Karya-karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra
                                                                                Hanum mulai menulis bukunya mengenai sosok ayahandanya Amien Rais.
Buku  itu  pun  diberi  judul  Menapak  Jejak  Amien  Rais  2010.
94
Buku  ini merupakan  tulisan  tentang  kebersamaan  Hanum  Salsabiela  Rais  dengan
ayahandanya.  Buku  ini  lahir  bukan  untuk  memberikan  pembelaan,  meluruskan atau membenarkan bagaimana sepak terjang seorang Amien Rais dikancah politik.
Buku  ini  ringan  bercerita  tentang  kisah  kisah  inspiratif  dibalik  panggung  politik Amien Rais.
Buku ini pun merupakan hasil dari obrolannya bersama ayahandanya baik sedang  di  meja  makan,  didepan  televisi,  dimushola  setelah  sholat  bersama,
ataupun saat berada dalam mobil bersama dalam sebuah perjalanan. Dari sanalah Hanum tahu bahwa Ayahandanya masih punya banyak impian besar untuk bangsa
ini yang belum tertuntaskan. Baginya  waktu  bersama  ayahanda  merupakan  waktu  yang  emas  karena
dari  sosoknya  lah  Hanum  dapat  mengambil  pelajaran  dari  setiap  wejangan- wejangan  yang  diberikan  ayahanda,  maka  dari  itu  Hanum  berinisiatif  membuat
boigrafi  tentang  ayahnya,  tidak  seperti  biografi  kebanyakan  yang  hanya menceritakan  kesuksesannya  namun  juga  lika-liku  kehidupan  juga  kegagalan-
kegagalan yang Amien Rais peroleh.
Karya selanjutnya yang kedua ialah 99 Cahaya di Langit Eropa 2011.
95
buku  ini  merupakan  pengalamannya  selama  berada  di  Eropa  bersama  suaminya. Sekaligus  pengalaman  pertamanya  menjadi  kaum  minoritas,  yang  mana  Islam
merupakan kaum minoritas di Eropa. Hingga pada akhirnya iya mulai melihat sisi
94
Hanum Rais, “Menapak Jejak Amien Rais,” artikel diakses pada 31 Maret 2016 dari
http:www.Hanumrais.compmenapak-jejak-amien-rais.html
95
Hanum Rais, “99 Cahaya di Langit Eropa,” artikel diakses pada 31 Maret 2016 dari
http:www.Hanumrais.compsinopsis-99-cahaya.html
lain  dari  Eropa    dengan  gedung  pencakar  langit,  papan  reklame  digital,  Menara Eiffel  yang  begitu  megahnya  menjulang  membelah  langit  Paris,  Tembok  Berlin,
Konser  Mozart,  Stadion  Sepakbola  San  Siro,  Colloseum  Roma  atau  gondola- gondola di Venezia.
Hanum  tak  menyangka  bahwa  Eropa  menyimpan  sejuta  misteri  tentang Islam, Eropa dan Islam dulunya ialah pasangan yang begitu serasi. Kini hubungan
keduanya penuh pasang surut prasangka dengan berbagai dinamikanya. Buku ini pun  ia  tulis  bersama  dengan  suaminya  Rangga  Almahendra  dengan  latar
kehidupan  sesungguhnya  selama  di  Eropa.  Dibumbui  dengan  nuansa  sejarah peradaban  Islam  dieropa,  di  tulis  secara  menarik  dengan  penyampaian  yang
sederhana  agar  para  pembacanya  dapat  membuka  matanya  dan  memperkuat keimanannya  akan  sisi  lain  kehidupan  umat  Islam,  perdaban  Islam  di  eropa.
Berbeda  dari  buku-buku  traveling  sebelumnya,  akhir  dari  perjalanan  penulis selama  3  tahun  di  Eropa  ini  justru  mengantarkannya  pada  titik  awal  pencarian
makna dan tujuan hidup. Makin  mendekatkan diri pada sumber kebenaran abadi yang Maha Sempurna, Allah SWT.
