manajemen
- Kuantitas pemustaka meningkat.
- Pelayanan Pusteling yang
maksimal.
Mengakibatkan:
- Birokrasi yang tidak efektif dan efisian
- Minimnya Jumlah pemustaka
- Pelayanan yang tidak maksimal.
Tujuan: Mengetahui faktor permasalahan yang mempengaruhi keberhasilan Pusteling.
Diidentifikasikan melalui faktor internal dan faktor eksternal.
Hasil: Memberi gambaran sejauhmana keberhasilan layanan Pusteling dan
faktor yang mempengaruhi keberhasilannya.
Kesimpulan dan Saran Metode Proses Hierarki analitik PHA
Studi Literatur dan Data Hasil Kuesioner
40
1. Menyusun Hierarki
Hierarki yang dimaksud adalah hierarki dari permasalahan yang akan dipecahkan untuk mempertimbangkan kriteria-kriteria atau komponen-komponen
yang mendukung pencapaian tujuan. Proses menentukan tujuan dan hierarki tujuan, perlu diperhatikan apakah kumpulan tujuan beserta kriteria-kriteria yang
bersangkutan tepat untuk persoalan yang dihadapi. Memilih kriteria-kriteria pada setiap masalah pengambilan keputusan perlu memperhatikan kriteria-kriteria
sebagai berikut: a.
Lengkap Kriteria harus lengkap sehingga mencakup semua aspek yang penting, yang
digunakan dalam mengambil keputusan untuk pencapaian tujuan. b.
Operasional Operasional dalam artian bahwa setiap kriteria ini harus mempunyai arti bagi
pengambil keputusan, sehingga benar-benar dapat menghayati terhadap alternatif yang ada, disamping terhadap sarana untuk membantu penjelasan
alat untuk berkomunikasi. c.
Tidak berlebihan Menghindari adanya kriteria yang mengandung pengertian yang sama.
d. Minimum
Jumlah kriteria diusahakan seminimal mungkin untuk mempermudah pemahaman terhadap persoalan, serta menyederhanakan persoalan dalam
analisis.
2. Menentukan Prioritas
Prinsip pertimbangan komparatif comparative judgement berarti membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam
kaitannya dengan tingkat yang diatasnya. Penilaian ini merupakan inti dari PHA, karena akan berpengaruh terhadap prioritas elemen-elemen. Hasil dari penilaian
ini akan ditempatkan dalam bentuk matriks yang dinamakan matriks pairwise comparison. Dalam melakukan penilaian terhadap elemen yang diperbandingkan
terdapat tahapan sebagai berikut: a. Elemen mana yang lebih penting disukai berpengaruh lainnya.
b. Berapa kali sering penting disukai berpengaruh lainnya.
41
Agar diperoleh skala yang bermanfaat ketika membandingkan dua elemen, maka perlu dipahami tujuan yang diambil secara umum. Penyusunan skala
kepentingan, Saaty menggunakan patokan seperti tercantum pada Tabel 10. Tabel 10 Skala Penilaian untuk Pengisian Kuesioner
Intensitas Kepentingannya
Definisi Penjelasan
1 Kedua elemen sama pentingnya
Dua elemen menyumbangnya sama besar pada sifat itu
3 Elemen yang satu sedikit lebih penting
ketimbang yang lain Pengalaman dan pertimbangan sedikit
menyokong satu elemen atas yang lainnya 5
Elemen yang satu esensial atau sangat penting ketimbang elemen yang lainnya
Pengalaman dan pertimbangan dengan kuat menyokong satu elemen atas elemen yang
lainnya 7
Satu elemen jelas lebih penting dari elemen yang lainnya
Satu elemen dengan kuat disokong, dan dominannya telah terlihat dalam praktek
9 Satu elemen mutlak lebih penting
ketimbang elemen yang lainnya Bukti yang menyokong elemen yang satu atas
yang lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan
2.4.6.8 Nilai-nilai diantara dua pertimbangan yang
berdekatan Kompromi diperlukan antara dua pertimbangan
Kebalikan Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka
bila dibandingkan dengan suatu aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya bila
dibandingkan dengan aktivitas i
3. Menentukan Konsistensi Logis
Konsistensi memiliki dua makna, pertama adalah objek yang serupa dapat dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansi. Arti kedua adalah
menyangkut tingkat hubungan antara objek yang didasarkan pada kriteria tertentu. PHA dapat digunakan dalam memecahkan berbagai masalah diantaranya untuk
mengalokasikan sumber daya, analisis keputusan manfaat atau biaya, menentukan peringkat beberapa alternatif, melaksanakan perencanaan ke masa depan yang
diproyeksikan dan menetapkan prioritas pengembangan suatu unit usaha dan permasalahan kompleks lainnya. Langkah awal dari PHA dapat diringkas dalam
penjelasan yaitu menyusun matriks perbandingan serta menyusun matriks perbandingan hasil normalisasi yang disajikan pada Tabel 11.