Kemudian  buku  ketiga  yang  iya  tulis  adalah  Berjalan  di  Atas  Cahaya 2013.
96
Buku  sederhana  ini  padu  dengan  buku  karya  Hanum  sebelumnya  yaitu 99 Cahaya di Langit Eropa adalah buku yang beredar di antara puluhan buku yang
juga  berkisah  tentang  Eropa.  Namun,  buku  ini  mampu  memaknai  Eropa  dengan sisi  yang  berbeda.  Tidak  hanya  tempat-tempat  eksotik,  melainkan  berisi
internalisasi  yang  dalam  sehingga  pembaca  mampu  menarik  ribuan  hikmah  dan pengetahuan dari kisah-kisah yang disajikan.
96
Hanum Rais, “Sinopsis Berjalan di Atas Cahaya,” artikel diakses pada 31 Maret 2016
dari http:www.Hanumrais.com201302sinopsis-berjalan-di-atas-cahaya.html
Namun  dibuku  ketiganya  ini  ia  menuliskan  bukunya  bersama  kedua rekannya,  yaitu  Tutie  Amaliah  dan  Wardatul  Ula.  Keduanya  tentu  saja  pernah
mencicipi  hidup  di  Benua  Biru  itu.   Diawali  dengan  tugas  dari  sebuah  stasiun televisi swasta untuk meliput profil muslim di Eropa untuk bulan Ramadhan.
Dari  sanalah  tercipta  cerita-cerita  inspiratif  dimana  mereka  bertemu dengan  orang-orang  yang  menjadi  talent  selama  peliputan  di  Eropa.  Ada  kisah
Bunda Ikoy, wanita Aceh yang bekerja sebagai pembuat jam di Swiss. Kisah Nur Dann,  gadis  keturunan  Turki  berjilbab  yang  jelita,  uniknya  ia  berprofesi  sebagai
ripper  dan  mengatakan  bahwa  nge-rapp  adalah  caranya  untuk  berdakwah.  Dan juga  kisah  yang  menyentuh  hati  dari  sebuah  keluarga  muslim  di  desa  kecil
bernama Neerach di Swiss. Selain itu, masih banyak potongan kisah  yang inspiratif baik  dari  Hanum
sendiri  maupun  kedua  penulis  lain.  Dan  yang  yang  paling  menggetarkan  adalah fakta mengejutkan di gerbang katedral Palermo. Siapa sangka, ada pembukaan Al-
Fatihah  yang  terukir  penuh  wibawa  di  gerbang  tersebut.  Di  sanalah  Ivano  sang pemilik  cerita  terduduk,  menyesali  kebenciannya  terhadap  negaranya  Sisilia  dan
Raja Roger. Didalam buku ini Hanum banyak menggemakan pesan bahwa kita sebagai
muslim  harus  menjadi  agen  yang  baik,  bisa  mencontohkan  pula  bahwa  muslim memiliki  akhlak  yang  baik,  cinta  damai  dan  kasih  sayang.  Tak  perlu  berteriak
tentang  jihad  namun  tangan  merusak  tidak  tentu  arah  yang  akhirnya  justru  salah kaprah dan menimbulkan paradigma buruk tentang Islam.
Buku yang keempat ini rada berbeda dengan buku-buku sebelumnya yang ceritanya merupakan real dari pengalamannya berada di eropa, buku yang di beri
judul  Bulan Terbelah di  Langit Amerika 2014.
97
merupakan buku semi  fiksi dengan sudut pandang dari petualangan Hanum dan Rangga.
Buku  ini  pun  Hanum  buat  untuk  menjungkirbalikan  image  umat  Islam sebagai  teroris  yang  sangat  santer  terdengar  di  amerika,  apalagi  pasca  kejadian
runtuhnya  menara  kembar  WTC  tanggal  11  september  2001  atau  yang  di  kenal dengan kejadian 911 nine eleven.
Didalam  novel  ini  terdapat  tokoh  yang  di  buat  oleh  Hanum  dan  Rangga yaitu Philpus Brown sebagai orang yang sangat dermawan mendermakan 100 juta
USD untuk beasiswa korban perang di  Irak dan Afganistasn, dari sinilah Rangga menemukan  ide  untuk  menyelesaikan  jurnal  yang  di  tugaskan  oleh  professor
Reinhard di kampusnya, Rangga ingin mengetahui apakah seseorang yang sukses baru  menjadi  seroang  yang  dermawan  ataukah  memang  ia  sudah  memiliki  jiwa
penderma  sedari  awal  sehingga  membuka  jalannya  untuk  sukses.  Dari  sanalah rangga menamai judul jurnalnya “The Power of Giving in Bussines”
Disisi lain Hanum mendapatkan tugas dari bosnya Gethrud untuk meliput artikel  tentang  Would  the  world  be  Better  without  Islam  Akankah  dunia  lebih
baik  tanpa  Islam  di  Koran  harian  Wina  Heute  Ist  Wunderbar.  Gagasan  itu  pun muncul  karenaakan  adanya  peringatan  untuk  mengenang  korban  runtugnya
gedeng  kembar  WTC  tanggal  11  september  2001  silam,  yang  tentunya  sangat mengagetkan  orang  seluruh  dunia  khususnya  umat  muslim  yang  berada  di
Amerika.  Akibat  kejadian  itu  umat  muslim  di  Amerika  seakan-akan  menjadi musuh  bersama  warga  amerika  ketakukan  akan  Islam  atau  yang  dikenal
Islamopobhia itu pun muncul.
97
Hanum Rais, “Sinopsis Bulan Terbelah di Langit Amerika,” artikel diakses pada 1
April 2016 dari http:www.Hanumrais.com201405sinopsis-bulan-terbelah-di-langit.html
Hanum  pun  merasa  tertantang  untuk  membuatnya  karena  bosnya  tau bahwa  Hanum
adalam  orang  muslim,  Gagasan  “Would  the  world  be  Better without Islam
” itu berkesempatan dijawab “tidak” ketimbang ia menyuruh Jacob rekan  kerja  Hanum
yang  non  muslim,  pasti  pernyataan  itu  akan  terjawab  “ya”. Tak  disangka  tugas  jurnal  Rangga  dan  tugas  liputan  Hanum  bersamaan  dan
akhirnya mereka berdua akhirnya pergi bersama-sama ke Amerika Serikat. Setibanya  di  Amerika  Rangga  dan  Hanum  berkutat  dengan  tugasnya
masing-masing,  Rangga  dengan  tugasnya  mewawancari  Philpus  Brown  dan Hanum bertugas mencari data dan mewawancari korban WTC yaitu Jullia Collins
Azima Hussein istri dari Ibrahim Hussein dan Michael Jones orang yang begitu membenci  Islam  akibat  tragedy  WTC  yang  telah  merenggut  Istrinya  Joanna
Jones. Dalam  buku  ini  Hanum  dan  Rangga  lebih  menonjolkan  pesan  tentang
Islamophobia Ketakutan terhadap Islam bagaimana kebencian bangsa Eropa dan Amerika  yang  semakin  menjadi  pada  Islam pasca WTC  911,  tentang  beratnya
perjuangan  kaum  muslim  sebagai  minoritas  di  Amerika  untuk  tetap  memegang teguh  akidahnya,  berbagai  hal  janggal  seputar  tragedi  WTC,  pandangan
para Founding  Fathers Amerika  terhadap  Islam,  bahkan  fakta  sejarah  penemuan Benua Amerika.