Tabel 11 Matriks Perbandingan dan Hasil Normalisasi
Matriks Hasil Perbandingan
C A
A
1
….
2
A
n
A A
1 11
A
12
…. A
1n
A A
2
A
21
….
22
A
2n
…. ….
…. ….
…. A
A
n
A
n1
….
n2
A
nn
Hasil Normalisasi
42
Melakukan pengujian konsistensi terhadap perbandingan antar elemen yang didapatkan pada tiap tingkat hierarki. Konsistensi perbandingan ditinjau dari per
matriks perbandingan dan keseluruhan hierarki untuk memastikan bahwa urutan prioritas yang dihasilkan didapatkan dari suatu rangkaian perbandingan yang
masih berada dalam batas-batas preferensi yang logis. Setelah melakukan perhitungan bobot elemen, langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian
konsistensi matriks. Perhitungan ini diperlukan bantuan Tabel Indeks Acak Random Index RI dimana nilai setiap ordo matriks disajikan pada Tabel 12.
Tabel 12 Indeks Acak Random Index
Urutan Matriks
1 2
3 4
5 6
7 8 9
10 RI
0.00 0.00 0.58 0.90 1.12 1.24 1.32 1.41 1.45 1.49
Langkah selanjutnya tetap menggunakan matriks diatas, pendekatan yang digunakan dalam pengujian konsistensi matriks perbandingan adalah:
a. Melakukan perkalian antara bobot subkriteria dengan nilai awal matriks
membagi jumlah perkalian bobot subkriteria nilai awal matriks dengan bobot untuk mendapatkan nilai eigen.
b. Mencari nilai matriks yang merupakan nilai rata-rata dari nilai eigen yang
didapatkan dari perhitungan sebelumnya. λ
Maks
c. Mencari nilai Indeks Konsistensi Consistency Index CI
= Penjumlahan nilai eigen N
CI = λ
Maks
d. Mencari nilai Rasio Konsistensi Consistency Ratio CR
– N N-1 dengan N adalah jumlah elemen dalam matriks
CR = CI RI Matriks perbandingan disebut konsisten jika nilai CR 10
43
BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA
4.1 PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan diuraikan mengenai hasil penelitian yang dilakukan dalam rangka mengetahui tingkat keberhasilan Perpustakaan Elektronik Keliling
Pusteling dengan menggunakan metode Proses Hierarki Analitik PHA. Metode PHA digunakan karena untuk mendapatkan faktor dan variabel prioritas
dengan ranking tertinggi untuk masing-masing permasalahan yang ada. Permasalahan tersebut yaitu dari sisi kelembagaan, teknologi, sosial serta wilayah
Pusteling. Tahapan PHA yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Penyusunan Hierarki
Hierarki adalah bagian dari tahapan PHA yang sangat penting, oleh karena penyusunan hierarki bertujuan untuk memberi penilaian pendapat secara
sederhana. Sistem yang kompleks dapat dengan mudah dipahami menggunakan hierarki karena akan dipecah menjadi berbagai elemen yang menjadi elemen-
elemen pokoknya, kemudian menyusun elemen tersebut secara hierarki.
2. Penyusunan Kuesioner dan Penentuan Responden
Kuesioner disusun berdasarkan struktur hierarki yang telah disusun terlebih dahulu dengan membendingkan masing-masing elemen secara berpasang-
pasangan. Data kuesioner dapat dijadikan sebagai data primer dalam analisa. Daftar kuesioner PHA yamg digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada
Lampiran 1. Menentukan responden yang dipilih dalam penelitian ini maka dibatasi kepada seluruh siswa Sekolah Menengah Umum SMU Kejuruan
SMK pengguna Pusteling di wilayah Jakarta yang menjadi ruang lingkup wilayah tugas dari Pusteling. SMU SMK yang dipilih menjadi responden dalam
penelitian ini disajikan dalam Tabel 13.