Yang membuat para pembacanya terharu sekaligus tidak menyangka akan endingnya  adalah  dimana  Philpus  Brown  menjadi  pembuka  untuk  acara
penganugerahaan CNN TV Heroes, akhirnya menceritakan bagaimana ia menjadi seorang  yang  dermawaan  setelah  ia  melihat  foto  yang  dikirim  oleh  Rangga
melalui  email  yang  berisikan  Foto  Ibrahim  Hussein  dan  Joanna  Jones,  foto  itu
mengingatakan dirinya akan kejadian  yang naas tersebut.  Ia belum sempat untuk berterima  kasih  kepada  keluarganya  karena  selama  ini  ia  mencari  di  list  korban
WTC  tidak  ada  yang  bernama  Hassan,  namun  ternyata  Hassan  itu  bernama Ibrahim Hussein, seseorang yang menjadi inspirasi seorang Philipus Brown untuk
menjadi dermawan. Philpus Brown merupakan salah satu dari ribuan orang yang selamat dari
tragedi  WTC,  dia  diselamatkan  oleh  karyawaanya  yang  baru  ia  kenal.  Ibrahim Hussein  saat  itu  sedang  berada  di  Lantai  74  bersama  Joanna  Jones  dan  Philpus
Brown  tentunnya.  Brown  datang  ke  kantornya  tersebut  pagi-pagi  karena  Joanna akan  memperkenalkan  seorang  analis  baru  yaitu  Hussein,  namun  belum  sempat
memperkenalkan  sebuah  pesawat  menabrakan  dirinya  ke  gedung  WTC  dan menggemparkan beberapa lantai di  atas Morgan  Stanway  di  menara utara WTC.
Hussein  pada  saat  itu  langsung  menarik  bos  perempuanya  tersebut  Joanna  dari kepulan asap hitam yang mulai memekat.
Tanpa  diberi  aba-aba,  Joanna,  Hussein,  Brown  dan  kedua  Office  boy langsung  lari  ke  tangga  darurat.  Namun  Hussein  memberikan  ide  untuk  menaiki
lift pada saat itu, namun hanya Joanna dan Brown sajalah yang mengikuti. Namun pada akhirnya hanyalah Brown yang dapat lolos keluar dari Gedung naas tersebut,
Hussein lah yang menyelamatkan dirinya, disaat yang genting seperti itu Hussein masih mementingkan orang lain, Brown yang tadinya sudah merasa tidak sanggup
lagi,  disemangati  oleh  Hussein,  karyawan  yang  baru  ia  kenal  belum  lebih  dari  2 jam itu. Namun bos perempuannya Joanna tidak sanggup lagi dan memilih bunuh
diri dengan lompat ke luar gedung. Hussein dan Brown tidak bisa mencegahnya, mereka pun hanya bisa memandangi tubuh Joanna melayang dan akhirnya sampai
kedarat  dengan  mengenaskan.  Perjuangan  mereka  pun  belum  berakhir  mereka masih  jauh  berada  di  atas  tanah  Hussein  pun  melakukan  berbagai  cara  yang
akhirnya  ia  bisa  mencapai  lantai  10.  Namun  naas  Hussein  terkena  jilatan  api akibat ledakan yang berada di lantai 10 itu, dan Brown ia tidak sedikitpun terluka.
Dari sanalah  Hussein  memaksa brown untuk keluar tanpa dirinya, namun brown memaksa  bahwa  mereka  akan  keluar  bersama-sama,  namu  Huessein  akhirnya
menendang  Brown  agar  cepat  bergegas  keluar.  Brown  pun  melanjutkan  turun dengan  perasaan  yang  berat  meninggalkan  kawannya  tersebut,  selang  2  menit
setelah ia keluar, gedung itu pun runtuh. Dan akhirnya  Hanum dan Rangga selain menyelesaikan tugasnya dengan
baik,  mereka  mempertemukan  Philipus  Brown  dengan  Keluarganya  Ibrahim Hussein  yaitu  Jullia  Colline  Azima  Husein.  Dan  Michael  Jones  yang  begitu
benci  dengan  Islam  dan  menolak  keras  masjid  yang  akan  di  bangun  di  sekitar bekas  menara  WTC  itupun  menjadi  tersadar  atas  penyataan  brown  ia  pun  harus
menerima  kenyataan,  tragedy  itu  adalah  tragedy  umat  manusia.  Baik  muslim ataupun bukan, semua telah tersakiti.
                